Shalat Hifdzil Quran adalah shalat yang dilakukan pada malam Jumat agar cepat dan kuat mengingat hafalan Al-Quran. Shalat disyariatkan dalam Islam, terutama bagi penghafal Al-Quran. Sudah maklum bersama bahwa menghafal dan mengingat hafalan Al-Quran tidaklah mudah, butuh usaha sungguh-sungguh dan doa terus menerus agar hafalan tetap terjaga dengan baik. Salah satu cara cepat menghafal Al-Quran dan kuat mengingatnya adalah dengan melakukan Shalat Hifdzil Quran.
Diceritakan dari Abdullah Ibn Abbas ra, “Suatu ketika, kita berada di satu majelis bersama Rasulullah Muhammad SAW, tiba-tiba Ali ibn Abi Thalib datang, kemudian bertanya pada Rasul “Demi ayah, engkau dan ibuku, Al-Qur’anku ini sering lepas dari dadaku. Aku tidak kuat mengatasinya. “Rasulullah SAW menjawab, “Wahai ayahnya Hasan, belumkah aku pernah mengajarkan kepadamu kalimat-kalimat yang Allah memberikan manfaat dengan kalimat itu kepadamu dan bisa bermanfaat bagi siapa saja yang belajar kepadamu serta bisa menempelkan apa saja supaya menetap kuat di hatimu?” Ali kemudian menjawab, “Belum, Ya Rasul. Kuharap engkau berkenan mengajariku.” Kemudian Nabi Muhammad SAW menjelaskan:
إِذَا كَانَ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَقُومَ فِي ثُلُثِ اللَّيْلِ الْآخِرِ فَإِنَّهَا سَاعَةٌ مَشْهُودَةٌ وَالدُّعَاءُ فِيهَا مُسْتَجَابٌ، وَقَدْ قَالَ أَخِي يَعْقُوبُ لِبَنِيهِ (سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي) يَقُولُ حَتَّى تَأْتِيَ لَيْلَةُ الْجُمْعَةِ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقُمْ فِي وَسَطِهَا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقُمْ فِي أَوَّلِهَا، فَصَلِّ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ تَقْرَأُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةِ يس وَفِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَحم الدُّخَانِ وَفِي الرَّكْعَةِ الثَّالِثَةِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَالم تَنْزِيلُ السَّجْدَةِ وَفِي الرَّكْعَةِ الرَّابِعَةِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَتَبَارَكَ الْمُفَصَّلِ فَإِذَا فَرَغْتَ مِنْ التَّشَهُّدِ فَاحْمَدْ اللَّهَ، وَأَحْسِنْ الثَّنَاءَ عَلَى اللَّهِ، وَصَلِّ عَلَيَّ وَأَحْسِنْ وَعَلَى سَائِرِ النَّبِيِّينَ، وَاسْتَغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلِإِخْوَانِكَ الَّذِينَ سَبَقُوكَ بِالْإِيمَانِ.
Artinya: “Jika malam jum'at, jika kamu mampu beribadahlah di dalam sepertiga malam yang akhir. Waktu itu adalah saat yang disaksikan oleh Allah SWT secara langsung. Berdoa di waktu itu pula pasti akan dikabulkan. Dan saudaraku Ya’qub telah berkata kepada anak-anaknya, “Aku akan memintakan kalian ampunan kepada Tuhanku,” dan ucapan ini terus beliau ucapkan hingga datang malam Jumat. Nabi lalu melanjutkan, “Andai saja kamu tidak mampu menjalankan di waktu itu, lakukan di pertengahan malam. Jika masih tidak mampu, laksanakan pada awal malam saja.” Lakukan shalat empat rakaat:
Pada rakaat pertama, setelah membaca fatihah kemudian membaca Yasin
Rakaat kedua, setelah fatihah membaca surat Hamim Ad-Dukhon
Rakaat ketiga, setelah fatihah membaca surat As-Sajdah
Rakaat keempat, setelah fatihah membaca surat Tabarak (Al-Mulk)
Usai tasyahud (tahiyyat), pujilah Allah (membaca hamdalah), sangjunglah Ia dengan sebaik mungkin, bacalah shalawat untuk aku dan buatlah sebaik mungkin serta untuk semua para Nabi, mintakan ampun untuk semua, orang mukmin lelaki maupun perempuan yang telah mendahului kamu dengan mati membawa iman.
Setelah itu, berdoalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِتَرْكِ الْمَعَاصِي أَبَدًا مَا أَبْقَيْتَنِي وَارْحَمْنِي أَنْ أَتَكَلَّفَ مَا لَا يَعْنِينِي وَارْزُقْنِي حُسْنَ النَّظَرِ فِيمَا يُرْضِيكَ عَنِّي اللَّهُمَّ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ وَالْعِزَّةِ الَّتِي لَا تُرَامُ أَسْأَلُكَ يَا أَللَّهُ يَا رَحْمَنُ بِجَلَالِكَ وَنُورِ وَجْهِكَ أَنْ تُلْزِمَ قَلْبِي حِفْظَ كِتَابِكَ كَمَا عَلَّمْتَنِي وَارْزُقْنِي أَنْ أَتْلُوَهُ عَلَى النَّحْوِ الَّذِي يُرْضِيكَ عَنِّيَ اللَّهُمَّ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ وَالْعِزَّةِ الَّتِي لَا تُرَامُ أَسْأَلُكَ يَا أَللَّهُ يَا رَحْمَنُ بِجَلَالِكَ وَنُورِ وَجْهِكَ أَنْ تُنَوِّرَ بِكِتَابِكَ بَصَرِي وَأَنْ تُطْلِقَ بِهِ لِسَانِي وَأَنْ تُفَرِّجَ بِهِ عَنْ قَلْبِي وَأَنْ تَشْرَحَ بِهِ صَدْرِي وَأَنْ تَغْسِلَ بِهِ بَدَنِي فَإِنَّهُ لَا يُعِينُنِي عَلَى الْحَقِّ غَيْرُكَ وَلَا يُؤْتِيهِ إِلَّا أَنْتَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ
Atinya: “Ya Allah, rahmatilah aku untuk meninggalkan kemaksiatan selamanya selama Engkau masih memberikan kehidupan kepadaku, rahmatilah aku untuk tidak membebani diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat bagiku, dan berilah aku karunia berupa kenikmatan mencermati perkara yang mendatangkan keridhaan-Mu kepadaku. Ya Allah, wahai Pencipta langit dan bumi, Pemilik keagungan dan kemuliaan serta keperkasaan yang tidak mungkin bisa dicapai oleh makhluk. Aku memohon kepada-Mu ya Allah, ya Rahman, dengan kebesaran-Mu dan cahaya wajah-Mu agar Engkau berkenan menjadikan hatiku untuk senantiasa menjaga/menghafal kitab-Mu, sebagaimana yang Engkau telah ajarkan kepadaku. Dan berilah aku karunia untuk senantiasa membacanya sesuai dengan cara yang membuat-Mu ridha kepadaku. Ya Allah, wahai Pencipta langit dan bumi, Pemilik keagungan dan kemuliaan serta keperkasaan yang tidak mungkin bisa dicapai oleh makhluk. Aku memohon kepada-Mu ya Allah, ya Rahman, dengan kebesaran-Mu dan cahaya wajah-Mu agar dengan kitab-Mu, Engkau berkenan untuk menyinari pandanganku, melepaskan kekakuan lisanku, menghilangkan kekakuan dari hatiku, melapangkan dadaku, dan membersihkan badanku. Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat membantuku untuk mendapatkan kebenaran selain Engkau, dan juga tidak ada yang bisa memberi kebenaran itu selain Engkau. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu, wahai Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”.
Dan benar, menurut riwayat Abdullah ibn Abbas, setelah Sayyidina Ali melewati lima atau tujuh kali majelis serupa, Ali datang dan beliau mengaku kepada Rasul “Ya Rasulallah, dalam sehari aku tidak bisa menghafal kecuali sekitar empat ayat saja lalu lepas, namun hari ini, dalam sehari aku bisa menghafal sekitar 40 ayat, saat aku baca, seolah Al-Qur’an tampak di depan mataku. Begitu pula hadits, saat aku mendengar, ketika mau aku ulangi, lepas lagi. Tapi hari ini, saat aku mendengar hadits, saat aku ingin menyampaikannya kembali, tidak ada satu lobang pun yang terlewatkan. Kemudian Rasul menanggapi hal itu dengan kalimat:
مُؤْمِنٌ وَرَبِّ الْكَعْبَةِ يَا أَبَا الْحَسَنِ
Artinya: “Demi Rabb Ka’bah, angkau adalah seorang mukmin wahai Abu Al Hasan.”
Dikutip dan disarikan dari Kitab Khashaish al-Ummah al-Muhammadiyyah susunan As Sayyid Muhammad ibn Alawy Al-Maliki halaman 138-140 dengan juga disebutkan lengkap dalam kitab Al Sunan Al Tirmidzi.