Empu Djoko Supo mengabdi di Pajang sebagai empu yang unggul dan peranan sang empu tdk byk di riwayat kan.. karna kesultanan Pajang tdk lama
Dan ketika Kyai Ageng Pemanahan babad alas mentaok sang empu menghadap Wong Agung Manak dan memohon saran... Sunan Kalijogo dgn bijak bersabda "Supo.. Ono becike Jeneng Siro oncato soko Pajang lan netepo ono ing brang wetan Kanggo sakwetoro wektu, lan ing sak mengko Yen Pemanahan wus yoso padukuhan ing mentaok age2 Jeneng Siro ngabdi menyang Mataram.. amargo ing wektu kang bakal teko kamulyan ing Pajang surut lan Mataram bakal dadi prodjo kang gede"
Empu Djoko Supo segera berangkat menuju tempat yang di isarohkan oleh Wong agung menak...
Dan setelah padukuhan Mataram berdiri sebagai tanah perdikan... sang empu menghadap ke Mataram sowan kepada Kyai Ageng Pemanahan untuk mengadi.... semua priyagung Mataram sangat senang krn sudah tau keahlian empu Djoko supo.
Sang Panembahan Senopati putra Kyai Ageng Pemanahan meminta empu supo agar membuat pusaka keris dan tombak sebagai simbol berdirinya Mataram.
Dgn keahlian yang di miliki empu supo tercipta lah Sebilah keris berdapur sengkelat yang diberi nama Kanjeng Kyai Guling Mataram dan tombak yang di beri nama Kanjeng Kyai wijoyo kusumo.
Empu Supo byk membabar pusaka di Mataram yang lebih baik dr sebelumnya..
Dan ketika Sultan Agung Naik tahta... empu Supo mendapatkan anugerah gelar Empu Kyai Enom krn beliau awet muda dan panjang umur serta di kasih wilayah di sendang warih...dgn itu di sebut Kanjeng empu pangeran sendang warih ato empu warih anom.
Dan empu supo memimpin semua empu Mataram dlm membuat pusaka yang dipersiapkan untuk penyerangan ke batavia.
Dr tangan empu anom sendiri tercipta lah beberapa pusaka yang di serasah emas..
Diantaranya Kyai Manglar Mongo.kyai Nogo welang. Kyai Nogo sosro. Kyai Nogo sari dll.
Bgtlh sejarah tntg keris yang dlm pembuatan nya berkaitan dgn sebuah negara dan perjuangan.
Tunggu sejarah lainnya
Minggu, 30 November 2014
sejarah singkat tentang empu supo anom (raden djoko supo) dan terbentuknya Pemalang
Raden Djoko Supo putra empu pangeran Sedayu yang pny keahlian membuat keris dan belajar pd sunan kalijogo Tlh mengabdi di bintoro demak.
Pd suatu ketika Kanjeng Sunan Kalijogo berkenan tindak ke cirebon untuk bertemu Kanjeng Sunan Gunung Jati. Perjalanan tsb di ikuti beberapa tokoh para santri dan prajurit punggawa demak... diantaranya Empu Djoko Supo. Kyai Ageng Malang Gati. Syeh Nur Syamsudin.kyai Ageng Bantar bolang dll.
Hingga suatu hari stlh melewati alas siroban rombongan tsb sampai lah di tapal batas kadipaten siraung... perjalanan pun terhenti karena adipati siraung yang blm mengakui kesultanan demak tdk mengijinkan rombongan tsb melewati wilayah kadipaten.... dan diputuskan untuk berhenti dan bermalam dulu di timur wilayah siraung.
Pada malam harinya Kanjeng Sunan Kalijogo sholat dan bermunajat di sktr pesanggrahan... dan ada keanehan... di bekas telapak kaki Kanjeng Sunan Sholat ditemukan batu pamor sebesar sawo.... dan besi tsb diambil dan diperintahkan Empu Djoko Supo untuk membuat Sebilah keris dr besi tsb.... dgn keahlian Djoko Supo tercipta lah Sebilah keris yang lalu di serahkan pada Sunan Kalijogo dan pusaka tsb di beri nama Kyai Tapak.
Keanehan terjadi lg di esok harinya... kadipaten siraung beserta adipati dan rakyat nya sudah lenyap dan hny kelihatan hamparan laut.
Sunan Kalijogo lantas memberikan nama tmpt tsb dgn nama Pemalang.
Dan memerintahkan Kyai Ageng Malang Gati untuk memimpin wilayah tsb disertai syeh Nur Syamsudin. Serta diantara rombongan ada yang di minta untuk tinggal di tempat baru tsb.
Keris luk 13 yang bernama Kyai Tapak diserahkan kepada Kyai Ageng Malang Gati.
Sampai jaman pendudukan jepang pusaka tsb masih berada di pendopo kabupaten Pemalang.. namun setelah itu tdk lagi diketahui keberadaannya sampai sekarang.
Dan Sunan Kalijogo pun melanjutkan perjalanan beliau ke cirebon... tanpa ada halangan berarti sampai kembali lg ke bintoro.
Tdk banyak riwayat tntg kiprah raden Djoko Supo di bintoro... krn pada zaman itu tdk sedikit para empu yang membuat senjata bagi pasukan demak.. bahkan empu Djoko Supo hari2nya di habiskan di kadilangu memperdalam ilmu agama dan kedigdayaan... hingga suatu ketika perpecahan politik demak terjadi... antara ratu kalinyamat dan ayo penangsang... raden Djoko Supo tdk ingin terlibat dlm kancah politik... dan memohon bimbingan serta arahan Sunan Kalijogo... Kanjeng Sunan dawuh" Supo Jeneng Siro saiki budalo menyang dusun sumyang jimpe netepo ing papan kono anggawe pusoko.. lan nunggu dawuh ingsun naliko Wis ono pepadang ing prodjo " Raden Djoko Supo bersedia menjalani nya.
Singkat cerita di tempat yang baru tsb dlm membuat keris selalu dikasih tulisan dlm aksara jawa yang berbunyi nama dusun tsb (sumyang jimpe) dan kebanyakan di tempat tsb Djoko Supo membabar keris dgn dikasih ornamen pada bagian gandhik kanan kiri... yang dlm pakem keris di kenal dgn dapur puthut,baik tanpa luk maupun yang berluk.
Dan anehnya di zaman sekarang byk org mencari dan membicarakan keris umyang tk sumyang tapi tdk mengetahui sejarah nya.. dan hny merujuk pd tuah yang diyakini tntg perekonomian dan sebagainya.
Sangat disayang kan sebenarnya...
Hingga suatu ketika pergolakan politik demak berakhir dan tahta jatuh kepada joko tingkir menantu sultan Trenggono yang berkedudukan di pajang dgn gelar Sultan Hadi Wijoyo. Raden Djoko Supo di perintahkan oleh Sunan Kalijogo untuk mengabdi ke pajang dgn membawa bukti keris buatannya.
Empu Djoko Supo sowan ke Pajang dgn maksud untuk mengabdi dan menyerahkan bukti Sebilah pusaka... disaat datangnya Empu Djoko Supo di istana pajang... Sultan sedang memeriksa seorang tersangka dan terpidana.... dgn wasilah pusaka yang dr Empu Djoko Supo tersangka tsb ngomyang (bicara tanpa kendali) dab kasus bisa selesai krn omongan dr tersangka sendiri....
Pisowanan Empu Djoko Supo diterima... Keris pusaka beserta Empunya di kasih gelar dan nama yang sama.. yaitu keris Kyai Umyang dan empu Kyai umyang.
Itulah sedikit riwayat tentang seorang empu santri yang jujur dan pejabat yang beramanah.
Tunggu episode berikutnya pd zaman Mataram
Pd suatu ketika Kanjeng Sunan Kalijogo berkenan tindak ke cirebon untuk bertemu Kanjeng Sunan Gunung Jati. Perjalanan tsb di ikuti beberapa tokoh para santri dan prajurit punggawa demak... diantaranya Empu Djoko Supo. Kyai Ageng Malang Gati. Syeh Nur Syamsudin.kyai Ageng Bantar bolang dll.
Hingga suatu hari stlh melewati alas siroban rombongan tsb sampai lah di tapal batas kadipaten siraung... perjalanan pun terhenti karena adipati siraung yang blm mengakui kesultanan demak tdk mengijinkan rombongan tsb melewati wilayah kadipaten.... dan diputuskan untuk berhenti dan bermalam dulu di timur wilayah siraung.
Pada malam harinya Kanjeng Sunan Kalijogo sholat dan bermunajat di sktr pesanggrahan... dan ada keanehan... di bekas telapak kaki Kanjeng Sunan Sholat ditemukan batu pamor sebesar sawo.... dan besi tsb diambil dan diperintahkan Empu Djoko Supo untuk membuat Sebilah keris dr besi tsb.... dgn keahlian Djoko Supo tercipta lah Sebilah keris yang lalu di serahkan pada Sunan Kalijogo dan pusaka tsb di beri nama Kyai Tapak.
Keanehan terjadi lg di esok harinya... kadipaten siraung beserta adipati dan rakyat nya sudah lenyap dan hny kelihatan hamparan laut.
Sunan Kalijogo lantas memberikan nama tmpt tsb dgn nama Pemalang.
Dan memerintahkan Kyai Ageng Malang Gati untuk memimpin wilayah tsb disertai syeh Nur Syamsudin. Serta diantara rombongan ada yang di minta untuk tinggal di tempat baru tsb.
Keris luk 13 yang bernama Kyai Tapak diserahkan kepada Kyai Ageng Malang Gati.
Sampai jaman pendudukan jepang pusaka tsb masih berada di pendopo kabupaten Pemalang.. namun setelah itu tdk lagi diketahui keberadaannya sampai sekarang.
Dan Sunan Kalijogo pun melanjutkan perjalanan beliau ke cirebon... tanpa ada halangan berarti sampai kembali lg ke bintoro.
Tdk banyak riwayat tntg kiprah raden Djoko Supo di bintoro... krn pada zaman itu tdk sedikit para empu yang membuat senjata bagi pasukan demak.. bahkan empu Djoko Supo hari2nya di habiskan di kadilangu memperdalam ilmu agama dan kedigdayaan... hingga suatu ketika perpecahan politik demak terjadi... antara ratu kalinyamat dan ayo penangsang... raden Djoko Supo tdk ingin terlibat dlm kancah politik... dan memohon bimbingan serta arahan Sunan Kalijogo... Kanjeng Sunan dawuh" Supo Jeneng Siro saiki budalo menyang dusun sumyang jimpe netepo ing papan kono anggawe pusoko.. lan nunggu dawuh ingsun naliko Wis ono pepadang ing prodjo " Raden Djoko Supo bersedia menjalani nya.
Singkat cerita di tempat yang baru tsb dlm membuat keris selalu dikasih tulisan dlm aksara jawa yang berbunyi nama dusun tsb (sumyang jimpe) dan kebanyakan di tempat tsb Djoko Supo membabar keris dgn dikasih ornamen pada bagian gandhik kanan kiri... yang dlm pakem keris di kenal dgn dapur puthut,baik tanpa luk maupun yang berluk.
Dan anehnya di zaman sekarang byk org mencari dan membicarakan keris umyang tk sumyang tapi tdk mengetahui sejarah nya.. dan hny merujuk pd tuah yang diyakini tntg perekonomian dan sebagainya.
Sangat disayang kan sebenarnya...
Hingga suatu ketika pergolakan politik demak berakhir dan tahta jatuh kepada joko tingkir menantu sultan Trenggono yang berkedudukan di pajang dgn gelar Sultan Hadi Wijoyo. Raden Djoko Supo di perintahkan oleh Sunan Kalijogo untuk mengabdi ke pajang dgn membawa bukti keris buatannya.
Empu Djoko Supo sowan ke Pajang dgn maksud untuk mengabdi dan menyerahkan bukti Sebilah pusaka... disaat datangnya Empu Djoko Supo di istana pajang... Sultan sedang memeriksa seorang tersangka dan terpidana.... dgn wasilah pusaka yang dr Empu Djoko Supo tersangka tsb ngomyang (bicara tanpa kendali) dab kasus bisa selesai krn omongan dr tersangka sendiri....
Pisowanan Empu Djoko Supo diterima... Keris pusaka beserta Empunya di kasih gelar dan nama yang sama.. yaitu keris Kyai Umyang dan empu Kyai umyang.
Itulah sedikit riwayat tentang seorang empu santri yang jujur dan pejabat yang beramanah.
Tunggu episode berikutnya pd zaman Mataram
hadist
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ؛ علموا أولادكم بالثلاثة بحب النبي وأهل بيته وبالقران والآداب
Rosululloh SAW bersabda... didiklah anak2 kalian dgn tiga hal; dgn mencintai Nabi dan keluarga Nabi. dan dgn mengajarkan alqur'an. Serta tentang tatakrama
Dr hadist tsb bisa di lihat rosululloh sebagai utusan alloh dan suritauladan pagi umat.. ajaran agama islam berpatokan pd beliau rosululloh.. dan mencintai rosululloh berarti kita mencintai agama kita... untuk mencapai hal tsb kita harus mencintai ahlu bait to para Dzuriyah yang tentunya kita harus selektif dlm mencintai ahlu bait.. krn di akhir zaman byk ahlu bait yang tdk bermoral dan tdk mencerminkan akhlak rosululloh.
Yang kedua tntg al qur'an; qur'an sebagai ajaran alloh melalui Kanjeng Nabi... di dlm alqur'an ada berbagai riwayat dan peristiwa sejarah yang bisa kita pelajari... alqur'an membahas tntg hukum dan ibadah.. ancaman alloh bagi yang tdk beriman dan bertakwa serta pahala bagi yang bertaqwa.. alqur'an tdk hny sebagai kitab yang harus di baca tapi sekaligus ajaran kehidupan dan agama.
Yang No tiga tentang adab (tatakrama) dan dlm hal ini menyangkut etika sosial budaya maupun yang lain. Tatakrama dlm ibadah dan kehidupan sangatlah diperlukan... agar dlm kehidupan ini kita bisa mendapatkan predikat keimanan dan ketaqwaan serta di akhir nanti bisa mulia di hadapan alloh wa rosululloh.
sengkelat yang melegenda
Di riwayat kan setelah ki nambang berhasil membuat duplikat Kyai sengkelat ki Nambang di kasih gelar dan putri untuk di nikahinya.
Setelah sekian lama Empu Supo di Blambangan beliau selalu mencari cara untuk agar bisa keluar dr kadipaten Blambangan kembali ke Mojopahit membawa kembali keris pusaka yang Tlh diketemukan.
Dan hari itu pun tiba... empu pitrang segera mendakati dewi roro upas dan menceritakan semua siapa dirinya dan tugas yang di embannya.
Dan saat itu dewi upas sedang mengandung... empu pitrang sambil menyerahkan besi bahan keris pada istrinya sembari berkata "wus tekan titiwanci aku kudu bali marang Mojopahit... lan lamun mbesuk putraningsun lahir paringono aran Djoko Suro lan serahno wesi iki lan Yen wus cukup umur goleken aku ono prodjo Mojopahit gawanen wesi iki Kanggo bukti." Setelah berpamitan empu pitrang segera berangkat menuju Mojopahit...
Sesampainya di Mojopahit pusaka segera di kembalikan dan diserahkan pd Sang Prabu... dan atas jasa tsb empu Supo di kasih wilayah di sedayu dan di nikahkan dgn salahsatu putri Mojopahit.. dgn hal tsb empu Supo mendapatkan gelar Empu Pangeran Sedayu. dr pernikahan beliau yang akhirnya mendapatkan putra yang diberi Nama Djoko Supo.
Bertahun-tahun berlalu.... dewi roro upas di tanya oleh raden Djoko Suro siapa ayahnya dan dimana untuk menemuinya??? sang dewi dgn penuh kesedihan menceritakan tntg riwayat suaminya dan segera memerintahkan Djoko suro untuk pergi ke Mojopahit dgn membawa besi peninggalan ayahnya..
Besi yang dibawa selalu di pejet (ditekan) dgn tangan dlm perjalanan sehingga jadi Sebilah keris... dan setelah beberapa lama sampai lah di Kota raja Mojopahit.. dan untuk agar niyat bertemu ayahnya tercapai Djoko suro bikin keonaran sehingga ditangkap oleh prajurit dan di hadapkan ke sang Prabu yang sedang mengadakan pisowanan..
Sang Prabu bertanya "pawongan bocah bambang kang gawe kisruhe prodjo!! Ono opo darunane dene Jeneng Siro agawe derdah ono prajaningsun??
Dua pun menjawab dengan tertunduk "kawulo puniko bade ngawu-awu sudarmo ingkang dados punggowo Wonten ing Prodjo Dalem" sopo arane wong atuwamu??? "Bopo kawulo empu Supo mandrangi" sang Prabu segera meminta agar empu Sedayu menghampiri pemuda tsb... empu Supo ngendiko " opo buktine Yen Jeneng poro iku Yoga ku?? Djoko suro segera mengeluarkan besi yang Tlh gepeng itu... empu supo pun mengakui klo pemuda itu putranya sendri dan menceritakan pd Sang Prabu tntg peristiwa dlm mencari Kyai sengkelat.
Sang Prabu pun tersenyum dan memerintahkan pd Djoko suro untuk membuat Sebilah pedang... di hadapan sang Prabu dan para punggawa Djoko suro segera membuat pedang sesuai titah Raja.
Setelah jadi Sang Prabu mencoba kekuatan pedang tsb dihantam kan ke regol (lawang) dan regol tsb hancur... dan seketika itu pedang di namakan Kyai Lawang... yang saat ini berada di kraton ngayogjokarto.
Dan Djoko suro dinikahkan dgn putri raja (kakak sultan fatah lain ibu) dan di kasih wilayah di jenu..dan bergelar empu pangeran adipati jenu (ayah angkat sunan giri)
Setelah beberapa tahun kemudian keris Kyai sengkelat akhirnya di serahkan pd raden Djoko Suryo yang kemudian hari menjadi sultan demak dgn gelar Sultan Syah Alam Akbar Alfatah.
Pada saat demak sudah berdiri sebagai kesultanan raden Djoko Supo punya keinginan untuk mengabdi ke demak... dan ia pun menghadap wong agung menak. dan atas dawuh sunan kalijogo Djoko supo diperintahkan untuk membuat keris dgn bahan pamor sebesar biji asem.
Djoko supo sengaja membuat keris dgn dapur seperti Kyai sengkelat dan dgn ketrampilan yang ia miliki dia berhasil dan dlm ujian tsb dan di perkenankan untuk menghadap ke demak dgn membawa bukti keris tsb.
Dan diterima lah dia mengabdi pd demak.
Ke episode berikutnya
Setelah sekian lama Empu Supo di Blambangan beliau selalu mencari cara untuk agar bisa keluar dr kadipaten Blambangan kembali ke Mojopahit membawa kembali keris pusaka yang Tlh diketemukan.
Dan hari itu pun tiba... empu pitrang segera mendakati dewi roro upas dan menceritakan semua siapa dirinya dan tugas yang di embannya.
Dan saat itu dewi upas sedang mengandung... empu pitrang sambil menyerahkan besi bahan keris pada istrinya sembari berkata "wus tekan titiwanci aku kudu bali marang Mojopahit... lan lamun mbesuk putraningsun lahir paringono aran Djoko Suro lan serahno wesi iki lan Yen wus cukup umur goleken aku ono prodjo Mojopahit gawanen wesi iki Kanggo bukti." Setelah berpamitan empu pitrang segera berangkat menuju Mojopahit...
Sesampainya di Mojopahit pusaka segera di kembalikan dan diserahkan pd Sang Prabu... dan atas jasa tsb empu Supo di kasih wilayah di sedayu dan di nikahkan dgn salahsatu putri Mojopahit.. dgn hal tsb empu Supo mendapatkan gelar Empu Pangeran Sedayu. dr pernikahan beliau yang akhirnya mendapatkan putra yang diberi Nama Djoko Supo.
Bertahun-tahun berlalu.... dewi roro upas di tanya oleh raden Djoko Suro siapa ayahnya dan dimana untuk menemuinya??? sang dewi dgn penuh kesedihan menceritakan tntg riwayat suaminya dan segera memerintahkan Djoko suro untuk pergi ke Mojopahit dgn membawa besi peninggalan ayahnya..
Besi yang dibawa selalu di pejet (ditekan) dgn tangan dlm perjalanan sehingga jadi Sebilah keris... dan setelah beberapa lama sampai lah di Kota raja Mojopahit.. dan untuk agar niyat bertemu ayahnya tercapai Djoko suro bikin keonaran sehingga ditangkap oleh prajurit dan di hadapkan ke sang Prabu yang sedang mengadakan pisowanan..
Sang Prabu bertanya "pawongan bocah bambang kang gawe kisruhe prodjo!! Ono opo darunane dene Jeneng Siro agawe derdah ono prajaningsun??
Dua pun menjawab dengan tertunduk "kawulo puniko bade ngawu-awu sudarmo ingkang dados punggowo Wonten ing Prodjo Dalem" sopo arane wong atuwamu??? "Bopo kawulo empu Supo mandrangi" sang Prabu segera meminta agar empu Sedayu menghampiri pemuda tsb... empu Supo ngendiko " opo buktine Yen Jeneng poro iku Yoga ku?? Djoko suro segera mengeluarkan besi yang Tlh gepeng itu... empu supo pun mengakui klo pemuda itu putranya sendri dan menceritakan pd Sang Prabu tntg peristiwa dlm mencari Kyai sengkelat.
Sang Prabu pun tersenyum dan memerintahkan pd Djoko suro untuk membuat Sebilah pedang... di hadapan sang Prabu dan para punggawa Djoko suro segera membuat pedang sesuai titah Raja.
Setelah jadi Sang Prabu mencoba kekuatan pedang tsb dihantam kan ke regol (lawang) dan regol tsb hancur... dan seketika itu pedang di namakan Kyai Lawang... yang saat ini berada di kraton ngayogjokarto.
Dan Djoko suro dinikahkan dgn putri raja (kakak sultan fatah lain ibu) dan di kasih wilayah di jenu..dan bergelar empu pangeran adipati jenu (ayah angkat sunan giri)
Setelah beberapa tahun kemudian keris Kyai sengkelat akhirnya di serahkan pd raden Djoko Suryo yang kemudian hari menjadi sultan demak dgn gelar Sultan Syah Alam Akbar Alfatah.
Pada saat demak sudah berdiri sebagai kesultanan raden Djoko Supo punya keinginan untuk mengabdi ke demak... dan ia pun menghadap wong agung menak. dan atas dawuh sunan kalijogo Djoko supo diperintahkan untuk membuat keris dgn bahan pamor sebesar biji asem.
Djoko supo sengaja membuat keris dgn dapur seperti Kyai sengkelat dan dgn ketrampilan yang ia miliki dia berhasil dan dlm ujian tsb dan di perkenankan untuk menghadap ke demak dgn membawa bukti keris tsb.
Dan diterima lah dia mengabdi pd demak.
Ke episode berikutnya
sejarah keris sengkelat
Dlm dunia perkerisan kita mengenal salah dapur keris luk 13 yang dikenal dgn dapur sengkelat.
Dan ada beberapa dapur keris sengkelat dgn nama yang berbeda.
Namun ada sejarah mengenai awal terciptanya keris sengkelat yang berkaitan dgn tumbuhnya perjuangan islam di tanah jawa dimasa lalu serta kerajaan islam di jawatengah.
Pada suatu hari Kanjeng Susuhunan ing Ampel Dento (سيد أحمد رمحة الله) memanggil salah satu murid beliau dan sekaligus salahsatu pejabat majapahit yang bernama Empu Supo Mandrangi.
Kanjeng Sunan Ampel dawuh "ngger putraningsun Supo, ingsun dawuh marang Jeneng Siro... sarehne Siro iku salah sakwijining empu kang linuwih... ingsun kagungan cis gagang cemeti warisan soko Kanjeng Eyang Nabi Agung Muhammad... Mulo ingsun dawuh marang Jeneng Siro supoyo wesi iki gewenono pedang" Empu Supo menjawab "sendiko Dawuh Kanjeng Sunan" dan setelah itu Empu Supo pulang kembali ke Mojopahit.
Sesampainya di tempat Empu Supo segera mempersiapkan diri mengemban dawuh Sang Guru dgn seksama beliau meneliti cis yang diterima dr Sunan Ampel..
Dlm benak Empu Supo berfikir sangat menyayangkan jk bahan yang sebagus itu hny di buat keris... sedang di zaman itu budaya keris sedang berkembang di kerajaan...
Maka tanpa berfikir panjang Empu Supo segera membuat pusaka dr cis tsb... dan dgn keterampilan beliau tercipta lah Sebilah keris luk 13 dgn pamor yang mengesankan.
Tdk berapa lama kemudian Empu Supo segera menghadap ke Ampel
Sesampainya di Ampel dan menunjukkan pusaka tsb.. betapa kagetnya Sunan Ampel melihat yang di bawa Empu Supo Sebilah keris bukan pedang sesuai yang diperintahkan... dgn bijak Sunan Ampel bersabda "ngger Supo putraningsun... sekawit ingsun dawuh marang Siro supoyo gawe pedang kang pas karo ciri Arab... ananging kenang opo Jeneng Siro Anggawe keris???"
Dgn tertunduk Empu Supo menjawab "nyuwun agunging pangaksami Kanjeng.... batos kawulo mrino Yen tosan ingkang edhi puniko kok Anamung dinamel pedang" Kanjeng Sunan Ampel tersenyum dan ngendiko dgn penuh wibawa "oh iyo ngger... iki tondo bukti Yen manjinge Agomo Islam ing tanah jowo tan keno ninggal ke kabudayan tanah jowo... Mulo sakiki Jeneng Siro ojo wedi kangelan.... sowano ing
prodjo wilwotikto Mojopahit lan aturno marang ngarso Dalem Sang Prabu Mugo pusoko iki dadi lantaran keagungan lan luhure prodjo " Empu Supo dgn senang hati menyanggupi dawuh tsb dan segera berangkat....
Sesampainya di pendopo Agung Kedhaton Mojopahit Sang Prabu sedang duduk di singgasana dihadap para punggawa... Empu Supo segera menyembah dan Matur jk diutus Sunan Ampel untuk menghaturkan pusaka.
Betapa kaget dan takjub Sang Prabu melihat pusaka buatan Empu Supo pemberian Sunan Ampel tsb...
Lalu beliau bersabda "Supo.
Ingsun tompo opo kang dadi aturmu atas dawuh Putraningsun ing Ampel Dento... Mugo dadi muwuhake kuncaraning Prodjo." empu Supo mengangguk" Sang Prabu menerus kan sabdanya "Supo... opo duwung iki wus ono akan dapur??? empu Supo Matur "punten dalem sewu Sinuhun.. pusoko puniko Dereng kaparingan Asmo saking Kanjeng Sunan..." Sang Prabu bersabda " Supo gandeng Jeneng Siro ngasto pusoko iki Siro sengkelat mulo.. seksenono marang Siro kabeh kang podo sowan... pusoko iki ingsun paringi Asmo Kanjeng Kyai Sengkelat"
Pusaka disimpan di jajaran pusaka utama mojopahit dan cukup berpengaruh pd lingkungan kerajaan.
Terdengar lah kabar tntg pusaka tsb ke telinga adipati Blambangan dan sang adipati menginginkan pusaka tsb krn ada riwayat pusaka tsb bs menjadi kan pemilik nya berwibawa dan menjadi raja.
Lalu sang adipati memerintahkan seorang maling yang mempunyai ilmu panglimunan.
Dan singkat cerita pencuri tsb berhasil mengambil pusaka tsb.
Dan gempar lah kerajaan majapahit dgn hilang nya pusaka tsb.
Lalu sang Prabu memerintahkan Empu Supo untuk segera mencari pusaka yang hilang tsb..
Perjalanan empu Supo dlm mencari pusaka tsb sampai ke makasar Palembang dan daerah lain.. namun tdk ada pertanda keberadaan pusaka tsb.. hingga di suatu hari berangkat lah empu Supo ke Blambangan dgn menyamar sebagai pande besi dgn nama ki nambang... para warga Blambangan byk yang meminta untuk di buatkan berbagai alat pertanian... dan buatan ki nambang sangatlah bagus... hingga suatu ketika kabar tsb terdengar oleh Patih Blambangan... sang Patih pun memesan agar ki nambang membuat kan keris kidangsoko... betapa kaget nya sang Patih krn buatan ki nambang sangat indah dan ketika di tancapkan pd batang pohon dgn tiba2 pohon tsb layu mengering.
Dan hal tsb disampaikan pd sang adipati dan sang adipati meminta agar ki nambang di sowan kan ...
Setelah di sowan kan sang adipati menceritakan bahwa adipati pingin membuat salinan sebuah pusaka. Dan setelah empu Supo melihat pusaka yang ada... krn keris itu adalah pusaka yang dia cari.
Setelah itu ki nambang menyanggupi.. titah tsb dan memohon untuk membuat pusaka tsb di dasar laut krn dikhawatirkan percikan api akan mencelakakan warga.
Sang adipati pun mengijinkan.
Ki nambang segera membuat dua bilah keris yang serupa dan sedang yang asli beliau simpan.
Singkat cerita keris di serahkan pd sang adipati dan sang adipati sangat senang melihat keris buatan ki nambang yang bgt bagus tiada bedanya.
Atas jasa tsb ki nambang di hadiahi gelar empu pangeran pitrang dan dinikahkan dgn dewi roro upas.
Tunggu episode selanjutnya
Dan ada beberapa dapur keris sengkelat dgn nama yang berbeda.
Namun ada sejarah mengenai awal terciptanya keris sengkelat yang berkaitan dgn tumbuhnya perjuangan islam di tanah jawa dimasa lalu serta kerajaan islam di jawatengah.
Pada suatu hari Kanjeng Susuhunan ing Ampel Dento (سيد أحمد رمحة الله) memanggil salah satu murid beliau dan sekaligus salahsatu pejabat majapahit yang bernama Empu Supo Mandrangi.
Kanjeng Sunan Ampel dawuh "ngger putraningsun Supo, ingsun dawuh marang Jeneng Siro... sarehne Siro iku salah sakwijining empu kang linuwih... ingsun kagungan cis gagang cemeti warisan soko Kanjeng Eyang Nabi Agung Muhammad... Mulo ingsun dawuh marang Jeneng Siro supoyo wesi iki gewenono pedang" Empu Supo menjawab "sendiko Dawuh Kanjeng Sunan" dan setelah itu Empu Supo pulang kembali ke Mojopahit.
Sesampainya di tempat Empu Supo segera mempersiapkan diri mengemban dawuh Sang Guru dgn seksama beliau meneliti cis yang diterima dr Sunan Ampel..
Dlm benak Empu Supo berfikir sangat menyayangkan jk bahan yang sebagus itu hny di buat keris... sedang di zaman itu budaya keris sedang berkembang di kerajaan...
Maka tanpa berfikir panjang Empu Supo segera membuat pusaka dr cis tsb... dan dgn keterampilan beliau tercipta lah Sebilah keris luk 13 dgn pamor yang mengesankan.
Tdk berapa lama kemudian Empu Supo segera menghadap ke Ampel
Sesampainya di Ampel dan menunjukkan pusaka tsb.. betapa kagetnya Sunan Ampel melihat yang di bawa Empu Supo Sebilah keris bukan pedang sesuai yang diperintahkan... dgn bijak Sunan Ampel bersabda "ngger Supo putraningsun... sekawit ingsun dawuh marang Siro supoyo gawe pedang kang pas karo ciri Arab... ananging kenang opo Jeneng Siro Anggawe keris???"
Dgn tertunduk Empu Supo menjawab "nyuwun agunging pangaksami Kanjeng.... batos kawulo mrino Yen tosan ingkang edhi puniko kok Anamung dinamel pedang" Kanjeng Sunan Ampel tersenyum dan ngendiko dgn penuh wibawa "oh iyo ngger... iki tondo bukti Yen manjinge Agomo Islam ing tanah jowo tan keno ninggal ke kabudayan tanah jowo... Mulo sakiki Jeneng Siro ojo wedi kangelan.... sowano ing
prodjo wilwotikto Mojopahit lan aturno marang ngarso Dalem Sang Prabu Mugo pusoko iki dadi lantaran keagungan lan luhure prodjo " Empu Supo dgn senang hati menyanggupi dawuh tsb dan segera berangkat....
Sesampainya di pendopo Agung Kedhaton Mojopahit Sang Prabu sedang duduk di singgasana dihadap para punggawa... Empu Supo segera menyembah dan Matur jk diutus Sunan Ampel untuk menghaturkan pusaka.
Betapa kaget dan takjub Sang Prabu melihat pusaka buatan Empu Supo pemberian Sunan Ampel tsb...
Lalu beliau bersabda "Supo.
Ingsun tompo opo kang dadi aturmu atas dawuh Putraningsun ing Ampel Dento... Mugo dadi muwuhake kuncaraning Prodjo." empu Supo mengangguk" Sang Prabu menerus kan sabdanya "Supo... opo duwung iki wus ono akan dapur??? empu Supo Matur "punten dalem sewu Sinuhun.. pusoko puniko Dereng kaparingan Asmo saking Kanjeng Sunan..." Sang Prabu bersabda " Supo gandeng Jeneng Siro ngasto pusoko iki Siro sengkelat mulo.. seksenono marang Siro kabeh kang podo sowan... pusoko iki ingsun paringi Asmo Kanjeng Kyai Sengkelat"
Pusaka disimpan di jajaran pusaka utama mojopahit dan cukup berpengaruh pd lingkungan kerajaan.
Terdengar lah kabar tntg pusaka tsb ke telinga adipati Blambangan dan sang adipati menginginkan pusaka tsb krn ada riwayat pusaka tsb bs menjadi kan pemilik nya berwibawa dan menjadi raja.
Lalu sang adipati memerintahkan seorang maling yang mempunyai ilmu panglimunan.
Dan singkat cerita pencuri tsb berhasil mengambil pusaka tsb.
Dan gempar lah kerajaan majapahit dgn hilang nya pusaka tsb.
Lalu sang Prabu memerintahkan Empu Supo untuk segera mencari pusaka yang hilang tsb..
Perjalanan empu Supo dlm mencari pusaka tsb sampai ke makasar Palembang dan daerah lain.. namun tdk ada pertanda keberadaan pusaka tsb.. hingga di suatu hari berangkat lah empu Supo ke Blambangan dgn menyamar sebagai pande besi dgn nama ki nambang... para warga Blambangan byk yang meminta untuk di buatkan berbagai alat pertanian... dan buatan ki nambang sangatlah bagus... hingga suatu ketika kabar tsb terdengar oleh Patih Blambangan... sang Patih pun memesan agar ki nambang membuat kan keris kidangsoko... betapa kaget nya sang Patih krn buatan ki nambang sangat indah dan ketika di tancapkan pd batang pohon dgn tiba2 pohon tsb layu mengering.
Dan hal tsb disampaikan pd sang adipati dan sang adipati meminta agar ki nambang di sowan kan ...
Setelah di sowan kan sang adipati menceritakan bahwa adipati pingin membuat salinan sebuah pusaka. Dan setelah empu Supo melihat pusaka yang ada... krn keris itu adalah pusaka yang dia cari.
Setelah itu ki nambang menyanggupi.. titah tsb dan memohon untuk membuat pusaka tsb di dasar laut krn dikhawatirkan percikan api akan mencelakakan warga.
Sang adipati pun mengijinkan.
Ki nambang segera membuat dua bilah keris yang serupa dan sedang yang asli beliau simpan.
Singkat cerita keris di serahkan pd sang adipati dan sang adipati sangat senang melihat keris buatan ki nambang yang bgt bagus tiada bedanya.
Atas jasa tsb ki nambang di hadiahi gelar empu pangeran pitrang dan dinikahkan dgn dewi roro upas.
Tunggu episode selanjutnya
Sabtu, 29 November 2014
perjalanan sang pangeran
Angin bertiup mengibaskan rambutnya yang panjang... seekor kuda putih yang diberi nama cipto gati yang senantiasa menemani dlm perjalanan nya... langkah demi langkah dilalui.. keluar masuk hutan dan pegunungan... hingga pada suatu hari sampai lah ia di sebuah bukit dan dia berhenti untuk beristirahat.... sayup2 terdengar suara pertarungan dr kejauhan dan perlahan ia mendekati dan mencari sumber suara tsb.. dan ketika sudah dekat dan bisa melihat pertarungan... betapa terkejutnya ia... krn ada seseorang yang sedang dikeroyok oleh 3 tokoh sakti yang terkenal dan tanpa pikir panjang ia lgsg ikut membantu... pertarungan pun semakin hebat berbagai macam ilmu di pergunakan... hingga suatu ketika ketiga tokoh sakti mengeluarkan senjata meraka... dan salah satu pusaka mereka berhasil melukai seseorang yang di keroyok.
Melihat yang ia bantu terluka.. sang pangeran segera mengeluarkan Sebilah keris dr balik bajunya... pertarungan pun berlanjut dengan sengit hingga pd saat ketiga tokoh terpental.
Tdk berapa lama kemudian mereka mendekati sang pangeran sambil tertunduk dan sambil memegang dada mereka sembari memohon ampun serta berkata "kinasak kami mohon ampun dan mohon diberi hidup... dan kami siap bengabdi" sang pangeran sambil menyarungkan pusaka nya segera menjawab " baiklah kalian akan q ampuni... tapi jelaskan siapa kalian dan ada mslh apa kalian mengeroyok seseorang yang bukan lawan kalian?? apa kalian tdk malu?? " salah satu dr mereka pun menjawab "kami bertiga mantan senopati majapahit yang blm bisa menerima Raden Fatah sebagai pimpinan kami... dan org itu murid wong agung menak salah satu dr para wali" sang pangeran pun mengangguk dan menyuruh mereka ikut mengantar santri tsb ke kadilangu untuk menghadap wong agung menak... perjalanan mereka pun segera berlanjut dan dlm perjalanan santri yang terluka pun bs disembuhkan dr luka yang diderita...
Sesampainya di kadilangu mereka pun diterima oleh wong agung menak dan di jamu dgn alakadarnya.
Wong agung pun bertanya "nakmas... ada gerangan apa nakmas datang dgn dikawal para prajurit mojopahit???" sang pangeran pun menjawab semua yang terjadi dlm perjalanan dan wong agung pun mengangguk... sambil tersenyum dan bersabda "sudah jd takdir kalian semua hrs bersama untuk berjuang dlm keutuhan dan keamanan demak bintoro... untuk beberapa waktu kalian menetaplah disini dan belajar tentang ibadah"
Semua menyanggupi dan bersedia untuk menjalankan apa yang di perintah oleh wong agung...
Setelah beberapa waktu tiga tokoh tsb dihadapkan ke bintoro untuk menjadi prajurit. Sementara sang pangeran masih di kadilangu meneruskan pelajaran berbagai ilmu kedigdayaan... hingga pada suatu ketika wong agung memerintahkan agar sang pangeran pergi bertapa di rowopening... berangkat lah ia ditemani kuda kesayangan nya menuju rowopening... selama 40hr ia di rowopening dan hingga suatu ketika wong agung menjemput nya dan membawa nya ke suatu tempat.. dan di tempat tsb di ajarkan berbagai ilmu kedigdayaan serta wejangan lainnya..
Dan setelah semua selesai wong agung menyuruh sang pangeran untuk pergi ke pulau borneo
Dan berangkat lah ia ke borneo.. setiba di borneo sang pangeran melakukan perjalanan dakwah tntg islam yang byk diterima oleh warga borneo.. hingga suatu ketika ada rombongan dr demak yang dtg... dan dipimpin oleh wong agung menak..
Dan menyuruh untuk agar di buat istana serta pemerintahan atas nama demak... dan tdk bgt lama hal itu pun terwujud dgn pimpinan sang pangeran itu sendiri dgn gelar sultan nurul alam...
Pemerintahan berjalan dgn baik dan kemajuan meningkat serta agama pun bersinar..
Sang pangeran merasa bosan dgn yang ada dan segera melakukan perjalanan ke demak untuk memohon agar sultan demak menunjuk seseorang untuk memimpin kesultanan di borneo.. setelah di bahas bersama para wali dan di putuskan sang pangeran pun kembali ke borneo..
Tdk lama dr itu sang pangeran menghilang
Melihat yang ia bantu terluka.. sang pangeran segera mengeluarkan Sebilah keris dr balik bajunya... pertarungan pun berlanjut dengan sengit hingga pd saat ketiga tokoh terpental.
Tdk berapa lama kemudian mereka mendekati sang pangeran sambil tertunduk dan sambil memegang dada mereka sembari memohon ampun serta berkata "kinasak kami mohon ampun dan mohon diberi hidup... dan kami siap bengabdi" sang pangeran sambil menyarungkan pusaka nya segera menjawab " baiklah kalian akan q ampuni... tapi jelaskan siapa kalian dan ada mslh apa kalian mengeroyok seseorang yang bukan lawan kalian?? apa kalian tdk malu?? " salah satu dr mereka pun menjawab "kami bertiga mantan senopati majapahit yang blm bisa menerima Raden Fatah sebagai pimpinan kami... dan org itu murid wong agung menak salah satu dr para wali" sang pangeran pun mengangguk dan menyuruh mereka ikut mengantar santri tsb ke kadilangu untuk menghadap wong agung menak... perjalanan mereka pun segera berlanjut dan dlm perjalanan santri yang terluka pun bs disembuhkan dr luka yang diderita...
Sesampainya di kadilangu mereka pun diterima oleh wong agung menak dan di jamu dgn alakadarnya.
Wong agung pun bertanya "nakmas... ada gerangan apa nakmas datang dgn dikawal para prajurit mojopahit???" sang pangeran pun menjawab semua yang terjadi dlm perjalanan dan wong agung pun mengangguk... sambil tersenyum dan bersabda "sudah jd takdir kalian semua hrs bersama untuk berjuang dlm keutuhan dan keamanan demak bintoro... untuk beberapa waktu kalian menetaplah disini dan belajar tentang ibadah"
Semua menyanggupi dan bersedia untuk menjalankan apa yang di perintah oleh wong agung...
Setelah beberapa waktu tiga tokoh tsb dihadapkan ke bintoro untuk menjadi prajurit. Sementara sang pangeran masih di kadilangu meneruskan pelajaran berbagai ilmu kedigdayaan... hingga pada suatu ketika wong agung memerintahkan agar sang pangeran pergi bertapa di rowopening... berangkat lah ia ditemani kuda kesayangan nya menuju rowopening... selama 40hr ia di rowopening dan hingga suatu ketika wong agung menjemput nya dan membawa nya ke suatu tempat.. dan di tempat tsb di ajarkan berbagai ilmu kedigdayaan serta wejangan lainnya..
Dan setelah semua selesai wong agung menyuruh sang pangeran untuk pergi ke pulau borneo
Dan berangkat lah ia ke borneo.. setiba di borneo sang pangeran melakukan perjalanan dakwah tntg islam yang byk diterima oleh warga borneo.. hingga suatu ketika ada rombongan dr demak yang dtg... dan dipimpin oleh wong agung menak..
Dan menyuruh untuk agar di buat istana serta pemerintahan atas nama demak... dan tdk bgt lama hal itu pun terwujud dgn pimpinan sang pangeran itu sendiri dgn gelar sultan nurul alam...
Pemerintahan berjalan dgn baik dan kemajuan meningkat serta agama pun bersinar..
Sang pangeran merasa bosan dgn yang ada dan segera melakukan perjalanan ke demak untuk memohon agar sultan demak menunjuk seseorang untuk memimpin kesultanan di borneo.. setelah di bahas bersama para wali dan di putuskan sang pangeran pun kembali ke borneo..
Tdk lama dr itu sang pangeran menghilang
Kamis, 27 November 2014
peran dzuriyah Nabi di kawasan gunung slamet
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ »
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian”
(HR. Muslim no.108, 2/671)
Keutamaan Ziarah kubur :
Haram hukumnya memintakan ampunan bagi orang yang mati dalam keadaan kafir (Nailul Authar [219], Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi [3/402]). Sebagaimana juga firman Allah Ta’ala:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya)” (QS. At Taubah: 113)
Berziarah kubur ke makam orang kafir hukumnya boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402). Berziarah kubur ke makam orang kafir ini sekedar untuk perenungan diri, mengingat mati dan mengingat akhirat. Bukan untuk mendoakan atau memintakan ampunan bagi shahibul qubur. (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 187)
Jika berziarah kepada orang kafir yang sudah mati hukumnya boleh, maka berkunjung menemui orang kafir (yang masih hidup) hukumnya juga boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402).
Hadits ini adalah dalil tegas bahwa ibunda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mati dalam keadaan kafir dan kekal di neraka (Syarh Musnad Abi Hanifah, 334)
Tujuan berziarah kubur adalah untuk menasehati diri dan mengingatkan diri sendiri akan kematian (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402)
An Nawawi, Al ‘Abdari, Al Haazimi berkata: “Para ulama bersepakat bahwa ziarah kubur itu boleh bagi laki-laki” (Fathul Baari, 4/325). Bahkan Ibnu Hazm berpendapat wajib hukumnya minimal sekali seumur hidup. Sedangkan bagi wanita diperselisihkan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat hukumnya boleh selama terhindar dari fitnah, sebagian ulama menyatakan hukumnya haram mengingat hadits ,
لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور
“Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur” (HR. At Tirmidzi no.1056, komentar At Tirmidzi: “Hadits ini hasan shahih”)
Dan sebagian ulama berpendapat hukumnya makruh (Fathul Baari, 4/325). Yang rajih insya Allah, hukumnya boleh bagi laki-laki maupun wanita karena tujuan berziarah kubur adalah untuk mengingat kematian dan mengingat akhirat, sedangkan ini dibutuhkan oleh laki-laki maupun perempuan (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 180).
Ziarah kubur mengingatkan kita akan akhirat. Sebagaimana riwayat lain dari hadits ini:
زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة
“Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat” (HR. Ibnu Maajah no.1569)
Ziarah kubur dapat melembutkan hati. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Haakim no.1393, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’, 7584)
Ziarah kubur dapat membuat hati tidak terpaut kepada dunia dan zuhud terhadap gemerlap dunia. Dalam riwayat lain hadits ini disebutkan:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا وتذكر الآخرة
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat membuat kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan kalian akan akhirat” (HR. Al Haakim no.1387, didhaifkan Al Albani dalam Dha’if Al Jaami’, 4279)
Al Munawi berkata: “Tidak ada obat yang paling bermanfaat bagi hati yang kelam selain berziarah kubur. Dengan berziarah kubur, lalu mengingat kematian, akan menghalangi seseorang dari maksiat, melembutkan hatinya yang kelam, mengusir kesenangan terhadap dunia, membuat musibah yang kita alami terasa ringan. Ziarah kubur itu sangat dahsyat pengaruhnya untuk mencegah hitamnya hati dan mengubur sebab-sebab datangnya dosa. Tidak ada amalan yang sedahsyat ini pengaruhnya” (Faidhul Qaadir, 88/4)
Disyariatkannya ziarah kubur ini dapat mendatangkan manfaat bagi yang berziarah maupun bagi shahibul quburyang diziarahi (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 188). Bagi yang berziarah sudah kami sebutkan di atas. Adapun bagi shahibul qubur yang diziarahi (jika muslim), manfaatnya berupa disebutkan salam untuknya, serta doa dan permohonan ampunan baginya dari peziarah. Sebagaimana hadits:
كيف أقول لهم يا رسول الله؟ قال: قولي: السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين وإنا إن شاء الله بكم للاحقون
“Aisyah bertanya: Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (shahibul qubur) wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Ucapkanlah: Assalamu ‘alaa ahlid diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa yarhamullahul mustaqdimiina wal musta’khiriina, wa inna insyaa Allaahu bikum lalaahiquun (Salam untuk kalian wahai kaum muslimin dan mu’minin penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (mati), dan juga orang-orang yang diakhirkan (belum mati). Sungguh, Insya Allah kami pun akan menyusul kalian” (HR. Muslim no.974)
Ziarah kubur yang syar’i dan sesuai sunnah adalah ziarah kubur yang diniatkan sebagaimana hadits di atas, yaitu menasehati diri dan mengingatkan diri sendiri akan kematian. Adapun yang banyak dilakukan orang, berziarah-kubur dalam rangka mencari barokah, berdoa kepada shahibul qubur adalah ziarah kubur yang tidak dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Selain itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga melarang qaulul hujr ketika berziarah kubur sebagaimana hadits yang sudah disebutkan. Dalam riwayat lain disebutkan:
ولا تقولوا ما يسخط الرب
“Dan janganlah mengatakan perkataan yang membuat Allah murka” (HR. Ahmad 3/38,63,66, Al Haakim, 374-375)
Termasuk dalam perbuatan ini yaitu berdoa dan memohon kepada shahibul qubur, ber-istighatsah kepadanya, memujinya sebagai orang yang pasti suci, memastikan bahwa ia mendapat rahmat, memastikan bahwa ia masuk surga, (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 178-179)
Tidak benar persangkaan sebagian orang bahwa ahlussunnah atau salafiyyin melarang ummat untuk berziarah kubur. Bahkan ahlussunnah mengakui disyariatkannya ziarah kubur berdasarkan banyak dalil-dalil shahih dan menetapkan keutamaannya. Yang terlarang adalah ziarah kubur yang tidak sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang menjerumuskan kepada perkara bid’ah dan terkadang mencapai tingkat syirik.
Alkisah pada abad 14 seorg ulama besar dr jazirah arab datang ke tanah jawa beliau adalah sayid ibrohim almaghriby assamarqondy
Kedatangan beliau di sertai beberapa ulama lain diantaranya putra beliau sendiri yang bernama Sayid 'Aly Murtadho serta para sayid yang lainnya..
Rombongan tsb berlabuh di pantai utara Jawa tepatnya di ujung negoro.... dan Sayid Ibrohim berkenan menetap di wonobodro wilayah batang... dan membangun masjid serta pemukiman...
Dlm beberapa waktu kawasan wonobodro jd rame banyak di kunjungi warga yg ingin belajar tntg agama islam...
Sayid Ibrohim terkenal ahli hikmah dan pengobatan serta ahli dlm tumbal tanah angker.. beliau Seorg Ulama sepuh yang wira'i
Dan para pengikut beliau menyebar ke seluruh penjuru untuk berdakwah memberikan ajaran agama pd masyarakat.
Diantara mereka tersebut ada Sayid Muhammad almaghriby yang dikenal dgn sebutan sunan atas angin.. beliau di tugas kan untuk berdakwah di lereng gunung slamet sekaligus untuk menjaga gunung api tsb.
Beliau di perintah kan untuk mencari tempat di mana tmpt tsb ada tujuh aliran air panas di kawasan lereng gunung.. dan di perintah kan untuk berkholwat dan riyadhoh di sekitar tmpt tsb.
Setelah melakukan pengembaraan sambil berdakwah.. tmpt yang dicari beliau temukan dan dlm beberapa waktu beliau berkholwat di tempat tsb.
Setelah selesai beliau melanjutkan perjalanan dakwah ke wilayah sekitar dan sampai akhirnya beliau menjadi menantu Syaikh Jambu Karang ardi lawet.
Islam masuk kawasan gunung slamet jauh sebelum demak berdiri sebagai kesultanan... sebagai bukti keturunan dr Sayid Muhammad Almaghriby (sunan atas angin) yakni Syaikh Makhdum Wali Prakoso menjadi pembuat salah satu soko (tiang) masjid agung Demak bintoro.
Dan dr hal tsb beliau di angkat sebagai adipati pekiringan.
Peran aktif para dzuriyah di kawasan Gunung slamet tdk hny disitu
Pada era pasir luhur demak mengutus keturunan sunan atas angin yaitu Syaikh makhdum Aly untuk berdakwah di pasir luhur menjadi penasehat adipati Banyak Blanak dan adipati Wira Kencana yang diberi gelar oleh sultan Fatah dgn sebutan Kanjeng Senopati Mangkubumi.
Di masa Pajang ada Sayid Nur Sulaiman dan lainnya.. serta di zaman Mataram ada Sayid Achmad bin Muhammad dan lainnya.
Dan setelah perang Diponegoro byk para Dzuriyah yang berdakwah di kawasan Gunung slamet.. diantaranya Syaikh Achmad Mustolih Syaikh Abdussomad dan yang lainnya.
Tentu saja peran aktif beliau2 dlm berdakwah berbaur dgn masyarakat dan mengikuti budaya yang ada di masyarakat
Budaya tsb yang sekarang kita kenal dgn budaya banyumasan.
Para sesepuh pejuang keagamaan di masa lalu bgt santun dan begitu indah dlm berdakwah... dgn kultur budaya dan jg adat istiadat yang berlaku di masyarakat.
Seni dan budaya tdk beliau hancurkan... seni budaya yang ada di masyarakat beliau jadikan sebagai sarana dan media untuk mempersatukan masyarakat dan menjalin silaturahmi.
Berikut nama para ulama dan sesepuh kawasan Banyumas yang berjasa dlm agama dan pemerintahan dimasa lalu.
Kyai Ageng Saketi
Kyai Ageng Paku Jati
Kyai Ageng Sumende
Kyai Ageng Cendana Sari
Kyai Ageng Pancur Mas
Kyai Ageng Melung
Kyai Ageng Macan Kuning
Kyai Ageng Jambu Mali
Kyai Ageng Bantaran
Kyai Ageng Ganda Tapa
Kyai Ageng Kabunan
Kyai Ageng Kali Putih
Kyai Ageng Kali Bening
Kyai Ageng Mranggi
Kyai Ageng Somogede
Kyai Ageng Donorodjo
Kyai Ageng Kendali Sodo
Kyai Ageng Lumbir
Kyai Ageng Gumelar
Kyai Ageng Karang Delima
Kyai Ageng Datar
Kyai Ageng Salaka
Kyai Ageng Mbilung
Kyai Ageng Ciliwet
Kyai Ageng Kramat
Kyai Ageng Siti Saniyah
Syaikh Makhdum 'Aly
Syaikh Imam Kuasa
Syaikh Achmad Muhammad
Syaikh Imam Rozy
Syaikh Hamzah Kusuma
Syaikh Abdussomad
Syaikh Abu Suruj
Syaikh Nur Sulaiman
Syaikh Nur Kalam
Syaikh Nur Hakim
Syaikh Nur Hakam
Syaikh Djaka Arfi
Syaikh Abdul Hamid Kerta Negara
Syaikh Achmad Mustolih
Syaikh Baharuddin
Syaikh Djaka Suci
Adipati Banyak Blanak
Adipati Wira Kencana
Adipati Pamancing
Adipati Jebu Kusuma
Adipati Dewa Kesuma
Adipati Perlangkap
Adipati Djoko Kahiman
Adipati Mersi
Adipati Martodiredjo
Sunan Papak
Sunan Atas Angin
Sunan Tapak Angin
Sunan Bantar Angin
Kyai Singa Dipa
Kyai Singa Menggala
Kyai Purwakerta
Kyai Pekih
Kyai Purba Menggala
Kyai Mangkubumi
Kyai Mangkunegara
Kyai Keniten
Nyai Ageng Mranggi
Nyai Ageng Singuntara
Nyai Ageng Melati
Nyai Ageng Baseban
Raden Prabu Bhima
Raden Manguri
Raden Djaka Kesuma
Raden Djaya Kusuma
Raden Sura Wijaya
Raden Yuda Negara
Raden Yuda Wangsa
Raden Singa Wangsa
Raden Huda Muhammad
Raden Yuda Muhammad
Raden Nur Ibrohim
Raden Haji Ilyas
Raden Surya Wangsa
Raden Wangsa Cipta
Raden Gajah Nara Kusuma
Raden Tirta Yuda
Raden Bono Keling
Raden Arya Wiguna
Raden Arya Soma
Raden Raga Wangsa
Itu sekilas tntg peran para Dzuriyah Rosululloh di kawasan Gunung slamet dan sedikit nama para tokoh di masa lalu.
Yang mana diantara beliau2 masih keturunan Rosululloh dan jg berperan aktif pada agama dan pemerintahan serta perjuangan.
Sekian dan terima kasih.
balada seorang pangeran
Alkisah di suatu kerajaan yang besar serta megah. Yang di pimpin oleh seorang Raja yang tegas berwibawa.. namun sang raja memiliki beberapa istri dan putra putri. Diantara putra putri di kerajaan tsb ada seorang pangeran yang cakap dan sederhana.
Situasi politik di kerajaan yang tidak menentu membuat banyak dr krabat dan para pangeran keluar mengasingkan diri dlm pengembaraan. Salah satu dr mereka adalah seorang pangeran yang gemar berkelana dan berguru mencari jati diri.
Dlm pengembaraan nya sampailah dia di sebuah padepokan yang cukup masyhur di kala itu yang di pimpin oleh Kyai Ageng Pucang Agung. Setelah bertemu dgn sang guru terjadi lah pembicaraan dgn di awali salam dan saling berjabat tangan.
Kyai Ageng bertanya "wahai kisanak anda ksatria dr mana dan siapa nama anda serta ada maksud apa berkenan datang ke padepokan ini???
Pangeran tsb menjawab "hamba hanya seorang pengelana yang tanpa tempat tinggal... adapun maksud hamba datang kemari ingin berguru tntg ilmu kehidupan dan agama" Kyai Ageng tersenyum dan berkata " baiklah nakmas... belajarlah dengan tekun dan berlatih lah dgn giat... suatu saat apa yang nakmas pelajari akan berguna bagi orang lain"
Dalam beberapa waktu dia belajar tntg ilmu sastra dan agama serta ilmu kedigdayaan pada Kyai Ageng.. hari berganti bulan bulan berganti tahun.. setelah tiga tahun berlalu Kyai Ageng memanggil pangeran tsb.. dan berkata " nakmas saya kira ilmu yang kau pelajari di sini Tlh cukup dan pergunakan lah apa yang kamu ketahui untuk menolong sesama, perjalanan mu masih panjang dan berangkat lah kamu ke pesantren ampel menghadaplah Kanjeng Susuhunan... berguru lah pada beliau untuk menambah pengetahuan mu tntg agama... dan jgn lupa pulanglah ke rumahmu krn ibumu merindukan mu... serta mintalah doa pd ibumu" pangeran tsb lalu menyembah dan berpamitan.
Dlm perjalanan menuju pusat kota dia ketemu dgn seorang pengelana yang bernama dewi latri dan mereka pun saling mengucapkan salam serta bertanya... wahai pengelana anda hendak kemana?? ... dan dia pun menjawab... saya hendak ke ampel akan tetapi harus mampir ke rumah dulu... sekiranya kita satu tujuan mari kita berjalan bersama " dewi latri pun menjawab " kita satu tujuan untuk menghadap ke ampel dento" meraka pun akhirnya berkuda menuju pusat kota.
Setibanya di pusat kota sang pangeran menitipkan dewi latri kepada salah satu punggawa kerajaan... dan dia segera menghadap ibundanya.
Sesampai di dlm kedhaton dia duduk bersimpuh di hadapan ibundanya... sembari berkata " ibunda putramu menghadap dan memohon doa.. sang ibu pun menjawab dan... "wahai putraku kerajaan sudah diambang kehancuran krn terjadi nya beberapa peristiwa... saudara2mu byk yang sudah meninggalkan istana dan mengabdi untuk agama... ibumu berpesan Jgn lah kamu ikut2an berebut kedudukan di istana... pergilah ke ampel untuk mendalami ilmu agama.. dan menghadaplah ke kadilangu agar kuat ilmu mu... ikutilah apa yang menjadi perkataan para wali, suatu saat nanti kita akan bertemu lagi disaat kamu terluka akibat perang besar di antara saudara dan kerabatmu... lekas lah pergi menghadap ayahmu dan segeralah berangkat ke ampel.
Tak lama kemudian sang pangeran segera mehadap ahandanya.. setelah bertemu.. sang raja bersabda.. wahai putraku situasi politik yang tdk menentu bisa menghancurkan negara ini.. segeralah pergi ke ampel untuk berguru... bawalah pusaka ini.. dan kamu harus mengabdi pada para wali.. ikuti segala perintah... krn kelak matahari yang akan bersinar di tanah jawa itu yang mendapat restu para wali... jadilah ksatria pembela kebenaran dan hiduplah dgn rakyat...
Tak lama dr itu dia pun berpamitan dan keluar istana untuk berangkat menuju ampel.
Dan sesaat pula dia mampir ke punggawa dan mengajak dewi latri menuju ampel..
Berbagai peristiwa suka dan duka dlm berguru di ampel dilalui dgn baik.
Sebagai seorg santri dia patuh pd guru dan taat beragama...
Bertahun tahun berlalu dgn bgt banyak peristiwa... kerajaan pun sudah tdk sekuat dulu... dan salah satu putra dr selir yang bernama pangeran glagah wangi oleh para wali ditetapkan sebagai penerus kerajaan... kehidupan beragama pun semakin baik dgn adanya kerajaan yg di kukuhkan oleh para wali.
Namun diantara krabat kerajaan ada yang tdk terima dan menobatkan diri sebagai penguasa penerus tahta.. tak ayal pertikaian politik pun terjadi... kerajaan dibawah bimbingan para wali selalu di ancam oleh para bangsawan yang blm mau mengakui..
Pertempuran sering terjadi diantara pasukan para wali dan pasukan tsb.
Dan pada suatu ketika sang pangeran yang di ampel di beri tugas oleh para wali dan sultan untuk memimpin pasukan menghadapi pertempuran.. pertempuran sengit pun terjadi... byk korban diantara kedua belah pihak... dan sang pangeran pun terluka parah oleh pukulan ilmu dr pihak lawan... dgn di kawal beberapa prajurit sang pangeran meloloskan diri dr medan pertempuran.
Dlm perjalanan panjang sampai lah rombongan itu di sebuah bukit... luka dlm sang pangeran sangat parah dgn tubuh menghitam dan berdarah... berbagai cara Tlh dilakukan oleh para prajurit untuk menolong sang pangeran.. namun usaha tsb sia2... para prajurit pun bingung dan takut... tiba2 datanglah dua org tua yang berjubah sembari berkata... sang pangeran bisa sembuh jk dipeluk ibundanya.. krn ibundanya adalah wanita mulia"
Para prajurit memohon agar org tua td menghadirkan ibunda sang pangeran... tdk lama kemudian ada angin yang bertiup berbau harum dan nampak lah sesosok wanita.. setelah mendapat kan petunjuk dan perintah dr org yang berjubah.. ibunda sang pangeran segera memandikan jasad yang tergeletak tsb dan memeluk nya dgn kasih sayang... tiba2 tubuh yg seakan mati bercahaya dan berangsur membaik..
Akan tetapi Walo jasad sang pangeran Tlh pulih dan bercahaya namun blm ada tanda kehidupan. Hari demi hari sang ibu merawat dgn kasih sayang.. di bantu oleh para prajurit...
Pada suatu malam.. sang ibu menjalankan sholat dan berdoa agar yang maha kuasa segera menyembuhkan putranya dan sang ibu rela untuk di ambil ke hadiratNya asal sang putra kembali segar dan berjuang..
Setelah itu sang ibu dgn kasih sayangnya memeluk putranya yang tergeletak tanpa busana.. di usap seluruh tubuhnya dgn tanganta.
Setelah itu para prajurit di minta untuk menutupi tubuh sang pangeran dgn daun pisang dan kain putih..
Esok harinya tiba2 sang pangeran terbangun sembuh seperti sedia kala.
Dan dlm beberapa hari mereka semua menetap di bukit tsb. Hingga pada suatu hari sang ibu memanggil putranya serta para prajurit dan bersabda "anak ku dan para prajurit... hari ini hari terakhir kebersamaan kita krn hari ini ibumu harus kembali ke Dzat yang menciptakan.. Tmpt ini akan selalu di kenang dan akan ada yang menyalah gunakan Tmpt ini suatu saat nanti.. wahai anakku teruslah kamu hidup dan berjuang untuk agama dan rakyat.. hingga akhir nanti..
Tdk lama kemudian wafatlah sang ibu dan di makamkan di bukit tsb.
Setelah beberapa hari kemudian sang pangeran menghadap sultan dan berpamitan untuk menuju bagelen tuk membuka wilayah membantu adipati bagelen.
Perjalanan sang pangeran berlanjut hari demi hari.. tempat demi tempat ia datangi.
Suka duka dan peristiwa dia jalani
Situasi politik di kerajaan yang tidak menentu membuat banyak dr krabat dan para pangeran keluar mengasingkan diri dlm pengembaraan. Salah satu dr mereka adalah seorang pangeran yang gemar berkelana dan berguru mencari jati diri.
Dlm pengembaraan nya sampailah dia di sebuah padepokan yang cukup masyhur di kala itu yang di pimpin oleh Kyai Ageng Pucang Agung. Setelah bertemu dgn sang guru terjadi lah pembicaraan dgn di awali salam dan saling berjabat tangan.
Kyai Ageng bertanya "wahai kisanak anda ksatria dr mana dan siapa nama anda serta ada maksud apa berkenan datang ke padepokan ini???
Pangeran tsb menjawab "hamba hanya seorang pengelana yang tanpa tempat tinggal... adapun maksud hamba datang kemari ingin berguru tntg ilmu kehidupan dan agama" Kyai Ageng tersenyum dan berkata " baiklah nakmas... belajarlah dengan tekun dan berlatih lah dgn giat... suatu saat apa yang nakmas pelajari akan berguna bagi orang lain"
Dalam beberapa waktu dia belajar tntg ilmu sastra dan agama serta ilmu kedigdayaan pada Kyai Ageng.. hari berganti bulan bulan berganti tahun.. setelah tiga tahun berlalu Kyai Ageng memanggil pangeran tsb.. dan berkata " nakmas saya kira ilmu yang kau pelajari di sini Tlh cukup dan pergunakan lah apa yang kamu ketahui untuk menolong sesama, perjalanan mu masih panjang dan berangkat lah kamu ke pesantren ampel menghadaplah Kanjeng Susuhunan... berguru lah pada beliau untuk menambah pengetahuan mu tntg agama... dan jgn lupa pulanglah ke rumahmu krn ibumu merindukan mu... serta mintalah doa pd ibumu" pangeran tsb lalu menyembah dan berpamitan.
Dlm perjalanan menuju pusat kota dia ketemu dgn seorang pengelana yang bernama dewi latri dan mereka pun saling mengucapkan salam serta bertanya... wahai pengelana anda hendak kemana?? ... dan dia pun menjawab... saya hendak ke ampel akan tetapi harus mampir ke rumah dulu... sekiranya kita satu tujuan mari kita berjalan bersama " dewi latri pun menjawab " kita satu tujuan untuk menghadap ke ampel dento" meraka pun akhirnya berkuda menuju pusat kota.
Setibanya di pusat kota sang pangeran menitipkan dewi latri kepada salah satu punggawa kerajaan... dan dia segera menghadap ibundanya.
Sesampai di dlm kedhaton dia duduk bersimpuh di hadapan ibundanya... sembari berkata " ibunda putramu menghadap dan memohon doa.. sang ibu pun menjawab dan... "wahai putraku kerajaan sudah diambang kehancuran krn terjadi nya beberapa peristiwa... saudara2mu byk yang sudah meninggalkan istana dan mengabdi untuk agama... ibumu berpesan Jgn lah kamu ikut2an berebut kedudukan di istana... pergilah ke ampel untuk mendalami ilmu agama.. dan menghadaplah ke kadilangu agar kuat ilmu mu... ikutilah apa yang menjadi perkataan para wali, suatu saat nanti kita akan bertemu lagi disaat kamu terluka akibat perang besar di antara saudara dan kerabatmu... lekas lah pergi menghadap ayahmu dan segeralah berangkat ke ampel.
Tak lama kemudian sang pangeran segera mehadap ahandanya.. setelah bertemu.. sang raja bersabda.. wahai putraku situasi politik yang tdk menentu bisa menghancurkan negara ini.. segeralah pergi ke ampel untuk berguru... bawalah pusaka ini.. dan kamu harus mengabdi pada para wali.. ikuti segala perintah... krn kelak matahari yang akan bersinar di tanah jawa itu yang mendapat restu para wali... jadilah ksatria pembela kebenaran dan hiduplah dgn rakyat...
Tak lama dr itu dia pun berpamitan dan keluar istana untuk berangkat menuju ampel.
Dan sesaat pula dia mampir ke punggawa dan mengajak dewi latri menuju ampel..
Berbagai peristiwa suka dan duka dlm berguru di ampel dilalui dgn baik.
Sebagai seorg santri dia patuh pd guru dan taat beragama...
Bertahun tahun berlalu dgn bgt banyak peristiwa... kerajaan pun sudah tdk sekuat dulu... dan salah satu putra dr selir yang bernama pangeran glagah wangi oleh para wali ditetapkan sebagai penerus kerajaan... kehidupan beragama pun semakin baik dgn adanya kerajaan yg di kukuhkan oleh para wali.
Namun diantara krabat kerajaan ada yang tdk terima dan menobatkan diri sebagai penguasa penerus tahta.. tak ayal pertikaian politik pun terjadi... kerajaan dibawah bimbingan para wali selalu di ancam oleh para bangsawan yang blm mau mengakui..
Pertempuran sering terjadi diantara pasukan para wali dan pasukan tsb.
Dan pada suatu ketika sang pangeran yang di ampel di beri tugas oleh para wali dan sultan untuk memimpin pasukan menghadapi pertempuran.. pertempuran sengit pun terjadi... byk korban diantara kedua belah pihak... dan sang pangeran pun terluka parah oleh pukulan ilmu dr pihak lawan... dgn di kawal beberapa prajurit sang pangeran meloloskan diri dr medan pertempuran.
Dlm perjalanan panjang sampai lah rombongan itu di sebuah bukit... luka dlm sang pangeran sangat parah dgn tubuh menghitam dan berdarah... berbagai cara Tlh dilakukan oleh para prajurit untuk menolong sang pangeran.. namun usaha tsb sia2... para prajurit pun bingung dan takut... tiba2 datanglah dua org tua yang berjubah sembari berkata... sang pangeran bisa sembuh jk dipeluk ibundanya.. krn ibundanya adalah wanita mulia"
Para prajurit memohon agar org tua td menghadirkan ibunda sang pangeran... tdk lama kemudian ada angin yang bertiup berbau harum dan nampak lah sesosok wanita.. setelah mendapat kan petunjuk dan perintah dr org yang berjubah.. ibunda sang pangeran segera memandikan jasad yang tergeletak tsb dan memeluk nya dgn kasih sayang... tiba2 tubuh yg seakan mati bercahaya dan berangsur membaik..
Akan tetapi Walo jasad sang pangeran Tlh pulih dan bercahaya namun blm ada tanda kehidupan. Hari demi hari sang ibu merawat dgn kasih sayang.. di bantu oleh para prajurit...
Pada suatu malam.. sang ibu menjalankan sholat dan berdoa agar yang maha kuasa segera menyembuhkan putranya dan sang ibu rela untuk di ambil ke hadiratNya asal sang putra kembali segar dan berjuang..
Setelah itu sang ibu dgn kasih sayangnya memeluk putranya yang tergeletak tanpa busana.. di usap seluruh tubuhnya dgn tanganta.
Setelah itu para prajurit di minta untuk menutupi tubuh sang pangeran dgn daun pisang dan kain putih..
Esok harinya tiba2 sang pangeran terbangun sembuh seperti sedia kala.
Dan dlm beberapa hari mereka semua menetap di bukit tsb. Hingga pada suatu hari sang ibu memanggil putranya serta para prajurit dan bersabda "anak ku dan para prajurit... hari ini hari terakhir kebersamaan kita krn hari ini ibumu harus kembali ke Dzat yang menciptakan.. Tmpt ini akan selalu di kenang dan akan ada yang menyalah gunakan Tmpt ini suatu saat nanti.. wahai anakku teruslah kamu hidup dan berjuang untuk agama dan rakyat.. hingga akhir nanti..
Tdk lama kemudian wafatlah sang ibu dan di makamkan di bukit tsb.
Setelah beberapa hari kemudian sang pangeran menghadap sultan dan berpamitan untuk menuju bagelen tuk membuka wilayah membantu adipati bagelen.
Perjalanan sang pangeran berlanjut hari demi hari.. tempat demi tempat ia datangi.
Suka duka dan peristiwa dia jalani
Selasa, 25 November 2014
kundur dalem Sang Noto
Anerasaken lelampahan dalem Kanjeng Sultan Agung
Bareng Djurutaman weruh kahanane sultan Banten sak punggowone podo nungkul kanti aris, seneng ing atine sarwo amemudji supoyo lestari ing sakteruse.ing wektu iku Djurutaman pinudju ketemu kancane kang ugo bongso lelembut, di ampirke iyo gelem, ,, ngiras ngrembug kang podo dadi lelakone.satemah anggone podo jejagongan.
Sultan Agung banjur ndawuhake opo mestine kang dadi tumprap tetelukan,lan nemtoake kapan anggone nyowanake mring Mataram.
Paripurno anggone podo perjanjen.. sang Noto noleh memburi,nanging Djurutaman katon sepen,wus sak watoro Sang Noto anggone nyratekake nanging Djurutaman mekso durung teko.
Mulo Kanjeng Sultan Agung emar ing penggalih kuwatos mbok menowo kawanguran.
Sang Noto tedhak soko ing dhampar miyos ing pelataran... sarehne isih rinekso mring Sukmo Noto.. sanajan dhampar katilar parandene ora ono kang podo sumurup.
Kanjeng Sultan sakkalangkung prihatos, tansah netah sariro anggene kirang prayitno.soko emaring penggalih wantuning trah kusumo, temahan nekaake goro-goro nggegirisi.Sang Noto banjur ngeningake cipto... saknaliko peteng ndhedhet leliwengan, geter pater ndhedhet erowati kawah concrodimoko kadyo kinebur.
Sak sireping peteng sirno byar padang trawangan Lir pindho rahino.saknaliko ing ngarsane Sultan Agung ono sawenehing wong tuwo teko tanpo sangkan paran mesem2 sarwi ngendiko " duh babo wayah ingsun sarehne siro wus njarak ngandel marang barang kang ora keno di endel, koyo paran siro teko prihatin?? Sak becik becike lelembut iku isih becik budine wong kang olo banget" Kanjeng Sultan tumungkul mawat waspo. Wong tuwo mau banjur nuntun kepriye kang dadi kersane Sang Noto. Kanjeng Sultan Matur sumonggo kerso. Ngendikane priyayi mau "duh babo kaki Sultan... ingsun ngemban dawuh timbalane Hyang Sukmo Noto.. kadawuhan medjang marang siro" Kanjeng Sultan sakkalangkung nestho ing penggalih sak naliko banjur kawedjang kacakup kabeh ora ono kang cicir kecer .. Sak wise pono kabeh Kanjeng Sultan kadawuhan ngrasuk kabeh soko wedjangan mau, supoyo rawuh kundur ing kraton Mataram.
Kanjeng Sultan Agung radi kelintu tampi, di kinten kaaturan lumebet ing kulambi... marang wong tuwo mau... awit klambine djubah gede banget, , mulo Kanjeng Sultan banjur lumebu ing kulambi ne wong mau soko pucuk asto. bareng rumongso dunugi ing cengklekan kroso kedjedug igo.mak jleg anjlok wus rawuh ing pelataran kaputren sakjroning kedhaton Mataram.
Lah iyo iku menowo dasar kusumo tur dasar Ratu Wali Binathoro... dene kang medjang mau ora liyo Kanjeng Susuhunan ing Bonang.
Mulo ing wektu sak kundure Sultan Agung banjur dawuh mulyaake astono ing Tembayat.
Sak tekane Djurutaman ing pendopo agung Banten.. kaget banget awit Sang Noto wus ora ono lan dhampar isih keri. Mulo dhampar banjur di sunggi sedyo bali menyang Mataram. Dasar Djurutaman wus mangerti Yen Sang Noto wus ora ono ing tlatah Banten.
Nanging ewuh kang di jujug... awit lakune sepadaning lelembut ora ono kang mangerti...opo maneh jalmo lumrah... kundur dalem Sang Noto isih ginawe wadi, saking pakewuhe Djurutaman njujug ing sakjroning kaputren kanti ngaton waloko.kapinudjon poro Garwo Noto lagi podo arep siram... bareng pori Putri pirso Djurutaman ing sak celake kono.. samiyo ndjerit kamigilan. Mulo sakolo ing kedhaton dadi geger muwuhoro. Sang Noto banget kagyat midanget kahanan wau..bareng mirsani Yen ono wewujudan laweyan. Ngertos Yen iku Djurutaman Sang Noto duko penggalihe.. kagowo margo piyambak iku satriyo utomo banjur ora sido duko. Amung mundut pirso kepiye kang dadi nalar-nalare. Ananging Djurutaman wus kebacut ing wedine awit rumongso Yen keluputan gede kang ora keno tinebus... nuli Djurutaman kadawuhan mundur.
Bareng wus tumeko ing janji, sultan Banten sowan mring prodjo Mataram sarwi ngasto tandaning panungkul kanti kadereake sentono lan prajurit dalem. Wus tumeko ing tlatah Mataram.
Geger ing Mataram dene katekan parang muko soko monco negoro, Wusono banjur podo siogo ing ngayudo pacak baris ing tepis iringing kutho. Sarto unjuk uningo ngarso Noto bilih ono kraman ing prodjo Dalem... nanging Sultan Agung paring uningo menowo iku dudu mungsuh,ananging sultan Banten kang arso sowan caos tandaning panungkul.
Sanajan wus ono dawuh koyo mangkono Kanjeng Panembahan Purboyo mekso isih nutukake anggone pacak baris. Awit ing batos semu lingsem dene Sang Noto mbedhah negoro Banten ora kanti prajurit lan paring pirso marang piyambake.
Pinuju Sang Noto lenggah siniwoko.. ono caroko unjuk uningo bilih sultan Banten wus dumugi ing sak njabaning kutho, nenggo dawuh timbalan dalem.
Nuli katimbalan kanti kairit utusan sowan mring ngarso Noto. Sultan Agung sakkalangkung reno ing penggalih... sultan Banten marak sumungkem kanti ngaturake pisungsung. awujud ampilan keprabon ginawe soko kencono, sarto bulu bekti emas picis rojo brono kang luwih awig pakityane akeh cacahe.
Mulo poro putro lan sentono Dalem podo remen lan ngungun.ndadeake wuwuh pangandele marang kasektene pepundene.kang soyo nambahi kuncarane Asmo Dalem... dene mbedhah prodjo tanpo kanti.
Poro kawulo tansah ngalembono. Sanyoto menowo piyambake Ratu Wali Binathoro kekasihing Hyang Sukmo Tanpo Sisihan.
Sang Noto kundur angedhaton pisowanan di bebarake kabeh. Lab sultan Banten ugo kundur marang pradjane.
Ing sak candake ngenani kiprahnyo Kanjeng Panembahan Purboyo
Nuwun
Bareng Djurutaman weruh kahanane sultan Banten sak punggowone podo nungkul kanti aris, seneng ing atine sarwo amemudji supoyo lestari ing sakteruse.ing wektu iku Djurutaman pinudju ketemu kancane kang ugo bongso lelembut, di ampirke iyo gelem, ,, ngiras ngrembug kang podo dadi lelakone.satemah anggone podo jejagongan.
Sultan Agung banjur ndawuhake opo mestine kang dadi tumprap tetelukan,lan nemtoake kapan anggone nyowanake mring Mataram.
Paripurno anggone podo perjanjen.. sang Noto noleh memburi,nanging Djurutaman katon sepen,wus sak watoro Sang Noto anggone nyratekake nanging Djurutaman mekso durung teko.
Mulo Kanjeng Sultan Agung emar ing penggalih kuwatos mbok menowo kawanguran.
Sang Noto tedhak soko ing dhampar miyos ing pelataran... sarehne isih rinekso mring Sukmo Noto.. sanajan dhampar katilar parandene ora ono kang podo sumurup.
Kanjeng Sultan sakkalangkung prihatos, tansah netah sariro anggene kirang prayitno.soko emaring penggalih wantuning trah kusumo, temahan nekaake goro-goro nggegirisi.Sang Noto banjur ngeningake cipto... saknaliko peteng ndhedhet leliwengan, geter pater ndhedhet erowati kawah concrodimoko kadyo kinebur.
Sak sireping peteng sirno byar padang trawangan Lir pindho rahino.saknaliko ing ngarsane Sultan Agung ono sawenehing wong tuwo teko tanpo sangkan paran mesem2 sarwi ngendiko " duh babo wayah ingsun sarehne siro wus njarak ngandel marang barang kang ora keno di endel, koyo paran siro teko prihatin?? Sak becik becike lelembut iku isih becik budine wong kang olo banget" Kanjeng Sultan tumungkul mawat waspo. Wong tuwo mau banjur nuntun kepriye kang dadi kersane Sang Noto. Kanjeng Sultan Matur sumonggo kerso. Ngendikane priyayi mau "duh babo kaki Sultan... ingsun ngemban dawuh timbalane Hyang Sukmo Noto.. kadawuhan medjang marang siro" Kanjeng Sultan sakkalangkung nestho ing penggalih sak naliko banjur kawedjang kacakup kabeh ora ono kang cicir kecer .. Sak wise pono kabeh Kanjeng Sultan kadawuhan ngrasuk kabeh soko wedjangan mau, supoyo rawuh kundur ing kraton Mataram.
Kanjeng Sultan Agung radi kelintu tampi, di kinten kaaturan lumebet ing kulambi... marang wong tuwo mau... awit klambine djubah gede banget, , mulo Kanjeng Sultan banjur lumebu ing kulambi ne wong mau soko pucuk asto. bareng rumongso dunugi ing cengklekan kroso kedjedug igo.mak jleg anjlok wus rawuh ing pelataran kaputren sakjroning kedhaton Mataram.
Lah iyo iku menowo dasar kusumo tur dasar Ratu Wali Binathoro... dene kang medjang mau ora liyo Kanjeng Susuhunan ing Bonang.
Mulo ing wektu sak kundure Sultan Agung banjur dawuh mulyaake astono ing Tembayat.
Sak tekane Djurutaman ing pendopo agung Banten.. kaget banget awit Sang Noto wus ora ono lan dhampar isih keri. Mulo dhampar banjur di sunggi sedyo bali menyang Mataram. Dasar Djurutaman wus mangerti Yen Sang Noto wus ora ono ing tlatah Banten.
Nanging ewuh kang di jujug... awit lakune sepadaning lelembut ora ono kang mangerti...opo maneh jalmo lumrah... kundur dalem Sang Noto isih ginawe wadi, saking pakewuhe Djurutaman njujug ing sakjroning kaputren kanti ngaton waloko.kapinudjon poro Garwo Noto lagi podo arep siram... bareng pori Putri pirso Djurutaman ing sak celake kono.. samiyo ndjerit kamigilan. Mulo sakolo ing kedhaton dadi geger muwuhoro. Sang Noto banget kagyat midanget kahanan wau..bareng mirsani Yen ono wewujudan laweyan. Ngertos Yen iku Djurutaman Sang Noto duko penggalihe.. kagowo margo piyambak iku satriyo utomo banjur ora sido duko. Amung mundut pirso kepiye kang dadi nalar-nalare. Ananging Djurutaman wus kebacut ing wedine awit rumongso Yen keluputan gede kang ora keno tinebus... nuli Djurutaman kadawuhan mundur.
Bareng wus tumeko ing janji, sultan Banten sowan mring prodjo Mataram sarwi ngasto tandaning panungkul kanti kadereake sentono lan prajurit dalem. Wus tumeko ing tlatah Mataram.
Geger ing Mataram dene katekan parang muko soko monco negoro, Wusono banjur podo siogo ing ngayudo pacak baris ing tepis iringing kutho. Sarto unjuk uningo ngarso Noto bilih ono kraman ing prodjo Dalem... nanging Sultan Agung paring uningo menowo iku dudu mungsuh,ananging sultan Banten kang arso sowan caos tandaning panungkul.
Sanajan wus ono dawuh koyo mangkono Kanjeng Panembahan Purboyo mekso isih nutukake anggone pacak baris. Awit ing batos semu lingsem dene Sang Noto mbedhah negoro Banten ora kanti prajurit lan paring pirso marang piyambake.
Pinuju Sang Noto lenggah siniwoko.. ono caroko unjuk uningo bilih sultan Banten wus dumugi ing sak njabaning kutho, nenggo dawuh timbalan dalem.
Nuli katimbalan kanti kairit utusan sowan mring ngarso Noto. Sultan Agung sakkalangkung reno ing penggalih... sultan Banten marak sumungkem kanti ngaturake pisungsung. awujud ampilan keprabon ginawe soko kencono, sarto bulu bekti emas picis rojo brono kang luwih awig pakityane akeh cacahe.
Mulo poro putro lan sentono Dalem podo remen lan ngungun.ndadeake wuwuh pangandele marang kasektene pepundene.kang soyo nambahi kuncarane Asmo Dalem... dene mbedhah prodjo tanpo kanti.
Poro kawulo tansah ngalembono. Sanyoto menowo piyambake Ratu Wali Binathoro kekasihing Hyang Sukmo Tanpo Sisihan.
Sang Noto kundur angedhaton pisowanan di bebarake kabeh. Lab sultan Banten ugo kundur marang pradjane.
Ing sak candake ngenani kiprahnyo Kanjeng Panembahan Purboyo
Nuwun
sesepuh bumi cahyana
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ »
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian”
(HR. Muslim no.108, 2/671)
Keutamaan Ziarah kubur :
Haram hukumnya memintakan ampunan bagi orang yang mati dalam keadaan kafir (Nailul Authar [219], Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi [3/402]). Sebagaimana juga firman Allah Ta’ala:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya)” (QS. At Taubah: 113)
Berziarah kubur ke makam orang kafir hukumnya boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402). Berziarah kubur ke makam orang kafir ini sekedar untuk perenungan diri, mengingat mati dan mengingat akhirat. Bukan untuk mendoakan atau memintakan ampunan bagi shahibul qubur. (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 187)
Jika berziarah kepada orang kafir yang sudah mati hukumnya boleh, maka berkunjung menemui orang kafir (yang masih hidup) hukumnya juga boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402).
Hadits ini adalah dalil tegas bahwa ibunda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mati dalam keadaan kafir dan kekal di neraka (Syarh Musnad Abi Hanifah, 334)
Tujuan berziarah kubur adalah untuk menasehati diri dan mengingatkan diri sendiri akan kematian (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402)
An Nawawi, Al ‘Abdari, Al Haazimi berkata: “Para ulama bersepakat bahwa ziarah kubur itu boleh bagi laki-laki” (Fathul Baari, 4/325). Bahkan Ibnu Hazm berpendapat wajib hukumnya minimal sekali seumur hidup. Sedangkan bagi wanita diperselisihkan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat hukumnya boleh selama terhindar dari fitnah, sebagian ulama menyatakan hukumnya haram mengingat hadits ,
لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور
“Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur” (HR. At Tirmidzi no.1056, komentar At Tirmidzi: “Hadits ini hasan shahih”)
Dan sebagian ulama berpendapat hukumnya makruh (Fathul Baari, 4/325). Yang rajih insya Allah, hukumnya boleh bagi laki-laki maupun wanita karena tujuan berziarah kubur adalah untuk mengingat kematian dan mengingat akhirat, sedangkan ini dibutuhkan oleh laki-laki maupun perempuan (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 180).
Ziarah kubur mengingatkan kita akan akhirat. Sebagaimana riwayat lain dari hadits ini:
زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة
“Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat” (HR. Ibnu Maajah no.1569)
Ziarah kubur dapat melembutkan hati. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Haakim no.1393, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’, 7584)
Ziarah kubur dapat membuat hati tidak terpaut kepada dunia dan zuhud terhadap gemerlap dunia. Dalam riwayat lain hadits ini disebutkan:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا وتذكر الآخرة
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat membuat kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan kalian akan akhirat” (HR. Al Haakim no.1387, didhaifkan Al Albani dalam Dha’if Al Jaami’, 4279)
Al Munawi berkata: “Tidak ada obat yang paling bermanfaat bagi hati yang kelam selain berziarah kubur. Dengan berziarah kubur, lalu mengingat kematian, akan menghalangi seseorang dari maksiat, melembutkan hatinya yang kelam, mengusir kesenangan terhadap dunia, membuat musibah yang kita alami terasa ringan. Ziarah kubur itu sangat dahsyat pengaruhnya untuk mencegah hitamnya hati dan mengubur sebab-sebab datangnya dosa. Tidak ada amalan yang sedahsyat ini pengaruhnya” (Faidhul Qaadir, 88/4)
Disyariatkannya ziarah kubur ini dapat mendatangkan manfaat bagi yang berziarah maupun bagi shahibul quburyang diziarahi (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 188). Bagi yang berziarah sudah kami sebutkan di atas. Adapun bagi shahibul qubur yang diziarahi (jika muslim), manfaatnya berupa disebutkan salam untuknya, serta doa dan permohonan ampunan baginya dari peziarah. Sebagaimana hadits:
كيف أقول لهم يا رسول الله؟ قال: قولي: السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين وإنا إن شاء الله بكم للاحقون
“Aisyah bertanya: Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (shahibul qubur) wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Ucapkanlah: Assalamu ‘alaa ahlid diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa yarhamullahul mustaqdimiina wal musta’khiriina, wa inna insyaa Allaahu bikum lalaahiquun (Salam untuk kalian wahai kaum muslimin dan mu’minin penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (mati), dan juga orang-orang yang diakhirkan (belum mati). Sungguh, Insya Allah kami pun akan menyusul kalian” (HR. Muslim no.974)
Ziarah kubur yang syar’i dan sesuai sunnah adalah ziarah kubur yang diniatkan sebagaimana hadits di atas, yaitu menasehati diri dan mengingatkan diri sendiri akan kematian. Adapun yang banyak dilakukan orang, berziarah-kubur dalam rangka mencari barokah, berdoa kepada shahibul qubur adalah ziarah kubur yang tidak dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Selain itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga melarang qaulul hujr ketika berziarah kubur sebagaimana hadits yang sudah disebutkan. Dalam riwayat lain disebutkan:
ولا تقولوا ما يسخط الرب
“Dan janganlah mengatakan perkataan yang membuat Allah murka” (HR. Ahmad 3/38,63,66, Al Haakim, 374-375)
Termasuk dalam perbuatan ini yaitu berdoa dan memohon kepada shahibul qubur, ber-istighatsah kepadanya, memujinya sebagai orang yang pasti suci, memastikan bahwa ia mendapat rahmat, memastikan bahwa ia masuk surga, (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 178-179)
Tidak benar persangkaan sebagian orang bahwa ahlussunnah atau salafiyyin melarang ummat untuk berziarah kubur. Bahkan ahlussunnah mengakui disyariatkannya ziarah kubur berdasarkan banyak dalil-dalil shahih dan menetapkan keutamaannya. Yang terlarang adalah ziarah kubur yang tidak sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang menjerumuskan kepada perkara bid’ah dan terkadang mencapai tingkat syirik. Dataran tinggi dieng yang di masa lalu adalah kerajaan kalingga saat ini ikut wilayah wonosobo dan banjarnegara.
Kabupaten Banjarnegara yang dimasa lalu bernama Banjar Cahyana adalah wilayah strategis dan subur.
Pada era masuknya islam zaman demak sampe Mataram tdk sedikit para pejuang agama yang berjuang di wilayah tsb dr Kyai Ageng Rogo Jembangan sampai Kanjeng Sunan Giri Wasiat. Riwayat sejarah beliau2 byk di tuturkan secara turun temurun di sekitar tempat perjuangan mereka.
Berikut nama-nama tokoh masa lalu di wilayah banjarnegara
Kyai Ageng Rogo Jembangan
Kyai Ageng Brahma Sari
Kyai Ageng Simbar Jagad
Kyai Ageng Rujak Beling
Kyai Ageng Dadung Awuk
Kyai Ageng Karang Malang
Kyai Ageng Kali Bening
Kyai Ageng Pandan Arum
Kyai Ageng Kolosrenggi
Kyai Ageng Panungkulan
Kyai Ageng Pawinihan
Kyai Ageng Pandan Sari
Kyai Ageng Kasinoman
Kyai Ageng Mandalagiri
Kyai Ageng Kendil Wesi
Kyai Ageng Keputihan
Kyai Ageng Urang Djaya
Kyai Ageng Wonokusumo
Kyai Ageng Selo Gilang
Kyai Ageng Giring
Kyai Ageng Giri Kusumo
Kyai Ageng Purwosobo
Kyai Ageng Gumarang
Kyai Ageng Cendana
Kyai Ageng Sabdo Gati
Kyai Ageng Wonoyoso
Kyai Ageng Karang Kobar
Kyai Ageng Pagedongan
Kyai Ageng Tunggul Wulung
Kyai Ageng Tapak Angin
Kyai Ageng Sampar Angin
Kyai Ageng Pakuwojo
Kyai Ageng Watu Belah
Kyai Ageng Gunung Jati
Kyai Ageng Pudhak Mas
Kyai Ageng Rogo Noto
Kyai Ageng Macan Putih
Kyai Ageng Macanbang
Kyai Ageng Rogorunting
Kyai Ageng Kebo Kuning
Kyai Ageng Kebo Sari
Kyai Ageng Langgong
Kyai Ageng Somowangi
Kyai Ageng Bodro Nolo
Kyai Ageng Bodro Kusumo
Kyai Ageng Penjawi
Kyai Ageng Bantar Sari
Kyai Ageng Singo Merto
Kyai Ageng Singo Negoro
Sunan Menara Raja
Sunan Giri Wasiat
Sunan Baqo
Sunan Giri Cendana
Sunan Sari
Sunan Gripit
Sunan Gringging
Syaikh Musa
Syaikh Machfudh
Syaikh Adhisara
Syaikh Nur Iman
Syaikh Nur Ibrohim
Syaikh Dawud
KRT Mangun Yudo
KRT Mangkuyudo
KRT Noto Yudo
KRT Mangun Negoro
KRT Dipoyudo
Kyai Suto Gati
Kyai Syardan
Kyai Chasimah
Kyai Tasliman
Kyai Dana yuda
Kyai Palupi
Kyai Cipto Gati
Panembahan Santri Landep
Panembahan Bodho
Panembahan Yudo Kusumo
Adipati Mambang Yudo
Adipati Mambang Negoro
Adipati Kolopaking
Adipati Wiraga Utama
Adipati Anom
Raden Djaka Prabu
Raden Prabu Djaka
Raden Citro Gondo
Raden Gondo Sastro
Dewi Nawang Sasi
Dewi Siti Sundari
Itu diantara para sesepuh masa lalu yang makam2 beliau di wilayah kab Banjarnegara.
Jk pemda banjarnegara mau dan berusaha untuk menjadikan wilayah nya sebagai tujuan wisata religi.... sekiranya dan mampu dan cukup dgn membangun dan memperkenalkan sejarah serta para pendahulu yang tlah berjuang memperjuangkan agama dan pemerintahan pada masanya...
Sekian terima kasih
Rabu, 19 November 2014
Menapak Jejak Sesepuh
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ »
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian”
(HR. Muslim no.108, 2/671)
Keutamaan Ziarah kubur :
Haram hukumnya memintakan ampunan bagi orang yang mati dalam keadaan kafir (Nailul Authar [219], Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi [3/402]). Sebagaimana juga firman Allah Ta’ala:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya)” (QS. At Taubah: 113)
Berziarah kubur ke makam orang kafir hukumnya boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402). Berziarah kubur ke makam orang kafir ini sekedar untuk perenungan diri, mengingat mati dan mengingat akhirat. Bukan untuk mendoakan atau memintakan ampunan bagi shahibul qubur. (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 187)
Jika berziarah kepada orang kafir yang sudah mati hukumnya boleh, maka berkunjung menemui orang kafir (yang masih hidup) hukumnya juga boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402).
Hadits ini adalah dalil tegas bahwa ibunda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mati dalam keadaan kafir dan kekal di neraka (Syarh Musnad Abi Hanifah, 334)
Tujuan berziarah kubur adalah untuk menasehati diri dan mengingatkan diri sendiri akan kematian (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402)
An Nawawi, Al ‘Abdari, Al Haazimi berkata: “Para ulama bersepakat bahwa ziarah kubur itu boleh bagi laki-laki” (Fathul Baari, 4/325). Bahkan Ibnu Hazm berpendapat wajib hukumnya minimal sekali seumur hidup. Sedangkan bagi wanita diperselisihkan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat hukumnya boleh selama terhindar dari fitnah, sebagian ulama menyatakan hukumnya haram mengingat hadits ,
لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور
“Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur” (HR. At Tirmidzi no.1056, komentar At Tirmidzi: “Hadits ini hasan shahih”)
Dan sebagian ulama berpendapat hukumnya makruh (Fathul Baari, 4/325). Yang rajih insya Allah, hukumnya boleh bagi laki-laki maupun wanita karena tujuan berziarah kubur adalah untuk mengingat kematian dan mengingat akhirat, sedangkan ini dibutuhkan oleh laki-laki maupun perempuan (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 180).
Ziarah kubur mengingatkan kita akan akhirat. Sebagaimana riwayat lain dari hadits ini:
زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة
“Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat” (HR. Ibnu Maajah no.1569)
Ziarah kubur dapat melembutkan hati. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang
ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Haakim no.1393, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’, 7584)
ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Haakim no.1393, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’, 7584)
Ziarah kubur dapat membuat hati tidak terpaut kepada dunia dan zuhud terhadap gemerlap dunia. Dalam riwayat lain hadits ini disebutkan:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا وتذكر الآخرة
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat membuat kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan kalian akan akhirat” (HR. Al Haakim no.1387, didhaifkan Al Albani dalam Dha’if Al Jaami’, 4279)
Al Munawi berkata: “Tidak ada obat yang paling bermanfaat bagi hati yang kelam selain berziarah kubur. Dengan berziarah kubur, lalu mengingat kematian, akan menghalangi seseorang dari maksiat, melembutkan hatinya yang kelam, mengusir kesenangan terhadap dunia, membuat musibah yang kita alami terasa ringan. Ziarah kubur itu sangat dahsyat pengaruhnya untuk mencegah hitamnya hati dan mengubur sebab-sebab datangnya dosa. Tidak ada amalan yang sedahsyat ini pengaruhnya” (Faidhul Qaadir, 88/4)
Disyariatkannya ziarah kubur ini dapat mendatangkan manfaat bagi yang berziarah maupun bagi shahibul quburyang diziarahi (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 188). Bagi yang berziarah sudah kami sebutkan di atas. Adapun bagi shahibul qubur yang diziarahi (jika muslim), manfaatnya berupa disebutkan salam untuknya, serta doa dan permohonan ampunan baginya dari peziarah. Sebagaimana hadits:
كيف أقول لهم يا رسول الله؟ قال: قولي: السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين وإنا إن شاء الله بكم للاحقون
“Aisyah bertanya: Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (shahibul qubur) wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Ucapkanlah: Assalamu ‘alaa ahlid diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa yarhamullahul mustaqdimiina wal musta’khiriina, wa inna insyaa Allaahu bikum lalaahiquun (Salam untuk kalian wahai kaum muslimin dan mu’minin penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (mati), dan juga orang-orang yang diakhirkan (belum mati). Sungguh, Insya Allah kami pun akan menyusul kalian” (HR. Muslim no.974)
Ziarah kubur yang syar’i dan sesuai sunnah adalah ziarah kubur yang diniatkan sebagaimana hadits di atas, yaitu menasehati diri dan
mengingatkan diri sendiri akan kematian. Adapun yang banyak dilakukan
orang, berziarah-kubur dalam rangka mencari barokah, berdoa kepada shahibul qubur adalah ziarah kubur yang tidak dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Selain itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga melarang qaulul hujr ketika berziarah kubur sebagaimana hadits yang sudah disebutkan. Dalam riwayat lain disebutkan:
mengingatkan diri sendiri akan kematian. Adapun yang banyak dilakukan
orang, berziarah-kubur dalam rangka mencari barokah, berdoa kepada shahibul qubur adalah ziarah kubur yang tidak dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Selain itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga melarang qaulul hujr ketika berziarah kubur sebagaimana hadits yang sudah disebutkan. Dalam riwayat lain disebutkan:
ولا تقولوا ما يسخط الرب
“Dan janganlah mengatakan perkataan yang membuat Allah murka” (HR. Ahmad 3/38,63,66, Al Haakim, 374-375)
Termasuk dalam perbuatan ini yaitu berdoa dan memohon kepada shahibul qubur, ber-istighatsah kepadanya, memujinya sebagai orang yang pasti suci, memastikan bahwa ia mendapat rahmat, memastikan bahwa ia masuk surga, (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 178-179)
Tidak benar persangkaan sebagian orang bahwa ahlussunnah atau salafiyyin melarang ummat untuk berziarah kubur. Bahkan ahlussunnah mengakui disyariatkannya ziarah kubur berdasarkan banyak dalil-dalil shahih dan menetapkan keutamaannya. Yang terlarang adalah ziarah kubur yang tidak sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang menjerumuskan kepada perkara bid’ah dan terkadang mencapai tingkat syirik.
Sesepuh Wonosobo
Setiap wilayah baik desa maupun kota mempunyai riwayat yang mengagumkan tentang para pendiri tempat tsb. Tak sedikit dari riwayat yang ada berkaitan dgn sejarah perjuangan agama dan lainnya
Dan sebagai penerus sejarah hendak nya kita semua mengetahui nama2 tokoh
masa lalu disekitar kita untuk mengenang perjuangan dan sejarah sesepuh serta
sebagai sifat pengamalan birul walidain.
masa lalu disekitar kita untuk mengenang perjuangan dan sejarah sesepuh serta
sebagai sifat pengamalan birul walidain.
Krn jika tdk ada masa lalu tentu tidak ada masa kini, demikian juga jika tidak ada yang berjuang dimasa lalu kita tidak mgkn bisa menikmati kehidupan saat sekarang ini.
Berikut nama-nama tokoh yg makam berada di daerah wonosobo
Kec kalibawang
KRT Kertowaseso (Mbah Lerik)
Pangeran Sucen
Pangeran Kadjoran
Pangeran Gondo wulan
Kyai Ageng Sosro Wibowo
Kyai Ageng Kepiran
Kyai Ageng Kepiran
Kyai Sabuk Alu
Kyai Buto Wereng
Tumenggung Kromo Menggolo
Kyai Bhahni
Kec kepil
Kyai Ageng alap-alap
Kyai Ageng Tanuboyo
Kyai Ageng Margosari
Kyai Ageng Tanggul Angin
Kyai Ageng Gading Suro Negoro
Kyai Ageng Trajumas
Kyai Ageng Senggonowati
Kyai Ageng Wuluh
Kyai Ageng Macanpuro
Kyai Ageng Wayah
Kyai Ageng Kertonolo
Kyai Ageng Sapto Renggo
Kyai Ageng Deselan
Kyai Ageng Murmodipo
Kyai Ageng Djoyodrono
Kyai Ageng Pangulu
Kyai Ageng Adam Sari
Kyai Ageng Djamsari
Kyai Ageng Adjar Sakti
Kyai Ageng Bantar Wulan
Kyai Ageng Bantar Serngenge
Tumenggung Notoyudo
Tumenggung Mangkuyudo
Tumenggung Djogonolo
Tumenggung Brodjo
Kyai Djagal Abilowo
Kyai Agung Selo
Kyai Mangkubumi
Kyai Hasan Dimokrat
Kyai Gumbolo Geni
Kyai Gusti
Kyai Jenggot
Kyai Adjar
Syaikh Abdurrozaq
Syaikh Abdurrohman
Kyai Jenggot
Kyai Adjar
Syaikh Abdurrozaq
Syaikh Abdurrohman
Syaikh Abdul Fatah
Syaikh Zuhri Ibrohim
Syaikh Zuhri Syamsuddin
Syaikh Achmad Thohari
Syaikh Abdul Wahhab
Syaikh Abdul Basyir
Syaikh Abdullah Syajad
Raden Haji Ismail
Raden Haji Nasrulloh
Raden Haji Ismail
Raden Haji Nasrulloh
Kec sapuran
Kyai Ageng Suropati
Kyai Ageng Surodento
Kyai Ageng Pencongan
Kyai Ageng Umarmoyo
Kyai Ageng Asmorogati
Kyai Ageng Asmorosufi
Kanjeng Empu Supo
Raden Ustadz Honggo Dipuro
Raden Haji Ansorulloh
Raden Haji Nur Iman
Raden Haji Abdurrohman
Raden Haji Hasan Ali
Raden Tholabuddin
Raden Haji Ibrohim
Raden Joko Sundang
Raden Ayu Rorokuning
Raden Marhamah
Raden Noyopati
Raden Amir Hasan
Adipati Wiroduto
Raden Amir Hasan
Adipati Wiroduto
Adipati Wirobumi
Kec kalikajar
Kyai Ageng Namu-namu
Kyai Ageng Purwojiwo
Kyai Ageng Wasyi
Kyai Ageng Honggo Yudo
Raden Santri
Raden Condro Geni
Raden Condro Mowo
Raden Simbar Yudo
Raden Simbar Sari
Raden Sosro Yudo
Syaikh Abdillah Sajad
Syaikh Ma'sum
Syaikh Abdillah Syakur
Kec kertek
Kyai Ageng Pager Wojo
Kyai Ageng Tlogo
Tumenggung Nitiyudo
Tumenggung Honggo Bawono
Tumenggung Honggoyudo
Tumenggung Honggoyudo
Tumenggung Niti Bawono
Raden Murtaqo
Raden Sumantri
Raden Hasan Kusumo
Raden Sungeb
Raden Syahid
Raden Salim
Raden Hasan Kusumo
Raden Sungeb
Raden Syahid
Raden Salim
Kec selomerto
Kyai Ageng Wongsoyudo
Kyai Ageng Abdillah Wanusebo
Kyai Ageng Citro Yudo
Raden Pujomanik
Raden Sarijan
Kanjeng Tumenggung Djogonegoro
Kec wadaslintang
Kyai Ageng Besuki
Kyai Ageng Kemutug
Kyai Ageng Saler Bumi
Kyai Ageng Panerusan (sayid Rohmatulloh)
Kyai Ageng Tirip (Sayid Mahmud)
Kyai Ageng Wadaslintang (sayid Djakfar)
Kyai Ageng Gowong (raden Hasan)
Kyai Ageng Somogede
Kyai Ageng Ngalihan
Kyai Ageng Saler Bumi
Kyai Ageng Panerusan (sayid Rohmatulloh)
Kyai Ageng Tirip (Sayid Mahmud)
Kyai Ageng Wadaslintang (sayid Djakfar)
Kyai Ageng Gowong (raden Hasan)
Kyai Ageng Somogede
Kyai Ageng Ngalihan
Kyai Ageng Giyombong
Kyai Ageng Tajul Arif
Syaikh Jalaluddin
Syaikh Nawawi
Syaikh 'Abdillah
Syaikh 'Abdillah
Syaikh Ayub
Habib Awud al bin Yahya
Kec kaliwiro
Kyai Ageng Selokambang
Kyai Ageng Panusupan
Kyai Ageng Lamuk
Kyai Ageng Miriyudo
Kyai Ageng Karang Mangu
Kyai Ageng Watu lawang
Kyai Ageng Karang Mangu
Kyai Ageng Watu lawang
Tumenggung Selomanik
Tumenggung Rogo Yudo
Syaikh Dampu
Syaikh Dimyati
Syaikh Dampu
Syaikh Dimyati
Kec leksono
Kyai Ageng Giling Wesi
Kyai Ageng Sekaran
Kyai Ageng Suro Yudo
Kyai Ageng Rogo jati
Tumenggung Yudo Kusumo
Tumenggung Kartoyudo
Kyai Demang Wirosastro
Tumenggung Kartoyudo
Kyai Demang Wirosastro
Kec wonosobo
Kyai Ageng Madukoro
Kyai Ageng Kramat
Kyai Ageng Sabuk Alu
Kyai Ageng Walik
Kyai Ageng Honggo Derpo
Kyai Ageng Mansyurulloh
Kyai Ageng Getas
Tumenggung Djogoyitno
Tumenggung Wonontoro
Pangeran Purdaningrat
Pangeran Purdokusumo
Pangeran Purdaningrat
Pangeran Purdokusumo
Kec mojotengah
Kyai Ageng Tegalsari
Kyai Ageng Sindurejo
Kyai Ageng Kemuning
Kyai Ageng Singosuto
Syaikh Abdillah Quthbuddin
Syaikh Nidak Muhammad (Pangeran Hadiwidjoyo)
Syaikh As'ari
Syaikh Ibrohim
Syaikh Muntaha
Syaikh Chasbulloh
Syaikh Abdulmanan
Syaikh Umar Sutodrono
Kanjeng Sunan Bakung
Kec watumalang
Kyai Ageng Binangun
Kyai Ageng Djimantoro
Kyai Ageng Martokondo
Kyai Ageng Malang Gati
Syaikh Ghozali
Tumenggung Tjokroyudo
Kec garung
Kyai Ageng Menjer
Kyai Ageng Sendangsari
Kyai Ageng Mloyogati
Kyai Ageng Garung
Tumenggung Potrokusumo
Kec kejajar
Kyai Ageng Adam sari
Kyai Ageng Kuniran
Kyai Ageng Pulosari
Kyai Ageng Rowojali
Kyai Ageng Salim
Kyai Ageng Bismo
Kyai Ageng Penanggungan
Tumenggung Gagak Banyu
Tumenggung Selomanik
Tumenggung Parikesit
Tumenggung Kolodete
Tumenggung Gajahyudo
Itu diantara sesepuh yang ada di wilayah wonosobo dan tentunya masih byk yang blm tertulis krn keterbatasan ku
Sekiranya daerah lain bisa menyusul
Mohon maaf jika byk kesalahan dlm penulisan
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Selasa, 18 November 2014
keris pusaka hanyalah sarana dan sejarah
Kepada siapapun kita tidak perlu memaksakan untuk percaya dengan apa yang dinamakan pusaka terutama wesiaji.sebab sebuah kepercayaan tergantung pada perasaan masing-masing manusia
Akan tetapi tiada salahnya seseorang mengetahui dan memahami makna yang terkandung dlm ajaran filsafat para leluhur yang tersimpan dlm bentuk bilahan-bilahan pusaka.
Akhir2 ini banyak dr kalangan ormas islam yang mengatakan bid'ah khurofat dlm menyimpulkan pendapat untuk orang yang menyimpan pusaka.padahal jk diteliti lebih jauh tdk ada yang menyimpang andai di bahas secara ilmiah.
Keris adalah teknologi masa lalu yang mesti ada aturan tertentu dlm perawatan. Dan teknologi di masa kini pun jg ada peraturan yang menyertai produk teknologi tsb.
Perawatan pusaka yang dgn mencuci serta dibuat sedemikian rupa itu adalah aturan teknologi masa lalu. Jamasan pun juga peraturan tentang perawatan pusaka
Teknologi masa kini pun demikian adanya..... sebagai contoh orang yang punya motor pasti akan merawatnya dgn aturan yang diperlukan oleh pihak produsen. dr hal tsb bisa kita lihat dan kita pahami secara ilmiah tentang teknologi dan perawatan produk tsb.
Adapun ajaran filsafat para leluhur dgn media keris adalah
Keris asa dua jenis (lurus dan luk) keris lurus menyimpan filsafat agar siapapun berusaha teguh pendirian dan tauhid (meng Esakan Tuhan).jujur dlm bertindak. Keris yang luk mengandung arti agar dlm kehidupan selalu melihat kanan kiri,untung rugi dan semua hal yang berbeda untuk melangkah agar tdk melakukan kesalahan dlm mencari tujuan hidup.
Nenek moyang kita masa lalu begitu hati-hati dan teliti dlm mengkaji serta menyimpan sebuah ajaran kehidupan untuk generasi selanjutnya. Keris tdk sebagai senjata tapi sebagai sebuah ajaran kehidupan.secara kalimah jarwodosok asal mula kata keris dr kalimah (kekeran dan aris) kekeran yang pny makna pengendalian dan penghalang,aris bermakna bijaksana dan tenang... dr hal tsb para leluhur kita mengajarkan tntg pengendalian diri dan bijaksana dlm tindakan ataupun ucapan.
Itulah sebagian kecil dr ajaran filsafat para leluhur tanah Jawa
Dan jangan kah meremehkan serta beranggapan benar dlm beropini mengenai orang yang masih melestarikan budaya adiluhung.dan Jgn lah diantara kita sesama umat islam saling menyalahkan.
Para mubaligh era majapahit datang ke tanah Jawa tdk pernah merusak kultur budaya jawa. Bahkan dlm sejarah perkerisan banyak pusaka yang tercipta atas dawuh para ulama zaman itu... diantaranya pusaka mojopahit Kanjeng Kyai purowo Sebilah keris luk 13 atas dawuh Kanjeng Sunan Ampèl. Kanjeng Kyai kalamunyeng pusaka milik Kanjeng Sunan Giri. Keris sumpono bungkem milik Kanjeng Sunan Bonang serta pusaka lain yang atas titah para ulama zaman itu.
Padahal beliau-beliau pun dzuriyah Kanjeng Nabi Muhammad.
Maka dr itu saya tulis hal ini hanya sebagai pengingat serta pengetahuan untuk dijadikan rujukan agar umat islam jgn terprovokasi dgn ajaran yang bisa melemahkan budaya di tanah jawa
Sekian dan mohon dikoreksi
وبالله التوفيق والهداية والرضى والعناية
Akan tetapi tiada salahnya seseorang mengetahui dan memahami makna yang terkandung dlm ajaran filsafat para leluhur yang tersimpan dlm bentuk bilahan-bilahan pusaka.
Akhir2 ini banyak dr kalangan ormas islam yang mengatakan bid'ah khurofat dlm menyimpulkan pendapat untuk orang yang menyimpan pusaka.padahal jk diteliti lebih jauh tdk ada yang menyimpang andai di bahas secara ilmiah.
Keris adalah teknologi masa lalu yang mesti ada aturan tertentu dlm perawatan. Dan teknologi di masa kini pun jg ada peraturan yang menyertai produk teknologi tsb.
Perawatan pusaka yang dgn mencuci serta dibuat sedemikian rupa itu adalah aturan teknologi masa lalu. Jamasan pun juga peraturan tentang perawatan pusaka
Teknologi masa kini pun demikian adanya..... sebagai contoh orang yang punya motor pasti akan merawatnya dgn aturan yang diperlukan oleh pihak produsen. dr hal tsb bisa kita lihat dan kita pahami secara ilmiah tentang teknologi dan perawatan produk tsb.
Adapun ajaran filsafat para leluhur dgn media keris adalah
Keris asa dua jenis (lurus dan luk) keris lurus menyimpan filsafat agar siapapun berusaha teguh pendirian dan tauhid (meng Esakan Tuhan).jujur dlm bertindak. Keris yang luk mengandung arti agar dlm kehidupan selalu melihat kanan kiri,untung rugi dan semua hal yang berbeda untuk melangkah agar tdk melakukan kesalahan dlm mencari tujuan hidup.
Nenek moyang kita masa lalu begitu hati-hati dan teliti dlm mengkaji serta menyimpan sebuah ajaran kehidupan untuk generasi selanjutnya. Keris tdk sebagai senjata tapi sebagai sebuah ajaran kehidupan.secara kalimah jarwodosok asal mula kata keris dr kalimah (kekeran dan aris) kekeran yang pny makna pengendalian dan penghalang,aris bermakna bijaksana dan tenang... dr hal tsb para leluhur kita mengajarkan tntg pengendalian diri dan bijaksana dlm tindakan ataupun ucapan.
Itulah sebagian kecil dr ajaran filsafat para leluhur tanah Jawa
Dan jangan kah meremehkan serta beranggapan benar dlm beropini mengenai orang yang masih melestarikan budaya adiluhung.dan Jgn lah diantara kita sesama umat islam saling menyalahkan.
Para mubaligh era majapahit datang ke tanah Jawa tdk pernah merusak kultur budaya jawa. Bahkan dlm sejarah perkerisan banyak pusaka yang tercipta atas dawuh para ulama zaman itu... diantaranya pusaka mojopahit Kanjeng Kyai purowo Sebilah keris luk 13 atas dawuh Kanjeng Sunan Ampèl. Kanjeng Kyai kalamunyeng pusaka milik Kanjeng Sunan Giri. Keris sumpono bungkem milik Kanjeng Sunan Bonang serta pusaka lain yang atas titah para ulama zaman itu.
Padahal beliau-beliau pun dzuriyah Kanjeng Nabi Muhammad.
Maka dr itu saya tulis hal ini hanya sebagai pengingat serta pengetahuan untuk dijadikan rujukan agar umat islam jgn terprovokasi dgn ajaran yang bisa melemahkan budaya di tanah jawa
Sekian dan mohon dikoreksi
وبالله التوفيق والهداية والرضى والعناية
Senin, 17 November 2014
antara masa lalu dan masa depan
Sebuah bilah pusaka di buat oleh sang empu dengan maksud tertentu baik atas perintah raja maupun pemesan lain
Ilmu kedigdayaan dan kebatinan sang empu sangatlah berpengaruh
Namun jangan dilupakan!!!!
Bahan baku besi dan meteor pun sangat perlu diperhatikan
Tersedia nya air untuk penyirepan serta lokasi pembuatan. Ketrampilan dan juga suasana alam sekitar juga sangat penting
Dengan semua itu ditambah doa serta munajatnya sang empu akan tercipta bilahan-bilahan pusaka yang indah serta mempunyai angsar yang baik bagi pemegang nya kelak
Itulah sedikit ungkapan tentang bilahan pusaka yang sebagai Maha karya empu di masa lalu
Ilmu kedigdayaan dan kebatinan sang empu sangatlah berpengaruh
Namun jangan dilupakan!!!!
Bahan baku besi dan meteor pun sangat perlu diperhatikan
Tersedia nya air untuk penyirepan serta lokasi pembuatan. Ketrampilan dan juga suasana alam sekitar juga sangat penting
Dengan semua itu ditambah doa serta munajatnya sang empu akan tercipta bilahan-bilahan pusaka yang indah serta mempunyai angsar yang baik bagi pemegang nya kelak
Itulah sedikit ungkapan tentang bilahan pusaka yang sebagai Maha karya empu di masa lalu