Rabu, 10 Desember 2014

Perjalanan Sang Pangeran dlm mengemban tugas

Dikisahkan setelah sang pangeran sampai di kadipaten Bagelen diterima dgn senang hati oleh Kanjeng Adipati Gagak Singolodro yang masih keturunan Mojopahit.

Dan di angkat sebagai Putra serta di persaudarakan Raden Tanudjoyo dan putra Sang Adipati yang lain. Sang pangeran selalu membantu perluasan Kadipaten serta misi dakwah di wilayah kadipaten Bagelen.

Hingga suatu saat Sang Adipati memerintahkan agar Sang Pangeran bertapa di kaki gunung sumbing. Maka berangkat lah ia menuju pegunungan sumbing.

Dan ketika sesampainya tempat yang di tuju... sang pangeran mulai pertapaannya di sebuah bukit yang di kanan kirinya mengalir sungai untuk bersuci. hari demi hari di jalani dgn baik dlm pertapaan tsb dgn selalu berdoa bermunajat dan menjalankan syariat agama dlm kesendirian. Hingga suatu ketika muncullah sinar yang menyilaukan diatas sebuah batu.... sang pangeran pun menghampiri cahaya tsb dan nampak sesosok manusia suci berwibawa duduk bersila... sang pangeran segera menyembah serta mengucapkan salam... setelah dijawab... orang tua itu tidak lain Kanjeng Sunan Kalijogo.. beliau bersabda "babo kaki pangeran kang bagus lan wus tumoto ing ati... ingsun ngemban dawuh soko Dzat Kang Moho Wicaksono... supoyo Jeneng Siro babad alas ing sak kiwo tengene kali cimanuk Kanggo bantu perjuangan sunan gunung jati lan ugo Sultan Ing Bintoro. Lan wiwit dino iki agemen Asmo Aryo wiro ludro.... lan ugo pusakaniro senjoto cokro kudu siro asto... pamito marang wong atuwamu ing Bagelen sakdurunge tindak menyang cimanuk lan kantinen Aki Tinggil pinongko punokawanmu.... " dan setelah itu Kanjeng Sunan lenyap dr pandangan mata sang pangeran. dan sang pangeran pun segera bergegas untuk kembali ke Kadipaten Bagelen.

Sesampainya di Kadipaten Bagelen sang pangeran segera menceritakan hal yang terjadi saat dlm pertapaannya kepada seluruh keluarga Kadipaten.. Sang Adipati pun sangat gembira menderita keberhasilan putra angkat yang sangat di cintainya... saudara -saudara angkat pun bahagia dgn semua itu.

Dan setelah ditetapkan untuk berangkat... sang pangeran di temani ki Tinggil segera berangkat menuju kali cimanuk... sesampainya di sungai Cimanuk sang pangeran pun segera melakukan pertapaan..

Hingga pada suatu ketika datanglah seseorang yang mengaku bernama Ki Sidum dan berkata "wahai cucuku Wiralodra dikau telah tersesat dan sungai ini bukan cimanuk.. tapi sungai cipunagara... berbalik arahrah ke timur.... dan jk nanti ketemu kijang kencana yang bermata berlian segera kejarlah dan dimana kijang itu menghilang disitulah sungai Cimanuk dan segeralah membuka hutan untuk pemukiman" setelah itu Ki Sidum pun menghilang.

Ki Sidum itu orang yang menyamar.. beliau sebenarnya adalah Prabu Siliwangi
Setelah bersiap sang Pangeran di sertai Abdi setia nya segera berbalik arah ke timur dan setelah berhari hari melakukan perjalanan.... bertemulah dgn seorg wanita yang bernama Dewi Lara Wana
yang ingin dipersunting oleh sang pangeran.... namun sang pangeran menolak dengan halus. Karena penolakan itu sang dewi pun marah dan menyerang sang pangeran. Dan terjadi lah pertarungan hebat antara sang pangeran dgn sang dewi... berbagai ilmu kedigdayaan di pergunakan dlm pertarungan itu... hingga suatu ketika sang pangeran mengeluarkan senjata cakra.. lepas nya cakra dr tangan sang
pangeran mengenai sang dewi... dan tiba-tiba sang dewi lenyap dan nampak lah kijang kencana sesuai petunjuk Ki Sidum... dan kijang tsb lari.. sang pangeran segera mengejar nya.. sementara Ki Tinggil menyusul di belakang.

Kejar-kejaran antara sang pangeran dan kijang tsb hingga sampai di sebuah sungai yang luas... kijang pun lenyap dan sang pangeran tertidur karena kelelahan mengejar kijang kencana. dalam tidurnya ia bermimpi ketemu dgn Ki Sidum (org yang menyamar) dan berkata "wahai cucuku inilah sungai Cimanuk yang kamu cari.. segeralah membabat hutan untuk mendirikan pemukiman sesuai dawuh gurumu" setelah yakin dgn hal tsb Sang pangeran di temani Ki Tinggil segera babat hutan dan mendirikan pemukiman.

Akhirnya tersiarlah bahwa di hutan cimanuk telah berdiri sebuah pemukiman... semakin hari semakin banyak pendatang yang ikut bermukim di pedukuhan yang baru itu.. hingga suatu ketika datanglah seorang wanita yang rupawan yang di kawal dua org suami istri.. seseorang tsb bernama Nyai Endang Darma

Disaat datangnya Nyai Endang Darma ke pedukuhan... sang pangeran sedang pergi ke Bagelen untuk membantu Kanjeng Adipati Singoludro mengemban tugas dr Sultan Fatah menumpas pemberontakan adipati Banyu Urip dan Karang anyar.

Kedatangan Nyai Endang Darma di terima oleh Ki Tinggil yang menjabat sebagai lurah... Ki Tinggil Sangat senang dgn kedatangan Nyai Endang Darma.. dan dlm hatinya mengatakan andai Nyai Endang Menikah dgn Sang pangeran... yang sama2 sakti dan ahli beladiri.

Saat di tanya Nyai Endang menjawab... akan menceritakan siapa sebenarnya dirinya hanya pada sang penguasa tempat tsb.. yakni sang pangeran.
Hari demi hari Nyai Endang Darma melatih warga pedukuhan dgn berbagai ilmu persilatan dan ilmu pertanian dibantu oleh kedua pengawalnya. Dan sampai tersiar tentang semua itu ke telinga pangeran guru dr Palembang yang ingin sowan ke demak bintoro.

Kemahiran Nyai Endang Darma dlm ilmu persilatan membuat pangeran guru ingin menjajalnya.... Pangeran guru pun segera menuju ke pedukuhan tsb dgn di kawal 24 murid dan prajurit nya. setelah berada di pedukuhan.. pertikaian pun terjadi dan berujung pada pertempuran... dan dlm pertempuran tsb Nyai Endang Darma tidak mau melibatkan pengawalnya serta Ki Tinggil dan warga sebagai tuan rumah. kesembronoan pangeran guru tdk bisa dibiarkan... dan Nyai Endang Darma di keroyok oleh 25 orang sekaligus... yang berujung pada kematian 25 orang dr Palembang. ke 25 jenazah akhirnya di makamkan dgn tatacara agama islam... dan makam tsb hingga kini dikenal sebagai makam selawe.
Melihat kejadian tsb Ki Tinggil berpikir dan berpendapat Untuk segera melaporkan kepada sang pangeran... dan meminta agar Nyai Endang Darma tetap di pedukuhan. perjalanan Ki Tinggil tdk di ceritakan..

Sesampainya di Kadipaten Bagelen Ki Tinggil Segera menceritakan semua kejadian yang terjadi di pedukuhan selama kepergian sang pangeran... Kanjeng Adipati Gagak Singoludro pun ikut mendengarkan riwayat yang di laporkan Ki Tinggil. sang Adipati tidak ingin ada perselisihan antara sang pangeran dgn sultan demak maka di buatlah skenario... dan beliau pun bersabda. "Pangeran guru itu masih trah mojopahit dan kita semua masih satu keluarga sesama trah Mojopahit.. dan aku tidak ingin kejadian ini menjadi keresahan Kanjeng Sultan dgn tewasnya pangeran guru oleh Nyai Endang Darma yang kelak akan menjadi istri Wiralodra.. maka dari itu Wiralodra harus menghukum Nyai Endang Darma... bawalah adikmu Tanujaya dan Tanujiwa.. kalian menyamar lah.. dan minta lah agar Nyai Endang Darma untuk bertarung dgn adikmu" setelah itu berangkat lah mereka bertiga dgn di kawal Ki Tinggil.
Sesampainya di pedukuhan sang pangeran segera disambut oleh seluruh warga.. kecuali Nyai Endang Darma yang tidak hadir.

Keesokan harinya Ki Tinggil di perintahkan untuk memanggil Nyai Endang Darma.. dan setelah Nyai Endang Darma menghadap sang pangeran segera bertanya siapa dirinya sebenarnya dan dijawab semua dgn tertunduk... dan sang pangeran meminta untuk agar Nyai Endang Darma bertarung menghadapi raden Tanujaya yang memakai nama Gagak Lumayung dan Raden Tanujiwa yang memakai nama Gagak Sampur. Krn sang pangeran ingin melihat bagaimana pangeran guru bisa terbunuh

Pertarungan pun segera berlangsung dan dr pertarungan tsb kedua Gagak dapat di kalahkan.. sang pangeran pun tersenyum dan berkata.. besok hadapi aku di alun2... Nyai Endang terkejut bukan kepalang.. dan keesokan harinya pertarungan pun terjadi... namun di saat terjadi nya pertarungan datanglah dua orang berjubah yang di kawal dua org santri... dan seketika itu pertarungan berhenti dan sang pangeran serta Nyai Darma segera menyembah.

Yang datang tiada lain adalah Kanjeng Sunan Kalijogo dan Kanjeng Sunan Gunung Jati yang di kawal raden Arya kemuning dan pangeran wijil.
Sunan Kalijogo pun segera bersabda "babo kaki pangeran... wus tinakdir Yen Siro kudu nggarwo marang Nyai Endang Darma kang pinongko putro murid Sunan Jati.. lan papan kene ingsun paringi Asmo Darma Ayu... amargo soko pratikele garwamu Manungso djulik yoiku pangeran guru soko Palembang kang Nedyo ngraman ing Demak biso nemahi keperloyo... Mulo ojo nganti gantalan wektu jeneng siro ngadep marang Sultan Ing Bintoro.. asok bulu bekti lan amedharake kahanan ing pedukuhan kang antar iki"

Dan setelah melangsungkan pernikahan tdk lama kemudian kedua priyagung tsb Kundur... tapi pengawalnya masih berada di Darma Ayu sampai saat pisowanan ke Bintoro.

Setelah hari di tentukan sang pangeran disertai istri serta pangeran wijil dan jg raden arya kemuning (putra angkat sunan gunung jati) jg raden Gagak Lumayung dan Raden Gagak Sampur beserta para pengawal menuju Bintoro..

Sesampainya Bintoro disambut dgn hangat oleh keluarga Sultan dan punggawa serta Walisongo... dan setelah perjamuan serta perbincangan yang lama... Kanjeng Sultan Bersabda "duh paman pangeran kulo manggih suko lan ngaturaken agunging panuwun dene paman sampun yoso pedukuhan ingkang Ageng. pramilo ing dinten puniki paman kulo angkat dadoso peni sepuh wonten ing Darma Ayu kanti gelar Adipati lan Ki Tinggil pinongko pepatih. Sarto raden ayo kemuning kedah jumeneng adipati wonten ing sak kidulipun cirebon ngembani prodjo cirebon. Raden Gagak Lumayung kedah disartani raden Gagak Sampur ngembani Kanjeng Sunan Cipancar ingkang jumeneng Noto ing prodjo Limbangan. Lan ing sak mangke ing mbok bilih paman pangeran nampi dawuh enggal saking Kanjeng Sunan... Darma Ayu dipun paringaken dumateng ingkang sekinten waget ngemban dawuh Noto... kanti gelar Adipati Aryo Singoludro "

Setelah penetapan itu sang pangeran beserta rombongan berpamitan dan bergegas menuju Darma Ayu.

Hari berganti tahun telah berlalu dan berbagai peristiwa terjadi. Hubungan antar kerajaan pun terjalin dgn baik.. perekonomian Demak Pajajaran Cirebon serta wilayah kekuasaan semakin membaik dan misi dakwah sampe ke pelosok pelosok.

Dan ketika dah sampe saatnya sang pangeran menunjuk seseorang sebagai pengganti nya dgn gelar Adipati Singoludro sesuai dawuh dr Sultan Demak.

Sang pangeran segera madek pandito dan murca pergi kembali ke kadilangu bersama istrinya mengemban dawuh selanjutnya.

1 komentar:

  1. assalamualaikum we.wb,saya. IBU ENDANG WULANDARI Dri jawah timur tapi sekarang merantahu di teiwan bekerja sebagai pembantu ingin mengucapakan banyak terimah kasih kepada KI KANJENG DEMANG atas bantuan AKI. Kini impian saya selama ini semaunya sudah tercapai kenyataan dan berkat bantuan KI KANJENG DEMANG pula yang telah memberikan Angka gaib hasil ritual beliau kepada saya yaitu 4D. Dan alhamdulillah berasil tembus. Dan rencana saya ingin Mau pulang ke kampung kumpul kembali degang keluarga saya sekali lagi makasih yaa KI karna waktu itu saya cuma bermodalkan uang cuma 400rb Dan akhirnya saya menang. berkat angka gaib hasil ritual AKI KANJENG DEMANG saya sudah buka usaha warung makan Dan suami saya peternakan. Kini kehidupan keluarga saya jauh lebih baik dari sebelumnya, Dan saya ATAS Nama IBU ENDANG WULANDARI sekali lagi saya betul betul sagat berterima kasih kepada AKI Dan saya minta Maaf kalau Nama AKI saya tulis di internet itu semua saya lakukan karna saya Mau ada orang yang meminta bantuan Sama AKI agar seperti saya sudah sukses. Dan membatu orang orang yang kesusaan. bagi anda yang ingin seperti saya silahkan HUB / KI KANJENG DEMANG di Nomor INI: 081 / 234 / 666 / 039 / insya allah AKI akan membantu anda karna ramalan KI KANJENG DEMANG memiliki ramalan GAIB yang bagus Dan dijamain tembus Atau KLIK DISINI

    BalasHapus