Kamis, 15 Januari 2015

Kisah Imam Al Badawi dan Sholawat Badawy Kubro

Syaikh Abul Abbas Ahmad bin Ali Bin Yahya Al-Badawi lahir di Kota Fes, Maroko pada tahun 596 H./1199 M adalah seorang imam sufi, wali kutub dan pendiri thariqah Al-Badawiyah. 
Beliau dijuluki Al-Badawi selalu menutup wajahnya seperti kebiasaan Arab Badui. 
Kakek beliau sebelumnya bermukim di Jazirah Arab. Kakek beliau datang di Fes Maroko akibat semakin brutalnya aksi Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi terhadap kalangan Alawiyin

Nasab Al-Badawi dari jalur ayah sampai kepada sayyidina Husein bin Ali, bin Fathimah Az-Az-Zahra' binti Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam. Berdasarkan kesepakatan ulama nasab, dan ahli sejarah, secara lengkap nasab 
Beliau adalah Ahmad bin Ali bin Yahya bin Isa bin Abu Bakar bin Ismail bin Umar bin Ali bin Utsman bin Husein bin Muhammad bin Musa bin Yahya bin Isa bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Ja'far Az-Zaky bin Ali Al-Hadi bin Muhammad al-Jawwad bin Ali Ridlo bin Musa al-Kadhim bin Ja'far As-Shadiq bin Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan Fathimah binti Rosululloh SAW.

Beliau hijrah ke Mekah saat berumur 7 tahun (Tahun 603 H./1206 M), dimana perjalanan kesana memakan waktu empat tahun, tiga tahun diantaranya beliau bermukim di Mesir. 
Sewaktu Di Mekah berdasarkan sumber-sumber dari kalangan shufiyah, beliau selalu beristiqomah melakukan thowaf semenjak kecil, setelah itu beliau masuk ke sebuah gua di gunung Abil Qubais untuk melakukan Ibadah. Amalan ini beliau lakukan hingga belaiu berumur 38 tahun saat beliua melakukan safar ke Irak, bersama kakak kandungnya, Sayid Hasan. 

Di Irak beliau menziarahi berbagai kota tempat bermukim atau bersemayamnya para ulama, diantaranya ke Kota Syaikh Ahmad bin Ali Ar-Rifa'i, pusat thariqah Rifa'iyah. Juga ke makam Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, kemudian ke makam Syaikh Adiy bin Musafir Al-Hikari mu'assis thariqah Al-Adawiyah. 

Ketika al-Badawi berada di sebuah desa dekat Mosul, terjadi perselisihan antara dirinya dengan seorang wanita bernama Fatimah. Wanita ini cantik dan kaya. Tetapi ia senang membuat lelaki jatuh cinta kepadanya. Demikian pula ia lakukan hal itu kepada Al-Badawi, tetapi ia tidak mampu, hingga ia merayu al-Badawi untuk menganinya. Diakhir cerita si wanita bertaubat di tangan al-Badawi.

Sekembali dari Irak pada tahun 635 H, Al-badawi mempunyai kebiasaan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Beliau semakin banyak melakukan shalat dan puasa, banyak berdiam diri dan sering menengadahkan wajah ke langit. 
Fatimah saudara perempuan beliau mengadukan kepada kakaknya Hasan: "Wahai saudaraku! Sesungguhnya saudara kita Ahmad selalu qiyamullail sepanjang malam. Selalu mamandang langit dan siang hari ia berpuasa, hingga bulatan hitam matanya menjadi mereka bagaikan bara. Dia pernah selama 40 hari tidak makan dan tidak minum". Tapi Sayid Hasan Hanya tersenyum mendengar pengaduan adiknya itu.

Hijrah ke Mesir

Badawi masuk Mesir Sang sufi yang selalu mengenakan tutup muka ini suatu ketika ber-khalwat selama empat puluh hari tidak makan dan minum. Waktunya dihabiskan untuk meihat langit. Kedua matanya bersinar bagai bara. Sekonyong-konyong ia mendengar suara tanpa rupa. "Berdirilah !" begitu suara itu terus menggema, Carilah tempat terbitnya matahari. Dan ketika kamu sudah menemukannya, carilah tempat terbenamnya matahari. Kemudian...beranjaklah ke Thantha, suatu kota yang ada di propinsi Gharbiyyah, Mesir. Di sanalah tempatmu wahai pemuda".


Suara tanpa rupa itu seakan membimbingnya ke Iraq. Di sana ia bertemu dengan dua orang yang terkenal yaitu Syekh Abdul Kadir al-Jailani dan ar-Rifa'i. "Wahai Ahmad " begitu kedua orang itu berkata kepada Ahmad al-Badawi seperti mengeluarkan titah. " Kunci-kunci rahasia wilayah Iraq, Hindia, Yaman, as-Syarq dan al-Gharb ada di genggaman kita. Pilihlah mana yang kamu suka ". Tanpa disangka-sangka al-Badawi menjawab, "Saya tidak akan mengambil kunci tersebut kecuali dari Dzat Yang Maha Membuka. Perjalanan selanjutnya adalah Mesir negeri para nabi dan ahli bait. Badawi masuk Mesir pada tahun 34 H. Di sana ia bertemu dengan al-Zahir Bibers dengan tentaranya. Mereka menyanjung dan memuliakan sang wali ini. Namun takdir menyuratkan lain, ia harus melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dimaksud oleh bisikan gaib, Thantha, satu kota yang banyak melahirkan tokoh-tokoh dunia. Di sana ia menjumpai para wali, seperti Syaikh Hasan al-Ikhna`I, Syaikh Salim al- Maghribi dan Syaikh Salim al-Badawi. Di sinilah ia menancapkan dakwahnya, menyeru pada agama Allah, takut dan senantiasa berharap hanya kepada-Nya


Badawi yang alim Dalam perjalanan hidupnya sebagai anak manusia ia pernah dikenal sebagai orang yang pemarah, karena begitu banyaknya orang yang menyakit. Tapi rupanya keberuntungan dan kebijakan berpihak pada anak cucu Nabi ini. Marah bukanlah suatu penyelesaian terhadap masalah bahkan menimbulkan masalah baru yang bukan hanya membawa madarat pada orang lain, tapi diri sendiri. Diam, menyendiri, merenung, itulah sikap yang dipilih selanjutnya. Dengan diam orang lebih bisa banyak mendengar. Dengan menyendiri orang semakin tahu betapa rendah, hina dan perlunya diri ini akan gapaian tangan-tangan Yang Maha Asih. Dengan merenung orang akan banyak memperoleh nilai-nilai kebenaran. Dan melalui sikap yang mulia ini ia tenggelam dalam zikir dan belaian Allah SWT.


Laksana laut, diam tenang tapi dalam dan penuh bongkahan mutiara, itulah al-badawi. Matbuli dalam hal ini memberi kesaksian, "Rasulullah SAW bersabda kepadaku, " Setelah Muhammad bin Idris as-Syafiiy tidak ada wali di Mesir yang fatwanya lebih berpengaruh daripada Ahmad Badawi, Nafisah, Syarafuddin al-Kurdi kemudian al-Manufi.

Suatu ketika Ibnu Daqiq al-'Id mengutus Abdul Aziz al- Darini untuk menguji Ahmad Badawi dalam berbagai permasalahan. Dengan tenang dia menjawab, "Jawaban pertanyaan-pertanyaan itu terdapat dalam kitab "Syajaratul Ma'arif" karya Syaikh Izzuddin bin Abdus Salam.
 
Karomah Ahmad Badawi Kendati karomah bukanlah satu-satunya ukuran tingkat kewalian seseorang, tidak ada salahnya disebutkan beberapa karomah Syaikh Badawi sebagai petunjuk betapa agungnya wali yang satu ini.

Al-kisah ada seorang Syaikh yang hendak bepergian. Sebelum bepergian dia meminta pendapat pada Syaikh al-Badawi yang sudah berbaring tenang di alam barzakh. "Pergilah, dan tawakkallah kepada Allah SWT"tiba-tiba terdengar suara dari dalam makam Syekh Badawi. Syaikh Sya'roni berkomentar, "Saya mendengar perkataan tadi dengan telinga saya sendiri ".
 
Tersebut Syaikh Badawi suatu hari berkata kepada seorang laki-laki yang memohon petunjuk dalam berdagang. "Simpanlah gandum untuk tahun ini. Karena harga gandum nanti akan melambung tinggi, tapi ingat, kamu harus banyak bersedekah pada fakir miskin". Demikian nasehat Syekh Badawi yang benar-benar dilaksanakan oleh laki-laki itu. Setahun kemudian dengan izin Allah kejadiannya terbukti benar.

Syekh Badawi wafat Pada tahun 675 H sejarah mencatat kehilangan tokoh besar yang barangkali tidak tergantikan dalam puluhan tahun berikutnya. Syekh Badawi, pecinta ilahi yang belum pernah menikah ini beralih alam menuju tempat yang dekat dan penuh limpahan rahmat-Nya. Setelah dia meninggal, tugas dakwah diganti oleh Syaikh Abdul 'Al sampai dia meninggal pada tahun 773 H.

Beberapa waktu setelah kepergian wali pujaan ini, umat seperti tidak tahan, rindu akan kehadiran, petuah-petuahnya. Maka diadakanlah perayaan hari lahir Syaikh Badawi. Orang-orang datang mengalir bagaikan bah dari berbagai tempat yang jauh. Kerinduan, kecintaan, pengabdian mereka tumpahkan pada hari itu pada sufi agung ini. Hal inilah kiranya yang menyebabkan sebagian ulama dan pejabat waktu itu ada yang berkeinginan untuk meniadakan acara maulid. Tercatat satu tahun berikutnya perayaan maulid syekh Badawi ditiadakan demi menghindari penyalahgunaan dan penyimpangan akidah. Namun itu tidak berlangsung lama, hanya satu tahun. Dan tahun berikutnya perayaan pun digelar kembali sampai sekarang.
Sebenarnya terdapat banyak pendapat ulama tentang alasan Al-Badawi hijrah ke Mesir, dan menetap di Thantha. Dikatakan bahwa beliau mempunyai pemikiran bahwa secara geografis Thantha berada di tengah diantara Kairo dan Iskandariyah, yakni berada tepat di tengah Delta sungai Nil. Dengan letak yang seperti ini, diharapkan penyebaran Thoriqoh yang beliau bangun dapat cepat menyebar, ketika beliau menetap di sana.

Di Thanta beliau menetap di rumah seorang saudagar bernama Ibnu Syuhaith atau Ruknuddin. Beliau menetap di loteng rumah yang berdekatan dengan masjid Al-Bahiy ini hingga selama 12 tahun dan seluruhnya dihabiskan dengan tidak makan dan minum setiap 40 hari. 

Dalam kitab-kitab tashawuf, disebutkan karama-karamah yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Al-Badawi. Diantaranya yang paling masyhur adalah beliau mampu membebaskan para tawanan Mesir dari tangan tentara Eropa saat terjadi perang Salib. Atas kejadian ini dalam catatan sejarah Mesir terkenal sebuah ucapan, yaitu "Allah, Allah, Ya Badawi, Jabil Yusra", yang berarti Al-Badawi telah datang membawa tawanan.

Saat ini di Thantha, setiap tahun ada dua peringatan untuk mengenang beliau, yaitu di bulan April dan bulan Oktober. Peringatan di bulan Oktober ini adalah peringatan kelahiran beliau, yang merupakan peringatan terbesar di Mesir secara umum. Pada saat iru sekitar dua juta peziarah memenuhi masjid beliau yang berada di tengah di kota Thantha. 

Peninggalan beliau diantaranya adalah Sholawat Syajaroh (Badawi kubro) yang masyhur dikalangan ahlulbait dan ahlul kasf

Shalawat Al-Badawiyah kubro

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ الأَصْلِ النُّورَانِيَّةِ . وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ . وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَةِ اْلإِنْسَانِيَّةِ . وَأَشْرَفِ الصُّوْرَةِ الْجِسْمَانِيَّةِ . وَمَعْدِنِ اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ . وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ الْإِصْطِفَائِيَّةِ . صَاحِبِ الْقَبْضَةِ الأَصْلِيَّةِ . وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ . مَنِ انْدَرَجِتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَائِهِ فَهُمْ مِنْهُ وَإِلَيْهِ . وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلِيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ . عَدَدَ مَا خَلَقْتَ وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ وَأَحْيَيْتَ إِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً كَثِيراً وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .

Shalawat ini disusun oleh Syaikh Ahmad al-Badawi ini, terkenal dengan shalawat al-Badawiyah al-Kubra. Diriwayatkan oleh Hasan ibn Muhammad Qahhi di dalam kitab Talkhiis al-Ma`aarif fii targhiib Muhammad `Aarif bahwa seorang wali yang bernama Muhammad Talmaysani telah membaca Dalail al-Khairat 100.000 kali. Setelah selesai Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendatanginya di dalam mimpi dan berkata kepadanya, “Jika engkau membaca bacaan Ahmad al-Badawi, seolah-olah engkau telah membaca Dalail al-Khayrat 800.000 kali.”

Sebagian ulama berkata : "Barang siapa membaca Sholawat Badawi Kubro ini sebanyak seratus kali disertai suci dari hadas, ia akan diberi rizki yang mudah oleh Allah dalam segala urusan perkaranya" 
Menurut Al Arif Billah Habib Ali bin Abdurahman Al Habsy dalam kitabnya : "Keutamaan Sholawat", bahwa sebagian ulama mengatakan: "Barang siapa yang membaca Sholawat Badawy Kubro sebanyak 3x maka pahalanya seperti orang membaca Dalail al-Khoirot hingga khatam"

Dan tata cara yang lainnya adalah: membacanya 5 kali seusai shalat fardlu dan 7 kali setiap mau tidur. Fadilahnya, ia akan terhindar ari sihir dan segala kejahatan lahir batin, dimudahkannya rizki, dan mendapat cahaya batin serta terbuka beberapa rahasia ghoib.

Shalawat lain yang dinisbatkan kepada beliau adalah shalawat Nurul Anwar:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُورِ الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ. وَمِفْتَاحِ بَابِ الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ الأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ.

Shalawat ini mujarab untuk mendapatkan hajat dan keinginan, tesingkapnya kesusahan, terhindar dari kesulitan dan juga dihasilkannya cahaya dan rahasia-rahasia ghaib. Menurut guru saya sholawat ini juga memberikan manfaat berupa diberikannya putra-putri yang sholeh dan sholehah, berguna bagi umat. Banyak Pesantren yang dinamakan Al Anwar dan sejenisnya itu karena tafa'ulan terhadap sholawat ini, dan karena pendahalu pendiri istiqamah dalam membaca shalawat Nurul Anwar ini.

Sayyidi Syaikh Ahmad Al-Badawi wafat di Thanta pada hari selasa 12 Rabiul Awal 675 H / 24 Agustus 1276 M, saat berusia 79 tahun. Dari tangannya muncul banyak wali-wali abdal dan kutub. Allahumansyur nafahatirridlwani alaih, wa amiddana bil asrarillati auda'taha ladaih. Amiin.

5 komentar: