Sabtu, 21 Februari 2015

Kyai Kebo Kanigoro dan Mahesa Jenar

Kyai Ageng Purwoto Sidik (Ki Kebo Kanigoro) yang merupakan suami Nyai Gadhung Melati dan ayah Roro Tenggok (Roro Sekar Rinonce) adalah paman sekaligus guru Raden Mas Karebet (Jaka Tingkir/Sultan Hadiwijaya) yang menjadi pendiri Kerajaan Pajang.

 Ayah Kyai Ageng Purwoto Sidik bernama Pangeran Handayaningrat (Jaka Sengara/Kyai Muhammad Kabungsuan/Ki Ageng Pengging Sepuh) putra Syaikh Jumadil Kubro, Troloyo, Mojokerto. Ibu Kyai Ageng Purwoto Sidik bernama Raden Ayu Retno Pambayun putri Prabu Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir). 
Adapun saudara kandung Kyai Ageng Purwoto Sidik (Ki Kebo Kanigoro) diantaranya:
1.      Ki Ageng Kebo Kenongo (Kyai Ageng Sihabbuddin), ayah Jaka Jaka Tingkir.
2.      Ki Ageng Kebo Amiluhur
3.      R. Ayu Retno Pandang Kuning
4.      R. Ayu Retno Pandang Sari
5.      Raden Kebo Sulastri
Adapun silsilah Kyai Ageng Purwoto Sidik (Ki Kebo Kanigoro) adalah sebagai berikut:
1.      Rasulullah Muhammad saw, berputra:
2.      Sayyidah Fathimah az-Zahra, berputra:
3.      Sayyidina Husain, berputra:
4.      Sayyid Ali Zainal Abidin, berputra:
5.      Sayyid Muhammad al-Baqir, berputra:
6.      Sayyid Ja’far Shadiq, berputra:
7.      Sayyid Ali al-Uraidhi, berputra:
8.      Sayyid Muhammad, berputra:
9.      Sayyid Isa bin Muhammad, berputra:
10.  Sayyid Ahmad al-Muhajir, berputra:
11.  Sayyid Ubaidillah, berputra:
12.  Sayyid Alwi, berputra:
13.  Sayyid Muhammad, berptra:
14.  Sayyid Alwi, berputra:
15.  Sayyid Ali Khali’ Qasam, berputra:
16.  Sayyid Muhammad Shahib Mirbath, berputra:
17.  Sayyid Alwi Ammil Faqih, berputra:
18.  Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, berputra:
19.  Sayyid Ahmad Jalaluddin, berputra:
20.  Sayyid Husain Jamaluddin, berputra:
21.  Sayyid Maulana Ahmad Jumadil Kubra, berputra
22.  Sayyid Muhammad Kabungsuan/ Pangeran Handayaningrat/Jaka Sengara, berputra:
23.  Kyai Ageng Purwoto Sidik (Ki Kebo Kenongo/Kyai Ageng Banyubiru), suami Nyai Gadhung Melati dan ayah Roro Tenggok (Roro Sekar Rinonce)

Adapun silsilah Kyai Ageng Purwoto Sidik (Ki Kebo Kanigoro) dari pihak ibu adalah:
1.      Prabu Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir), berputra:
2.      Raden Ayu Retno Pambayun (suami Pangeran Handayaningrat), berputra:
3.      Kyai Ageng Purwoto Sidik (Ki Kebo Kenongo/Kyai Ageng Banyubiru), suami Nyai Gadhung Melati dan ayah Roro Tenggok (Roro Sekar Rinonce)

Perlu diketahui bahwa Nyai Gadhung Melati (istri Kyai Ageng Purwoto Sidik/Ki Kebo Kanigoro) dan putrinya Roro Tenggok (Roro Sekar Rinonce) merupakan pertapa yang menjadi cikal bakal dusun Sekardangan, kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. 

Dalam berbagai pengembaraannya, Nyai Gadhung Melati dan putrinya Roro Tenggok (Roro Sekar Rinonce) mempunyai beberapa petilasan diantaranya berada di:
1.      Sekardangan, Kanigoro, Blitar
2.      Maliran, Ponggok, Blitar
3.      Kanigoro, Blitar
4.      Bendelonje, Talun, Blitar
5.      Dayu, Nglegok, Blitar
6.      Kademangan, Blitar
7.      Selokajang, Srengat, Blitar
8.      Genjong, Wlingi, Blitar
9.      Batu, Malang
10.  Dan lain-lain

Tempat-tempat tersebut merupakan tempat singgah Nyai Gadhung Melati dan putrinya Roro Tenggok (Roro Sekar Rinonce) dalam berbagai pengembaraannya. Setelah mengembara kesana kemari dan yang terakhir di dusun Sekardangan, kecamatan kanigoro, kabupaten Blitar, Nyai Gadhung Melati dan putrinya Roro Tenggok (Roro Sekar Rinonce) lalu kembali ke tempat asalnya, yaitu daerah Banyubiru, kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dan dimakamkan disana disamping Kyai Ageng Purwoto Sidik (Ki Kebo Kanigoro) suaminya. Berikut adalah petilasan Nyai Gadhung Melati dan Roro Tenggok di dusun Sekardangan, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar:

 
Mahesa Jenar


Mahesa Jenar dikenal pula sebagai Senapati Rangga Tohjaya. Gelar itu didapatnya saat masih menjabat sebagai salah satu prajurit pilihan di Kerajaan Demak. Mahesa Jenar adalah trah Majapahit Dia adalah murid dari Ki Ageng Pengging Sepuh alias Pangeran Handayaningrat, Menantu dari Prabu Brawijaya kelima. Serta berguru pada Wong Agung Menak Di Kadilangu. Saudara seperguruannya adalah Ki Ageng Pengging alias Ki Kebo Kenanga adalah putra dari Ki Ageng Pengging Sepuh. 

Di dalam perantauannya, Mahesa Jenar juga dikenal sebagai Manahan. Nama itu dipakainya saat melarikan diri dari kejaran laskar banyubiru demi menyelamatkan Arya Salaka, putra sahabatnya, Ki Ageng Gajah Sora.

Masa kecilnya dilalui sebagai teman bermain "Nis" yang dikenal juga sebagai Ki Ageng Sela Enom. Nis Sela atau yang dikenal juga dengan sebutan Ki Ageng Ngenis adalah putra dari Ki Ageng Sela Sepuh.

Legenda mengatakan bahwa Ki Ageng Sela Sepuh (yang tinggal di daerah Sela,Boyolali, Jawa Tengah) memunyai kelincahan yang luar biasa sehingga mampu menangkap petir. Dan kemampuan ini menurun pada anaknya (Nis Sela)

Hubungan dengan beberapa tokoh nyata ini karena jalan ceritanya mengambil latar ketika masih berkuasanya Kasultanan Demak. Mahesa Jenar merupakan salah satu prajurit yang sangat dihormati di lingkungan kerajaan, termasuk oleh Sultan sendiri. Sayang saat terjadi peristiwa terbunuhnya Ki Kebo Kenanga ditambah pencurian pusaka kerajaan, Kyai Nagasasra dan Kyai Sabukinten, Mahesa Jenar dianggap sebagai seteru kerajaan, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan mulai merantau untuk melacak keberadaan kedua keris pusaka itu.

Mahesa Jenar dikenal dengan sikapnya yang jantan dan ksatria. Dia adalah tipikal prajurit yang berjuang tanpa berharap imbalan. Begitu gigihnya dalam perjuangan, Mahesa Jenar sampai kadang melupakan kepentingan pribadinya. Mahesa Jenar juga tipe pria yang keras hati dan kadangkala dianggap kaku oleh kaum perempuan. Kekakuannya itu sebenarnya adalah cerminan dari ketulusan jiwanya dan kerelaannya berkorban untuk sesuatu yang dianggapnya benar. Termasuk jika dia harus mengorbankan perasaannya sendiri demi kebahagiaan orang yang dicintainya. 

Sikapnya yang demikian juga karena kecanggungannya jika berhadapan dengan wanita sehingga membuatnya bisa bersikap tidak wajar. Peristiwa yang melibatkan dirinya dengan Nyai Wirasaba menunjukkan betapa Mahesa jenar kurang peka dalam menyelami perasaan seorang wanita.

Dalam perjalanannya, suatu hari di Hutan Tambak Baya, dirinya menolong seorang gadis cantik bernama Dewi Rara Wilis dari cengkeraman penjahat yang menamakan dirinya Jaka Soka dan Lawa Ijo setelah melalui pertempuran sengit dan nyaris tewas oleh kekuatan pusaka Lawa Ijo. 

Dari situlah Mahesa Jenar kemudian menaruh bibit cinta pada Rara Wilis. Rara Wilispun ternyata membalas cintanya, meskipun kemudian Mahesa Jenar berusaha meninggalkannya karena tahu dirinya tidak bisa memberikan apa-apa pada gadis yang sangat dicintainya itu. Hal itu dilakukannya setelah mengetahui saudara perguruan Rara Wilis, Demang Sarayuda yang kaya raya juga mencintai Rara Wilis. Tidak diketahui apakah sikap Mahesa Jenar yang demikian itu benar-benar keluar dari dasar hatinya ataukah sekedar akibat kecemburuan sesaat. Beruntung kemudian Mahesa Jenar mendapat nasihat dari Ki Ageng Pandan Alas, kakek sekaligus guru dari Rara Wilis.

Dalam perantauannya, Mahesa Jenar bersahabat dengan Ki Ageng Gajah Sora dari Banyubiru. Ki Ageng Gajah Sora adalah putra sekaligus murid dari Ki Ageng Sora Dipayana yang juga adalah sahabat gurunya. Uniknya, sebelum saling menyadari, keduanya terlibat pertarungan dahsyat yang nyaris merenggut nyawa mereka berdua. Persahabatan mereka berdua pula yang membawa Mahesa Jenar terlibat perang saudara di Banyubiru dan akhirnya harus melarikan diri setelah Ki Ageng Gajah Sora difitnah telah mencuri keris Nagasasra dan Sabukinten. 

Dalam pelariannya itu, dia membawa putra Ki Ageng Gajah Sora, Arya Salaka yang belakangan diangkatnya sebagai anak dan murid. Secara tidak diduga, dalam pelariannya selama hampir lima tahun itu, dia bertemu dengan paman gurunya Ki Kebo Kanigara saudara seperguruan sekaligus anak tertua Ki Ageng Pengging Sepuh , yang memiliki kesaktian jauh lebih dahsyat dari gurunya sendiri. Dan lewat bimbingan dari Kebo Kanigara pulalah Mahesa Jenar akhirnya bisa melewati batas kemampuan ilmunya sendiri yang membuat ilmunya meningkat berlipat-lipat hingga diapun juga berhasil melampaui kesaktian gurunya.

Mahesa Jenar menguasai Ilmu Sasra Birawa dari perguruan Pengging dengan baik. Sebelum mendapat bimbingan dari Ki Kebo Kanigara, ilmunya masih belum seberapa, hanya setingkat lebih tinggi dari kesaktian para pendekar level menengah seperti Mantingan, Wirasaba, Jaka Soka atau Lawa Ijo. tapi setelah menggembleng diri di bawah bimbingan Ki Kebo Kanigara, ilmunya meningkat tajam, bahkan jika harus melawan para sesepuh dunia persilatan sekalipun Mahesa Jenar tidak akan kalah Sehingga Mahesa Jenar kemudian disebut sebagai titisan dari Almarhum Pangeran Handayaningrat sendiri. Bahkan oleh sebagian kalangan tua, Mahesa Jenar dipandang lebih hebat dari gurunya tersebut.

Tata Gerak yang diperagakan oleh Mahesa Jenar selain murni dari tata gerak perguruan Pengging, juga dikembangkan dengan kemampuannya menirukan gerak binatang di alam liar, sehingga perkembangan gerakan Perguruan Pengging menjadi semakin bervariasi. Mahesa Jenar kerap disebut memiliki kelincahan seekor kijang dengan tenaga seekor banteng. Dia juga bisa menggunakan berbagai macam senjata dengan baik berkat latihannya sebagai prajurit, segala benda yang ada di tangannya bisa digunakan sebagai senjata yang mematikan.

Mahesa Jenar juga gemar mengamati setiap tata gerak dari setiap lawannya membuatnya mampu membaca setiap gerakan lawannya. Ki Kebo Kanigara menyebutnya bertarung dengan kecerdasan. Tidak salah jika disebut demikian karena Mahesa Jenar selain jeli juga memiliki otak yang cemerlang. Kecerdasannya dibuktikan saat mengungkap teka-teki keberadaan tokoh misterius bernama Pasingsingan, bahkan dia berhasil pula menghubungkan keberadan Pasingsingan dengan Panembahan Ismaya, sesepuh Padepokan Karang Tumaritis, yang sejatinya adalah guru dari seluruh Pasingsingan yang ada. Berkat kecerdasannya pula dia berhasil menyempurnakan ilmu Sasrabirawa tidak hanya sebagai ilmu untuk menyerang, tapi juga bisa berfungsi sebagai pertahanan. Pasingsingan yang bernama Umbaran pernah merasakan bagaimana ilmunya berhasil dipatahkan dengan perlindungan Sasrabirawa yang disempurnakan oleh Mahesa jenar.

Mahesa Jenar juga kebal racun karena di dalam darahnya mengalir bisa ularGundala Seta yang terkenal mampu menetralisir segala macam racun. Bisa ular Gundala Seta tersebut diperolehnya dari Ki Ageng Sela. Kemampuannya dibuktikan saat mengobati kaki Wirasaba, salah satu sahabatnya yang disebut juga sebagai Seruling Gading. Dan sekali lagi saat memunahkan racun dari pusaka Lawa Ijo yang dikenal dengan sebutan Akik Kelabang Sayuta.

23 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Betul ratu mandoko adalah putri Sunan Kalijogo dgn istri Beliau Syarifah Zainab binti Sayid Muhammad adik Syaikh Siti Jenar
    Syarifah Zainab diasuh oleh Syaikh Siti Jenar Di Cirebon

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalaamu'alaykum wr...wb...
      Afwan...
      Boleh saya minta silsilah ini keabsahannya dari mana ya akhiy.. ??? Terima kasih atas keterangannya...
      Wassalaam...

      Hapus
  3. Menurut tutur di tempat saya, bahwa ki ageng selo, itu bukan selo boyolali, tapi grobogan. kebetulan saya orang selo, dan tidak pernah mendengar cerita tentang ki ageng selo orang selo boyolali

    BalasHapus
  4. Maesa jenar adalah tokoh fiktif yg dihubungkan dengan tokoh nyata oleh pengarangnya. Jangan salah membaca sejarah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita tdk pernah tahu fiktif atau tdknya ..krn kita hidup dijmn ratusan thn stlh sejarah ini...yg jls nama2 tokoh diatas diabadikan mjd nama2 wilayah baik di jateng maupun jatim

      Hapus
    2. Kita tdk pernah tahu fiktif atau tdknya ..krn kita hidup dijmn ratusan thn stlh sejarah ini...yg jls nama2 tokoh diatas diabadikan mjd nama2 wilayah baik di jateng maupun jatim

      Hapus
    3. Mangga dibaca novelnya S.H. Mintardja... Ini kisah dari novel beliau, yang kalo gak salah judulnya "Nagasasra - Sabuk Inten"

      Hapus
  5. sirno ilang kertaning bumi...... ,jaman jahiliyah di pulau jawa & kemudian islam masuk di tanah jawa membawa pesan perdamaian & keselamatandunia wal akherat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa benar sebelum Islam masuk ,Jawa ada pd yg di sebut jahiliyah?

      Hapus
    2. Kapitayan bukan termasuk jahiliyah karena konsep kapitayan di pakai untuk menyebar agama Islam oleh para wali songo

      Hapus
  6. Juk sekarang sudah masuk jaman,apa ya oom..

    BalasHapus
  7. Mf kalau boleh tanya, mahesa jenar selain sbg manahan apa ada nama lain lagi. Bagaimana dng nama mahesa tunggal,, mf kak

    BalasHapus
  8. menarik. saya ijin copy buat referense nggih. terimaksih sebelumnya

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. mahesa jenar, tokoh fiktif karangan dalam buku nagasasra sabuk inten karangan Singgih Hadi Mintardja, untuk silsilah ki ageng pengging sepuh hingga kanjeng nabi tolong koreksi, dan sumber,
    matur sembah nuwun

    BalasHapus
  12. Mohon informasinya bahwa disini ki ageng kanigoro meninggal dan dimakamkan di surakarta. Sedangkan didaerah saya bahwa ki ageng kanigoro menghabiskan waktu di pegunungan menoreh tepatnya kec. Temon dan merubah nama Eyang Dalmodal swkaligus meninggal dikaki menoreh. Makamnya banyak dikunjungi dari pedopokan jawa timuran.

    BalasHapus
  13. Intinya kita semua harusnya saling menjaga n melestarikan budaya,leluhur n menjaga petilasannya saja untuk cerita anak putu cicit kita besoknya,biar negara indonesia ini tetap beraneka ragam,ras,suku,agama selalu jadi satu...semuanya itu balik pada diri kita sendiri,benar/salah yang tau dirikita sendiri n ALLAH SWT,,matursuwun

    BalasHapus
  14. Semua agama sebenarnya sama menuju kebaikan,,tapi yang membuat tidak baik adalah polapikir kita sendiri,kalo kita sering berfikir negatif,merasa benar/merasa suci karna kita semua itu sama sebenarnya,tapi yg membedakan adalah polapikir kita saja

    BalasHapus
  15. sepengatahuan sy, ki kebo kanigoro dimakamkan di desa sarehan banyubiru watukelir sukoharjo dan makamnya tdk berdampingan dengan roro tenggok hanya sendir

    BalasHapus
  16. Apakah Ki kebo Kanigoro juga punya julukan pengging jati?

    BalasHapus
  17. Maf sebelumnya ini SEJARAH apa FIKSI/DONGENG sepeeti yang tertulis di buku Komik ya....????

    BalasHapus