Selasa, 24 Februari 2015

Raden Djoko Bahu dan sejarah Wali Samak

Pada jaman dahulu kala di sebuah desa Kalisalak hiduplah seorang gadis cantik jelita yang bernama Dewi Rantan sari anak dari Mbok Rondo, karena kecantikannya tersebut maka Sultan Mataram yang bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo jatuh cinta kepada Dewi Rantan Sari. Ia menyuruh Bhahurekso yang biasa dikenal bernama Joko Bau anak dari Ki Agung Cempaluk dari Kesesi untuk melamar Dewi Rantan Sari.

Sesampainya di kediaman Rantan sari,Bhahurekso terpesona dan jatuh cinta kepada Dewi Rantan sari, begitu pula sebaliknya Dewi Rantan Sari, begitu pula sebaliknya Dewi Rantan Sari jatuh cinta pada Bhahurekso. Akhirnya Bhahurekso melamarnya untuk dirinya sendiri tanpa sepengetahuan Sultan Mataram yang mengutusnya, dalam perjalanan pulang menuju Mataram dia terus berfikir bagaimana caranya bicara denagan Sultan Mataram atas peristiwa tersebut. 

Tidak lama dalam perjalanan tersebut Bhahurekso bertemu dengan gadis cantik lainnya yang juga yang wajahnya mirip dan secantik Rantan Sari di desa Kalibeluk anak seorang penjual serabi yang bernama Endang Wiranti, segera setelah muncul sebuah rencana di benak Bhahurekso, ia berencana membawa Endang Wiranti ke Mataram untuk diperkenalkan kepada Sultan Mataram sebagai Rantan Sari.

Akhirnya diputuskan Bhahurekso meminta Endang Wiranti menyamar menjadi Rantan Sari dan Endang menyetujui rencana tersebut, sesampai di kota Mataram Endang dipertemukan dengan Sultan, tidak lama Endang Wiranti jatuh pingsan, sultan menjadi curiga atas kejadian tersebut, setelah siuman dari pingsannya Sultan bertanya kepada Rantan Sari gadungan, Endang Wiranti menjadi sangat ketakutan dan akhirnya berterus terang mengatakan yang sesungguhnya bahwa sebenarnya dia ini bukan Rantan Sari yang dimaksudkan Sultan, tetapi adalah Endang Wiranti anak seorang penjual serabi dari desa Kalibeluk dia mengakui segala rencana yang disusun Bhahurekso untuk menipu Sultan Mataram karena Bhahurekso terlanjur jatuh cinta dan menikahi dewi Rantan sari gadis cantik yang hendak dipersunting Sultan Mataram.

Karena keterusterangan Endang Wiranti ini, Sultan sangat menghargai kejujuran Endang Wiranti dengan menghadiahkan sejumlah uang yang cukup banyak untuk modal meneruskan berjualan serabi dan diantarkan pulang ke Kalibeluk, Endang mohon pamit pulang dan mohon dimaafkan atas kejadian tersebut.

Sebagai hukuman atas kejadian kebohongan tersebut Sultan menghukum Bhahurekso dengan tugas berat berupa membuka hutan lebat yang sangat berbahaya karena banyak dihuni jin dan setan dengan menebang pohon-pohon besar dan berperang melawan jin penghuni alas roban. Karena Bhahurekso bersalah dan menerima hukuman itu dan langsung sesampainya disana Bhahurekso menebang semua pohon besar yang ada di alas Roban.

Sebenarnya pohon-pohon besar itu adalah jelmaan para siluman yang dipimpin oleh seorang siluman raksasa yang mempunyai anak yang sangat cantik bernama Dubrikso wati, sebagai tanda menyerah atas kemenangan Bhahureksoyang sangat sakti itu raja siluman memberi hadiah berupa putrinya untuk dinikahi Bhahurekso. Bhahurekso menyetujui dan menikahi Dubrikso Wati dan memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Banteng.

Akibat dari penebangan pohon-pohon hutan yang besar-besar tersebut, bau, maka banyak bangkai-bangkai siluman berupa batang-batang (istilah Jawa) yang terapung di sungai, setelah hujan besar, sejak saat itu maka tempat tersebut disebut BATANG yang sekarang disebut Kota Batang

Di angkat Menjadi Adipati 

Joko Bahu dikenal sebagai seorang yang mencintai sesama dan pekerja keras hingga Joko Bahu pun berhasil memajukan daerahnya. Atas keberhasilan itulah akhirnya Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo mengangkatnya menjadi Bupati Kendal bergelar Tumenggung Bahurekso. Selain itu Tumenggung Bahurekso juga diangkat sebagai Panglima Perang Mataram pada tanggal 26 Agustus 1628 untuk memimpin puluhan ribu prajurit menyerbu VOC diBatavia. Pada pertempuran tanggal 21 Oktober 1628 di Batavia Tumenggung Bahurekso beserta ke dua putranya gugur sebagai Kusuma Bangsa. 

Dari perjalanan Sang Tumenggung Bahurekso memimpin penyerangan VOC di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1628 itulah kemudian dijadikan patokan sejarah lahirnya Kabupaten Kendal.

Perkembangan lebih lanjut dengan momentum gugurnya Tumenggung Bahurekso sebagi penentuan Hari jadi dinilai beberapa kalangan kurang tepat. Karena momentum tersebut merupakan sejarah kelam bagi seorang tokoh yang bernama Bahurekso. Sehingga bila tanggal tersebut diambil sebagai momentum hari jadi dikhawatirkan akan membawa efek psikologis. Munculnya istilah "gagal dan gugur" dalam mitologi Jawa dikawatirkan akan membentuk bias-bias kejiwaan yang berpengaruh pada perilaku pola rasa, cipta dan karsa warga Kabupaten Kendal, sehingga dirasa kurang tepat jika dijadikan sebagai pertanda awal mula munculnya Kabupaten Kendal.

Momentum pengangkatan Bahurekso sebagai Bupati Kendal, dijadikan titik tolak diterapkannya hari jadi. Pengangkatan bertepatan pada 12 Rabiul Awal 1014 H atau 28 Juli 1605. Tanggal tersebut persis hari Kamis Legi 


Sejarah Wali Samak

Pada abat 16 ketika Mataram dipimpin raja Sultan Agung, Belanda / Kompeni mulai menjajah dan berkuasa di Jakarta / Batavia. Sultan Agung berupaya untuk mengusir penjajah itu dari Tanah Jawa dan Nusantara ini, maka dibentuklah rencana persiapan penyerangan dan penyusunan strategi perang. Tumenggung Sura Agul Agul, Tumenggung Alap Alap dan Tumenggung Bahu Rekso merupakan tiga senopati agung untuk memimpin penyerangan itu. 

Adapun kemenakan Sultan Agung yaitu Ibrahim Sam’an diberi tugas sebagai sesepuh dari Senopati wilayah Pantai Utara yang meliputi dari Brebes sampai Kendal. Ibrahim Sam’an adalah putra sulung dari Syeh Jangkung / Syaridin dengan Raden Ajeng Tulak / Ratu Mas Sekar Putri dari Raja Susuhunan Anyakrawati Mataram. Ratu Mas Sekar itu adik dari Sultan Agung. 

Adapun Syeh Jangkung sampai menjadi menantu Raja Mataram sebab atas jasanya mampu meredam pemberontakan dari para goib yang akan menghancurkan Mataram dan mampu meredam pemberontakan Kadipaten Pati pada Mataram. 

Perkawinan Syeh Jangkung dengan Ratu Mas Sekar mempunyai 4 orang anak, Syeh Ibrahim Sam’an itu anak sulung / mbarep.

KEDATANGANNYA DI LIMPUNG.

Dari Mataram Syeh Ibrahim Sam’an berangkat bersama dengan beberapa Senopati, seperti Syeh Tholabuddin yang bertugas mengumpulkan bahan pangan bertempat di Warung Asem, Syeh Kiai Ageng Singo Negoro di Pegandon Kendal dan Kyai Ageng Gringsing di Gringsing. Adapun Syeh Ibrahim Sam’an menempati daerah yang sangat rawan yaitu sekitar Alas Roban. 

Dipilihnya tempat yang sangat strategis yaitu Limpung sebab Markas Golongan Hitam yang membantu Belanda bermarkas di daerah Tersono. Syeh Ibrahim Sam’an dinobatkan menjadi Sesepuh Senopati Wilayah Utara sebab mempunyai kemampuan yang tinggi, seperti bab Agama Islam, strategi perang, ekonomi, ilmu kanuragan serta ahli dalam mengatasi berbagai ilmu hitam. Disamping itu Syeh Ibrahim Sam’an dari garis ayah adalah keturunan Wali dan dari garis ibu adalah keturunan raja. Syeh Ibrahim Sam’an dari Mataram menuju Limpung didampingi Anak Istri dan beberapa Santri yang sekaligus Prajurit Mataram. 

Sampai di wilayah Limpung dicarilah tempat yang strategis dan cocok untuk mendirikan Padepokan sekaligus sebagai markas laskar Mataram. Dengan perhitungan yang matang dan petunjuk Illahi dibabatlah hutan yang kemudian diberi nama Padukuhan Kayu Langit, sebab di tempat yang dibabat itu ada pohon yang sangat tinggi menjulang ke langit. Kayu Langit itu sekaligus dijadikan nama Padepokan yang didirikan oleh Syeh Ibrahim Sam’an dan para santrinya.

KEGIATAN PADEPOKAN KAYU LANGIT. 

Dengan berdirinya Pedukuhan yang sekaligus Padepokan, maka Kayu Langit mulai dibanjiri masyarakat sekitar Limpung untuk belajar Agama Islam, pertanian, peternakan, kerajinan dan juga belajar kanuragan / persilatan. Bahkan banyak warga yang mulai menetap di sekitar Padepokan, hingga Pedukuhan Kayu Langit mulai ramai.
Syeh Ibrahim Sam’an mulai mengajarkan Ilmu Putih yang lurus yang diridhoi Allah SWT sebagai upaya untuk menanggulangi Ajaran sesat / Ilmu Hitam yang sudah banyak diikuti masyarakat sekitar Alas Roban. Yang mana waktu itu pusat Padepokan Ilmu Hitam berada di Tersono, yang dipimpin oleh Ki Kala Gedeng dan Nyi Gendini. Dipadepokan ilmu hitam ini para muridnya diajari Ilmu Sihir, Tenung, Santet dan lain–lain. Serta mengajarkan kepercayaan yang menyembah pada Iblis artinya tidak percaya pada Allah (Musrik dan syirik). 

Dengan Karomah Kewaliannya, maka Santri Padepokan semakin banyak. Ada yang menetap di padepokan dan ada pula yang pulang. Disamping mengajar di padepokan, Mbah Wali Samak juga dakwah keliling di wilayah Pantai Utara dengan tujuan mengembalikan keimanan kepada Allah dari masyarakat yang telah terpengaruh oleh ajaran sesat Ki Kala Gedeng dan Nyi Gendini. Begitu pula bagi para Santri padepokan yang sudah mampu dan mumpuni diberi tugas dakwah keliling oleh Syeh Ibrahim Sam’an. 

Dengan itulah Padepokan Kayu Langit semakin banyak santrinya dan semakin terkenal, yang otomatis menambah jumlah Laskar Mataram. Khusus dalam menghadapi ilmu hitam, para santri diberi Ilmu Penangkalnya oleh Syeh Ibrahim Sam’an. Maka Padepokan Kayu Langit disamping mengajarkan Ilmu Lahir juga Ilmu Batin. Untuk itulah para santri selain ngaji kitab Al Qur’an dan Hadits juga diajari do’a – do’a, asma’ – asma’ dan berbagai khizib. Agar tidak lupa Syeh Ibrahim Sam’an menulis di sampul atau samak buku para santri. Kebetulan lidah Jawa kalau melafatkan Bahasa Arab susah maka yang asalnya Sam’an menjadi Samak. Sejak itulah Syeh Ibrahim Sam’an terkenal dengan sebutan MBAH SAMAK.
Disamping sebagai Ulama’ Agung, Mbah Samak adalah sesepuh dari para Senopati di wilayah Pantai Utara, maka di Padepokan itu sering diadakan musyawarah para Senopati untuk membahas persiapan penyerangan ke Batavia dan menghadapi tokoh – tokoh hitam yang sudah dibeli oleh penjajah untuk menghancurkan Mataram. Supaya memudahkan hubungan antar senopati, Mbah Samak menggunakan seekor burung dara putih sebagai pengantar surat. Burung dara itu diberi nama Kilat Putih.

PERLAWANAN TERHADAP PENJAJAH DAN GOLONGAN HITAM.

Padepokan Golongan Hitam marah besar ketika tahu bahwa Padepokan Kayu Langit makin kuat dan berkembang pesat. Masyarakat banyak yang ikut dan hidup pada jalan yang lurus yang menyebabkan pengikut golongan hitam semakin sedikit, terlebih lagi setelah diketahui padepokan Kayu Langit merupakan Markas Laskar Mataram, maka Ki Kala Gedeng geram dan merencanakan penyerangan. 

Setelah Ki Kala Gedeng mendapat ijin dan bantuan Kompeni Belanda, maka diseranglah Padepokan Kayu Langit. Untungnya Mbah Samak sudah tahu rencana itu, maka sebelum terjadi penyerangan sudah dimusyawarahkan dengan para Senopati Wilayah Utara. Akhirnya terjadilah perang antara golongan Putih / Mataram dan Hitam / Kompeni Belanda. Padepokan Kayu Langit diserang habis – habisan. Karena Mbah Samak ahli Strategi Perang, maka musuh-musuh dibikin hancur dan dikalahkan. Ki Kala Gedeng dan Nyi Gendini melarikan diri, namun bisa dikejar Mbah Samak dan terbunuh di dalam Alas Roban. 

Setelah itu juga padepokan / markas golongan hitam di Tersono dihancurkan. Dengan hancurnya Padepokan Golongan Hitam maka hancur pula ilmu hitam di Wilayah Alas Roban. Namun masih ada satu dua yang bisa meloloskan diri dan pindah ke lain tempat.

PINDAH TEMPAT DAN WAFAT.

Karena pertimbangan tempat sudah ketahuan musuh dan kotor dengan darah pertempuran maka, Padepokan Kayu Langit dibedol / dibubut ke tempat yang baru. Di tempat yang baru itu terjadi rebutan tempat, yaitu mereka berkeinginan bertempat tinggal dekat dengan tempat Mbah Samak. Karena diantara mereka ada yang merasa paling benar dan merasa paling berjasa dalam perjuangan, itulah yang menyebabkan terjadinya cekcok / mbat – mbatan. Dengan kebijakan Mbah Samak akhirnya pertengkaran rakyat mereda dan menyadari kesalahannya. Sejak dari itulah maka rakyat menyebut Padukuhan itu dengan Bubutan / Mbat – mbatan. 

Setelah Padepokan jadi, Mbah Samak tetap berdakwah dan melatih Santri untuk persiapan perang menyerbu Belanda di Batavia. Selang beberapa tahun, Mbah Samak pulang ke hadapan Illahi / wafat dalam usia setengah baya. Selagi masih hidup Mbah Samak berpesan kepada anak dan istrinya jikalau nanti dia meninggal dunia supaya dimakamkan di sekitar padepokan dan istrinya dimohon untuk pulang ke Kraton Mataram.
Mendengar Mbah Samak meninggal maka Sultan Agung langsung datang ke Bubutan yang sekaligus memboyong Ratu Mas Sekar dan Anaknya ke Mataram. Padepokan diserahkan pada Lurah Tamtama untuk tetap dijadikan Markas Mataram. Sepeninggal Syeh Ibrahim Sam’an masyarakat menyebutnya dengan sebutan Mbah Wali Samak. 

Demikian riwayat singkat Mbah Wali Samak mulai awal kedatangannya sampai wafatnya. Semoga dengan ini kita bisa mencontoh tingkah lakunya dan ingat dengan jasa – jasanya dalam berdakwah Agama Islam, membela Bangsa dan Negara. Dengan berkah karomah Mbah Wali Samak semoga kita semua diberikan kekuatan Iman Islam lahir batin yang selamat Dunia Akhirat. Amin.

Sejarah ujung negoro

Mitos Gua Aswatama di Pantai Ujung Negoro Batang Jawa Tengah - Pantai Ujung Negoro ini memiliki kharisma ganda, selain menawarkan wisata alam, disini juga menyajikan wisata budaya. Di bagian lain pantai ini menyimpan peninggalan sejarah, yaitu pemakaman Syeh Maulana Maghribi dan Gua Aswatama. Makan Syeh yang diyakini sebagai penyebar Islam di daerah ini. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama pada tanggal 15 Sapar (penanggalan Jawa) dimana digelar selamatan untuk Syeh Maulana.

Sedangkan Gua Aswatama sendiri memiliki legenda yang melekat di masyarakat. Alkisah pada perang Bharatayuda,  seorang Pendeta Durna kalah melawan Pandawa. Sebagai upaya balas dendam, anak pendeta tersebut yang bernama Aswatama mengejar Pandawa hingga pantai Ujung Negoro. Tanpa hasil, Aswatama bersemedi di salah satu gua dengan berdoa pada sang Ibu di kayangan, yaitu Dewi Wilutama. Sang Dewi pun turun dan memberi kekuatan pada anaknya agar bisa menyusul Pandawa di Jonggring Saloka (Dieng).

Dewi Wilutama menyusuh Aswatama menggali tanah agar menembus ke tempat Pandawa berada dengan syarat tidak boleh menengok ke belakang selama proses penggalian. Singkat cerita, Aswatama pun menggali sejauh yang dia mampu. Namun, dia tergoda untuk mengingkari janjinya untuk tidak menengok ke belakang. Lalu pada saat itu juga hasil galiannya kembali seperti semula. Dengan kesal, Aswatama membelokkan galiannya ke daerah Batur. Dan gua Aswatama itulah yang menjadi titik pertama penggalian. Hingga kini, legenda gua tersebut masih diyakini namun tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Selama ini memang masih terjadi kontroversi siapa yang dimakamkan di Ujungnegoro tersebut. Sebagian kalangan menyebut makam tersebut hanyalah sebuah petilasan karena di daerah Batang sendiri ada dua tempat yang dianggap masyarakat sebagai makam Syekh Maulana Maghribi. Pertama di Ujungnegoro, dan kedua di Wonobodro, Kecamatan Blado, Batang.  Sebagian kalangan lain menyebut, tempat tersebut hanya merupakan tempat petilasan semata.

Tempat makam tersebut dibagi dua, dipisahkan oleh  pintu yang dibiarkan terbuka. Yang pertama adalah tempat yang lumayan luas untuk berdoa, dan yang kedua adalah tempat makam itu sendiri. Tempat Ujungnegoro sendiri sebagai sebuah tempat ziarah sangatlah indah. Makam tersebut berada di sebuah bukit di Gua Aswatama, di bibirpantai Ujungnegoro. Anak tangga melingkari bukit tersebut hingga para peziarah setelah berdoa, bisa langsung ke bawah menikmati deburan ombak pantai. Dari pantai Ujungnegoro, bangunan Makam Syekh Maulana Maghribi terlihat dari bawah. 

1 komentar:

  1. Artikele apik dan bagus gan...


    Kulonuwon, Kulo bade numpang info geh... Maturnuwon... 

    "KESESI RENTAL MOBIL
    & TAXI BORONGAN"
    AVANZA/XENIA
    Bersih dan Nyaman.

    Kami menyewakan MOBIL 300rb + SUPIR 100rb (tidak termasuk bensin, tol, parkir dan maaf tidak bisa sewa lepas kunci).

    Harga Promo Bulan ini:
    Hanya Rp.400 ribu per tanggal, dalam kota, sudah plus supir.
    Hanya Rp.500 ribu per tanggal, luar kota Pekalongan, sudah plus supir.


    TAXI BORONGAN

    Melayani Jasa Taxi Borongan Antar Jemput Bandara Sekali Jalan.

    Kami akan jemput Anda dari Bandara Ahmad Yani Semarang kemudian kami antarkan ke lokasi anda dalam area Batang, Pekalongan, Bojong, Kajen, Kesesi, Bodeh, Comal, Pemalang, Banjarnegara & Brebes, sekali jalan.

    Dan sebaliknya, dari daerah tersebut kami akan layani anda menuju ke Bandara Ahmad Yani sekali jalan.

    Tarif Promo Bulan ini :
    Rp.700 rb sekali jalan (sudah termasuk Mobil, Supir, Tol dan Parkir). Kalau jarak dekat lebih murah.

    DUDUK... NGENG... TEKO...!!!

    Hubungi : VICCO
    KESESI TAXI & RENT A CAR
    SMS : 085601991957
    WA : 081381086757
    Monggo Sewa Mobil Kesesi
    Sejak Dulu Kala
    https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=108292899808522&id=100018834362647

    BalasHapus