Jumat, 13 Maret 2015

Rencong Sebagai Simbol Jihad Rakyat Aceh


Rencong (bahasa Aceh: reuncong) adalah senjata tajam tradisional Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Masyarakat Aceh menggunakan senjata ini untuk keperluan sehari-hari, aksesori busana, dan peralatan perang serta alat untuk membela diri.  

Asal-usul

Hampir semua orang Aceh, terutama kaum laki-laki, memiliki rencong. Bahkan, orang Aceh yang berada di perantauan pun banyak yang menyimpan senjata ini, meskipun mungkin jarang atau bahkan tidak pernah digunakan. Bagi mereka, rencong bukan sekadar senjata tapi juga menjadi teman hidup.

Kemunculan rencong dibagi ke dalam dua periode. Pertama, kemunculan berbagai jenis perkakas yang digunakan sehari-hari. Peralatan tersebut juga merupakan peralatan senjata tajam yang meliputi alat perang, kapak, pisau, dan lain-lain. Pembuat peralatan ini disebut pandee beusou. Orang ini umumnya juga membuat senjata tajam berbentuk pendek sejenis pisau yang berfungsi sebagai alat potong.

Kedua, rencong sebagai senjata dalam peperangan. Senjata ini merupakan perkembangan dari pisau yang semula digunakan sebagai alat potong. Pisau dianggap tidak berfungsi efektif dalam peperangan, maka bentuknya diubah sedikit dan berubah menjadi senjata tikam. Keunggulan rencong dibanding peralatan perang lain, semisal pedang, adalah bentuknya yang kecil. Bentuk seperti ini membuat rencong dapat diselipkan di pinggang sehingga tidak diketahui musuh. Rencong digunakan dalam pertarungan jarak dekat.

Sama dengan peralatan dari besi lainnya, rencong pada awal kemunculannya dibuat oleh pandee beusou. Hanya saja orang yang membuat senjata ini adalah pendee beusou yang sudah terampil. Ia harus mampu menciptakan senjata yang ampuh sebagai alat perang serta bentuk yang indah sebagai benda pusaka.

Rencong pertama kali digunakan sebagai senjata perang ketika perang melawan Portugis, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Ali Muqhayat Syah pada kurun 1514-1528. Bentuk rencong pada masa itulah yang kemudian menjadi bentuk rencong seperti yang dikenal sekarang ini.

Bentuk rencong menunjukkan hubungan erat senjata ini dengan nuansa Islam. Rangkaian huruf Arab Ba, Sin, dan Lam kemudian menyerupai bentuk kalimat ‎bismillah. Namun, bentuk ini seperti kalimat itu hanya abstrak saja, tidak benar-benar membentuk kalimat itu. Bentuk yang diserupakan dengan kalimat suci itu lalu menjadi dasar bahwa rencong tidak boleh digunakan sembarangan. Senjata ini hanya boleh digunakan untuk kebaikan, atau membela diri, dan berperang di jalan Tuhan (Jihad Fi Sabilillah).

Di zaman dulu rencong menjadi simbol Islam di mana senjata ini berhubungan dengan jihad sebagai perang suci. Oleh karenanya, ketika berperang dengan senjata ini, pengguna akan mendapat kekuatan dari Allah. Selain itu, rencong dikatakan juga mempunyai “ilmu”, yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada pada rencong tersebut.

Bahan pembuat rencong berbeda tingkatan tergantung siapa pemilik senjata itu. Sarung rencong milik raja atau sultan terbuat dari gading, dan mata pisaunya terbuat dari emas. Pada badan rencong terukir ayat suci Alquran. Sedangkan untuk sarung rencong kebanyakan terbuat dari tanduk kerbau atau kayu, sedangkan badan rencong terbuat dari kuningan atau besi putih.

Bentuk rencong dipengaruhi oleh senjata-senjata di Turki dan anak benua India. Hal ini mengingat hubungan internasional Aceh dengan daerah-daerah di luar negeri sudah lama berlangsung dengan baik. Bentuk rencong mempunyai kemiripan dengan sejenis pedang dari Turki, kilij. Bentuk rencong juga mirip dengan pedang dari Kesultanan Mughal walaupun jauh lebih pendek.

Rencong terdiri dari beberapa jenis, antara lain:

Rencong Meupucok

Ciri rencong meupucok adalah ukiran emas pada gagang bagian atas. Gagang rencong jenis ini terlihat kecil di bagian bawah, kemudian membesar di bagian atasnya. Ukiran pada bagian gagang senjata ini ada bermacam-macam. Ada yang berbentuk kembang daun, mawar, dan berbagai bentuk huruf Arab. Bentuk-bentuk ukiran tersebut tidak menunjukkan maksud atau makna tertentu. Namun, ukiran-ukiran pada gagang senjata ini merupakan ukiran yang disenangi pemiliknya. Bahan ukiran ini juga berbeda antara satu dengan yang lain, ada yang terbuat dari emas murni dan ada pula yang terbuat dari suasa, yaitu bahan campuran emas dan tembaga di mana jumlah tembaga lebih banyak.  

Rencong Meucugek

Rencong meucugek adalah rencong yang menggunakan gagang melengkung 90 derajat (cugek) sehingga membentuk siku-siku. Gagang itu melengkung ke belakang mata rencong sepanjang 8-10 cm. Rencong jenis ini digunakan dalam medan laga pada waktu pertarungan satu lawan satu.

Masyarakat Aceh sudah menggunakan senjata jenis ini sejak peperangan melawan penjajah. Cugek pada senjata ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan seseorang untuk menyergap dan menikam lawan dan mencabutnya kembali dengan mudah. Oleh karena itu, fungsi cugek adalah untuk menahan genggaman tangan pada rencong agar tidak terlepas.

Dalam bahasa Indonesia, cugek sering diartikan sebagai “lengkungan”. Jadi, rencong meucugek adalah rencong yang melengkung pada bagian sumbunya. Rencong jenis ini terkenal paling ampuh bagi masyarakat Aceh. Gagang dan sarung rencong meucugek ada yang terbuat dari gading ada pula yang terbuat dari tanduk kerbau.    

Rencong Meukuree

Ciri yang menonjol dari rencong meukuree adalah tanda yang terdapat pada mata rencong. Tanda bisa berbentuk bunga, ular, lipan, akar kayu, atau daun. Gambar-gambar tersebut muncul secara tidak sengaja ketika rencong ditempa, yang oleh pembuatnya disebut kuree, maka dari itu rencong tersebut dikenal dengan nama ‎rencong meukuree.

Pandai besi pembuat rencong menafsirkan kemunculan gambar itu dengan kekuatan dan keistimewaannya. Semakin lama rencong itu disimpan, kuree-nya akan semakin bertambah sehingga nilai rencong semakin tinggi. Tingginya kekuatan pada sebuah rencong dipercaya menambah kekuatan magis pemilik rencong itu.

Rencong Pudoi

Pudoi berarti tidak sempurna atau setengah. Ketidaksempurnaan ini terdapat pada tidak adanya gagang pada rencong tersebut dan karena itulah rencong ini dinamakan ‎rencong pudoi. adapun riwayat rencong pudoi sebagai berikut:

Setelah Perang Aceh sekitar tahun 1904, orang-orang Aceh masih sering menyelipkan rencong di pinggang di balik baju mereka, biasanya jenis meuceugek atau meucangee. Padahal pemerintah kolonial Belanda menetapkan peraturan orang Aceh tidak boleh memakai rencong pada saat bepergian. Larangan itu bertentangan dengan tradisi Aceh yang menganggap rencong sebagai perhiasan dan alat membela diri sewaktu-waktu.

Dengan adanya peraturan itu, masyarakat Aceh kemudian mencari cara untuk mengelabuhi Belanda. Caranya adalah dengan mengubah bentuk gagang yang biasanya menyembul dari balik pakaian menjadi bentuk rencong pudoi. Orang Aceh membawa rencong dengan menyembunyikannya di bawah kain sarung atau celana panjang sehingga tidak terlihat.

Bagian-bagian Rencong

Hulu Rencong

Hulu rencong disebut juga gagang rencong, yaitu tempat untuk menggenggam senjata tersebut. Dalam bahasa Aceh, hulu rencong disebut goo. Bagian ini sangat diperhatikan oleh pengguna, terutama pada keindahan dan kekuatannya, sehingga bahan yang kuat pun diperlukan untuk membuat hulu rencong, misalnya tanduk atau gading. Hulu rencong terbuat dari gading dan tanduk kerbau atau sapi yang sudah cukup tua.

Meskipun kuat, kayu tidak pernah dipakai untuk membuat hulu rencong karena justru akan menurunkan kredibilitas pemiliknya. Kalau rencong menggunakan hulu dari kayu, maka senjata ini tidak berbeda dengan senjata tajam biasa.

Tingkatan masyarakat atas (kaum bangsawan) umumnya memakai rencong meupucok, yakni rencong yang dibungkus dengan perhiasan emas pada gagangnya. Pada zaman dahulu, kaum bangsawan Aceh sering menggunakan rencong meucugeek. Rencong ini gagangnya terbuat dari gading gajah dan kadang-kadang dihiasi dengan perhiasan pada sumbunya. Sedangkan masyarakat umum menggunakan rencong yang gagangnya dibuat dari tanduk yang sudah diulas licin, sehingga mutunya tidak kalah dengan rencong yang sumbunya terbuat dari gading atau bergagang pucok.

Ukiran Rencong

Hulu dan batang rencong umumnya diukir dengan bentuk-bentuk hiasan tertentu, namun tidak ada syarat tertentu pada macam jenis ukiran. Pemilik rencong bebas memilih bentuk ukiran yang mereka sukai karena ukiran-ukiran ini tidak mempunyai makna tertentu. Beberapa bentuk ukiran pada rencong di antaranya adalah kalimat syahadat, bentuk daun, bunga, bintang, bulan, atau matahari. Bentuk-bentuk ini hanya menonjolkan estetika semata dan tidak mengandung unsur magis.

Perut Rencong

Perut rencong adalah bagian rencong yang terdapat di bagian tengah mata rencong. Perut rencong merupakan bagian mata rencong yang lebih lebar dibanding ujung dan pangkal rencong. Fungsi perut rencong adalah untuk membelah. Lengkung rencong ini memberi batas tertentu yang berfungsi sebagai pengendali gagang atau sebagai alat untuk menekan.

Bagian perut rencong yang digunakan dalam perang akan digosok dengan racun. Selain bagian perut, bagian lain yang digosok dengan racun adalah bagian mata atau ujung rencong.

Ujung Rencong

Ujung rencong merupakan bagian rencong yang tajam. Bagian ini menentukan keampuhan sebuah rencong: rencong akan semakin ampuh kalau ujungnya semakin tajam. Bagian ujung rencong bukan hanya bagian ujung rencong saja, namun termasuk juga bagian pangkal perut rencong.  

Batang Rencong

Batang rencong (bak rincong) adalah mata rencong yang pertama setelah tenggorokan atau leher rencong. Batang rencong merupakan tumpuan kekuatan sebuah rencong. Bagian ini lebih tebal dan kuat dibandingkan dengan perut dan ujung rencong karena rencong adalah senjata tikam. Jika dibandingkan rencong dengan jenis senjata tikam lain, misalnya keris Jawa, maka akan terdapat beberapa perbedaan. Misalnya, bentuk keris Jawa berkelok-kelok dan membentuk lekukan-lekukan dengan jumlah tertentu, sedangkan rencong mempunyai bentuk tertentu yang kombinasi bentuk tersebut dapat dibayangkan membentuk kalimat basmalah. Hal tersebut tampaknya sesuai dengan budaya masyarakat Aceh yang kental dengan nuansa Islam.

Fungsi Rencong

Rencong mempunyai beberapa fungsi dalam masyarakat Aceh seiring dengan perkembangan waktu. Pada awalnya, rencong hanya digunakan sebagai senjata untuk membela diri, namun kemudian, rencong mempunyai fungsi yang luas. Beberapa fungsi rencong adalah:

Sebagai Senjata

Fungsi utama rencong adalah sebagai senjata yang digunakan dalam berbagai peperangan dalam menghadapi musuh. Rencong menjadi senjata andalan ketika Belanda menyerang Aceh. Namun, sebenarnya masyarakat Aceh telah mengenal rencong sejak masa Kerajaan Samudra Pasai abad 13M.

Sebagai Aksesoris

Seiring dengan perkembangan menuju zaman modern, rencong pun mulai meluas fungsinya. Senjata ini juga menjadi alat perhiasan sehari-hari kaum pria Aceh. Rencong disisipkan di pinggang sebagai pelengkap pakaian adat Aceh untuk kaum laki-laki. Dalam kehidupan sehari-hari, kaum laki-laki di Aceh membawa rencong ketika bepergian. Selain itu, rencong dipakai sebagai peralatan tambahan dalam kesenian, terutama Tari Seudati dan Tari Ratoh. Para penari menyelipkan rencong di pinggang mereka, yang kemudian diikat dengan selendang berwarna merah atau hijau.

Sebagai Peralatan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh kadang menggunakan rencong sebagai perkakas pengganti alat-alat pembuat lubang. Fungsi ini terutama pada zaman dahulu masyarakat Aceh menggunakan pelepah rumbia sebagai dinding rumah. Untuk menyatukan pelepah-pelepah rumbia, orang Aceh menggunakan rencong sebagai alat membuat lubang. Ini berlangsung sampai pada awal-awal masa kemerdekaan terutama di daerah pedesaan.  

Nilai-nilai dalam Rencong

Sebagai senjata tradisional rencong mengandung nilai-nilai yang dapat dikembangkan, baik masyarakat Aceh maupun bagi masyarakat yang lain. Beberapa nilai yang terkandung dalam senjata rencong adalah.

Nilai Tradisi

Rencong merupakan senjata tradisional yang menjadi kebanggaan masyarakat Aceh. Senjata ini bukan hanya peralatan dalam peperangan, namun juga aksesoris dalam pakaian adat. Senjata ini bahkan menjadi “harta” keluarga yang diwariskan secara turun-temurun. Semakin tua umur senjata ini, semakin tinggi pula nilainya di mata masyarakat Aceh.

Nilai Seni

Rencong merupakan salah satu karya seni masyarakat Aceh. Melalui senjata ini para ahli pembuat senjata menuangkan ide kreatifnya dalam berbagai bentuk ukiran, hiasan, dan tempaan. Rencong juga mempunyai berbagai bentuk yang bermacam-macam sehingga para pembuat rencong dapat memaksimalkan kemampuan mereka untuk membuat senjata ini.

Nilai Sejarah

Orang Aceh telah menggunakan rencong sebagai senjata sejak masa kerajaan. Senjata ini digunakan untuk menghadapi serangan-serangan dari luar Aceh. Kemudian senjata ini digunakan untuk menghadapi penjajah. Dari fakta ini terlihat bahwa rencong erat kaitannya dengan perkembangan masyarakat dan sejarah perjuangan masyarakat Aceh. 

Rencong merupakan warisan pusaka tradisional yang menjadi kekayaan tradisi Aceh. Bagi masyarakat Aceh, rencong merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Sebagai cara untuk melestarikan senjata ini, masyarakat Aceh saat ini menggunakan rencong sebagai souvenir. Sebagian masyarakat Aceh lainnya mewariskan rencong sebagai pusaka keluarga.  

Dan tidak benar jika ada yang menulis bahwa Rencong pertama kalinya berawal dari Keris hadiah dari Sultan Agung Mataram pada Sultan Aceh yang dengan kalimah (pusoko puniko mugi dados Rencang) kata Rencang yang akhirnya menjadi Rencong. 

Rencong adalah senjata Khas Aceh yang sangat tinggi nilainya dan begitu melekat pada masyarakat Aceh sebagai simbol Keimanan dan Perjuangan dalam kehidupan.

1 komentar:

  1. Ass Wr Wb, Saya ingin berbagi cerita kepada anda bahwa saya ini RISWANTO AKIL seorang TKI dari malaysia dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar IBU YOSHI yg dari singapur tentan Pesugihan AKI ZYEH MAULANA yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya juga saya mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk menarik dana Hibah Melalui ritual/ghaib dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti dan mendapat hasil tarikan RM.347.000 Ringgit ,kini saya kembali indon membeli rumah dan mobil walaupun sy Cuma pekerja kilang di selangor malaysia , sy sangat berterimakasih banyak kepada AKI ZYEH MAULANA dan jika anda ingin seperti saya silahkan Telefon di 085298275599 Untuk yg di luar indon telefon di +6285298275599,Atau Lihat Di internet KLIK DISINIsaya juga tidak lupa mengucap syukur kepada ALLAH karna melalui AKI ZYEH MAULANA saya Bisa sukses. Jadi kawan2 yg dalam kesusahan jg pernah putus asah, kalau sudah waktunya tuhan pasti kasi jalan asal anda mau berusaha, ini adalah kisah nyata dari seorang TKI,
    KEAMPUHAN ZIKIR AKI ZYEH MAULANA
    1.Penarikan Dana Hibah Melalui Bank Ghaib
    2.Penarikan Uang Melalui Mustika
    3.Ritual Angka Tembus Togel/Lotrey
    4.Jimat Pelaris
    5.Perintah Tuyul
    Dan Masih Banyak Lagi, AKI ZYEH MAULANA Banyah Dikenal Oleh Kalangan Pejabat, Pengusaha Dan Artis Ternama Karna Beliau adalah guru spiritual terkenal di indonesia. Untuk yg punya rum terimakasih atas tumpangannya
    SYARAT SEBAGAI BERIKUT:
    BERJANJI AKAN MEMBANTU SESAMA YANG MEMBUTUHKAN
    BERJANJI TIDAK AKAN SOMBONG DAN SELALU RENDAH HATI
    BERJANJI AKAN MEMULAI HIDUP YANG BARU BERJALAN KE JALAN YANG BENAR,
    BERLUTUT DAN MEYEMBAH KEPADA ALLAH SWT.
    "Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal hazani wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasali wa a'udzubika minal jubni wal bukhli wa a'udzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijali"

    "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan." Kata Abu Umamah radhiyallahu 'anhu: "Setelah membaca do'a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membari Petunjuk." (HR Abu Dawud 4/353)


    PENARIKAN UANG MENGUNAKAN MUSTIKA

    BalasHapus