Rabu, 18 Maret 2015

Sejarah Syaikh Imam Rozi Sokaraja

Sokaraja adalah Nama salah satu kecamatan di Kabupaten Banyumas. Sebuah kota kecil yang menyimpan banyak sejarah perkembangan dan perjuangan Islam.. mulai dari Kanjeng Adipati Jebu Kusuma di era Demak hingga saat ini.
Banyak tokoh yang dilahirkan di kota kecil ini. Diantaranya KH Saifuddin Zuhri Jendral Gatot Subroto dan lain-lain.

Dan disini saya akan menulis sekelumit sejarah tentang salah satu tokoh pejuang Islam pelarian keluarga Kanjeng Pangeran Diponegoro paska Kanjeng Pangeran ditangkap dan diasingkan di makassar. 
Beliau adalah Syaikh Imam Rozi bin Abdul 'Aziz menantu Sang Pangeran. 

Nasab Syaikh Imam Rozi 

Dari jalur Ayah 
Syaikh Imam Rozi.      Bin 
Syaikh Abdul Aziz.       Bin 
Syaikh Achmad.             Bin 
Raden Bagus Muhammad.    Bin 
 Syaikh  Abdul Muhyi Pamijahan.   Bin 
Syaikh Abdul Jalil (Sembah Dalem Lebe Warta Kusumah). Bin 
Entol Panengah. Bin 
Munding Cikawung Ading.   Bin 
Kudo Lalian


Dari Jalur Ibu 
Raden Ayu Djuwok (Salamah).    Binti 
Raden Ronggo Kusumo (Berbek) bin 
Kyai Adipati Purbo Kusumo.     Bin 
Raden Suryo Handoko.          Bin 
Raden Suryo Negoro.    Bin 
Pangeran Surya ningrat.     Bin 
Sunan Mas .    Bin 
Amangkurat Jawa . Bin 
Amangkurat Amral. Bin 
Amangkurat Agung. Bin 
Sultan Agung Mataram. Bin 
Panembahan Hanyokrowati. Bin 
Panembahan Senopati.   Bin 
Kyai Ageng Pemanahan 


Kelahiran dan Masa Kecil 

Syaikh Imam Rozi dilahirkan di wilayah Kadipaten Berbek (Nganjuk sekarang) akhir Abad 18 (1796M) di lingkungan Pesantren Ayahandanya yang berada di wilayah Wilangan Nganjuk. Di masa kecil Imam Rozi Dibimbing dalam ilmu Keagamaan (Qur'an. Fiqh. Dan berbagai disiplin ilmu pesantren)   oleh Ayahandanya serta Ibundanya di lingkungan Pesantren serta di latih ilmu kanuragan guno kasantikan oleh Ayahandanya dan oleh Senopati Sudiroyido yang masih pamannya sendiri. 

Imam Rozi kecil tumbuh menjadi anak yang tampan berakhlaq mulia dan menjadi Santri Bangsawan yang mempuni serta rupawan. Ketika Imam Rozi umur belasan Tahun Ayahandanya mengirimkan dia ke Pesantren Tegalsari Ponorogo untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Agama dan Sastra serta ilmu Kanuragan. Hari demi hari berganti dan Imam Rozi Muda tumbuh Menjadi Seorang pemuda yang Mempunyai beberapa keistimewaan dlm hal ilmu serta akhlak dan adab. 


Pernikahan dan perjuangan 

Disaat Imam Rozi umur 25th Pesantren Tegalsari kedatangan tamu Ulama Priyagung Dari Mataram Ngayogjokarto yang dipimpin oleh Kanjeng Pangeran Purbo Negoro dan Kanjeng Pangeran Diponegoro.
Kyai Ageng Besari menjamu Tamu dengan sukacita dan berdiskusi tentang perkembangan Santri serta Islam wilayah Mataram Wetan. Setelah sekian lama saling Menceritakan keadaan... tibalah saat Kanjeng Pangeran Diponegoro ingin Melihat keadaan Pesantren. Dan Kyai Ageng pun berkenan untuk mengantar Kanjeng Pangeran. 

Malam semakin larut dan suasana pesantren hening tenang dan damai.
Kanjeng Pangeran disertai beberapa pengawal dan Kyai serta Kyai Ageng berjalan dilingkup Pesantren... dan tiba-tiba terlihat cahaya yang bersinar dari salah satu sudut Pesantren dan semua yang melihat terperanjat... Kyai Ageng dan Kanjeng Pangeran pun segera mendekati sumber Cahaya Tersebut. 

Kaget bercampur takjub setelah beliau Berdua melihat sesosok pemuda santri yang sedang duduk Bersila berdzikir dan di tangannya sebuah tasbih yang di pegang. Tubuh tersebut bercahaya dan mengeluarkan bau harum. 
Kanjeng Pangeran segera mengajak Kyai Ageng Kembali ke tempat para Pengawal. Tak lama kemudian semua kembali ke Pendopo. Dan Kanjeng Pangeran pun tidak lupa bertanya pada Kyai Ageng Siapa sosok Pemuda itu Sebenarnya
Kyai Ageng pun menjawab klo pemuda itu bernama Imam Rozi keponakan dari Adipati Berbek dan putra Kyai Aziz.
Kanjeng Pangeran pun senang mendengar nya. Dan dawuh pada Kyai Ageng agar esok hari Imam Rozi ikut di penghadapan pendopo Tegalsari. 
Kyai ageng pun menyanggupi permintaan Kanjeng Pangeran. 

Keesokan harinya Di penghadapan Pendopo para Santri dan warga sekitar pun berkumpul... tidak terkecuali Imam Rozi pun ikut menghadap di Pagelaran pendopo Tegalsari. 
Di dalam pendopo nampak Kanjeng Pangeran Diponegoro Kanjeng Pangeran Purbo Negoro Kyai Ageng Besari dan para tokoh lain duduk penuh wibawa.
Sesaat semua terdiam dan tidak berapa lama kemudian Sang Pangeran mulai pembicaraan.

Diawali dengan hamdalah dan sholawat lalu Sang Pangeran mengucapkan beribu terima kasih pada Kyai Ageng Yang telah Mendidik para Bangsawan dan semua santri dengan baik. 
Beberapa hal telah disampaikan oleh Kanjeng Pangeran dgn baik dan semua mendengar kan dengan seksama. 
Dan setelah semua selesai Kanjeng Pangeran nimbali Imam Rozi dan di perintahkan untuk menghadap pada Kyai Ageng.

Setelah tiba saat nya Imam Rozi menghadap dan diterima oleh Kyai Ageng beserta Para Priyagung dari Mataram. Dan Kyai Ageng Pun segera memulai Pembicaraan 
Raden Bagus Imam... ngertenono Yen ing dino iki wus dadi pepesthening uripmu lan ing waktu kang arep teko jeneng siro bakal daup kelawan Raden Ayu Retno Wulan Putri Dalem Kanjeng Pangeran Diponegoro. Lan jeneng siro kudu siap siaganing dhohir kelawan batin kanggo ngadepi bebrayan agung... Ramamu lan ugo ibumu uwis uningo ing babagan iku. Mulo digawe tentreming atimu..
Imam Rozi pun hny duduk terdiam dan hny tertunduk hingga akhirnya Kanjeng Pangeran meminta nya untuk mendekat. Dan Kanjeng Pangeran berkenan memberikan Salah satu pusaka beliau Keris Kyai Jangkung pada Bagus Imam dan tak lama dari itu Pisowanan dibubarkan
Kanjeng Pangeran pun segera Berpamitan dan beserta rombongan segera pulang menuju Negri Mataram.

Dan pada waktu yang telah ditentukan Imam Rozi pun menikah untuk yang pertama kali. Dan oleh Ayahandanya di minta untuk mukim di Pesantren membantu ngajar para santri. 
Kehidupan Imam Rozi seperti umumnya para Santri. Hidup sederhana dan mengajarkan apapun yang dibutuhkan oleh umat tentang ilmu agama dan keprajuritan dikarenakan saat itu masih suasana penjajahan. 

Beberapa bulan kemudian di Negri Mataram Ngayogjokarto terjadi huru hara dan Kanjeng Pangeran Diponegoro mempersiapkan diri untuk melawan kaum penjajah. 
Dan kabar yang di terima oleh Syaikh Abdul Aziz (Ayahandanya Imam Rozi) bahwa Kanjeng Pangeran Mempersiapkan diri untuk berperang dan para Kyai Santri serta kaum pendekar sudah banyak yang bergabung serta pos utama ada di goa selarong.
Syaikh Abdul Aziz pun segera memerintahkan Imam Rozi untuk segera menunjukkan darma bakti pada orang tua.. di perintahkan nya Imam Rozi untuk mengumpulkan Para tokoh persilatan serta santri untuk ikut berjihad fi sabilillah bergabung dengan laskar lain di wilayah Menoreh. 

Tak lama dari itu Bagus Imam Rozi pun berangkat menuju pos di selarong beserta istri dan jg para laskar yang ada.

Dan perang pun terjadi korban pun banyak berjatuhan dari kedua pihak 
Hiruk pikuk peperangan selama 5 telah banyak menghabiskan segalanya.. pengkhianatan demi pengkhianatan silih berganti. Dalam pertengahan peperangan Raden Ayu Retno Wulan melahirkan seorang bayi laki2 dan diberi Nama Abu Syuruj. Dan suatu ketika Kanjeng Pangeran pun Ditangkap.
Para laskar pun berlarian menyebar untuk meneruskan perjuangan. Tak terkecuali Bagus Imam Beserta keluarga dan laskar.

Perjalanan Bagus Imam ke arah Barat melewati wilayah Bagelen dan akhirnya Sampai di daerah Buntu... Bagus Imam pun segera membabat hutan dan mendirikan pesantren serta pemukiman... Namun baru beberapa bulan kemudian tempat tersebut diketahui oleh pihak Belanda hingga dibumihanguskan.
Tempat tersebut hingga kini masih ada puing2 pondasi.

Bagus Imam pun lari bersama keluarga dan para pengikut nya ke arah utara sampai di sebuah tempat yang banyak ditumbuhi pohon kepel (kapol) dan Bagus Imam serta para pengikut nya membuka tempat tersebut untuk bermukim. Tempat yang baru itu beliau beri Nama Kebon Kapol. Dan membuat pesantren yang diberi Nama Assuniyah.... Hingga saat ini pesantren tersebut masih berdiri dan masih Eksis dan dipimpin oleh keturunan Syaikh Imam Rozi secara turun Temurun.

Syaikh Imam Rozi terus berjuang dalam keagamaan serta mendidik murid murid nya dgn ilmu kanuragan untuk menghadapi kaum penjajah. Putra Beliau Abu Syuruj pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa alim dan bersahaja.
Syaikh Imam Rozi selalu berkoordinasi dengan para pejabat sekitar dalam perjuangan. Diantaranya beliau bersama dengan Kanjeng Adipati Martodirejo membuat  benteng pertahanan dengan menempatkan para santri digaris depan dan meprakasai pembangunan masjid agung purwokerto bersama Kyai Faqih yang jaga sesama laskar Diponegoro. 

Dan pada suatu ketika Syaikh Imam Rozi menunaikan Ibadah Haji ke Tanah Suci dan sempat Mukim di Tanah Harom sampai 4 th. Sepulang dari tanah Suci beliau kembali berjuang di wilayah Sokaraja dan sekitarnya. Dan pada suatu ketika Syaikh diminta untuk menikah lagi oleh Dewi Retno Wulan dengan seorang wanita yang masih keturunan dari Adipati Jebu Kusumo... Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang putra yang diberi Nama Nasrowi.

Syaikh Imam wafat sekitar tahun 1865 dan pesantrennya diteruskan oleh Syaikh Nasrowi.dan di makamkan di pasarean Kebutuh. 

Sementara Syaikh Abu Syuruj menjadi Imam Masjid Agung Purwokerto Mengganti kan Kyai Faqih dan memimpin pesantren di komplek Kadipaten pada masa itu.

Penerus perjuangan Syaikh 

Putra Beliau meneruskan perjuangan Syaikh dalam keagamaan dan perlawanan terhadap kaum penjajah.
Syaikh Abu Syuruj terus berjuang di kadipaten dalam keagamaan dan keprajuritan.
Syaikh Abu Syuruj mempunyai beberapa putra putri diantaranya Syaikh Achmad Masruri Ridho dan Syaikh Marwazy yang berjuang di Desa Kebumen Kec Baturaden dan Beliau berdua yang meletakkan dasar2 ideologi NU di wilayah Banyumas 
Syaikh Masruri Ridho adalah Ulama Agung salah satu pendiri NU dan sebagai Qodhi di Jam'iyah Nahdhotul Ulama atas permintaan Hadrotussyaikh Hasyim Asy'ari yang sebagai teman akrab di Makkah saat belajar bersama di Makkah. Serta Syaikh Bunyamin yang berjuang di wilayah perkotaan di Purwokerto sebagai benteng Pertahanan dari kaum Penjajah.

Hingga Saat ini para keturunan Syaikh Abu Syuruj masih mempertahankan perjuangan para pendahulu nya dalam Islam dan kemasyarakatan.

Syaikh Nasrowi meneruskan perjuangan di pesantren Assuniyah dan hingga saat ini pun masih berjalan dengan baik.
Perkembangan Islam Di sokaraja tidak bisa di kesampingkan dengan perjuangan dari para keturunan Bangsawan Mataram diantaranya dari Trah Pangeran Diponegoro dan Syaikh Imam Rozi.

Walaupun singkat semoga ada manfaatnya dan sebagai pengetahuan bagi masyarakat bahwa para pejuang Islam itu masih punya darah Ulama Agung di Zaman masing masing.

6 komentar:

  1. perkenalkan, saya Roni Sodewo, Ketua Umum PATRA PADI (Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro).
    Membaca uraian di atas, saya merasa mempunyai kewajiban untuk menelusuri secara detil tentang silsilah Putri Pangeran Diponegoro yang menikah dengan Syeh Imam Rozi.

    Perlu diketahui bahwa ada 4 orang pangeran dari surakarta yang juga menggunakan gelar kepangeranan dengan nama Pangeran Diponegoro juga, yaitu anak Mangkurat IV, anak PB I, anak PB II dan anak PB III. Bahkan ada dua putera Pangeran Diponegoro putra HB III yang menggunakan nama Diponegoro seperti ayahnya.

    Sebelum pecah perang, Pangeran Diponegoro bin HB III baru mempunyai 3 puteri kelahiran tahun (setelah 1803), 1813 dan 1814.

    yang kelahiran 1803 menjadi isteri Raden Mas Joyokusumo. R.M Joyokusumo sendiri wafat pada tahun 1829, dipenggal lehernya oleh prajurit Pribumi Belanda dari ternate. Sementara yang 2 lainnya masih dalam asuhan Ibu Pangeran Diponegoro ketika perang Jawa dimulai dan kemudian dua-duanya pernah menjadi isteri basyah Mertonegoro.

    Memang masih banyak misteri terpendam dalam keturunan Pangeran Diponegoro terutama pada level cucu yang banyak menghilang pasca Perang Diponegoro.

    Saya berharap suatu saat kita bisa ketemu untuk membahas sejarah dari Syeh Imam Rozi.

    Matur Nuwun

    BalasHapus
  2. Saya Muhammad Burhanuddin Bin Achmad Mukhtarom bin Kyai Achmad Ngatoi (Asal Sokaraja) bin Kyai Muhammad Muhsin (Kebon Kapol) kata mbah saya ...itu masih ada jalur ke Mbah Abu Surudj dan Mbah Imam Rozi...yang tahu info dari Mbah Abu Suruj itu punya ana berapa dan sambungannya e Kyai Achmad Ngatoi itu yang saya gali...Terima kasih Semoga menambah semangat berjuang..

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. kulo haidar saking kroya,kulo pengen ngertos lan belajar katah sejarahipun mbah imam rozi

    BalasHapus
  5. Assalamu'alaikum warrahmatullahiwabarakatuh, salam kenal dan salam takdzim dari saya, sebelumnya mohon maaf apabila dalam penulisan komentar saya banyak kekurangan dan kekeliruan itu semua tidak lain karena keterbatasan saya. Sebelumnya mohon izin memperkenalkan diri nama saya Imam mardiansah,ibu saya Etin marfi'ah binti Mbah Muhammad Ma'mun bin Mbah yai Marwazi Kebumen. Alhamdulillah saya bersyukur setelah menemukan dan membaca artikel ini,karena selama ini saya cukup mencari tentang riwayat dan silsilah serta sejarah seperti yang tersebut dalam artikel ini. Tentu saja ini semakin menambah wawasan saya atas cerita dan keterangan yang sebagian sudah saya dengarkan langsung dari orangtua dan pakde bude saya di Kebumen. Kiranya cukup sekian,sekali lagi mohon maaf dan maturnuwun sanget,semoga berkah dan bermanfaat,salam silaturrahmi
    Wassalamu'alaikum warrahmatullahiwabarakatuh 🙏

    BalasHapus