Selasa, 19 Mei 2015

Sejarah Perjalanan Pangeran Made Pandan

Setelah sultan Demak ke I Raden Patah mangkat, digantikan putera sulungnya bernama pangeran Surya atau adipati Yunus  atau disebut juga pangeran Sabrang Lor.

Setelah Sultan Demak II (Pati Yunus) mangkat, puteranya yang tertua, Pangeran Made Pandan yang punya Nama Abdussalam (Ngabdussalam) tidak bersedia menggantikan tahta kesultanan Demak.dan tahta diserahkan kepada Raden Trenggono adik dari Adipati Muhammad Yunus (Sultan Demak ke 2). 
‎Pangeran Made Pandan juga dikenal sebagai seorang ahli agama Islam atau ulama yang disegani oleh berbagai kalangan masyarakat. Pangeran Made Pandan  dengan Dewi Sejanila, menurut sementara sejarah adalah puteri Pangeran Panduruan di Sumenep (keturunan Raden Patah) makam Nyi Sejanila juga berada di Bregoto
 Pangeran  Made Pandan mempunyai putera bernama Pangeran Kasepuhan, Dia adalah anak yang baik, ramah, sopan santun, dan menghormati kedua orangtuanya.

Suatu ketika Pangeran Kasepuhan  dan beberapa pengiring kerajaan diajak oleh Pangeran  Made Pandan pergi dari wilayah Kesultanan Demak.

“Puteraku. Maukah kamu ikut pergi berkelana denganku? Besok kita akan meninggalkan wilayah Kesultanan Demak ini bersama-sama dengan beberapa pengiring kerajaan,” tanya Pangeran  Made Pandan kepada puteranya.
“Hendak kemanakah, Ayahanda?” ujar putranya  penasaran.
“Kita akan pergi menuju kea rah barat. Di sana kita akan menyebarkan agama Islam. Konon, aku dengar tanah di daerah sana sangat subur. Persiapkanlah dirimu, Puteraku,” ujar Pangeran  Made Pandan seraya menepuk pundak puteranya.
“Baiklah, Ayahanda.”

Mereka akhirnya pergi kea rah barat. Hingga pada suatu hari, mereka sampai di suatu daerah yang subur. Kemudian mereka membuka hutan dan mendirikan rumah di daerah itu.
“Kita berhenti di daerah sini saja. Segera perintahkan kepada para pengiring kerajaan untuk membabat beberapa pohon di hutan ini, kemudian dirikan sebuah rumah untuk tempat tinggal kita, puteraku,” perintah Pangeran  Made Pandan dengan lantang.

Tempat tersebut kemudian bernama Pulau Tirang, membuka hutan dan mendirikan pesantren dan menyiarkan agama Islam. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur,
Di pulau Tirang inilah beliau sebagai mubaligh mulai menyebarkan agama Islam terhadap penduduk yang masih memeluk agama Hindu/Budha, di samping mengajarkan pula bercocok taman. Karena ketekunannya Pangeran Made Pandan dapat menundukkan mereka dan akhirnya masuk Islam. Di pulau Tirang terdapat tanaman pandan tetapi jarang (arang-arang-jawa), akhirnya di tempat tersebut disebut pandanarang, adapun pangeran Made Pandan disebut Ki Pandanarang.

Akhirnya Pangeran  Made Pandan menyebarkan agama Islam di tempat itu dengan mendirikan pondok pesantren. Pada awalnya, hanya pengiring dan pengikutnya saja yang menjadi muridnya. Namun, semakin lama semakin banyak orang yang menjadi muridnya dan menetap di daerah itu.
Diantara murid Pangeran Made Pandan adalah Kyai Ageng Somowono, Kyai Ageng Ringin Kurung, Kyai Ageng Bojo, Kyai Ageng Miyono, Raden Bagus Kusumo Jati, Ki Lurah Sumogati, dan byk tokoh lain nya 

Suatu hari datang seorang pengiring kerajaan 
menghadap Pangeran Made Pandan.
“Gusti, di luar ada banyak penduduk yang datang. Mereka ingin belajar agama Islam di pondok pesantren ini. Bagaimana ini, Gusti?”
“Persilahkan mereka masuk ke pondok ini. Aku akan menerimaya menjadi muridku dan kita akan mendalami ajaran agama Islam bersama-sama,” ujar Pangeran  Made Pandan.

Pangeran  Made Pandan mengharapkan pada suatu saat nanti puteranya mampun menggantikannya sebagai guru agama Islam di daerah itu. Pangeran  Made berwasiat kepada puteranya, Pangeran Kasepuhan .

“Puteraku, jika Ayah pergi untuk meneruskan perjuangan dakwah maka teruskanlah perjuangan disini untuk menyebarkan agama Islam di daerah ini. Bimbinglah umat dalam mengolah lahan pertanian. Tetaplah tinggal di daerah ini. Dan selalu berpegang teguh kepada ajaran Para Wali. Insya’ Allah hidupmu kelak selamat dunia dan akhirat.”
“Baiklah, Ayahanda,” jawab Pangeran Kasepuhan  dengan penuh hormat.

Pangeran Kasepuhan  selalu mengingat pesan orangtuanya. Setelah Pangeran  Made Pandan pergi meneruskan dakwah ke arah barat, Pangeran Kasepuhan  terus melanjutkan mengajar agama Islam kepada masyarakat dan mengelola tempat itu sebaik-baiknya. Semakin hari daerah itu semakin subur, hampir semua tanaman dapat tumbuh di daerah itu.

Banyak orang-orang lain dari luar daerah berdatangan dan menetap di daerah itu. Murid dan pengikut Pangeran Kasepuhan  pun semakin banyak.
Suatu ketika, Pangeran Kasepuhan  melihat suatu hal yang janggal. Di daerah yang subur, di antara pohon-pohon yang menghijau, tampak beberapa pohon asam yang tumbuhnya saling berjauhan.
“Mengapa pohon-pohon asam itu tumbuh berjauhan, padahal tanahnya di sini subur, kan?” tanya Sang Pangeran
“Iya, Raden …!” jawab beberapa orang pengikut.

“Ini memang suatu hal yang tidak lazim terjadi. Kalau begitu daerah ini akan kunamakan Semarang. Berasal dari kata sem yang jarang-jarang (asem kanga rang-arang).”
Sebagai pendiri dan pembuka daerah Semarang yang pertama kali, maka Pangeran Kasepuhan  langsung diangkat sebagai pemimpin dan bergelar Ki Ageng Pananarang  

JUMENENGAN BUPATI SEMARANG KE –I

Di sekitar Pragota(Bregoto) terdapat tanaman asam tetapi jarang-jarang (arang-arang); akhirnya wilayah ini di sebut semarang, asal dari kata-kata Asem-arang, dan disini sudah mulai banyak penduduknya. Sunan Kalijogo (Raden Sahid) seorang wali yang terkenal namanya diantara Sembilan Wali dari Demak berkehendak mengangkat putra sulung Ki Pndanarang I ( Pangeran Made Pandan) yang bernama pangeran Kasepuhan untuk menjabat bupati di Semarang; Di bawah pimpinan Pandan Arang, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dan Pajang. Kerana persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Akhirnya Pandan Arang oleh Sultan Pajang melalui konsultasi dengan Sunan Kalijaga, juga bertepatan dengan peringatan maulud Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 Hijriah  atau bertepatan dengan tanggal 2 Mai 1547 Masehi ‎dinobatkan menjadi Bupati yang pertama. Pada tanggal itu "secara adat dan politis berdirilah kota Semarang". Pangeran kasepuhan diangkat menjadi bupati di semarang yang pertama dengan gelar Ki Pandanarang II. ‎

Masa pemerintahan Pandan Arang II menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat dinikmati penduduknya. Namun masa itu tidak dapat berlangsung lama kerana sesuai dengan nasihat Sunan Kalijaga, Bupati Pandan Arang II mengundurkan diri dari hidup keduniawian yang melimpah ruah. la meninggalkan jabatannya, meniggalkan Kota Semarang bersama keluarga menuju arah Selatan melewati Salatiga dan Boyolali, akhirnya sampai ke sebuah bukit bernama jabalekat di daerah Klaten. Didaerah ini, beliau menjadi seorang penyiar agama Islam dan menyatukan daerah Jawa Tengah bagian Selatan dan bergelar Sunan Tembayat. Beliau wafat pada tahun 1553 dan dimakamkan di puncak Gunung Jabalkat. 

Sesudah Bupati Pandan Arang mengundurkan diri lalu diganti oleh adik Beliau yang bernama Raden Ketib atau Pangeran Kanoman dengan Gelar Kyai Ageng  Pandan Arang III (1553-1586), kemudian disusul pengganti berikutnya iaitu 
Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659), 
Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666), 
Mas Tumenggung Prawiroprojo (1966-1670), 
Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674), 
Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung. Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701), 
Raden Martoyudo atau Raden Sumoningrat (1743-1751), 
Raden Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773), 
Raden Surohadimenggolo IV (1773-?), 
Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?), 
Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841), 
Putro Surohadimenggolo (1841-1855), 
Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860), 
RTP Suryokusumo (1860-1887), 
RTP Reksodirjo (1887-1891), 
RMTA Purbaningrat (1891-?),
Raden Cokrodipuro (?-1927), 
RM Soebiyono (1897-1927), 
RM Amin Suyitno (1927-1942), 
RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945), 
R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945), hanya berlangsung satu bulan, 
M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946, 1949 - 1952 iaitu masa Pemerintahan Republik Indonesia) pada waktu Pemerintahan RIS iaitu pemerintahann federal diangkat Bupati RM.Condronegoro hingga tahun 1949. Sesudah pengakuan kedaulatan dari Belanda, jabatan Bupati diserah terimakan kepada M. Sumardjito. 
Penggantinya adalah R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956). Kedudukannya sebagai Bupati Semarang bukan lagi mengurusi kota melainkan mengurusi kawasan luar kota Semarang. Hal ini terjadi sebagai akibat perkembangnya Semarang sebagai Kota Praja.
 
Kembali ke perjalanan Pangeran Made Pandan 

Dikisahkan setelah Menetap di Semarang selama beberapa Tahun Pangeran Made Pandan pun bertambah Putra Putrinya Selain Pangeran Kasepuhan juga ada Pangeran Kanoman dan juga Dewi Pandansari.
Pangeran Kanoman Berjuang Bersama Kakaknya di Semarang dan Dewi Pandansari atas dawuh Pangeran Made Pandan mengikuti Suaminya yang dari Cirebon berjuang di wilayah Boja dan sekitarnya.

Setelah Pangeran Kasepuhan telah cukup dewasa dan bisa memimpin.. Pangeran Made Pandan Pun melanjutkan dakwah dan uzlah untuk menyebarkan agama Islam di wilayah sekitar dengan di iringi beberapa Santri beliau berjalan ke arah barat hingga pada akhirnya perjalanan sampai pada suatu hutan yang penuh dengan mata air (sendang/beji) dan tempat tersebut di buka menjadi pemukiman serta pesantren.

Lambat laun tempat tersebut ramai dan akhirnya tempat baru tersebut dinamakan Bejen. Pangeran Made Pandan Pun di Angkat sebagai Demang Atau pimpinan masyarakat di situ. Dan padukuhan tempat Pangeran tinggal di sebut dengan Kademangan yang sampai sekarang masih di sebut dengan Demangan.

Banyak mantan Prajurit Demak yang datang ke Kademangan untuk berguru dan membantu perjuangan dakwah Pangeran Made Pandan di antaranya Sayid Abdillah putra Sunan Bejagung. Tumenggung Mangkuyudo. Raden Trenggono Kusumo. Kyai Surodigo. Kyai Surodilogo. Dll

Pangeran Made Pandan pun memerintahkan para Santri untuk Berjuang Babat alas untuk mendirikan pemukiman dan berdakwah di sekitar wilayah Bejen. Hingga banyak Murid Pangeran Made Pandan yang menjadi sesepuh pembuka pedusunan dan pedesaan di sekitar wilayah Bejen dan Sekitarnya (Temanggung bagian utara dan Kendal selatan) 

Pangeran Made Pandan adalah Tokoh Bangsawan yang Merakyat. Seorang tokoh Sufi Pada Zaman nya. Karomah dan perjuangan beliau tersembunyi.

Beliau wafat dan di makamkan di sekitar tempat beliau Tinggal... namun karna perkembangan zaman dan masa penjajahan Kompleks pemakaman Beliau terbengkalai. Pesantren pun hancur pada masa Penjajahan dan penduduk sekitar pun lari menuju tempat yang aman.

Kompleks makam Pangeran Made Pandan sekarang berada di komplek Perhutani selatan desa Bejen kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung.

Banyak peziarah yang pada malam tertentu dan hari tertentu datang bertabarruk Napak Tilas perjuangan Sang Pangeran.
Bangunan makam yang sudah di pugar dan permanen sangat cocok bagi siapapun yang seneng laku tirakat dan berkholwat.
Sepi sunyi dan suasana alam yang masih alami jauh dari keramaian.
Jalan yang sudah semi permanen memudahkan akses tuk ke Makam Pangeran Made Pandan. 

Semoga Pangeran Made Pandan (Sayid Abdussalam) di beri Kenikmatan dan ampunan di alam Barzakh. Perjuangan beliau di ikuti oleh Para generasi masa kini.

Pemerintah sekitar semoga menjadi kan kompleks Pemakaman sebagai warisan cagar budaya dan wisata Religi. Sebagai bukti perjuangan Pangeran Made Pandan di masa lalu.

Semoga bermanfaat dan bisa menjadi perhatian pihak terkait.

1 komentar: