Kamis, 08 Oktober 2015

Syaikh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani Sang Pengarang Kitab

Sesungguhnya tak kenal maka tak cinta. Tapi mengenal dan  membencinya adalah satu masalah yang kita lihat telah mula dihidupkan oleh segelintir  individu dewasa ini. Dengan bertopengkan status ustaz, individu ini telah mentohmah Syeikh Yusuf al Nabhani dengan sebagai pengfitnah lantaran menolak pendapat pemuka-pemuka bidaah yang menjadi idola utama individu ini seperti Jamaluddin al Afghani dan Muhamad Abduh yang merupakan pembawa fahaman Wahabi yang cukup menyesatkan. Rasanya tak perlulah kunyatakan namanya kerana ia hanya menambah papulariti dan sifat takabburnya dan tidak langsung memimpinnya untuk kembali ke jalan yang benar. 

Sesungguhnya sifat kutuk mengutuk, keji mengkeji, kafir mengkafir, bidaah membidaah seolah- olah telah sebati dalam diri puak berhaluan kiri ini. Ia seolah-olah menjadi zikir harian mereka yang selalu diucapkan dalam apa-apa majlis, ceramah hinggakan dimuatkan di dada-dada akhbar. Sesunggguhnya ia aku bersumpah dengan nama Allah , hal ini tidak sesekali  diredhai Allah dan Rasul. Bertaubatlah sebelum terlambat. Takutlah ancaman kemurkaanNya serta azab yang pedih kepada orang yang menghina seorang kekasih dari kekasih-kekasiNya,  yang dinyatakan di dalam hadits  qudsi:

                    من عادى لي وليا فقد آذنته بالحرب

‘‘ Barang sesiapa yang memusuhi walau seorang dari wali-waliKu, maka aku telah mengistiharkan perang ke atasnya!!!’’ 

‎Hadits  ini soheh, dikeluarkan oleh al Bukhari dari Abi Hurairah dalam Kitab al Raqaiq-bab al Tawadhu’ .

Lupakah engkau pada peringatan  azab neraka terhadap manusia yang menuntut ilmu untuk berbangga-bangga disisi ulama’? 


               قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم      
        من طلب العلم ليماري به السفهاء ويكاثر به العلماء أو يصرف به وجوه الناس ٳليه فليتبوأ مقعده من النار. رواه الترميذي    
    
Bersabda Rasulullah SAW barangsiapa yang menuntut ilmu untuk kesombongan  dan bermegah-megah terhadap orang bodoh, dan untuk berdebat dengan para ulama’ dan pinter atau untuk meraih perhatian manusia ke arahnya maka sesungguhnya dia telah menempuh jalan dan kembali di dalam neraka. HR Tirmidzi
  
Bertaqwalah kalian kepada Allah dalam urusan Umat Muhammad! Janganlah kamu sesekali meringan-ringan martabat para ulama’ yang telah disepakati keilmuannya di timur barat bumi Allah  ini! Siapalah Muhammad Abduh itu jika hendak dibandingkan dengan  ratusan para ulama yang bangkit menolak fahaman-fahaman yang dibawanya serta teman-temannya yang telah dipersetujui kesesatannya oleh ulama’ al Azhar malah ulama di dunia Islam keseluruhannya. 

Sekali lagi kuseru kepada pemuda ini agar kembali ke pangkal jalan. Moga-moga Allah dengan rahmat dan belas ihsanNya, mengembalikan pemuda ini ke jalan yang diredhai Allah, seterusnya menegakkan kalimah yang hak berlandaskan  Ahli Sunnah wal Jama'ah. 

“Syaikh Yusuf bin Ismail an Nabhani, kakeknya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani (Pendiri Hizbut Tahrir) di garis silsilah keilmuan,masih salah satu guru dari K.H Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama)”

Guru KH. Hasyim Asy’ari selain Syaikh Yusuf An-Nabhani saat mondok di Makkah adalah Syaikh al- Allamah Abdul Hamid al-Darutsani dan Syaikh Muhammad Syuaib al-Maghribi. Selain itu, beliau berguru kepada Syaikh Ahmad Amin al-Athar, Sayyid Sultan ibn Hasyim, Sayyid Ahmad ibn Hasan al-Attar, Sayyid Alawi ibn Ahmad as-Saqaf, Sayyid Abbas Al-Maliki, Sayyid Abdullah al-Zawawy, Syaikh Sholeh Bafadhal dan Syaikh Sultan Hasyim Dagatsani.

Yang perlu dipahami dengan baik adalah bahwa Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani adalah ulama Sunni, berbeda dengan cucunya yang bernama Taqiyuddin An-Nabhani (pendiri HT) yang terpengaruh Muktazilah sebagaimana ada didalam kitabnya.

Maka jelas tidak ada hubungannya dengan Hizbut Tahrir. Termasuk Syekh Yusuf pun tidak ada hubungannya dengan paham Hizbut Tahrir. Kebiasaan orang HT yang memberikan kesan-kesan tertentu perlu diwaspadai, karena mereka memang memiliki tujuan tertentu.Syaikh Taqiyuddin memang kurang begitu di kenal di kalangan ulama Mazhab Syafi’i, Namun Syaikh Yusuf An Nabhani adalah tokoh besar Mutaakkhirin tasawuf bermazhab Syafi’i. Syaikh Yusuf sangat di hormati oleh para Ulama dan Habaib di Hadramaut Yaman. Kitab beliau merupakan pegangan Ahli Tasawuf di Zamannya.

Di ceritakan bahwa Mufti Mazhab Syafi’i dahulu Sayyid Abdurrahman Bin Ubaidillah As Seggaf ra pernah mengkritik pendapat Syaikh Yusuf An Nabhani ra dalam beberapa Bait Syair. Tak lama Ibnu Ubaidillah pun mimpi bertemu Nabi Muhammad Saw dan Nabi pun menegur Ibnu Ubaidillah supaya menghormati Syaikh Yusuf karena beliau adalah ulama yang mencintai sepenuh hati terhadap Nabi Muhammad Saw.
Beliau adalah seorang qadhi (hakim), penyair, sasterawan, dan salah seorang ulama terkemuka dalam Daulah Utsmaniyah. 

Syeikh Yusuf An-Nabhani adalah termasuk tokoh sejarah masa akhir Khilafah Utsmaniyah. Beliau berpendapat bahawa Khalifah Utsmaniyah merupakan penjaga agama dan akidah, simbol kesatuan kaum Muslimin, dan mempertahankan institusi umat. Syeikh Yusuf bertentangan dengan Muhammad Abduh dalam metode tafsir. Muhammad Abduh menyerukan perlunya penakwilan nash agar tafsir merujuk pada tuntutan keadaan dan waktu. Beliau juga bertentangan dengan Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan murid-muridnya yang sering menyerukan reformasi agama. Menurut beliau, tuntutan reformasi itu meniru Protestan. Dalam Islam tidak ada reformasi agama (seperti dalam pemahaman Protestan). Beliau juga menentang gerakan misionaris dan sekolah-sekolah misionaris yang mulai tersebar pada saat itu. 

Oleh karena itu, di samping seorang ulama yang faqih, Syeikh Yusuf An-Nabhani juga terkenal sebagai seorang politikus yang selalu memperhatikan dan mengurus urusan umat. Berkenaan Syeikh Yusuf An-Nabhani, beberapa penulis biografi menyebutkan, 

“(Dia adalah) Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Hasan bin Muhammad an-Nabhani asy Syafi’i. Julukan baginya ialah Abu al-Mahasin. Dia adalah seorang penyair, sufi, dan termasuk salah seorang qadhi yang terkemuka. Dia menangani peradilan (qadha’) di Qushbah Janin, yang termasuk wilayah Nablus. Kemudian beliau berpindah ke Constantinople (Istanbul) dan diangkat sebagai qadhi untuk menangani peradilan di Sinjiq yang termasuk wilayah Moshul. Beliau kemudian memegang jabatan sebagai ketua Mahkamah Jaza’ di al-Ladziqiyah, sebelum berpindah ke al-Quds. Selanjutnya beliau menjabat sebagai ketua Mahkamah Huquq di Beirut. Beliau mengarang banyak kitab yang jumlahnya mencapai hingga 80 buah.”

Syaikh Yusuf al-Nabhani adalah ulama yang sangat alim, cerdas, wara’, pemberi hujjah, takwa, dan ahli ibadah. Ia selalu menyenandungkan cinta dan pujian untuk Rasulullah Saw dalam bentuk tulisan, kutipan,riwayat, karangan, dan kumpulan syair. Nama lengkapnya adalah Nasiruddin Yusuf bin Isma`il al-Nabhani, keturunan Bani Nabhan, salah satu suku Arab Badui yang tinggal di Desa Ijzim, sebuah desa di bagian utara Palestina, daerah hukum kota Haifa yang termasuk wilayah Akka, Beirut.

Syaikh Yusuf Al-Nabhani lahir pada 1265 H (1849 M) dan dibesarkan di Ijzim. Ia menghafal Al-Qur’an dengan berguru kepada ayahandanya sendiri, Isma’il bin Yusuf, seorang syaikh berusia 80 tahun. Pada usia lanjut, Isma`il bin Yusuf masih dikaruniai akal, pancaindra, kekuatan, dan hafalan yang sempuma, rajin beribadah, dan bacaan Al-Qur’an-nya sangat bagus. Setiap tiga hari sekali, Isma`il mengkhatamkan Al-Qur’an, hingga khatam tiga kali dalam seminggu. Keistimewaan dan kelebihan ini sangat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan pribadi Yusuf al-Nabhani, yang selalu dibekali hidayah dan ketakwaan dari ayahnya yang saleh di lingkungan yang bersih dan suci.

Selesai mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an, Yusuf al-Nabhani disekolahkan orang tuanya ke Al-Azhar, dan mulai bergabung pada Sabtu awal Muharram 1283 H (1866 M). Ia tekun belajar dan menggali ilmu dengan baik dari imam-imam besar dan ulama-ulama umat yang kritis dan ahli ilmu syariat dan bahasa Arab dari empat imam madzhab.

Ia sangat tekun berikhtiar dan meminta bimbingan kepada orang-orang berilmu tinggi yang menguasai dalil aqli dan naqli, sehingga ia dapat mereguk samudra ilmu mereka dan mengikuti metode keilmuan mereka. Hal ini berlangsung sampai bulan Rajab 1289 H (1872 M). Kemudian ia mulai berkelana meninggalkan Mesir untuk ikut serta menyebarkan ilmu dan mengabdi kepada Islam, agar bermanfaat bagi kaum muslimin dan meninggikan mercusuar agama.

Ketika namanya semakin terkenal, bintangnya semakin bersinar, dan banyak orang mendapatkan bimbingan dan petunjuk darinya, ia diangkat sebagai pejabat pengadilan di wilayah Syam, dan akhirnya menjadi ketua Pengadian Tinggi di Beirut. Pekerjaannya itu dijalaninya dengan penuh kesungguhan dan niat menolong serta dianggapnya sebagai ibadah disertai niat yang tulus ikhlas. Hatinya senantiasa berzikir dan membaca Al-Qur’an, banyak bershalawat untuk Rasulullah Saw., keluarga, dan sahabat-sahabat beliau. Yusuf al-Nabhani selalu mengisi waktu malam dan siangnya dengan melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah tanpa henti, bosan, atau lupa. Tak terhitung banyaknya peristiwa luar biasa yang terjadi padanya, peristiwa-peristiwa yang hanya dikhususkan untuk para wali dan hamba Allah yang selalu dekat dengan-Nya.

la juga tidak meninggalkan aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan orang-orang yang luhur dan dicintai, yakni menyusun dan mengarang berbagai kitab yang sangat mengagumkan. Imam besar ini diyakini mendapatkan ilham kebenaran dari Allah. Kitab-kitabnya yang bernilai tinggi dan agung membahas berbagai disiplin ilmu; ilmu hadis, sejarah Nabi, pujian untuk Nabi, tafsir, pembelaan terhadap Islam, pujian kepada Allah Swt., kisah-kisah tentang wali-wali Allah dan orang-orang khusus-Nya, dan lain sebagainya. Kitab-kitab tersebut tidak mungkin lahir dari kemampuan individualnya belaka, tetapi dibantu dengan karamah, kekuatan, dan pertolongan dari Allah Swt. Jika Allah mencintai hamba-Nya yang benar, maka Dia menjadikan pendengaran-Nya scbagai pendengaran hamba- Nya, dan penglihatan-Nya sebagai penglihatan-hamba-Nya

Guru Syaikh Yusuf 

Syaikh Yusuf al-Nabhani mempunyai guru-guru dan imam-imam ternama di Al-Azhar. Di antaranya adalah:

1.Syaikh Yusuf al-Barqawi al-Hanbali, syaikh pilihan dari mazhab Hanbali
2. Syaikh Abdul Qadir al-Rafi'i al-Hanafi al Tharabulusi, syaikh pilihan dari masyarakat Syawam
3. Syaikh Abdurrahman al-Syarbini al-Syafi`i
4. Syaikh Syamsuddin al-Ambabi al-Syafi'i, satu-satunya syaikh pada masanya yang mendapat julukan Hujjatul Ilmi dan guru besar Universitas Al-Azhar pada masa itu. Dan gurunya ini, Yusuf al-Nabhani belajar Syarah Kitab al-Ghayah wa al-Tagrib fi Fighi al-Syafi`iyyah karya Ibnu Qasim dan Al-Khathib al-Syarbini, dan kitab-kitab lainnya dalam waktu 2 tahun.
5. Syaikh Abdul Hadi Naja al-Ibyari (wafat tahun 1305 H.)
6. Syaikh Hasan al-'Adwi al-Maliki (wafat tahun 1298 H.)
7. Syaikh Ahmad al-Ajhuri al-Dharir al-Syafi`i (wafat tahun 1293 H.)
8. Syaikh Ibrahim al-Zuru al-Khalili al-Syafi'i (wafat tahun 1287 H.)
9. Syaikh al-Mu'ammar Sayyid Muhammad Damanhuri al-Syafi`i (wafat tahun 1286 H.)
10. Syaikh Ibrahim al-Saga al-Syafi'i (wafat tahun 1298 H) Darinya, Syaikh Yusuf al-Nabhani mempelajari kitab Syarah al-Tahrir dan Manhaj karya Syaikh Zakaria al-Anshari al-Syafi`i, berikut catatan pinggir kedua kitab tersebut, selama tiga tahun, hingga Al-Nabhani dianugerahi ijazah sebagai pertanda atas kapasitas dan posisi keilmuannya.

Karya Tulis Syaikh Yusuf 

Karya-karya Syaikh  Yusuf al-Nabhani ada sekitar 75 kitab, antara lain :
1) Al Anwar al Muhammadiah Mukhtasar al Mawahib al Ladunniah.
2) Al Syarf al Muabbad li Ali Muhammad.
3) Wasail Wusul ila Syamail al Rasul.
4) Al Ahadith al Arbain fi Fadhail Sayyid al Mursalin.
5) Al Ahadith al Arbain min Amthal Afsoh al Alamin.
6) Afdhol al Sholawat ala Sayyid al Sadaat.
7) Sa'adah al Darain fi al Sholat ala Sayyid al Kaunain.
8) Sholawat al Thana’ ala Sayyid al Anbiya’.
9) Hujjatullah ala al A’lamin fi Mu’jizah Sayyid al Mursalin .
10) Al Hamziah al Alfiyah yang dinamakan Taybah al Gharra’ fi Madhi Sayyid al Anbiya’.
11) Saadah al Maad fi Muwazanah Banat Sua’d.
12) Al Nazam al Badi’ fi Maulid al Syafi’
13) Al Qaul al Haq fi Madhi Sayyid al Khalq
14) Khulasaah al Kalam fi Tarjih Din al Islam.
15) Risalah fi Mithal al Na’li al Syarif

• Kitabnya sholawat seperti kitab Sa'adatud Daroin, Afdholus Sholawat, Jami'us Sholawat dan lainnya. Kitab-kitab ini semua adalah berisi kumpulan sholawat-sholawat yang ampuh dari para Wali Agung yang belum pernah dikumpulkan dalam kitab semacam ini. Membaca sholawat adalah merupakan wasilah yang terdekat untuk menuju kepada Alloh Swt.

• Kitab Jami'u karomatil Auliya' terdiri dari dua jilid yang tebal. Dalam kitab ini beliau menuturkan nama-nama para Auliya' beserta keramat-keramatnya yang jumlahnya lebih dari sepuluh ribu keramat yang dimiliki oleh kurang lebih seribu empat ratus Waliyulloh mulai dari para Sahabat, para Tabi'in dan seterusnya ke bawah. Sebelum kitab ini belum ada kitab yang bisa mengumpulkan yang sampai sekian banyaknya para Auliya' dan keramatnya.

Ada seorang yang soleh ahli 'ibadah dan wara bertempat di Madinah, berkata : aku punya keanehan : aku telah terbiasa dan sering sekali bermimpi ketemu Rasulullah Saw. Kemudian pernah terputus sementara waktu tidak bertemu Rasulullah lalu aku menjadi sangat susah. Akhirnya aku bisa bermimpi ketemu dengan Rasulullah lagi dan aku bertanya : apakah yang menghalang-halangi antara aku dan engkau ya Rosulalah? Kemudian Rasulullah menjawab: bagaimana kamu akan bisa melihat aku sedangkan di rumahmu ada sebuah kitab yang pengarangnya mencela dan mencaci maki,  kekasihku Yusuf an Nabhaniy. Setelah pagi maka kitab aku bakar, kemudian setelah itu aku kembali seperti biasanya bermimpi Rasulullah . Kitab tadi namanya Nailul amaniy fir roddi 'alan Nabhany isinya adalah menentang Syaikh Yusuf  karena kecenderung fanatik golongan salah penafsiran.

Kemudian kitab Syawahidul Haq. Di dalam kitab ini beliau panjang lebar membicarakan tentang istighotsah, tawassul dan ziarah ke makam Nabi, makam para Auliya' dan Sholihin dan menolak perbuatan bid'ah dan orang-orang yang ingkar dan melarang bertawassul dan ziarah kubur terutama kefahaman-kefahaman menurut Ibnu Taimiyyah dan para penerus pengikutnya.
Sangat jelas sekali diuraikan beserta dalil-dalil dan segala uraian dan cerita sejarahnya mereka. Kitab ini sangat penting sebagai benteng dan pedoman kefahaman kita pada umumnya kaum ahlus sunnah wal jama'ah agar kita tidak mudah terpengaruh dan ikut-ikutan dengan mereka orang-orang yang anti bermadzhab, anti bertawassul, anti ziarah kubur dan lam-lain dari pada kebid'ahan-kebid'ahan mereka.

Kemudian kitab Irsyadul Hayaro.. Di dalam kitab ini beliau menerangkan dengan jelas tentang ketidak baikan dan bahayanya anak-anak orang Islam memasuki sekolah-sekolahan orang Nasrani.


Dan kitab-kitab susunan beliau lainnya semua tercatat ada 46 kitab dan kebanyakan tebal-tebal, bahkan ada yang mengatakan semua mencapai 100 kitab yang penting isinya. Sungguh tidak bisa dibayangkan karomah beliau yang luar biasa dalam mengarang kitab-kitab tersebut.

Akhir Hayat Syaikh Yusuf

Setelah Yusuf an-Nabhani pensiun dari tugasnya sebagai Qadhi (Hakim), beliau menghabiskan waktunya untuk menulis dan beribadah. Beliau kemudian pergi ke Madinah Munawwarah dan berdiam di sana untuk beberapa waktu. Beliau memperbanyak iqomah di Madinah al Munawwaroh. Nur 'ibadah-nya dan mengagungkannya sunnatur Rosul terlihat terang pada wajah beliau. Kemudian beliau pulang kembali ke Beirut. Beliau wafat di kota Baerut pada usia 85 tahun menghadap Allah SWT pada awal bulan Ramadhan tahun 1350 H (1932 M). dalam keadaan sehat dan kondisi yang giat dan gigih dalam beramal, beribadah dengan semua amalan dzikirnya. Beliau dimakamkan di Pemakaman Basyura, di dekat distrik Bastha di Beirut, Libanon.

11 komentar:

  1. Alhamdulillah, Syekh Yusuf An Nabhani mempunyai cucu yang luar biasa, semoga Beliau yg merupakan kakek sekaligus guru dari al alaamah Syekh Taqiyuddin An Nabhani, senantiasa mendapat Pahala dari sisi Allah atas ilmu yg di sebarluaskan murid dan sekaligus cucu beliau,.muassis Hizbut Tahrir. aamiin.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, Syekh Yusuf An Nabhani mempunyai cucu yang luar biasa, semoga Beliau yg merupakan kakek sekaligus guru dari al alaamah Syekh Taqiyuddin An Nabhani, senantiasa mendapat Pahala dari sisi Allah atas ilmu yg di sebarluaskan murid dan sekaligus cucu beliau,.muassis Hizbut Tahrir. aamiin.

    BalasHapus
  3. Syech Taqiyuddin An Nabhani pernah berguru oleh kakeknya,beliau bukanlah muktazilah spt yg antum tuduhkah,Bisakah antum membedakan,mana muktazilahnya syech Taqiyuddin?

    BalasHapus
  4. Assalaamu 'alaykum.
    Maaf, Akhi.
    Apakah antum pernah baca langsung kitab2 syeikh taqiyuddin an nabhani?
    Sy bukan orang HT, tapi saya baca langsung kitab2nya dan tak menemukan ciri mu'tazilah. Malah sy fahami bahwa beliau menanamkan bahwa ucapan,tindakan, dan sikap muslim itu harus sesuai hukum syara dan pemikiran itu harus dibangun berdasarkan Islam.

    Tabayyunlah sebelum posting, jangan asal menyerap dan menyebarkan. Selama Allah masih memberikan sisa umur, silakan koreksi apa yang telah antum sebarkan. Tahukah antum, bila fitnah telah tersebar, maka sanggupkah untuk meluruskan berita fitnah kepada setiap pembaca berita ini dan meminta maaf kepada pihak yang difitnah?
    Sy mengingatkan antum karena sy sayang antum sebagai sesama muslim.

    BalasHapus
  5. bahkan al azhar mesir tempat syeikh taqi annabhani menuntut ilmu agama telah mencantum beliau didalam situs al azhar memory sebagai ulama besar abad ini lulusan al azhar..bhkn dicantumkan dibawah foto kakeknya sendiri..semoga admin bertaubat atas pandangannya yg keliru ttg syeikh taqi annabhani rh.

    BalasHapus
  6. bahkan al azhar mesir tempat syeikh taqi annabhani menuntut ilmu agama telah mencantum beliau didalam situs al azhar memory sebagai ulama besar abad ini lulusan al azhar..bhkn dicantumkan dibawah foto kakeknya sendiri..semoga admin bertaubat atas pandangannya yg keliru ttg syeikh taqi annabhani rh.

    BalasHapus
  7. bahkan al azhar mesir tempat syeikh taqi annabhani menuntut ilmu agama telah mencantum beliau didalam situs al azhar memory sebagai ulama besar abad ini lulusan al azhar..bhkn dicantumkan dibawah foto kakeknya sendiri..semoga admin bertaubat atas pandangannya yg keliru ttg syeikh taqi annabhani rh.

    BalasHapus
  8. Tuduhan keji, ketika antum menuduh cucu syekh yusuf yaitu syekh taqiyudin sebagai mu'tazillah. Apa kapasitas antum bisa menuduh beliau seperti itu. Beliau adala ulama al -azhar yang diakui keilmuan dan ke alimannya oleh para ulama dunia. Antum saja yg kurang piknik akhi. Bahkan syekh said mamduh, salah satu guru besar al azhar mesir, memberikan apresiasi positif kepada beliau.

    BalasHapus
  9. Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani itu hasil didikan dan bimbingan kakeknya, yg mana beliau sama-sama faqih fid diin, jika kakeknya hidup lama dlm naungan Khilafah Islamiyah Ottoman sbg politikus maupun qadhi di pengadilan Ottoman, demikian juga cucunya pun meneruskan perjuangan politiknya dan jg menjadi qadhi di Palestina, perjuangan politik cucunya tentu berbeda kondisi yaitu ketika Khilafah Islamiyah telah dihancurkan Mustafa Kemal ataturk laknatullah, maka perjuangan politik beliau melanjutkan kembali kehidupan Islam dlm naungan Khilafah Islamiyah. Berhati2lah akhir fitnah lbh kejam dari pembunuhan!

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. MANCAKAU10 Januari 2023 pukul 18.19
    SEMOGA FITNAH KEJI DARI TULISAN ADMIN TIDAK TERULANG LAGI, APALAGI MEMFITNAH ULAMA, PERTANGGUNGJAWABANNYA BERAT SAMPAI KE AKHIRAT, SAYA SARANKAN UNTUK SEGERA TAUBAT DAN REVISI LAGI TULISANNYA SEBELUM SEKARAT

    BalasHapus