Rabu, 09 Desember 2015

Penjelasan Kisah Harut Marut

Alkisah, dua malaikat diutus Allah untuk turun ke Kota Babil, yakni sebuah kota di Irak bekas ibu kota Babilonia Kuno. Harut dan Marut, demikian nama dua malaikat tersebut. Saat itu, warga kota diliputi kegelisahan dan kesyirikan akibat tersebarnya sihir. Negeri yang saat itu dipimpin Raja Nebucadnezar pun carut-marut akibat tersebarnya sihir hingga dapat menyebabkan penyakit sampai membuat suami istri bercerai.‎

Sihir yang tersebar tersebut bermula ketika Raja Nebucadnezar menahan orang-orang Yahudi setelah menyerang Palestina. Tawanan tersebut pun mulai memainkan sihir saat tiba di Kota Babil. Yahudi memang dikenal sebagai bangsa yang sangat dekat dan mahir mempraktikkan ilmu sihir. Dengan pengetahuan sihir yang mumpuni, mereka kemudian menakut-nakuti warga Babil dengan membuat lingkaran besar sebagai lingkaran sihir.

Allah swt berfirman :‎


وَاتَّبَعُواْ مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْاْ بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ

Artinya : “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Baqoroh : 102)‎

Banyak tersebar di tengah masyarakat tentang kisah Malaikat yang diturunkan ke bumi namun akhirnya mereka tergoda untuk mabuk, lalu berzina dan membunuh. Ini adalah kisah yang dhaif dan batil. Simak penjelasan berikut:

Ibnu Hibban rahimahullah berkata: telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Sufyan, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abi Bukair, dari Zuhair bin Muhammad, dari Musa bin Jubair, dari Nafi’, dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhu, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ آدَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَهْبَطَهُ اللَّهُ تَعَالَى إِلَى الأَرْضِ ، قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ : أَيْ رَبِّ ، {أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ} ، قَالُوا : رَبَّنَا نَحْنُ أَطْوَعُ لَكَ مِنْ بَنِي آدَمَ . قَالَ اللَّهُ تَعَالَى لِلْمَلاَئِكَةِ : هَلُمُّوا مَلَكَيْنِ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ ، حَتَّى يُهْبَطَ بِهِمَا إِلَى الأَرْضِ ، فَنَنْظُرَ كَيْفَ يَعْمَلاَنِ . قَالُوا : رَبَّنَا ، هَارُوتُ وَمَارُوتُ . فَأُهْبِطَا إِلَى الأَرْضِ ، وَمُثِّلَتْ لَهُمَا الزُّهَرَةُ امْرَأَةً مِنْ أَحْسَنِ الْبَشَرِ ، فَجَاءَتْهُمَا ، فَسَأَلاَهَا نَفْسَهَا ، فَقَالَتْ : لاَ وَاللَّهِ ، حَتَّى تَكَلَّمَا بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ مِنَ الإِِشْرَاكِ . فَقَالاَ : وَاللَّهِ لاَ نُشْرِكُ بِاللَّهِ أَبَدًا . فَذَهَبَتْ عَنْهُمَا ثُمَّ رَجَعَتْ بِصَبِيٍّ تَحْمِلُهُ ، فَسَأَلاَهَا نَفْسَهَا ، فَقَالَتْ : لاَ وَاللَّهِ ، حَتَّى تَقْتُلاَ هَذَا الصَّبِيَّ ، فَقَالاَ : وَاللَّهِ لاَ نَقْتُلُهُ أَبَدًا . فَذَهَبَتْ ثُمَّ رَجَعَتْ بِقَدَحِ خَمْرٍ تَحْمِلُهُ ، فَسَأَلاَهَا نَفْسَهَا ، فَقَالَتْ : لاَ وَاللَّهِ ، حَتَّى تَشْرَبَا هَذَا الْخَمْرَ . فَشَرِبَا ، فَسَكِرَا فَوَقَعَا عَلَيْهَا ، وَقَتَلاَ الصَّبِيَّ ، فَلَمَّا أَفَاقَا ، قَالَتِ الْمَرْأَةُ : وَاللَّهِ مَا تَرَكْتُمَا شَيْئًا مِمَّا أَبَيْتُمَاهُ عَلَيَّ إِلاَّ قَدْ فَعَلْتُمَا حِينَ سَكِرْتُمَا ، فَخُيِّرَا بَيْنَ عَذَابِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ، فَاخْتَارَا عَذَابَ الدُّنْيَا.

“Sesungguhnya Adam ketika ia diturunkan oleh Allah ke bumi, para malaikat berkata, “Wahai Rabb-ku, apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”

Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Mereka berkata, “Wahai Rabb kami, kami lebih taat kepadamu dari pada bani adam (manusia)”.

Allah berkata kepada para malaikat, “Datangkan kepadaku dua malaikat dari malaikat-malaikat yang ada sehingga keduanya diturunkan ke bumi dan kita lihat bagaimana keduanya berbuat?”.

Para malaikat berkata: “Wahai Rabb kami, turunkanlah Harut dan Marut”.

Kemudian keduanya pun diturunkan ke bumi, dan dinampakkanlah hiasan dunia kepada mereka berdua dalam bentuk seorang wanita yang paling cantik. Wanita itu pun datang kepada mereka berdua dan kedua malaikat itu meminta diri wanita tersebut (untuk disetubuhi, pent).

Sang wanita berkata, “Tidak !! Demi Allah, sampai kalian berdua mengucapkan kalimat syirik ini”.

Keduanya berkata, “Demi Allah, kami tidak akan berbuat syirik kepada Allah. Wanita itu pun meninggalkan mereka berdua. Kemudian wanita itu kembali dengan membawa seorang bayi, maka kedua malaikat itu kembali meminta diri sang wanita”.

Sang wanita berkata, “Tidak!! Demi Allah, sampai kalian membunuh bayi ini”.

Kedua malaikat itu berkata, “Demi Allah, kami tidak akan membunuhnya selamanya”.

Maka sang wanita pergi. Kemudian ia kembali lagi membawa segelas khamer. Kedua malaikat kembali meminta diri sang wanita. Maka sang wanita berkata, “Tidak!! Demi Allah, sampai kalian minum khamer ini”.

Akhirnya, keduanya pun meminum khamer tersebut,lalu keduanya mabuk sehingga keduanya menyetubuhi sang wanita itu, dan membunuh bayi. Tatkala keduanya sadar, sang wanita berkata, “Demi Allah, tidak satu pun yang kalian tinggalkan dari apa yang kalian abaikan di hadapanku, kecuali telah kalian lakukan ketika kalian mabuk. Keduanya pun diperintahkan untuk memilih siksa dunia atau siksa akhirat. Maka keduanya memilih siksa dunia”.

(HR. Ahmad dalam Al-Musnad II/134 no. 6178, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya XIV/63 no.6186, Ibnu Abi ad-Dunya dalam Al-Uqubat no.222, Abd bin Humaiddalam Al-Muntakhab no.787, dan selainnya).‎

Hadits ini BATIL. Tidak benar datangnya dari Nabi ‎Shallallahu‘alaihi wasallam. ‎Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam ta’liq-nya terhadap Musnad Imam Ahmad berkata: “Isnad hadits ini dhaif (lemah), dan matannya batil” (Musnad Ahmad II/134).

Di dalam sanad hadits ini ada seorang perawi yang bernama Zuhair bin Muhammad At-Tamimiy Al-Marwaziy. Dia tsiqah (orang terpercaya), tapi biasa meriwayatkan hadits yang munkar, seperti hadits Harut dan Marut ini. Selain itu, gurunya yang bernama Musa bin Jubair, dia adalah seorang perawi hadits yang mastur (tidak jelas orangnya atau tidak diketahui jati dirinya). Intinya, hadits ini batil baik sanad, maupun matannya.

Dan hadits ini adalah termasuk berita isra’iliyyat (berita-berita yg datang dari Bani Israil).

Ibnu katsir berkata ;

: وَ هَذَا حَدِيْثٌ غَرِيْبٌ مِنْ هَذَا اْلوَجْهِ ، وَ رِجَالُهُ كُلُّهُمْ ثِقَاتٌ مِنْ رِجَالِ " الصَّحِيْحَيْنِ " إِلاَّ مُوْسَى بْنَ جُبَيْرٍ هَذَا هُوَ اْلأَنْصَارِي .... ذَكَرَهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ فِي " كِتَابِ الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيْلِ " ( 4 / 1 / 139 ) وَ لَمْ يَحْكِ فِيْهِ شَيْئًا مِنْ هَذاَ وَ لاَ هَذَا ، فَهُوَ مَسْتُوْرُالْحَالِ ، وَ قَدْ تَفَرَّدَ بِهِ عَنْ ناَفِعٍ .

"Ini hadis nyeleneh dari jalur ini . Sedang perawi –perawinya  secara keseluruhan termasuk bisa di percaya dari perawi – perawi Bukhari dan Muslim  kecuali Musa  bin Jubair  al anshari . ibnu Abi Hatim dalam kitab “ Al Jrh wa al ta`dil “ 4/1/139  dan beliau tidak bercerita sesuatu tentang dia  baik yang ini atau itu . Jadi dia tidak di kenal identitasnya . Dan hanya dia yang meriwayatkannya dari Nafi`
Harut dan Marut sebagaimana yang disebut dalam ayat di atas adalah bagian dari malaikat langit, dimana keduanya diturunkan kedunia ini berkaitan dengan maraknya praktek sihir pada zaman setelah Nabi Sulaiman. Mereka berdua tidaklah mengajarkan amalan sihir, melainkan mereka turun memberikan peringatan.

At-Thabathabai menjelaskan bahwa keberadaan dua malaikat tersebut adalah untuk menepis bahwa apa yang terjadi pada Sulaiman yang menguasai jin, manusia, angin dan sebagainya adalah karena sihir. Padahal apa yang terjadi pada Nabi Sulaiman adalah mukjizat yang telah diberikan Allah kepadanya. Sedangkan turunnya Harut dan Marut adalah untuk mengajarkan ilmu sihir, sehingga masyarakat tahu mana yang disebut mukjizat dan mana yang disebut dengan sihir. Bagaimana mungkin Sulaiman melakukan sihir, yang mana sihir tersebut merupakan bentuk kekufuran kepada-Nya. Hal ini disebabkan Sulaiman adalah ma’shum atau terjaga. Demikianlah mengapa Harut dan Marut diutus ke muka bumi ini, yaitu hanya sebagai ujian bagi manusia dengan statusnya sebagai guru dalam ilmu.

Al-Maraghi berpendapat bahwa ayat di atas berbicara tentang tuduhan terhadap Sulaiman yang dalam memperoleh kekuasaannya melalui sihir serta sihir pada mulanya diajarkan oleh dua malaikat Harut dan Marut. Hal ini karena orang-orang pada waktu Nabi Sulaiman mengira bahwa apa yang diperolehnya adalah hasil dari sihir, padahal apa yang diberikan Allah kepadanya adalah mukjizat.

Kecurigaan masyarakat diperparah pasca meninggalnya Nabi Sulaiman dengan isu dari tukang sihir yang mendapatkan informasi dari setan bahwa semasa Nabi Sulaiman hidup, sihir adalah dilarang, demikian juga dengan karya-karya yang menunjukkan praktek sihir dikumpulkan atau disita dan ditanam dalam singgasana Sulaiman. Dari peristiwa tersebut setan menghembuskan berita bahwa Nabi Sulaiman tempo dulu adalah belajar dari sihir ini, dan buktinya adalah di bawah singgasananya ada beberapa karya yang berkaitan dengan sihir.

Dengan datangnya Harut dan Marut yang membawa sihir adalah sebagai ujian kepadanya dan kepada yang mereka ajari. Ia menyatakan sesuai dengan pengertian lahiriyah, ayat 102 surat al-Baqarah menunjukan bahwa apa yang diturunkan kepada Harut dan Marut bukanlah ilmu sihir tetapi sejenis ilmu sihir. Keduanya mendapat ilham dan petunjuk tentang ilmu sihir tanpa seorang pun mengajar. Hal ini untuk menjaga kemuliaan malaikat. Malaikat yang diturunkan ke muka bumi dengan pakaian manusia yang shaleh serta penuh wibawa adalah untuk mentransformasikan sifat ruhaniyahnya malaikat supaya dapat dicerna oleh indera (kondisi manusia yang materi) manusia. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dengan adanya sihir ini manusia tidak boleh kufur atau ingkar demikian juga dengan mengamalkannya adalah larangan keras, kecuali dalam keadaan terpaksa demi keselamatan jiwa. Al-Maraghi menambahkan bahwa kebiasaan orang-orang di zaman Harut dan Marut sama seperti keadaan di zaman sekarang. Jika bermaksud memutuskan permasalahan rohaniyah, mereka akan berkonsultasi dengan orang bijak dan agung, yakni para ahli taqwa dan bijak.

Setan yang ikut menimba ilmu gaib (sihir) dari yang diajarkan oleh Harut dan Marut, akhirnya menyebarkan sihir tersebut kepada manusia. Akan tetapi jauh setelah itu ketika Nabi Sulaiman berkuasa, sihir beliau larang. Semua buku-buku sihir pada masanya konon beliau tanam di bawah singgasana beliau. Seperti diketahui kekuasaan yang dianugerahkan Allah kepada beliau sangat besar. Manusia, jin, setan, binatang, angin ditundukkan Allah untuk beliau.

Ketika Nabi Sulaiman wafat, setan yang telah lepas kendali menemukan dan mengajarkan kembali sihir-sihir tersebut. Di sinilah sebagian orang Yahudi mengikuti setan-setan, dan percaya apa yang dibisikkan setan kepada mereka, bahwa sebenarnya kekuasaan Nabi Sulaiman bersumber dari sihir dan kehebatan yang terlihat pada beliau itu adalah karena sihir.

Sedangkan mengenai ilmu sihir yang diajarkan oleh Harut dan Marut sampai sekarang masih belum tersingkapkan hakekat ilmu yang mereka pelajari. Apakah ilmu itu mempunyai pengaruh tersendiri atau karena sebab lain yang masih abstrak. Atau memang sama sekali tidak ada pengaruhnya dan hanya karena kepercayaan yang bersangkutan sehingga timbul kekuatan ghaib. Juga masalah sihir yang belum jelas permasalahannya. Apakah yang mereka pelajari itu hanya jimat-jimat, jampi-jampi atau hipnotis, atau bahkan bisikan setan?

Jelasnya, semua jenis ilmu tersebut merupakan perincian dari penjelasan secara global pengertian yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an. Dalam hal ini al-Maraghi tidak mempersoalkan jenis ilmu yang mereka pelajari dari keduanya. Sebab, jika hal tersebut bermanfaat, maka Allah pasti akan menjelaskan perinciannya. Tetapi masalah tersebut sepenuhnya Allah serahkan kepada hasil penyelidikan-penyelidikan umat Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Pada prinsipnya hanya Allah-lah yang menyingkap segala misteri dan menampakkan hakekat sesuatu.

Harut dan Marut tidak dianugerahi kekuatan ghaib melebihi yang lainnya. Bahkan keberhasilan mereka itu karena adanya hubungan yang diciptakan Allah. Jadi, jika ada seseorang yang tertimpa bahaya karena perbuatan mereka, maka kejadian tersebut hanyalah kehendak Allah dan atas izin-Nya. Sebab, hanya Allah-lah yang menciptakan sebab akibat tertimpanya musibah.

Didalam tafsir disebut kan bahwa setelah kematian Nabi Sulaiman, kerajaan Bani Israil terbagi dua. Yang pertama adalah kerajaan putra Nabi Sulaiman bernama Rahbi’am dengan ibu kota Yerusalem. Sedangkan kerajaan kedua dipimpin oleh Yurbiam putra Banath, salah seorang anak buah Nabi Sulaiman yang gagah berani dan diserahi oleh beliau kekuasaan yang berpusat di Samirah.Tetapi masyarakatnya sangat bejat dan mengaburkan ajaran agama.

Terjadi persaingan antara kedua kerajaan itu, tentu saja putra Sulaiman mengandalkan dirinya sebagai anak seorang Nabi yang memiliki nama yang sangat harum di masyarakat. Sedangkan musuh-musuhnya berusaha memperkecil keutamaan ini dan menyebarkan isu negatif dan kebohongan atas Nabi Sulaiman seperti bahwa dia telah kafir dan kekuasaan yang sedemikian besar adalah karena sihir, agar nama baik Nabi Sulaiman dan anaknya ikut tercemar. Mereka itulah yang dimaksud oleh ayat 102 surat al-Baqarah ketika menyatakan bahwa mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman, yakni kitab Allah mereka tinggalkan, lalu mereka membaca kitab setan. Mereka menuduh Nabi Sulaiman yang mendapat anugerah kekuasaan dari Allah dengan mengatakan bahwa Nabi Sulaiman telah kafir dan mengajarkan sihir, padahal Nabi Sulaiman tidak kafir juga tidak menggunakan sihir tetapi setan-setan yang kafir dan menggunakan sihir serta mereka mengajarkan manusia tentang sihir.

Orang-orang Yahudi juga mengikuti sihir yang diajarkan oleh dua malaikat yang merupakan hamba-hamba Allah yang tercipta dari cahaya dan hanya taat kepada-Nya. Mereka berdua adalah Harut dan Marut, yang ketika itu di negeri Babil, satu kota populer pada masa lampau di wilayah timur sekitar dua ribu tahun sebelum masehi. Keduanya memang mengajarkan sihir, tetapi berbeda dengan setan dan juga berbeda dengan orang-orang Yahudi yang mengikuti setan. Keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorang pun sebelum mengatakan : “Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kafir”.

Dari ayat 102 surat al-Baqarah di atas dapat difahami bahwa asal usul sihir itu bermula dari Harut dan Marut. Keduanya tahu tentang sihir, dan mengajarkannya kepada manusia, tetapi mereka tidak mengajarkannya, kecuali setelah memberitahu sisi positif dan sisi negatifnya. Perhatikan bagaimana mereka berkata: “sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Ini berarti, ia tidak menganjurkan mempelajarinya. Berbeda dengan setan karena itu pula sangat diragukan kebenaran siapa yang berkata: “saya mempelajari sihir untuk menggunakannya dalam kebaikan”. Boleh jadi ia tulus saat mengucapkan, tetapi setelah menguasainya, setan akan datang untuk menggoda. Seorang yang memiliki senjata, lebih mudah menganiaya daripada yang tidak memilikinya. Begitulah keadaan manusia yang mengetahui sihir, dan karena itu, Harut dan Marut mengingatkan, bahwa mereka adalah cobaan. Cobaan menyangkut mempelajarinya dan cobaan pula ketika telah menguasainya, apakah digunakan dalam kebaikan atau sebaliknya.

Cobaan itu juga bertujuan untuk membedakan yang taat dan yang durhaka, serta untuk membuktikan bahwa sihir berbeda dengan mukjizat. Karena itu para penyihir bukanlah Nabi, dan karena itu pula jangan gunakan sihir yang dapat menyesatkan dan merugikan kalian, Demikian nasehat Harut dan Marut. Tetapi diantara yang diajarkan itu ada yang membangkang dan enggan mengikuti nasehat. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seseorang dengan pasangan suami isteri.

Al-Zamakhsyari menegaskan bahwa datangnya kedua malaikat yang mengajarkan sihir adalah ujian dari Allah bagi manusia, barangsiapa yang yang mempelajarinya dan mengamalkannya, maka orang tersebut termasuk dalam golongan orang kafir. Demikian sebaliknya jika ada orang yang menjauhi atau mempelajari sihir dan tidak mengamalkannya maka orang tersebut masuk kategori muslim.

Lebih lanjut al-Zamakhsyari menyatakan dengan mengutip qira’ah Hasan bahwa jika kata al-malakain dibaca kasrah lamnya, maka artinya adalah kedua orang yang datang dari negeri Babil, sehingga ia lebih cenderung mengomentari eksistensi sihir dari pada Harut dan Marut, karena apa yang dibawa (sihir) oleh kedua malaikat adalah lebih penting dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia.

Turunnya kedua malaikat yang mengajarkan sihir, maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mungkin Allah memerintahkan malaikat untuk mengajari manusia ilmu sihir? Menanggapi hal tersebut, al-Thabari menyatakan bahwa Allah menurunkan kebaikan dan kejahatan adalah bersama-sama, akan tetapi Allah tetap menjelaskan dengan diutusnya para Rasul yang menunjukkan mana yang halal dan mana yang haram, semisal: zina, mencuri dan sejenisnya. Dan sihir adalah satu di antara yang dilarang Allah dan telah diberitahukan bahwa larangan keras bagi yang melaksanakannya.

Hal tersebut berangkat dari asumsi bahwa ilmu sihir adalah tidak berdosa, adapun yang menyebabkan dosa adalah dengan mengamalkannya. Sehingga benar apa yang dilakukan oleh kedua malaikat tersebut sebelum mengajarkan ilmu sihir, mereka mengatakan dengan: innama nahnu fitnatun fala takfur. Inilah bentuk dari ketaatan malaikat bahwa dengan diturunkannya di dunia adalah sebagai ujian dan kedua malaikat tersebut mempunyai spesialisasi bentuk sihir, yaitu memisahkan hubungan antara suami-istri. Oleh karenanya, seorang mukmin akan menjadi murni imannya jika mampu meningggalkan belajar dari kedua malaikat Harut dan Marut dan seorang akan menjadi kafir lagi hina dengan belajar sihir. Padahal pengajaran dari kedua malaikat tersebut adalah dalam koridor taat kepada Allah, karena Allah telah memberi izin kepada mereka untuk mengajarkan ilmu Allah yang mereka dapatkan.

Pertentangan antara kebaikan dan kejelekan seseorang dalam berprilaku dapat bercermin dari argumen tentang eksistensi makhluk halus, diantaranya adalah malaikat dan setan, dua simbol yang bertentangan. Di satu sisi malaikat adalah makhluk gaib yang murni mewakili aspek kebaikan murni dari eksistensi, sementara setan dan kaki tangannya mewakili aspek kejahatan murni. Tuhan itu tunggal dan tak terbatas, tidak memiliki sifat yang berlawanan, semua makhluk lainnya memiliki sifat kebalikan, karena itu malaikat mewakili aspek baik manusia sementara setan mewakili aspek buruk manusia. Malaikat mengajak manusia menuju aspek spriritual murni atau kemalaikatan manusia, sementara setan menggoda menuju kejahatan.

Pertentangan hal itu, baik dalam diri manusia dan di alam semesta, terus berlangsung sejak adanya eksistensi. Setiap orang merasakan stimulus ke arah baik dan buruk pada waktu yang bersamaan. Stimulus ke arah kebaikan berasal dari malaikat atau jiwa manusia yang bersih, sedangkan stimulus ke arah kejahatan berasal dari setan yang bersama dengan jasmani manusia, yang mewakili aspek binatangnya.

Oleh sebab itu manusia harus berjuang keras dengan jiwa yang mendorong kepada kejelekan. Kalau malaikat memberi petunjuk yang benar dan memberi inspirasi kepada manusia dengan keimanan, tingkah laku yang baik serta kebajikan. Dan mengajak manusia melawan godaan setan. Begitu juga nafsu jelek berusaha membujuknya untuk berbuat keburukan.

Bukankah kehidupan seseorang merupakan sejarah pertentangan terus menerus antara inspirasi malaikat dan godaan setan? Inilah sebabnya manusia bisa berangkat kepada ke tempat yang paling tinggi atau terbuang ke tempat yang paling rendah. Juga, inilah sebabnya mengapa posisi manusia, para Nabi dan orang suci besar, berada di tingkatan yang lebih tinggi daripada malaikat terbesar. Juga, walaupun malaikat memiliki pengetahuan tentang Allah dan Asmaul Husna serta sifat-sifat-Nya melebihi manusia, tetapi manusia bisa bercermin atas Asmaul Husna dan sifat-sifat-Nya yang lebih komprehenship karena ada indera-indera manusiawi yang lebih maju, kemampuan berefleksi dan bawaan manusia yang kompleks.

Adanya kisah Harut dan Marut dapat dipahami sebagai kisah simbolik. Hal ini dapat diambil pelajaran bahwa manusia biasanya menduga dirinya lebih pandai dan lebih benar dari pihak lain yang sedang melaksanakan satu tugas dalam satu arena, misalnya pemerintahan atau lapangan permainan. Bukankah pemain seringkali dinilai salah dan keliru oleh penonton? Bukankah kelompok oposisi seringkali menganggap kebijaksanaan pemerintah keliru? tetapi penilaian mereka tidak selalu benar. Persilahkan penonton bermain, berilah kendali pemerintahan kepada penentang, tidak jarang terbukti bahwa dugaan mereka tentang kemampuannya dan ketidak-mampuan pihak lain, ternyata sangat meleset. Tidak berbeda dengan para malaikat yang diwakili oleh Harut dan Marut tersebut.

Adanya kisah Harut dan Marut juga dapat diambil pelajaran, bahwa dengan tingginya sebuah kedudukan suatu saat bisa jatuh, terkecuali jika seseorang itu mampu akan mengekang hawa nafsu dan keinginan duniawi yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam jurang kehinaan. Demikian juga dengan ajarannya, sihir dalam perkembangannya selalu mendapat tempat mulai dari zaman Nabi Musa sampai sekarang, sihir selalu menjadi perhatian yang menarik dan banyak disukai manusia.‎

Mengakhiri pembahasan hadits seputar kisah Harut Marut ini, berikut penulis kutipkan perkataan Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika menafsirkan surat al-Baqarah ayat 102 ini:

وقد روي في قصة هاروت وماروت عن جماعة من التابعين، كمجاهد والسدي والحسن البصري وقتادة وأبي العالية والزهري والربيع بن أنس ومقاتل ابن حيان وغيرهم، وقصها خلق من المفسرين، من المتقدمين والمتأخرين. وحاصلها راجع في تفصيلها إلى أخبار بني إسرائيل، إذ ليس فيها حديث مرفوع صحيح متصل الإسناد إلى الصادق المصدوق المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى. وظاهر سياق القرآن إجمال القصة من غير بسط ولا إطناب فيها، فنحن نؤمن بما ورد في القرآن على ما أراده الله تعالى، والله أعلم بحقيقة الحال

Artinya: “Kisah Harut dan Marut banyak diriwayatkan kisahnya dari sekelompok tabi’in seperti Mujahid, as-Suddy, al-Hasan al-Bashri, Qatadah, Abul ‘Âliyyah, az-Zuhry, ar-Rabi’ bin Anas, Muqatil, Ibnu Hayyan dan yang lainnya. Demikian juga, kisahnya banyak diceritakan oleh para mufassir, baik yang terdahulu ataupun yang belakangan. Kesimpulannya, semua kisah secara terperincinya merupakan kisah-kisah Bani Israil, karena tidak ada satupun hadits Marfu’ yang shahih yang bersambung sanadnya kepada Rasulullah saw yang menceritakan akan hal itu. Sedangkan al-Qur’an menceritakan kisahnya secara global, tanpa penjelasan yang panjang. Karena itu, kami mengimani apa yang ada dalam al-Qur’an menurut kehendak Allah, dan hanya Allah yang lebih mengetahui hakikat sebenarnya”.

Demikian bahasan seputar kisah Harut dan Marut ini, semoga bermanfaat.
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq‎

1 komentar:

  1. Segenap Manajemen Bolavita Mengucapkan Selamat Merayakan Tahun Baru Imlek 2570

    Kongzili Semoga Di Tahun Babi Tanah Diberikan Rejeki Lebih Banyak
    Dibandingkan Tahun Sebelumnya

    WA : +62812-2222-995

    BalasHapus