Kamis, 07 Januari 2016

Penjelasan Kisah Nabi Ibrohim AS

Ibrahim bin Azzar (Tarih) bin Tahur bin Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A’ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia. Pada 2.295 SM. Kerajaan Babilon waktu itu diperintah oleh seorang raja yang bengis dan mempunyai kekuasaan yang absolut dan zalim, ia bernama Namrudz bin Kan’aan. Ibrahim dianggap sebagai salah satu nabi Ulul azmi. Kemudian ia memiliki 2 orang putra yang dikemudian hari menjadi seorang nabi, yaitu Ismail dan Ishaq. Sedangkan Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.

Ibrahim Mempergunakan Akalnya untuk berpikir
Rasa ingin tahu merasuki jiwa Ibrahim, selama ini ia hanya melihat bongkahan batu dan tanah di dalam gua. Ketika ibunya sedang pergi ke kota mencari makanan, ia pun mencoba keluar gua. Begitu menapakkan kakinya di luar gua, Ibrahim ‎tercengang. Ia benar-benar takjub melihat alam yang sangat luas, gunung-gunung menjulang tinggi, langit biru terbentang luas, ombak laut berkejar-kejaran. Di siang hari ia melihat cerahnya mentari, di malam hari ia melihat sinar bulan yang menerangi malam.

Sejak kecil Nabi Ibrahim sudah mendapat petunjuk dari Tuhan, ia merasa heran melihat orang-orang yang menyembah patung padahal patung-patung itu tak bisa bicara, tak bisa melihat, tak bisa mendengar dan tak bisa memberikan pertolongan. Mengapa mereka menyembah benda mati ?” demikian pertanyaan yang timbul di benak Ibrahim. Jika ia bertemu dengan unta, kambing dan domba-domba selalu bergolak pertanyaan dalam hatinya, siapakah yang menciptakan semua itu ?

Ibrahim ingin mencari siapakah yang berkuasa atas semua ini, siapakah seharusnya yang pantas dijadikan Tuhan dan wajib disembah ? Ketika malam tiba, ia melihat bulan dan bintang-bintang, namun bulan itu akhirnya tenggelam tak tampak lagi. Pada siang hari ia melihat matahari, namun disenja hari matahari itu juga tenggelam tak Nampak lagi. Ibrahim berkata dalam hatinya : “Aku tidak suka bertuhan yang tenggelam itu.” Akhirnya Ibrahim dapat menemukan kesimpulan, akal pikirannya yang masih suci bersih itu memutuskan bahwa Tuhan adalah Yang menciptakan semua alam ini. Berkata dalam hatinya : “Tuhanku adalah yang menciptakan langit dan bumi, Tuhanku yang menciptakan manusia, tetumbuhan, hewan dan apa-apa saja yang terdapat di muka bumi ini.

Berpindah Dari Satu Tempat Ke Tempat Lainnya 

Nabi Ibrahim as tumbuh dan tinggal hingga dewasa di Babilonia. Kemudian bersama bapaknya beliau berpindah ke Baitul Maqdis dan menetap di sana. Bersamanya turut serta pula keponakan beliau, yaitu Nabi Luth as. Mereka juga menetap di negri Hiran di wilayah Kan'aniyin yang luas wilayahnya membentang dari Syam hingga Jazirah Arab, yang penduduknya juga adalah para penyembah berhala. Penduduk Hiran menyembah bintang-bintang, dan membuat dari tiap bintang bentuk berhalanya yang di gantung dan mereka sucikan, di pintu-pintu rumah mereka. Demikianlah, Nabi Ibrahim as hidup di tengah-tengah lingkungan yang keseluruhannya menyekutukan Allah SWT. Baik itu dari keluarganya, maupun masyarakat dan bangsanya. Namun Allah SWT tetap menjaga beliau, istiqamah dalam ketauhidan kepada Allah SWT.

Profesi Azar, Kehidupan Kaumnya Dan Terjaganya Nabi Ibrahim Dari Pengaruh Berhala 

Bapak beliau, Azar berprofesi sebagai pembuat sekaligus sebagai penjual berhala Hal ini lah yang kemudian menjadikan Azar memiliki “tempat” dan dihormati oleh mereka. Namun kendatipun suasana penyembah berhala, baik yang dilakukan keluarganya, kaumnya serta bangsanyta,Nabi Ibrahim as tumbuh dengan ri'ayah Allah terjaga dari hal-hal tersebut. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam ayat (QS An-Nahl 120 - 121) :


إن إبراهيم كان أمة قانتا لله حنيفا ولم يك من المشركين شاكرا لأنعمه اجتباه وهداه إلى صراط مستقيم

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),(lagi) yang mensyukuri ni`mat-ni`mat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.

Mengenai ayat ini, Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, tentang firman Allah ( كان أمة ) yaitu Imam dalam kebaikan. Dan firman Allah ( قانتا ), yaitu taat kepada Allah. (Fathul Qadir – Syaukani). Dan menguatkan keIslam serta keistiqamahan nabi Ibrahim as dalam ajaran tauhid adalah firman Allah SWT : QS Ali Imran 67


ماكان إبراهيم يهوديا ولا نصرانيا ولكن كان حنيفا مسلما وما كان من المشركين

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik."

Bahkan bukan hanya terjaga keimanannya kepada Allah SWT semat, Nabi Ibrahim as juga secara terang-terangan mengikrarkan Keislamannya serta memperlihatkan pengingkarannya terhadap kemusyrikan. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an : QS Al-An'am 79


إني وجهت وجهي للذي فطر السموات والأرض حنيفا وما أنا من المشركين

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.


Da'wah Nabi Ibrahim as Kepada Bapaknya


Nabi Ibrahim memulai da'wahnya pertama-tama kepada Bapaknya sendiri, yaitu Azar. Hal ini beliau lakukan dengan alasan atau pertimbangan tersendiri, yaitu :
Supaya kebaikan pertama kali muncul dari keluarganya. Rasulullah SAW pun juga mengikuti langkah beliau, yang menda'wahi keluarganya terlebih dahulu.
Karena Bapaknya adalah pembuat dan penjual berhala, yang apabila Bapaknya mengikuti da'wahnya, berarti otomatis biang kemusyrikan bisa ditiadakan.
Nabi Ibrahim as sangat membenci berhala-berhala. Pernah suatu ketika Azar mengejak beliau ke tempat penyembahan berhala. Pada saat tersebut nabi Ibrahim seorang dukun yang tengah berdiri dihadapan berhala dengan posisi ruku' meminta kepada berhala.

Keyirikan yang dilakukan oleh umatnya Ibrahim bentuknya adalah penyembahan terhadap bintang-bintang dan benda-benda langit.

Syaikhul Islam mengatakan,

والمشركون الذين وصفهم الله ورسوله بالشرك أصلهم صنفان: قوم نوح وقوم إبراهيم. فقوم نوح كان أصل شركهم العكوف على قبور الصالحين، ثم صوروا تماثيلهم، ثم عبدوهم. وقوم إبراهيم كان أصل شركهم عبادة الكواكب والشمس والقمر

Orang-orang musyrik yang disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, asalnya dari dua kelompok kaum; kaumnya Nabi Nuh dan kaum Nabi Ibrahim. Kaum Nuh, asal kesyirikan mereka adalah pemujaan terhaadap kuburan orang-orang shalih. Lalu mereka buat patung-patung berbentuk wajah orang soleh itu, kemudian mereka menyembahnya. Sementara kaum Ibrahim, asal kesyirikan mereka adalah peribadaatan kepada bintang-bintang, matahari, dan bulan. (at-Tawassul wa al-Wasilah, 2/22).

Sementara berhala yang diagungkan umatnya Ibrahim adalah simbol dari benda-benda langit yang mereka sembah. Mereka membuat berhala-berhala, melambangkan benda-benda langit itu.

Sebagaimana orang musyrikin yang mengagungkan orang soleh, mereka membuat patung yang melambangkan orang shaleh yang mereka sembah.

Kami tidak tahu, apakah ini ada hubungannya dengan lambang-lambang zodiak yang menjadi tradisi Babylonia dan Yunani kuno.
 
Lantas nabi Ibrahim menghardiknya, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur'an. Peristiwa ini terjadi sebelum beliau diangkat menjadi Nabi : QS. Al-An'am 74 :


وإذ قال إبراهيم لآبيه آزر أتتخذ أصناما آلهة إني أراك وقومك في ضلال مبين

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".

Setelah beliau menjadi nabi, beliau juga menda'wahi kembali Bapaknya. Bahkan setelah menjadi nabi, beliau menda'wahi bapaknya dengan penjelasan yang lebih luas. Hal ini sebagaimana yang dibadikan Allah dalam firman-Nya : QS. Maryam 42 - 45


ياأبت لم تعبد مالا يسمع ولا يبصر ولا يغني عنك شيئا، ياآبت إني قد جاءني من العلم ما لم يأتك افاتعني أهدك صراطا سويا، ياأبت لا تعبد الشيطان إن الشيطان كان للرحمن عصيا، ياأبت إني أخاف أن يمسك عذاب من الرحمن فتكون للشيطان وليا

Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan".

Mendengar seruan dan ajakan Nabi Ibrahim as, Azar mengingkari dan bahkan mengancam Nabi Ibrahim as dengan rajam dan pengusiran : QS. Maryam 46


قال أراغب أنت عن آلهتي يا إبراهيم، لئن لم تنته لأرجمنك واهجرني مليا


Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama".

Azar mengingkari da'wah nabi Ibrahim as adalah karena Azar mendapatkan “tempat” dan kemuliaan di masyarakatnya, terkait profesinya sebagai pembuat dan penjual berhala. Dan tentunya sekiranya Azar menerima da'wah Nabi Ibrahim, akan berakibat pada kemurkaan kaumnya. Namun Nabi Ibrahim as berusaha sekuat tenaga untuk menda'wahi Bapaknya. Tercatat metode yang beliau guanakan untuk menda'wahi Bapaknya adalah sebagai berikut :
1. Memberikan nasehat yang baik kepada Bapaknya.
2. Memperingatkan Bapaknya dari bahaya syaitan
3. Metode memberikan ancaman (akhirat) apabila beliu tidak mengikuti da'wahnya.
4. Menda'wahi dengan cara yang lembut dan santun kepada Bapaknya, bahkan Nabi Ibrahim pernah juga mendoakan Bapaknya :


قال سلام عليك سأستغفر لك ربي إنه كان بي حفيا

Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (QS. Maryam 47)

Namun akhirnya setelah Nabi Ibrahim as telah mengetahui keingkaran Bapaknya terhadap da'wah beliau, beliau pun menarik diri daripadanya dan tidak lagi mendoakannya. Allah SWT berfimrna dalam Al-Qur'an :


وما كان استغفار إبراهيم لأبيه إلا عن موعدة وعدها إياه فلما تبين له أنه عدو لله تبرأ منه إن إبراهيم لأواه حليم


Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. At-Taubah 114)

Dari da'wah yang beliau lakukan terhadap bapaknya, dapat disimpulkan bahwa beliau menggunakan metode da'wah sebagai berikut :
a. Menjelaskan tentang hakekat berhala; “Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun.” QS. Maryam 42
b. Peringatan dari bahaya syaitan dan dari azab Allah SWT (QS Maryam 44 – 45)
c. Memberitahukan tentang kenabian dirinya. (QS. Maryam 42)
d. Kesabaran dan kelemahlembutan, diantaranya dengan mendoakannya (QS. As-Syu'ara' 86)



Da'wah Nabi Ibrahim as Terhadap Raja Namrudz 


Ulama berbeda pendapapat tentang kapan dilakukan da'wah Nabi Ibrahim kepada Raja Namrudz bin Kan'an? Apakah sebelum penghancuran beliau terhadap berhala-berhala dan sebelum beliau dilemparkan ke dalam api, ataukah sesudahnya? Menurut Imam As-Sidy dialog antaran Nabi Ibrahim dan Raja Namrudz ini terjadi pada hari keluarnya beliau dari Api, yaitu setelah beliau menghancurkan berhala.

Namun yang jelas bahwa Raja yang diktator ini mendepat masalah Tauhid yang diajarkan nabi Ibrahim. Pertanyaan pertama dari sang Raja adalah sisapakah tuhanmu? Nabi Ibrahim menjawab, Tuhanku adalah Dzat yang menghidupkan dan mematikan. Namrudz kemudian menjabaw, 'Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan”. Lalu ia memanggil dua orang, dibunuh salah satunya serta dibiarkan yang lainnya. Kemudian manakala Sang Raja menampakkan kekafirannya dengan menjawab pertanyaan beliau, Nabi Ibrahim bertanya lagi dengan pertanyaan yang kemudian membuat Raja Namrudz terdiam tak mampu menjawab, “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dari barat.” (Kisah ini diabadikan dalam QS Al-Baqarah 258 :


أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ ءَاتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Da'wah Nabi Ibrahim as Di Negri Hiran


Sebagaimana diketahui bahwa beliau lahir dan tumbuh di Babilonia, kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu kemudian berpindah juga ke Hiran. Negri Hiran merupakan negri dimana penduduknya juga penyembah bintang-bintang. Berbeda dengan metode da'wah beliau sebelumnya, di sini beliau menggunakan metode yang berbeda. Dialog yang digunakan nabi Ibrahim as lebih mendalam, bahkan beliau seolah turut terlibat langsung. QS. Al-An'am 75 – 84


وكذلك نري إبراهيم ملكوت السموات والأرض وليكون من الموقنين* فلما جن عليه الليل رأى كوكبا قال هذا ربي فلما أفل قال لا أحب الآفلين* فلما رأى القمر بازغا قال هذا ربي فلما أفل قال لئن لم يهدني ربي لأكونن من القوم الضالين* فلما رأى الشمس بازغة قال هذا ربي هذا أكبر فلما أفلت قال ياقوم إني بريء مما تشركون* إني وجهت وجهي للذي فطر السموات والأرض حنيفا وما أنا من المشركين* وحاجه قومه قال أتحاجوني في الله وقد هدان ولا أخاف ما تشركون به إلا أن يشاء ربي شيئا وسع ربي كل شيء علما أفلا تتذكرون* وكيف أخاف ما أشركتم ولا تخافون أنكم أشركتم بالله ما لم ينزل به عليكم سلطانا فأي الفريقين أحق بالأمن إن كنتم تعلمون* الذين ءامنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون* وتلك حجتنا ءاتيناها إبراهيم على قومه نرفع درجات من نشاء إن ربك حكيم عليم* ووهبنا له إسحاق ويعقوب كلا هدينا ونوحا هدينا من قبل ومن ذريته داود وسليمان وأيوب ويوسف وموسى وهارون وكذلك نجزي المحسن


Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?" Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya`qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.‎

Ayat ini dipahami sebagian umat islam bahwa Ibrahim mencari tuhan, sebelum di utus menjadi Nabi dan Rasul. Kita akan menimbang pemahaman ini, dengan beberapa pertimbangan,

Pertama; konteks ayat tidak menunjukkan Ibrahim mencari tuhan. Namun Ibrahim sedang berdebat dengan kaumnya. Karena itu, ketika membahas ayat ini, sebaiknya kita juga menyebutkan ayat 74, yang menceritakan permulaan debat antara Ibrahim dengan ayahnya.‎

Al-Hafidz Ibnu Katsir menerangkan,

والحق أن إبراهيم، عليه الصلاة والسلام، كان في هذا المقام مناظرا لقومه، مبينا لهم بطلان ما كانوا عليه من عبادة الهياكل والأصنام، فبين في المقام الأول مع أبيه خطأهم في عبادة الأصنام الأرضية

Yang benar, bahwa Ibrahim ‘alaihis shalatu was salam, pada posisi itu, beliau sedang berdebat dengan kaumnya. Beliau menjelaskan kebatilan aqidah mereka dan kesyirikan mereka, berupa penyembahan terhadap haikal dan patung. Allah menyebutkan di bagian pertama, Ibrahim berdebat dengan ayahnya untuk menjelaskan kesalahannya menyembah berhala. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/292)

Kedua; bukti lain bahwa Ibrahim sedang berdebat dengan kaumnya adalah firman Allah di akhir pembahasan,

وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آَتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ

Itulah hujjah yang kami berikan kepada Ibrahim untuk menjawab kesyirikan kaumnya. (QS. al-An’am: 83)

Karena kaumnya menyembah benda-benda langit, maka permisalan yang digunakan Ibrahim adalah benda langit yang paling nampak, matahari, bulan dan bintang.

Kita sangat memahami, Ibrahim tahu matahari pasti tenggelam, bulan pasti tenggelam, bintang pasti hilang.  Sejak kecil, beliau tentu sudah tahu itu. Sehingga tidak mungkin, pengalaman harian semacam ini baru disadari untuk dijadikan momen mencari tuhan.

Ketiga; pencarian tuhan, tidak mungkin dilakukan hanya dengan melihat alam. Manusia tidak mampu mengenal siapa tuhannya, hanya dengan melihat, matahari, bulan, atau bintang. Justru semacam ini menjadi sumber kesyirikan.

Manusia mengenal tuhannya karena hidayah dari Allah. Dan ini ditunjukkan dalam salah satu ayat di atas. Ketika semuanya hilang dan tidak berbekas, Ibrahim berdoa,

قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ

Dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.” (QS. al-An’am: 77).

Dari mana Ibrahim bisa berdoa kepada tuhannya, padahal proses pencarian tuhan itu belum usai. Ini menunjukkan bahwa Ibrahim ketika menyampaikan perumpamaan itu, beliau telah mengenal tuhannya.

Keempat; Allah menegaskan bahwa Ibrahim telah mendapatkan bimbingan dari-Nya untuk mentauhidkan Rabul Alamin. Ibrahim mengenal Allah karena hidayah dari Allah.

Allah menegaskan,

وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ * إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ

“Sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. ( ) (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?” (QS. al-Anbiya: 51 – 52)

Ayat ini menjadi salah satu alasan al-Hafidz Ibnu Katsir untuk menyanggah keyakinan di atas,

وكيف يجوز أن يكون إبراهيم الخليل ناظرا في هذا المقام، وهو الذي قال الله في حقه: { وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ

Bagaimana mungkin Ibrahim Khalilullah mencari tuhannya ketika itu, sementara Allah menegaskan tentang beliau, (yang artinya): “Sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelumnya…” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/292).

Kelima, bahwa semua manusia ketika dilahirkan, dia memiliki fitrah mengenal penciptanya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

Semua anak dilahirkan di atas fitrah. (HR. Bukhari 1385 & Muslim 6926)

Tak terkecuali Ibarhim, beliau juga memiliki fitrah mengenal Allah.

Hadis ini juga dijadikan dalil al-Hafidz Ibnu Katsir untuk membantah anggapan di atas,

فإذا كان هذا في حق سائر الخليقة، فكيف يكون إبراهيم الخليل -الذي جعله الله { أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ }  ناظرا في هذا المقام ؟! بل هو أولى الناس بالفطرة السليمة، والسجية المستقيمة بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم بلا شك ولا ريب

Jika semua makhluk memiliki fitrah, sehingga Ibrahim, yang Allah nyatakan dalam firman-Nya, (yang artinya) ‘Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dijadikan teladan, lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukan termasuk orang musyrik.’ Bagaimana mungkin Ibrahim yang seperti itu, mencari tuhan? Kita tidak ragu, beliau adalah manusia yang paling layak untuk mendapatkan fitrah yang lurus setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/293).

Da'wah beliau ini menggunakan dialog yang dapat menggiring 'paradigma' berfikir dan keyakinan kaumnya, bahwa bintang, bulan dan matahari tidak patut untuk disembah. Hanya pencipta itu semua yang patut disembah, yaitu Allah SWT. Dalam dialog tersebut, beliau memposisikan diri seolah sebagai orang yang mencari tuhan, yang hidup, berfikir dan bernafas seperti mereka. Dengan posisi seperti ini, beliau leluasa menggiring opini mereka, dan bahkan dapat mengantarkan mereka (atas izin Allah) kepada agama yang benar, menyembah Allah SWT.

Kepergian Ke Mesir 


Nabi Ibrahim as, istrinya Sarah dan juga Nabi Luth pergi ke Mesir pada saat di Baitul Maqdis mengalami masa sulit. Disana bertemu dengan Raja Mesir, yang tertarik dengan Sarah. Namun berkat pertolongan Allah SWT mereka terselamatkan dari makar Sang Raja. Bahkan akhirnya mereka dapat kembali ke Baitul Maqdis dengan membawa harta, hewan ternak serta seorang budak.

Berita Gembira Untuk Nabi Ibrahim as


Setelah itu mereka menetap kembali di Baitul Maqdis. Di sini Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk melihat ke timur, barat, utara dan selatan. Dan Allah memberikan kabar gembira kepadanya bahwa sejauh matanya memandang tersebut akan menjadi daerah yang dikuasainya hingga akhir zaman dari anak dan keterunannya. Padahal pada saat itu, Nabi Ibrahim hanya beristrikan Sarah yang mandul.Namun Nabi Ibrahim as tetap berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan, dengan sebuah doa yang diabadikan dalam Al-Qur'an :


وقال إني ذاهب إلى ربي سيهدين* رب هب لي من الصالحين* فبشرناه بغلام حليم*

Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (QS. As-Shafat 99 – 101)

Dan Allah mengabulkan permohonannya dengan Nabi Ismail as, dari istrinya Hajar. Hajar adalah seorang budak yang diberikan Raja Mesir untuk Sarah. Namun kemudian Sarah memberikan Hajar kepada Nabi Ibrahim as, dan menikahkannya dengan keridhaannya, dengan harapan agar Allah SWT memberikan keturunan yang shaleh. Usia Ibrahim ketika itu kurang lebih 80 th.

Perintah Untuk Meninggalkan Anak Dan Istrinya di Mekah


Ketika nabi Ismail masih dalam susuan, Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT untuk membawa anak dan istrinya ke Baitullah al-Haram di Mekah Al-Mukarramah. Bahkan Allah memerintahkannya untuk meninggalkan anak dan istrinya tersebut di tempat itu.


ربنا إني أسكنت من ذريتي بواد غير ذي زرع عند بيتك المحرم ربنا ليقيموا الصلاة فاجعل أفئدة من الناس تهوي إليهم وارزقهم من الثمرات لعلهم يشكرون

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim : 37)

Perintah Untuk Menyembelih Anaknya


Kemudian beliau diuji kembali dengan mimpi beliau menyembelih nabi Ismail putra beliau, yang kala itu baru berumur 13 tahun. Pada saat itu nabi Ismail telah mencapai usia bisa berusaha. Dan pada akhirnya Nabi Ibrahim as melaksanakannya, dan digantikan Nabi Ismail dengan seekor Kibas dari surga persis pada saat Nabi Ibrahim akan melakukan penyembelihan. Hal ini Allah abadikan dalam Al-Qur'an : QS. As-Shaffat 102 – 112 :


فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ* وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ* قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ* إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاَءُ الْمُبِينُ* وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ* وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ* سَلاَمٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ* كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ* إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ* وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ* سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ*

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.

Ujian untuk menyembelih anak, lebih berat dibandingkan dengan ujian ketika beliau dilemparkan ke dalam api untuk dibakar. Karena perjuangan beliau mendapatkan keturunan harus melalui proses yang panjang. Kemudian karena keiffahannya Sarah mendapatkan hadiah seorang budak. Lalu dengan keikhlasan Sarah, budak tersebut dinikahkan ke Nabi Ibrahim. Karena keikhlasan Sarah, Allah SWT pun memberikan anugerah mulia bagi Sarah. Hal ini seperti yang diabadikan dalam Al-Qur'an (QS. Ad-Dzariyat : 24 – 30)


هل أتاك حديث ضيف إبراهيم المكرمين* إذ دخلوا عليه فقالوا سلاما قال سلام قوم منكرون* فراغ إلى أهله فجاء بعجل سمين* فقربه إليهم قال ألا تأكلون* فأوجس منهم خيفة قالوا لا تخف وبشروه بغلام عليم* فأقبلت امرأته في صرة فصكت وجهها وقالت عجوز عقيم* قالوا كذلك قال ربك إنه هو الحكيم العليم*

Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaaman", Ibrahim menjawab: "Salaamun" (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: "Silakan kamu makan". (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut," dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq). Kemudian isterinya datang memekik (tercengang) lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul". Mereka berkata: "Demikianlah Tuhanmu memfirmankan". Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Sebagai seroang wanita Sarah heran dengan berita gembira yang disampaikan oleh Malaikat. Namun kemudian malaikat meyakinkan, bahwa ini merupakan kehendak Allah SWT mengabadikannya QS Hud 72 – 73 :


قالت ياويلتى ءألد وأنا عجوز وهذا بعلي شيخا إن هذا لشيء عجيب(72)قالوا أتعجبين من أمر الله رحمة الله وبركاته عليكم أهل البيت إنه حميد مجيد(73)

Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."

Hikmah dari perjalanan Nabi Ibrahim as : 


1.Keberanian yang luar biasa dalam memperjuangkan kebenaran. Diantaranya adalah dalam hal-hal berikut :
a. Ketika menghancurkan berhala, tanpa peduli dengan bahaya yang ditimbulkan dari aksinya tersebut.
b. Penjulukannya terhadap kaumnya yang menyembah berhala dengan julukan gila, kehilangan akal, bahkan penghinaannya terhadap berhala-berhala tersebut : (QS Al-Anbiya' 67)


أف لكم ولما تعبدون من دون الله أفلا تعقلون


Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?

c. Ketika beliau dilemparkan ke api, sedikitpun beliau tidak merasa takut atau khawatir. Yang terucap oleh beliau hanya habunallah wani'mal wakil.
d. Berani mendebat Raja Namrud yang kejam dan diktator. Padahal di masanya, Raja Namrudz merupakan sosok raja yang memiliki dunia dan ditakuti oleh semua orang. Namun beliau bernai berbicara dan menentangnya secara langsung dihadapan sang Raja.

2. Memiliki fariasi dalam metode da'wah

a. Beliau menggunakan metode dialog yang lembut ketika menda'wahi Bapaknya Azar.. Dialog yang pantas antara seorang anak dengan Bapaknya.
b. Sikap ini berbeda, ketika beliau menda'wahi kaumnya yang terkesan lebih tegas.
c. Demikian juga metode beliau dalam menda'wahi kaum penyembah berhala. Dimana beliau turut masuk ke dalam kaum tersebut. Lalu berdiskusi atas apa yang mereka sembah. Beliau arahkan dari bintang, bulan dan matahari. Sekiranya sejak awal beliau mengatakan bahwa menyembah bintang adalah batil, pastilah sejak awal beliau diusir oleh kaumnya.

3. Memiliki kecerdasan dan kemampuan diskusi yang luar biasa. Dinataranya terlihat dari hal-hal berikut :

a. Dalam memilih waktu yang tepat untuk menghancurkan berhala. Yaitu pada hari dimana kaumnya melakukan perayaan yang menjadikan mereka tidak terlalu mengawasi berhala-berhalanya. Kondisi seperti ini menjadikan Nabi Ibrahim sangat leluasa untuk menghancurkan berhala.
b. Beliau tidak menghancurkan semua berhala. Namun beliau sisakan berhala yang paling besar, lalu beliau gantungkan kapak yang beliau gunakan untuk menghancurkan berhala di leher berhala yang paling besar. Ketika kaumnya datang dan bertanya kepada beliau siapa yang melakukan hal ini, Nabi Ibrahim menjawab, yang melakukannya adalah berhala yang paling besar :


قالوا ءأنت فعلت هذا بآلهتنا ياإبراهيم(62)قال بل فعله كبيرهم هذا فاسألوهم إن كانوا ينطقون(63)

Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara".

c. Beliau juga meminta kepada kaumnya untuk bertanya kepada berhala yang paling besar, apakah dia yang menghancurkannya? Ketika itulah, hujah menjadi sangat nyata dan jelas, bahwa berhala tidak bisa berkata-kata dan tidak bisa berbuat apa-apa. Akankah berhala seperti itu disembah?

4. Tidak terpengaruh dengan perasaan dalam menjalankan perintah Allah SWT, baik ketika berda'wah terhadap ayahnya, maupun ketika melaksanakan perintah Allah terkait dengan anaknya, Ismail as.

a. Beliau membawa istri dan anaknya yang masih menyusui dari Palestina ke Mekah yang gersang dan tandus, lalu meninggalkannya di tempat tersebut.
b. Implementasi beliau terhadap perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya Ismail. Dengan tanpa ragu beliau mengimplementasikannya.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar