Sabtu, 13 Februari 2016

Belanjakan Harta Di Jalan Alloh

Salahsatu amal ibadah yang terpenting yang dapat membersihkan kotoran kebendaan dan keruhanian, dan sebagai latihan bagi ruhani sehingga seseorang dapat mencapai derajat akhlak yang tinggi sehingga Allah akan ridha kepadanya adalah membelanjakan harta di jalan Allah. Allah telah berfirman kepada Nabi saw. agar mengambil zakat dari harta benda orang-orang beriman untuk membersihkan dan menyucikan harta tersebut.

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيم

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka.” (Q.S. At-Taubah[9]: 103).

Meski demikian, maksud membelanjakan harta yang dapat membersihkan dan menyucikan orang-orang adalah jika itu dilakukan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an. Orang-orang beranggapan bahwa mereka telah menunaikan tugas mereka ketika mereka memberikan sejumlah uang yang sangat sedikit yang diberikan kepada pengemis, memberikan pakaian bekas kepada orang miskin, atau memberi makan kepada orang yang lapar. Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan-perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang akan memperoleh pahala dari Allah jika niatnya untuk mencari ridha Allah. Namun sesungguhnya ada batas-batas yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an. Misalnya, Allah memerintahkan manusia agar menginfakkan apa saja yang melebihi keperluannya:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبيِّنُ اللّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُون

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 219).

Manusia hanya memerlukan sedikit saja untuk memenuhi keperluan hidupnya di dunia. Harta benda yang di luar keperluan seseorang adalah harta yang berlebih. Yang terpenting bukan jumlah yang diberikan, tetapi apakah ia memberikannya dengan ikhlas atau tidak. Allah mengetahui segala sesuatu dan Dia telah memberi hati nurani kepada manusia untuk menetapkan hal-hal yang sesungguhnya tidak diperlukan.

Menginfakkan harta benda merupakan bentuk ibadah yang mudah bagi orang-orang yang tidak dihinggapi ketamakan terhadap dunia dan yang tidak mengejar dunia, tetapi merindukan akhirat. Allah telah memerintahkan kita untuk menginfakkan sebagian dari harta kita untuk menjauhkan cinta dunia. Menginfakkan harta benda merupakan sarana untuk membersihkan diri dari sifat tamak. Tidak diragukan lagi bahwa bentuk ibadah ini sangat penting bagi orang-orang yang beriman dalam kaitannya dengan perhitungan di akhirat. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah akan dirahmati Allah:

DUA MANUSIA YANG DIRAHMATI

Orang yang diberi oleh Allah Al-Qur’an dan ia hidup berdasarkan Al-Qur’an itu, menganggap halal apa saja yang dihalalkan Allah, serta menganggap haram apa saja yang diharamkan-Nya. Sedangkan yang lainnya adalah orang yang diberi harta oleh Allah, dan harta itu digunakannya untuk kemaslahatan sanak keluarganya serta dibelanjakannya di jalan Allah.

Manusia Harus Memberikan Apa Yang Justru Ia Cintai Kepada Orang Miskin‎

Orang sering kali cenderung memberikan sesuatu jika sesuatu yang diberikan itu tidak merugikan kepentingannya. Misalnya, ketika seseorang memberikan harta bendanya kepada orang miskin, sering kali ia memberikan sesuatu yang tidak lagi diperlukannya dan tidak disukainya, sudah ketinggalan mode, atau tidak layak pakai. Tampaknya orang merasa berat untuk memberikan harta benda yang dicintainya, padahal sesungguhnya kedermawanan seperti ini sangat penting untuk membersihkan diri dan agar mencintai amal kebajikan. Ini merupakan rahasia penting yang diungkapkan Allah kepada umat manusia. Allah telah menyatakan bahwa tidak ada cara lain untuk mencapai kebajikan bagi manusia kecuali melalui:

لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan sebelum kamu menafkahkan sebagian dari harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesung-guhnya Allah mengetahuinya.” (Q.S. Ali Imran[3]: 92).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ الأَرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُواْ الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِآخِذِيهِ إِلاَّ أَن تُغْمِضُواْ فِيهِ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sen-diri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 267).

Membelanjakan Harta Di Jalan Allah Untuk Mendekatkan Diri Pada-Nya‎

Bagi orang yang beriman, tidak ada sesuatu pun yang lebih dirindukan daripada memperoleh keridhaan Allah dan dicintai oleh-Nya. Orang yang beriman berusaha mencari asbab untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam hidupnya. Tentang hal ini, Allah menyatakan sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. Al-Ma’idah[5]: 35).

Sebagai sebuah rahasia dan berita gembira bagi orang-orang beriman, Allah mengung-kapkan dalam Al-Qur’an bahwa apa yang dibelanjakan akan menjadi asbab untuk mencapai kedekatan dengan-Nya. Dengan demikian bagi orang yang beriman, memberikan apa yang ia cintai dan yang melebihi keperluannya kepada orang-orang miskin tidaklah sulit, tetapi merupakan kesempatan berharga untuk membuktikan bahwa ia adalah orang yang taat dan cinta kepada Allah. Tentang hal ini Allah menyatakan sebagai berikut:


وَمِنَ الأَعْرَابِ مَن يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ قُرُبَاتٍ عِندَ اللّهِ وَصَلَوَاتِ الرَّسُولِ أَلا إِنَّهَا قُرْبَةٌ لَّهُمْ سَيُدْخِلُهُمُ اللّهُ فِي رَحْمَتِهِ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan diantara orang-orang Arab Badui ada orang yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, dan memandang apa yang dinafkahkannya itu sebagai jalan mendekat-kannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri. Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. At-Taubah[9]: 99).

Rahasia lain yang diungkapkan tentang membelanjakan harta seseorang di jalan Allah menurut Al-Qur’an adalah, bahwa apa saja yang dinafkahkannya itu pasti akan memperoleh balasan. Ini merupakan janji Allah. Orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah tanpa takut akan menjadi miskin, akan memperoleh rahmat yang menakjubkan dalam kehidupan mereka. Apa saja yang dibelanjakan di jalan Allah akan diganjar sepenuhnya. Sebagian ayat yang menceritakan janji tersebut adalah sebagai berikut:


لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَلأنفُسِكُمْ وَمَا تُنفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَاء وَجْهِ اللّهِ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُون

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka pahalanya itu untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 272).

وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُون

“...... Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.” (Q.S. Al-Anfal[8]: 60).

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.’ Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Q.S. Saba’[34]: 39).

Orang-orang yang beriman hanya mengharapkan keridhaan Allah dan surga ketika mereka memberikan harta mereka; tetapi sebagai rahasia yang diungkapkan oleh Allah, apa saja yang mereka nafkahkan akan dikembalikan lagi kepada mereka. Pengembalian ini merupakan rahmat di dunia, dan di atas segalanya, Allah menyediakan surga bagi orang-orang yang beriman. Dalam pada itu, berkebalikan dengan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, Allah akan mengurangi rezeki orang-orang yang bakhil dalam menafkahkan kekayaan mereka, atau orang yang suka mengumpulkan kekayaan dan mengabaikan batasan-batasan Allah. Salah satu ayat yang berkaitan dengan masalah ini menceritakan tentang keadaan orang-orang yang memakan riba:

يَمْحَقُ اللّهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 276).

Allah memberitahukan tentang keberuntungan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang memberikan harta mereka sebagai berikut:


مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 261).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakitinya, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَتَثْبِيتاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 265).

Dalam setiap ayat tersebut terdapat rahasia yang diungkapkan Allah kepada orang-orang yang beriman dalam Al-Qur’an. Orang-orang yang beriman memberikan harta benda mereka hanya untuk mencari keridhaan dan rahmat Allah dan surga-Nya. Namun, menyadari tentang rahasia-rahasia yang diungkapkan dalam Al-Qur’an, mereka juga mengharapkan rahmat dan karunia Allah.

Semakin banyak mereka memberikan hartanya di jalan Allah, dan semakin mereka memperhatikan apa yang diharamkan dan yang dihalalkan, Allah akan semakin menambah kekayaan mereka, tugas-tugas mereka dijadikan mudah, dan Allah memberikan kesempatan yang semakin banyak untuk menafkahkan hartanya di jalan Allah. Setiap orang beriman yang bertakwa kepada Allah dan dalam hatinya tidak ada kekhawatiran terhadap masa depan, ia akan memahami rahasia ini dalam kehidupannya.

Diriwayatkan oleh Ibn Masoud, Ibn Abbas dan beberapa orang para sahabat:


دِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِىسَبِيْلِ اللهِ وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ اَعْظَمُ اَجْرًا اَلَّذِى اَنْفَقَتْهُ عَلَى اَهْلِكَ


"Satu dinar kamu infakkan pada jalan Allah, sedinar diinfakkan untuk membebaskan hamba, sedinar engkau sedekahkan kepada orang-orang miskin dan sedinar engkau infakkan kepada keluarga engkau, yang paling besar pahalanya yang diinfakkan kepada keluarga engkau". (Hadis Riwayat Muslim)‎

Infak sunnah (tathawwu'): Diriwayatkan dari Dhahhak: Oleh kerana untuk maksud zakat tidak digunakan kecuali kalimah zakat itu sendiri, oleh kerana itu apabila digunakan lafaz kalimah infak, maka tidak dimaksudkan kecuali infak sunnah (tathawwu'). (Lihat Tafsir al-Qurtubi, 1/179)


Infak juga bermaksud:‎

"Mengeluarkan sebahagian harta demi kerana mentaati Allah Subhanahu wa-Ta’ala sama ada yang wajib atau yang sunnah".
Keikhlasan mengeluarkan infak atau sedekah menjadi petanda kekuatan iman seseorang, kerana infak tergolong amal soleh yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa-Ta’ala. Allah menjanjikan pahala yang amat besar kepada orang-orang yang suka berinfak:


مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِىسَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فىِ كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاغِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ


"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, seumpama suatu biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai seratus biji, dan Allah melipat gandakan bagi orang yang dikehendaki dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) dan Maha Mengetahui.” (al-Baqarah, 2: 261)


آمِنُوْا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاَنْفِقُوْا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُّسْتَخْلَفِيْنَ فِيْهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَاَنْفَقُوا لَهُمْ اَجْرٌ كَبِيرٌ


"Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah sebahagian dari hartamu yang Allah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (sebahagian) dari hartanya memperolehi pahala yang besar". (Al-Hadid, 57: 7)


يَا اَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنْ اْلأرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ اِلاَّ اَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا اَنَّ اللهَ غَنِىُّ حَمِيْدٌ


"Hai orang-orang beriman, infakkanlah sebahagian hasil usahamu yang baik-baik dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu! Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu infakkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mahu mengambilnya melainkan dengan memejamkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahawa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (al-Baqarah, 2: 267)


Menurut Ibn Abbas: Allah Azza wa-Jalla menyeru orang yang beriman berinfak dengan hartanya dan jiwanya. Ditegah dari bersedekah dengan wang yang keji dan haram. Allah itu baik, tidak akan menerima kecuali yang baik. Allah telah menjelaskan dengan firman-Nya(وَلاَ تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ) "Janganlah kamu infakkan yang keji (buruk-buruk dan haram)". (Lihat: Tafsir Ibn Kathir, jld. 1, hlm. 240)


لَنْ تَنَالُواالبِرَّحَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَىءٍ فَاِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ


"Kamu sekali-kali tidak akan sampai mencapai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (Ali Imran, 3: 93)


Antara tanda-tanda kuatnya iman seseorang ialah mudah untuk mengeluarkan infak. Menginfakkan harta yang halal merupakan suatu cara untuk membersihkan pendapatan yang syubahat, malah setiap infak akan memperolehi keberkatan harta-benda di samping membuktikan kesempurnaan iman sebagaimana firman Allah s.w.t.:


اَلَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيقِيْمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ ينفِقُونَ


"Adapun orang-orang yang beriman dengan yang ghaib dan mendirikan sembahyang dan menginfakkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka". (al-Baqarah 2:3)


وَاَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُّسْتَخْلَفِينَ فِيْهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَاَنْفِقُوا لَهُمْ اَجْرٌ كَبِيرٌ


"Dan infakkanlah sebahagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya, maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (sebahagian) dari hartanya memperolehi pahala yang besar". (al-Hadid, 57: 7)


وَمَا اَنْفَقْتُمْ مِنْ شَىءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيرُ الرَّازِقِينَ


"Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya". (Saba’, 34: 39)


وَالَّذِيْنَ صَبَرُوا وَابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلاَةَ وَاَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً وَيَدرَؤُنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةِ أُوْلَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ


"Dan orang-orang yang sabar kerana mencari keredhaan Tuhannya, mendirikan solat dan menginfakkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terang serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang mulia)". (ar-Ra’d, 13:22)


اِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَاَقَامُوا الصَّلاَةَ وَاَنْفَقُوا مِمَّارَزَقْنَاهُمْ سِرَّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ


"Dan orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sembahyang dan menginfakkan sebahagian dari rezeki dengan diam-diam (sembunyi-sembunyi) dan dengan terang-terang, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi". (Fathir, 35: 29)


وَالَّذِينَ اِذَا اَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَينَ ذَلِكَ قَوَامًا


"Dan orang-orang yang apabila menginfakkan (hartanya) mereka tidak berlebih- lebihan dan tidak pula terlalu kikir, dan infak itu di pertengahan di antara yang demikian". (al-Furqan, 25: 67)


وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَىءٍ فِى سَبِيلِ اللهِ يُوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ


"Apa sahaja yang kamu infakkan pada jalan Allah nescaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)". (al-Anfaal, 8: 60)


هَااَنْتُمْ هَؤُلاَءِ تَدْعُونَ لِتُنْفِقُوا فِى سَبِيلِ اللهِ فَمِنْكُمْ مَّنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَاِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللهُ الْغَنِىُّ وَاَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَاِنْ تَتَوَلَّوا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُونُوا اَمْثَالَكُمْ


"Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah! Maka di antara kamu ada orang yang kikir dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanya kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang fakir (memerlukanNya), dan jika kamu berpaling nescaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu". (Muhammad, 47: 38)


وَمَا لَكُمْ ألاَّ تَنْفِقُوا فِى سَبِيلِ اللهِ وَاللهُ مِيرَاثُ السَّمَوَاتِ وَاْلأرْضِ لاَ يَسْتَوِى مِنْكُمْ مَّنْ اَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ اُولَئِكَ أعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ اَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلاًّ وَعْدَ اللهُ الْحُسْنىَ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ


"Dan mengapa kamu tidak menginfakkan (sebahagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allahlah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama antara kamu orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi menginfakkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (al-Hadid, 57: 10)


ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً عَبْدًا مَمْلُوكًا لاَيَقْدِرُ عَلَى شَىءٍ وَمَن رَّزَقْنَاهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنْفِقُ مِنْهُ سِرًّا وَجَهْرًا هَلْ يَسْتَوُونَ اَلْحَمْدُللهِ ، بَلْ اَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ


"Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menginfakkan sebahagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terang, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui". (an-Nahl, 16: 75)


قُلْ لِعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا يُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنَيَةً مِنْ قَبْلِ اَنْ يَاْتِيَ يَوْمٌ لاَ بَيْعٌ فِيْهِ وَلاَ خِلاَلٌ


"Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang telah beriman! Hendaklah mereka mendirikan sembahyang, menginfakkan sebahagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terang sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan". (Ibrahim, 14: 31)


يَسْئَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا اَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَاْلأقْرَبِينَ وَالْيَتَمَى وَالْمَسَكِينِ وَابْنِ السَّبِيْلِ وَمَا تَفْعَلُونَ مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ


"Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka infakkan, Jawablah! Apa sahaja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui". (al-Baqarah, 2: 215)


اَلَّذِينَ يُنْفِقُونَ أمْوَالَهُمْ فِى سَبِيْلِ اللهِ ثُمَّ لاَ يُتْبِعُونَ مَا أنْفَقُوا مَنًّا وَلاَ أذًى لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ قَولٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا اَذًى وَاللهُ غَنِىٌّ حَلِيْمٌ . يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَاْلاَذَى كَالَّذِى يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَومِ اْلاَخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَ يَقْدِرُوْنَ عَلَى شَىءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللهُ لاَ يَهْدِى الْقَومَ الْكَافِرُوْنَ.


"Orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang diinfakkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima) mereka memperolehi pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakiti (perasaan si penerimanya). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menghilangkan (membatalkan pahala) sedekah kamu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerimanya), seperti orang yang menginfakkan hartanya kerana riak (menunjuk-nunjuk) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada debu tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu jadilah dia bersih (tidak berdebu lagi). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir". (al-Baqarah, 2: 262-264)


وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ اَمْوَالَهُمْ ابْتِغَاءَ مَرَضَاتِ اللهِ وَتثْبِيْتًا مِنْ اَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرِبْوَةٍ اَصَابَهَا وَابِلٌ فَئَاتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَينِ فَاِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ


"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan (menginfakkan) hartanya kerana mencari keredaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali ganda, jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu lakukan". (al-Baqarah, 2:265)


وَسَارِعُوا اِلىَ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتِ وَاْلأرْضِ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. اَلَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِى السَرَّاءِ وَالضَرَّاءِ وَالْكَاظِمِـينَ الْغَيْظِ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ


"Dan bersegeralah kamu kepada keampunan Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang taqwa. Iaitu orang-orang yang menginfakkan (hartanya) baik diwaktu senang atau di waktu susah, dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan". (Ali Imran, 3: 133-134)


وَلاَ يُنْفِقُونَ نَفَقَةً صَغِيرَةً وَلاَكَبِيرَةً وَلاَ يَقْطَعُونَ وَادِيًا اِلاَّكُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللهُ اَحْسَنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


"Dan mereka tiada menginfakkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan ditulis bagi mereka (amal soleh pula), kerana Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan". (at-Taubah, 9: 121)


اَلَّذِينَ اِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْْ قُلُوْبُهُمْ وَالصَّابِرِينَ عَلَى مَا اَصَابَهُمْ وَالْمُقِيْمِى الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْـنَاهُمْ يُنْفِقُونَ


"Orang-orang yang (patuh kepada Allah) iaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah gementarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menginfakkan sebahagian apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka". (al-Hajj, 22: 35)


اُوْلَئِكَ يُؤْتَوْنَ اَجْرَهُمْ مَرَّتَينِ بِمَا صَبَرُوا وَيَدْرَؤُنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ


"Mereka itu diberi pahala dua kali (kerana beriman dengan Taurat kemudian dengan al-Quran) disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan menginfakkan sebahagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka". (al-Qasas, 28: 54)


تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنُفِقُوْنَ


"Mereka meninggalkan tempat tidur mereka (ditengah malam) untuk berdoa kepada Tuhan dengan rasa takut dan harapan, dan mereka menginfakkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka". (as-Sajadah, 32:16)


وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلاَةَ وَاَمْرُهُمْ شُوْرَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ


"Dan orang-orang yang menerima (mentaati) seruan Tuhannya dan mendirikan sembahyang, dan urusan mereka (diputuskan) dengan syura antara mereka, dan mereka menginfakkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka". (asy-Syura, 42: 38)

وَاَنْفِقُوا مِنْ مَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَاْتِىَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلُ رَبِّ لَوْلاَ اَخَّرْتَنِىْ اِلىَ اَجَلٍ قَرِيْبٍ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ


"Dan belanjakanlah (infakkanlah) sebahagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata: Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematianku) sehingga waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah (berinfak) dan aku termasuk orang-orang yang soleh!" (al-Munafiqun, 63: 10)


Allah ‘Azza wa-Jalla menyeru setiap mukmin agar bertaqwa dan beramal soleh, antaranya dengan cara menginfakkan sebahagian harta yang diperolehinya agar mendapat kejayaan di dunia dan di akhirat. Infak dapat membuktikan kebenaran iman seseorang kepada Allah sebagaimana firman-Nya:


فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأطِيْعُوا وَأنْفِقُوا خَيرًا لاَنْفُسَكَمْ وَمَنْ يُوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَاُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


"Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah, dan infakkanlah nafkah yang baik-baik untuk dirimu. Barangsiapa yang terpelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung". (at-Taghobun, 64: 16)


Berinfak (bersedekah) semestinya dengan keikhlasan semata-mata kerana Allah, bukan kerana sesuatu tujuan, harapan, matlamat atau sesuatu muslihat. Keikhlasan menjadi syarat supaya infak itu tidak dibatalkan. Allah telah menjelaskan perkara ini:


يَا اَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَاْلأذَى كَالَّذِى يُنْفِقُ مَا لَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيهِ تُرَابٌ فَأصَابَهُ وَابِلٌ فَترَكَهُ صَلْدًا لاَ يَقْدِرُونَ عَلَى شَىءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللهُ لاَ يَهْدِى الْقَوْمَ الْكَافِرِيْنَ


"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu membatalkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan orang yang menerimanya), seperti orang yang menginfakkan hartanya kerana riak (menunjuk-nunjuk) kepada manusia, dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudiannya. Maka perumpamaan orang ini seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu jadilah dia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir". (al-Baqarah, 2: 264)


Antara sebab berlakunya kehancuran pada seseorang atau masyarakat ialah apabila terdapat perasaan mementingkan diri sendiri, tamak haloba dan kikir berinfak sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah:


وَاَنْفِقُوا فِى سَبِيلِ اللهِ وَلاَتُلْقُوا بِاَيْدِيْكُمْ اِلىَ التَّهْلُكَةِ وَاَحْسِنُوا اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ


"Dan berinfaklah kamu (bersedekah atau nafakah) di jalan Allah dan janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah kerana sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik". (al-Baqarah, 2: 195)


Ayat ini dikuatkan dengan sabda Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam di bawah ini:


مَامِنْ يَوْمٍ يَصْبَحُ الْعُبَّاد فِيهِ اِلاَّ وَمَلَكَانِ يِنْزِلاَنِ فَيَقُولُ اَحَدُهُمَا : اَللَّهُمَّ اعْطِ مَنْفقًا خَلفًا. وَيَقُولُ اْلاَخَرُ : اَللهُمَ اعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. رواه مسلم


"Pada tiap-tiap pagi turun dua malaikat, lalu yang seorang berseru: Ya Allah, berilah pengganti kepada orang membelanjakan! (berinfak atau bersedekah) dan yang kedua berseru: Ya Allah, turunkanlah kebinasaan kepada yang kikir!" (Hadis Riwayat Muslim)


كَفَى بِاْلْمَرْءِ آثِمًا اَنْ يَضِيْعَ مَنْ يَقُوْت. رواه مسلم وأبو داود


"Cukuplah dosa (kebinasaan) bagi seseorang manusia itu hanya dengan kerana membiarkan (menyia-nyiakan) keperluan seseorang yang sangat memerlukan". (Hadis Riwayat Muslim dan Abu Daud)


Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah mengajar orang-orang yang beriman beragai-bagai cara dan jenis untuk berinfak atau bersedakah tathawwu'. Cara-cara tersebut dapat kita fahami melalui nas al-Quran dan hadis-hadis yang sahih, antaranya firman Allah:

وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيْنًا وَيَتِيْمًا وَاَسِيْرًا


"Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan". (al-Insan, 76: 8)


Ayat ini menggalakkan orang-orang yang beriman agar memberi sedekah kepada fakir miskin dari jenis-jenis barangan (harta) yang terbaik dan yang disukai, bukan yang sisa, yang terbuang atau tidak diperlukan lagi. Galakan bersedekah dengan benda-benda yang baik terkandung dalam hadis Nabi Muhammad sallallahu ‘alahi wa-sallam:


اَيُّهَاالنَّاسُ ! اِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَيَقْبَلُ اِلاَّطَيِّبًّا وَاِنَّ اللهَ تَعَالَى اَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا اَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ . فَقَالَ عَزَّوَجَلَّ : يَا اَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَارَزَقْنَاكُمْ


"Wahai manusia, Allah itu Baik, tidak menerima kecuali yang baik! Dan sesungguhnya Allah menyuruh para mukmin mengerjakan apa yang diperintahkan kepada para Rasul mengerjakannya". (Hadis Riwayat Muslim)


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَصَدَّقُّوْا : قَالَ رَجُلٌ : عِنْدِى دِيْنَارٌ. قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى نَفْسِكَ. قَالَ : عِنْدِى دِيْنَارٌ آخَرُ. قَالَ : تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى زَوْجَتِكَ. قَالَ : عِنْدِى دِيْنَارٌ آخَرُ. قَالَ : تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى وَلَدِكَ. قَالَ : عِنْدِى دِيْنَارٌ آخَرُ. قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَىخَادِمِكَ. قَالَ عِنْدِى دِيْنَارٌ آخَرُ. قَالَ : اَنْتَ بِهِ اِبْصَر


"Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam, bersedekahlah kamu: Seorang lelaki berkata: Saya mempunyai satu dinar. Bersabda Nabi: Sedekahlah kepada dirimu sendiri. Orang itu berkata lagi: Saya ada sedinar lagi. Bersabda Nabi: Bersedekahlah untuk isterimu. Orang itu berkata lagi: Saya masih ada sedinar. Bersabda Nabi: Sedekahlah untuk anakmu. Orang itu berkata lagi: Saya masih ada sedinar. Bersabda Nabi: Bersedekahlah untuk pekerja (kuli) kamu. Orang itu berkata lagi: Saya masih ada sedinar lagi. Bersabda Nabi: Engkau lebih mengetahui kepada siapa harus engkau berikan". (Hadis Riwayat Abu Daud, an-Nasai’i dan al-Hakim)


اِذَاكَانَ اَحَدُكُمْ فَقِيْرًا فَلْيَبْدَاْ بِنَفْسِهِ. وَاِنْ كَانَ فَضْلٌ فَعَلَى عِيَالِهِ. وَاِنْ كَانَ فَضْلٌ فَعَلَى ذَوِى قَرَابَتِهِ اَوْ قَالَ : ذَوِى رَحِمِهِ . وَاِنْ كَانَ فَضْلٌ فَهَاهُنَا وَهَاهُنَا


"Jika kamu seorang yang fakir, maka mulakanlah sedekah pada dirimu sendiri. Jika ada kelebihan, berilah kepada keluargamu. Jika masih ada kelebihan, sedekahkanlah kepada kerabatmu. Dan jika masih ada kelebihan, maka berikanlah kepada sesiapa yang lebih memerlukan". (Hadis Riwayat Ahmad dan Muslim)


اَفْضَلُ الصَّدَقَةِ الصَّدَقَةُ عَلَى ذِى الرَّحِمِ الْكَاشِحِ


"Seutama-utama (sebaik-baik) sedekah, ialah sedekah kepada keluarga yang menyembunyikan permusuhannya kepada kita". (Hadis Riwayat at-Thabrani dan al-Hakim)


مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبِ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ اِلاَّ الطَّيِّبَ فَاِنَّ اللهَ تَعَالَى يَيَقَبَّلُهَا بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهَا كَمَا يُرَبِّى اَحَدُكُمْ فُلُوَّهُ حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ


"Barangsiapa bersedekah sebiji kurma dari usahanya yang baik, dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah menerima sedekah dengan tangan kanan-Nya, kemudian memeliharanya untuk yang ampunya sedekah sebagaimana seseorang kamu memelihara anak kuda, sehingga menjadi gunung". (Hadis Riwayat Bukhari)


اِذَا اَنْفَقَتِ الْمَرْاَةُ مِنْ طَعَامِ بَيْتِهَا غَيْرَ مُفْسِدَةٍ ، كَانَ لَهَا اَجْرُهَا بِمَا اَنْفَقَتْ وَلِزَوْجِهَا اَجْرُهُ بِمَا كَسَبَ وَلِلْخَازِنِ مِثْلُ ذَلِكَ لاَ يَنْقُصُ بَعْضُهُمْ اَجْرَ بَعْضٍ شَيْئًا


"Apabila seorang perempuan bersedekah dari makanan rumahnya dengan tidak boros, ia mendapat pahala dari apa yang disedekahkannya serta suaminya juga (mendapat) pahala dari apa yang diusahakan, dan bagi pekerjanya (pembantunya) juga demikian. Tiada mengurang oleh yang seorang akan pahala yang lain, walaupun sedikit". (Hadis Riwayat Bukhari)


لاَ تُنْفِقُ الْمَرْاَةُ شَيْئًا مِنْ بَيْتِ زَوْجِهَا اِلاَّ بِاِذْنِ زَوْجِهَا . قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ وَلاَ الطَّعَامُ ؟ قَالَ : ذَلِكَ اَفْضَلُ اَمْوَالِنَا


"Janganlah bersedekah seseorang perempuan dengan sesuatu dari rumah suaminya, melainkan dengan seizin suaminya. Seseorang sahabat bertanya :Wahai Rasulullah, apakah makanan juga tidak boleh? Baginda menjawab : Makanan adalah harta yang termulia". (Hadis Riwayat at-Turmidzi)


اَنَّ اَسْمَاءَ بِنْتَ اَبِى بَكْرٍسَاَلَتْ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: اِنَّ الزُّبَيْرَ رَجُلٌ شَدِيْدٌ وَيَاْتِيْنِى الْمِسْكِيْنُ اَفَاَتَصَدَّقُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْتِهِ بِغَيْرِ اِذْنِهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِرْضِحِىْ وَلاَ تُوْعِىَ اللهُ عَلَيْكِ.


"Asma binti Abi Bakar bertanya kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam beliau berkata : Az-Zubir seorang yang tegas. Datang kepadaku orang-orang miskin, bolehkah aku bersedekah kepada mereka dari harta rumah dengan tiada izinnya? Bersabda Rasululah saw : Bersedekahlah sekadarnya dan janganlah kamu terlalu penyimpan, sehingga Allahpun menahan pemberian-Nya kepadamu". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Sedekah jariah ialah sedekah (infaq) yang pahalanya terus-menerus diperolehi oleh pelakunya walaupun ia telah meninggal dunia. Perkara ini telah dijelaskan oleh Nabi di dalam hadisnya:


اِذَا مَاتَ اْلاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّمِنْ ثَلاَثَةٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ


"Apabila mati seorang manusia, putuslah amalannya, kecuali dari tiga perkara: Sedekah yang jariah, ilmu yang dapat diambil manfaatnya oleh manusia, anak yang soleh yang berdoa untuknya". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)


Bersedekah Kepada Haiwan:


بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيْقٍ اِشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيْهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ ، فَاِذَاكَلْبٌ يَلْهَثُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ ، فَقَالَ الرَّجُلُ: لَقَد بَلَغَ هَذَا الْكَلْبُ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلَ الَّذِىكَانَ قَدْ بَلَغَ مِنِّى. فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلاَءَ خُفَّهُ مَاءً ، ثُمَّ اَمْسَكَهُ بِفِيْهِ حَتَّى رَقِىَ ،فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللهِ ! اِنَّ لَنَا فِى الْبَهَائِمِ اَجْرًا ؟ فَقَالَ : فِىكُلِّ كَبِدٍ رُطْبَةٍ اَجْرٌ. رواه البخارى


"Seorang lelaki sedang berlalu di sebuah jalan, ia telah merasa kehausan yang sangat. Kemudian ia mendapati sebuah perigi, lalu ia turun dan minum sepuasnya. Setelah ia keluar, tiba-tiba ia terserempak seekor anjing yang sudah terhulur lidahnya kerana haus. Maka lelaki itu berkata: Anjing ini sedang menderita kehausan sebagaimana aku menderita. Kemudian ia turun lagi ke perigi dan mengisi air ke dalam sepatunya. Ia naik dan memberi minum anjing sepuasnya. Maka Allah menyatakan syukur kepada orang itu dan mengampunkan dosa-dosanya. Para sahabat bertanya: Apakah pada binatang-binatang pun kami akan mendapat pahala? Beliau bersabda: Pada setiap yang berjiwa ada pahalanya". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)


Siapakah Yang Layak Menerima infak?


Infak tidak boleh diberikan kepada yang tidak layak menerimanya. Syara telah menetapkan orang yang berhak dan layak untuk menerima infak, zakat dan sedekah. Orang Islam dilarang dari meniru Yahudi dan Nasrani dalam mengeluarkan zakat atau infak. Yahudi dan Nasrani lebih banyak menyerahkan infak kepada individu tertentu. Firman Allah:


يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِنَّ كَثِيْرًا مِنَ اْلاَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَاْكُلُوْنَ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالبَّاطِلِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ وَالَّذِيْنَ يَكْثُرُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِى سَبِيْلِ اللهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ


"Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib (orang-orang alim Nasrani) benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahulah kepada mereka (bahawa mereka akan mendapat) siksa yang pedih". AT TAUBAH, 9:34.


Syara telah mewajibkan orang-orang beriman agar menginfakkan sebahagian harta yang diperolehinya pada jalan Allah. Sesiapa yang kufur atau mengingkari dari berbuat demikian, maka akan ditimpakan kecelakaan ke atasnya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah:


وَاَنْفِقُوْا فِى سَبِيْلِ اللهِ وَلاَ تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ


"Dan infakanlah harta kamu di jalan Allah. Janganlah kamu campakkan diri kamu sendiri ke dalam kebinasaan". (al-Baqarah, 2: 195)


Antara cara amalan infak di jalan Allah ialah dengan memberi atau menyalurkan wang yang diperolehi kepada orang-orang yang layak menerimanya atau kepada Baitulmal Muslimin yang diamanahkan untuk menguruskan keperluan dan kepentingan orang-orang Islam. Ini telah dijelaskan dibeberapa ayat al-Quran:


اِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وِالْمَسَاكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغَارِمِيْنَ وَفِى سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ فَرِيْضَةً مِنَ اللهِ وَاللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ


"Sesungguhnya infak (termasuk sedekah dan zakat) itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dipujuk hatinya, untuk yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". AT TAUBAH, 9:60.


Setiap orang yang beriman diharamkan dari menghalang-halangi orang-orang yang mahu berinfak. Kerana hanya orang-orang munafik sahaja yang suka menghalang seseorang dari mengeluarkan infak. Allah telah berfirman:


اَلَّذِيْنَ يَلْمِزُوْنَ الْمُطَوِّعِيْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى الصَّدَقَاتِ وَالَّذِيْنَ لاَ يَجِدُوْنَ اِلاَّ جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُوْنَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ


"(Orang-orang munafik) iaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk bersedekah) selain sekadar kesanggupannya. Maka orang-orang munafik itu menghina mereka, Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih". (at-Taubah, 9: 79)


حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ، الاِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ : إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. رواه البخارى


"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah radiallahu ‘anhu katanya: Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah bersabda: Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naunganNya. Hari tersebut tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Golongan tersebut ialah pemimpin yang adil, pemuda yang sentiasa beribadat kepada Allah semasa hidupnya, seseorang yang hatinya sentiasa berpaut pada masjid-masjid iaitu sangat mencintainya dan selalu melakukan sembahyang berjemaah, dua orang yang saling mengasihi kerana Allah iaitu keduanya berkumpul dan berpisah kerana Allah, seorang lelaki yang diundang oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan rupa paras yang elok untuk melakukan kejahatan tetapi dia berkata: Aku takut kepada Allah!, seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahsiakannya seolah-olah tangan kanan tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kirinya dan seseorang yang mengingati Allah diwaktu sunyi sehingga mengalirkan air mata dari kedua matanya. (Hadis Riwayat Bukhari)
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ وَقَالَ : يَمِينُ اللَّهِ مَلْأَى ، وَقَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ مَلْآنُ سَحَّاءُ لاَ يَغِيضُهَا شَيْءٌ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah radiallahu ’anhu katanya: Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda dengan menyampaikan firman Allah Subhanahu wa-Ta’ala: Wahai anak Adam! Berbelanjalah kamu, pasti Aku akan membelanjakanmu dan Rasulullah ssallallahu ‘alaihi wa-sallam menyambung: Anugerah Allah itu melimpah-ruah lagi cepat. Ibnu Numair radiallahu ‘anhu berkata: Penuh melimpah-ruah dan tidak mengurangi dariNya sedikitpun samada malam ataupun siang". (Hadis Riwayat Bukhari)‎

حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنْفِقِ وَالْمُتَصَدِّقِ كَمَثَلِ رَجُلٍ عَلَيْهِ جُبَّتَانِ أَوْجُنَّتَانِ مِنْ لَدُنْ ثُدِيِّهِمَا إِلَى تَرَاقِيهِمَا فَإِذَا أَرَادَ الْمُنْفِقُ وَقَالَ الْآخَرُ فَإِذَا أَرَادَ الْمُتَصَدِّقُ أَنْ يَتَصَدَّقَ سَبَغَتْ عَلَيْهِ أَوْ مَرَّتْ وَإِذَا أَرَادَ الْبَخِيلُ أَنْ يُنْفِقَ قَلَصَتْ عَلَيْهِ وَأَخَذَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَوْضِعَهَاحَتَّى تُجِنَّ بَنَانَهُ وَتَعْفُوَأَثَرَهُ قَالَ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَقَالَ يُوَسِّعُهَافَلاَ تَتَّسِعُ
"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah radiallahu ‘anhu: Daripada Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam katanya: Baginda bersabda: Perumpamaan orang yang pemurah dan orang yang bersedekah seperti seorang lelaki yang memakai dua helai jubah atau dua helai baju besi bermula dari dadanya sehingga ke atas. Apabila orang yang berbelanja (Dalam riwayat yang lain mengatakan: Apabila orang yang bersedekah) ingin memberi sedekah, maka baju itu longgar buatnya dan apabila orang bakhil ingin bersedekah, maka baju itu menjadi rimas dan panas sehingga menutupi jari-jarinya serta menghapus jejaknya. Abu Hurairah berkata: Orang yang bakhil ingin melonggarkan pakaiannya tetapi dia tidak mampu melonggarkannya". (Hadis Riwayat Bukhari)
Hadis Untuk Renungan :‎

حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
"Hadis daripada Ibnu Umar radiallahu ‘anhu katanya: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam pernah bersabda: Tidak boleh berhasad dengki kecuali pada dua perkara iaitu terhadap seseorang yang dianugerahkan al-Quran dan dia membacanya sepanjang siang dan malam. Juga terhadap seseorang yang dikurniakan oleh Allah harta kekayaan lalu dia membelanjakannya dengan baik pada waktu malam dan juga pada waktu siang". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Semoga Bermanfaat
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar