Rabu, 06 April 2016

Menggapai Nikmat Dengan 'Amal Dan Rohmat Alloh

Sebagai seorang muslim yang beriman sudah sewajibnya kita menjalankan segala perintah-perintah dan larangan-laranganNya. Mengerjakan apa yang pernah di sampaikan oleh para nabi dan rasulNya. Sehingga kelak kita dapat merasakan nikmatnya surgaNya Allah subhanahu wa ta'ala. Untuk mencapai semua itu, tentu kita harus melaksanakan amal-amal shaleh dengan hanya mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla.‎

Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ * فَاكِهِينَ بِمَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ * كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan” [QS. Ath-Thuur : 17-19].
وَحُورٌ عِينٌ * كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ * جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan” [QS. Al-Waaqi’ah : 24].
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan" [QS. An-Nahl : 32].
أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَى نُزُلا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan” [QS. As-Sajdah : 19].
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan” [QS. Az-Zukhruf : 72].
Baa’ dalam kalimat ‘bimaa kuntum ta’maluun/bimaa kaanuu ya’maluun’ adalahbaa’ sababiyyah, yang menunjukkan bahwa amal-amal shaalih menjadi sebab pelakunya masuk ke dalam surga. Orang-orang yang Allah matikan mereka dalam keadaan merugi, berharap diberi kesempatan hidup kembali untuk beramal kebaaikan yang dengannya ia dapat masuk ke dalam surga.
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” [QS. Al-Mukminuun : 99-100].
وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal shalih, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin" [QS. As-Sajdah : 12].
Adapun dalil-dalil dari hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangatlah banyak. Beliau ‎shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat sering bersabda tentang amal-amal shalih yang dapat menyebabkan pelakunya masuk ke dalam surga. Diantaranya:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، " أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، قَالَ: مَا لَهُ، مَا لَهُ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَبٌ مَا لَهُ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ "
Dari Abu Ayyuub radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Beritahukanlah kepadaku satu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga”. Seseorang berkata : “Apa yang ia miliki, apa yang ia miliki ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Agaknya yang ia tanyakan penting baginya. Amal yang dapat memasukkanmu ke dalam surga adalah engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahim” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1396 & 5982 & 5983 dan Muslim no. 13].
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا قَرِيبًا مِنْهُ وَنَحْنُ نَسِيرُ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ: " لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ عَظِيمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ
Dari Mu’aadz bin Jabal, ia berkata : “Aku pernah bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan. Lalu suatu ketika aku berada di dekat beliau dalam keadaan kami sedang dalam perjalanan. Aku bertanya : "Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku satu amalan yang memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka’. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sungguh engkau bertanya tentang sesuatu yang besar. Padahal, ia sebenarnya mudah (dilakukan) bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah. Yaitu, engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadlaan, dan menunaikan ibadah haji” [Diriwayatkan oleh Ahmad 5/231, At-Tirmidziy no. 2616, An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa no. 11394, dan Ibnu Maajah no. 3973; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/42-43].
عَنْ أَبِي مُوسَى أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ "
Dari Abu Muusaa : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Barangsiapa yang shalat pada dua waktu dingin (Shubuh dan ‘Ashar), niscaya masuk surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 574 dan Muslim no. 635].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ "
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Sesungguhnya Allah mempunyai 99 (sembilan puluh sembilan) nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghitungnya, niscaya ia masuk surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6410 dan Muslim no. 2677].‎

Kemudian, timbul kemusykilan dengan adanya beberapa hadits yang menyatakan amalan tidak menyebabkan seseorang masuk ke dalam surga, diantaranya:
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ "
Dari Jaabir, ia berkata : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak ada seorang pun di antara kalian yang amalannya memasukkannya ke dalam surga dan melindunginya dari neraka. Tidak juga aku, kecuali dengan rahmat dari Allah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2817].
عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " سَدِّدُوا، وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا، فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا الْجَنَّةَ عَمَلُهُ "، قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: " وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ "
Dari ‘Aaisyah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Beramallah sesuai sunnah (istiqamah) dan berlaku imbanglah, dan berilah kabar gembira, sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga karena amalannya”. Para shahabat berkata : “Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah?”. Beliau bersabda : “Begitu juga denganku, namun Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadaku” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6464 & 6467 dan Muslim no. 2818].
Untuk menjawabnya, prinsip yang harus dipegang dalam hal ini adalah tidak ada dan tidak akan pernah ada pertentangan antara ayat Al-Qur’an dan hadits shahih. Asy-Syaafi’iy rahimahullah berkata:
ولا تكون سنة أبدا تخالف القرآن
“As-Sunnah tidak mungkin menyelisihi Al-Qur’an selamanya” [Jimaa’ul-‘Ilm no. 530].
Beberapa ulama mencoba menjelaskan pemahaman dengan penjamakan antara nash-nash tersebut.
An-Nawawiy rahimahullah berkata:
وَفِي ظَاهِر هَذِهِ الْأَحَادِيث : دَلَالَة لِأَهْلِ الْحَقّ أَنَّهُ لَا يَسْتَحِقّ أَحَد الثَّوَاب وَالْجَنَّة بِطَاعَتِهِ ، وَأَمَّا قَوْله تَعَالَى : {اُدْخُلُوا الْجَنَّة بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} { وَتِلْك الْجَنَّة الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ } وَنَحْوهمَا مِنْ الْآيَات الدَّالَّة عَلَى أَنَّ الْأَعْمَال يُدْخَل بِهَا الْجَنَّة ، فَلَا يُعَارِض هَذِهِ الْأَحَادِيث ، بَلْ مَعْنَى الْآيَات : أَنَّ دُخُول الْجَنَّة بِسَبَبِ الْأَعْمَال ، ثُمَّ التَّوْفِيق لِلْأَعْمَالِ وَالْهِدَايَة لِلْإِخْلَاصِ فِيهَا ، وَقَبُولهَا بِرَحْمَةِ اللَّه تَعَالَى وَفَضْله ، فَيَصِحّ أَنَّهُ لَمْ يَدْخُل بِمُجَرَّدِ الْعَمَل . وَهُوَ مُرَاد الْأَحَادِيث ، وَيَصِحّ أَنَّهُ دَخَلَ بِالْأَعْمَالِ أَيْ بِسَبَبِهَا ، وَهِيَ مِنْ الرَّحْمَة . وَاَللَّه أَعْلَم
“Dan (makna) dalam dhahir hadits-hadits ini merupakan petunjuk bagi ahlul-haq bahwa seseorang tidak berhak mendapatkan pahala dan surga karena ketaatannya. Adapun firman Allah ta’ala : ‘Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’ (QS. An-Nahl : 32), ‘Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan’ (QS. Az-Zukhruf : 72) dan ayat-ayat yang lain menunjukkan bahwa amal-amal dapat memasukkannya ke dalam surga. Tidak ada pertentangan dalam hadits-hadits tersebut. Namun makna ayat-ayat ini adalah bahwa masuknya (seseorang) ke dalam surga dengan sebab amal-amal (shalih), kemudian Allah memberikan taufiq untuk beramal dan hidayah untuk ikhlash dalam amalan tersebut. Diterimanya amalan-amal itu dengan rahmat Allah ta’ala dan karunia-Nya. Maka benar, bahwasannya seseorang tidak masuk surga dengan sekedar amalan semata. Itulah yang dimaksud dalam hadits-hadits. Dan benar pula bahwasannya seseorang masuk surga dengan sebab amal-amal, dan itu termasuk rahmat, wallaahu a’lam” [Syarh Shahiih Muslim, 17-160-161].
Ibnu Katsiir rahimahullah saat mengomentari QS. Az-Zukhruuf ayat 72 berkata :
أي : أعمالكم الصالحة كانت سببا لشمول رحمة الله إياكم، فإنه لا يدخل أحدًا عمله الجنة، ولكن بفضل من الله ورحمته. وإنما الدرجات تفاوتها بحسب عمل الصالحات.
“Yaitu : amal-amal shaalih kalian yang menjadi sebab kalian diliputi rahmat. Karena, tidak ada seorang pun yang masuk surga karena amalnya semata, akan tetapi (ia masuk surga) karena rahmat dan karunia Allah. Hanya saja perbedaan derajat dapat diperoleh berdasarkan amal-amal shaalihnya” [Tafsir Ibni Katsiir, 7/239-240].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
وَيَظْهَر لِي فِي الْجَمْع بَيْن الْآيَة وَالْحَدِيث جَوَاب آخَر وَهُوَ أَنْ يُحْمَل الْحَدِيث عَلَى أَنَّ الْعَمَل مِنْ حَيْثُ هُوَ عَمَل لَا يَسْتَفِيد بِهِ الْعَامِل دُخُول الْجَنَّة مَا لَمْ يَكُنْ مَقْبُولًا . وَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ فَأَمْر الْقَبُول إِلَى اللَّه تَعَالَى ، وَإِنَّمَا يَحْصُل بِرَحْمَةِ اللَّه لِمَنْ يَقْبَل مِنْهُ ، وَعَلَى هَذَا فَمَعْنَى قَوْله ( اُدْخُلُوا الْجَنَّة بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ) أَيْ تَعْمَلُونَهُ مِنْ الْعَمَل الْمَقْبُول
“Dan yang nampak bagiku dalam penjamakan anatara ayat-ayat dan hadits adalah jawaban yang lain, yaitu membawa makna hadits bahwa amal itu sendiri tidak memberikan manfaat bagi pelakunya untuk masuk ke dalam surga selama tidak diterima (oleh Allah). Jika demikian, maka perkara diterimanya amalan oleh Allah ta’ala hanya dicapai dengan rahmat Allah bagi orang yang amalnya diterima. Oleh karena itu, makna firman Allah : ‘Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’ (QS. An-Nahl : 32), yaitu : yang engkau lakukan dari amal-amal yang diterima (oleh Allah)” [Fathul-Baariy, 11/296].
Ibnu Rajab rahimahullah mengomentari hadits di atas:
وهذا يدلُّ على شدَّةِ اهتمامِ معاذٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُبالأعمال الصَّالحة ، وفيه دليلٌ على أنَّ الأعمالَ سببٌ لدخول الجنَّة ، كما قال تعالى : وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ .
وأما قولُه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( لَنْ يدخُلَ أحدٌ منكُمُ الجنَّة بِعمَلِه )) فالمراد - والله أعلم - أنَّ العملَ بنفسه لا يستحقُّ به أحدٌ الجنَّة لولا أنَّ الله جعله - بفضله ورحمته - سبباً لذلك ، والعملُ نفسُه من رحمة الله وفضله على عبده ، فالجنَّةُ وأسبابُها كلٌّ من فضل الله ورحمته .
“Ini menunjukkan kuatnya perhatian Mu’aadzradliyallaahu ‘anhu terhadap amal-amal shalih. Dan dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa amal-amal (shalih) merupakan sebab masuknya seseorang ke dalam surga, sebagaimana difirmankan Allah ta’ala : ‘Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan’ (QS. Az-Zukhruf : 72).‎
Adapun sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Salah seorang di antara kalian tidak akan masuk surga dengan sebab amalnya’, maka dimaksudnya adalah – wallaahu a’lam – bahwa amal itu sendiri tidak membuat seseorang berhak mendapatkan surga seandainya Allah – dengan karunia dan rahmat-Nya – tidak menjadikannya (amal) sebab untuk itu. Dan amal itu sendiri termasuk rahmat Allah dan karunia-Nya terhadap hamba-Nya. Maka, surga dan sebab-sebabnya, semuanya termasuk karunia Allah dan rahmat-Nya” [Jaami’ul-‘Ulul wal-Hikam, hal. 604-605].
Penjelasan para ulama di atas saling menguatkan dan melengkapi. Surga bukanlah pengganti dari amal, karena ia tidak setara. Dzat amal ketaatan tidak menyebabkan pelakunya masuk surga, tanpa rahmat dan karunia-Nya. Namun seseorang yang melakukan amal ketaatan, maka ia akan diliputi oleh rahmat Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” [QS. Al-A’raaf : 56].
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami” [QS. Al-A’raaf : 156].
Kemudian, dengan rahmat Allah juga, dilipatgandakan pahala amal shalih – meski sedikit – dan menjadikannya sebab pelakunya ke dalam surga. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar” [QS. An-Nisaa’ : 40].


Bahkan hanya dengan rahmat dan karunia Allah lah, orang yang tidak pernah beramal kebaikan sedikitpun - selain amal ketauhidan - dimasukkan ke dalam surga setelah hangus terbakar di dalam neraka. Allah lipatgandakan amalan ketauhidan tersebut sehingga menyelamatkannya dari kekekalan neraka.


حَدَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنِي حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ مرفوعا : .........حَتَّى إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً لِلَّهِ فِي اسْتِقْصَاءِ الْحَقِّ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لِلَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِإِخْوَانِهِمْ الَّذِينَ فِي النَّارِ يَقُولُونَ رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ فَيُقَالُ لَهُمْ أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدْ أَخَذَتْ النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا مَا بَقِيَ فِيهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ فَيَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا أَحَدًا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا أَحَدًا ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا خَيْرًا وَكَانَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ يَقُولُ إِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِي بِهَذَا الْحَدِيثِ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ { إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا } فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتْ الْمَلَائِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنْ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطُّ قَدْ عَادُوا حُمَمًا فَيُلْقِيهِمْ فِي نَهَرٍ فِي أَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ نَهَرُ الْحَيَاةِ فَيَخْرُجُونَ كَمَا تَخْرُجُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ أَلَا تَرَوْنَهَا تَكُونُ إِلَى الْحَجَرِ أَوْ إِلَى الشَّجَرِ مَا يَكُونُ إِلَى الشَّمْسِ أُصَيْفِرُ وَأُخَيْضِرُ وَمَا يَكُونُ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ يَكُونُ أَبْيَضَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّكَ كُنْتَ تَرْعَى بِالْبَادِيَةِ قَالَ فَيَخْرُجُونَ كَاللُّؤْلُؤِ فِي رِقَابِهِمْ الْخَوَاتِمُ يَعْرِفُهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ هَؤُلَاءِ عُتَقَاءُ اللَّهِ الَّذِينَ أَدْخَلَهُمْ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلَا خَيْرٍ قَدَّمُوهُ ثُمَّ يَقُولُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ فَمَا رَأَيْتُمُوهُ فَهُوَ لَكُمْ فَيَقُولُونَ رَبَّنَا أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ الْعَالَمِينَ فَيَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي أَفْضَلُ مِنْ هَذَا فَيَقُولُونَ يَا رَبَّنَا أَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ هَذَا فَيَقُولُ رِضَايَ فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا
Telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'iid, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Hafsh bin Maisarah, dari Zaid bin Aslam, dari 'Athaa' bin Yasaar, dari Abu Sa'iid Al-Khudriy secara marfu’ : “…… Sehingga ketika orang-orang mukmin terbebas dari neraka, maka demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian yang begitu gigih memohon kepada Allah di dalam menuntut al-haq pada hari kiamat untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka. Mereka berseru : ‘Wahai Rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji bersama kami.” Maka dikatakan kepada mereka : “Keluarkanlah orang-orang yang kalian ketahui.” Maka bentuk-bentuk mereka hitam kelam karena terpanggang api neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang telah dimakan neraka sampai pada pertengahan betisnya dan sampai kedua lututnya. Kemudian mereka berkata : ‘Wahai Rabb kami, tidak tersisa lagi seseorang pun yang telah engkau perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman : ‘Kembalilah kalian, maka barangsiapa yang kalian temukan di dalam hatinya kebaikan seberat dinar, maka keluarkanlah dia’. Mereka pun mengeluarkan jumlah yang begitu banyak, kemudian mereka berkata : ‘Wahai Rabb kami, kami tidak meninggalkan di dalamnya seorangpun yang telah Engkau perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman : ‘Kembalilah kalian, maka barangsiapa yang kalian temukan didalam hatinya kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah dia’. Maka mereka pun mengeluarkan jumlah yang banyak. Kemudian mereka berkata lagi : ‘Wahai Rabb kami, kami tidak menyisakan di dalamnya seorang pun yang telah Engkau perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman : ‘Kembalilah kalian, maka siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya kebaikan seberat dzarrah, keluarkanlah’. Maka merekapun kembali mengeluarkan jumlah yang begitu banyak. Kemudian mereka berkata : ‘Wahai Rabb kami, kami tidak menyisakan di dalamnya kebaikan sama sekali”. Abu Sa'iid Al-Khudriy berkata : "Jika kalian tidak mempercayai hadits ini silahkan kalian baca ayat :‘Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar’ (QS. An-Nisaa’ : 40). Allah lalu berfirman : ‘Para Malaikat, Nabi, dan orang-orang yang beriman telah memberi syafa’at. Sekarang yang belum memberikan syafa’at adalah Dzat Yang Maha Pengasih’. Kemudian Allah menggenggam satu genggaman dari dalam neraka. Dari dalam tersebut Allah mengeluarkan suatu kaum yang sama sekali tidak pernah melakukan kebaikan, dan mereka pun sudah berbentuk seperti arang hitam. Allah kemudian melemparkan mereka ke dalam sungai di depan surga yang disebut dengan sungai kehidupan. Mereka kemudian keluar dari dalam sungai layaknya biji yang tumbuh di aliran sungai, tidakkah kalian lihat ia tumbuh (merambat) di bebatuan atau pepohonan mengejar (sinar) matahari. Kemudian mereka (yang tumbuh layaknya biji) ada yang berwarna kekuningan dan kehijauan, sementara yang berada di bawah bayangan akan berwarna putih". Para sahabat kemudian bertanya : "Seakan-akan engkau sedang menggembala di daerah orang-orang badui ?”. Beliau melanjutkan :"Mereka kemudian keluar seperti mutiara, sementara di lutut-lutut mereka terdapat cincin yang bisa diketahui oleh penduduk surga. Dan mereka adalah orang-orang yang Allah merdekakan dan Allah masukkan ke dalam surga tanpa amalan yang pernah mereka amalkan dan kebaikan yang mereka lakukan. Allah kemudian berfirman : ‘Masuklah kalian ke dalam surga. Apa yang kalian lihat maka itu akan kalian miliki’. Mereka pun menjawab : ‘Wahai Rabb kami, sungguh Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun dari penduduk bumi’. Allah kemudian berfirman : ‘(Bahkan) apa yang telah Kami siapkan untuk kalian lebih baik dari ini semua’. Mereka kembali berkata : ‘Wahai Rabb, apa yang lebih baik dari ini semua!’. Allah menjawab : "Ridla-Ku, selamanya Aku tidak akan pernah murka kepada kalian”[Diriwayatkan oleh Muslim no. 302].
حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " .......فَيَقُولُ: اذْهَبُوا أَوْ انْطَلِقُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا الْآنَ أُخْرِجُ بِعِلْمِي وَرَحْمَتِي، قَالَ: فَيُخْرِجُ أَضْعَافَ مَا أَخْرَجُوا وَأَضْعَافَهُ، فَيُكْتَبُ فِي رِقَابِهِمْ عُتَقَاءُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيُسَمَّوْنَ فِيهَا الْجَهَنَّمِيِّينَ "
Telah menceritakan kepada kami Abun-Nadlr : Telah menceritakan kepada kami Zuhair : Telah menceritakan kepada kami Abuz-Zubair, dari Jaabir, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “……..Allah berfirman : ‘Pergilah  (ke neraka). Barangsiapa yang engkau dapati dalam hatinya iman seberat biji sawi, keluarkanlah’. Kemudian Allah berfirman : ‘Dan Aku sekarang akan mengeluarkan (orang-orang beriman yang masih ada di dalam neraka) dengan ilmu-Ku dan rahmat-Ku”. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Lalu Allah mengeluarkan dalam jumlah berlipat dari yang telah dikeluarkan, dan melipatkannya lagi jumlahnya. Lalu ditulis di leher orang-orang tersebut : ‘orang-orang yang dibebaskan oleh Allah ‘azza wa jalla (dari neraka)’. Kemudian mereka masuk ke dalam surga, yang mereka itu dinamai : Al-Jahannamiyyiin” [Diriwayatkan oleh Ahmad 3/325; sanadnya shahih].
Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :
أن الاستثناء عائد على العصاة من أهل التوحيد ممن يخرجهم الله من النار بشفاعة الشافعين من الملائكة والنبيين والمؤمنين حتى يشفعون في أصحاب الكبائر ثم تأتي رحمة أرحم الراحمين فتخرج من النار من لم يعمل خيرا قط وقال يوما من الدهر لا إله إلا الله كما وردت بذلك الأخبار الصحيحة المستفيضة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم بمضمون ذلك من حديث أنس وجابر وأبي سعيد وأبي هريرة وغيرهم من الصحابة ولا يبقى بعد ذلك في النار إلا من وجب عليه الخلود فيها 
“Bahwasannya pengecualian itu kembali pada orang yang bermaksiat dari orang-orang yang mentauhidkan Allah, yaitu dari kalangan orang-orang yang dikeluarkan Allah ta’ala dari neraka dengan syafa’at orang-orang yang dapat memberikan syafa’at dari kalangan malaikat, nabi, dan orang-orang mukmin, hingga mereka memberi syafa’at kepada para pelaku dosa besar. Lalu datanglah rahmat dari Allah Yang Maha Penyayang, hingga dikeluarkanlah dari neraka orang-orang yang tidak pernah beramal kebaikan sedikit pun, dimana mereka pernah mengucapkan pada satu waktu (dalam kehidupannya) : Laa ilaha illallaah (Tidak ada tuhan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah), sebagaimana hal tersebut terdapat dalam hadits-hadits shahih yang berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari hadits Anas, Jaabir, Abu Sa’iid, Abu Hurairah, dan yang lainnya dari kalangan shahabatradliyallaahu ‘anhum. Tidaklah tersisa setelah itu di neraka kecuali orang yang telah ditetapkan bagi mereka untuk kekal di dalamnya…..” [Tafsiir Ibni Katsiir, 7/473].‎
Peluang Memperoleh Rahmat Allah

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ حَدَّثَنَا مُغِيْرَةُ بْنِ عَبْدِالرَّحْمَنِ القُرَيْشِيُّ عَنْ اَبِى الزِّفَادِ عَنِ الْاَعْرَجِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَضَى اللهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِى كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ اِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِيْ (اخرجه محمد بن اسماعيل البخري فى الكتاب بدء الخلق)

Artinya: Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Said bercerita kepada kami Mughiroh bin Abdirrahman Al-Quraisyiyyu dari Abi Azzifadi dari A’roji dari Abu Hurairah ra ia berkata: bahwa Rasulullah SAW bersabda” Ketika menetapkan penciptaan makhluk, Dia menulis didalam kitab-Nya yang berada disisi-Nya diatas Arsy (yang isinya) sesungguhnya Rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Muhammad Bin Ismail Al Bukhori dalam kitab badaul-kholqi)
Dalam salah salah satu riwayat Bukhâri (6000) dengan lafazh sebagai berikut:

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: جَعَلَ اللَّهُ الرَّحْمَةَ مِائَةَ جُزْءٍ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ جُـزْءًا وَأَنْزَلَ فِي اْلأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الْجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ حَتَّى تَرْفَعَ الْفَرَسُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيْبَهُ.

Bahwasanya Abu Hurairah telah berkata: Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Allâh telah menciptakan seratus bagian rahmat. Maka Dia menahan di sisi-Nya yang sembilan puluh sembilan bagian, sedangkan yang satu bagian Dia turunkan ke bumi. Maka dari yang satu bagian itulah mahluk saling berkasih sayang, sehingga seekor kuda mengangkat kakinya karena khawatir mengenai (menginjak) anaknya”.

Adapun lafazh dari riwayat Imam Muslim sebagai berikut:

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: جَعَلَ اللَّهُ الرَّحْمَةَ مِائَةَ جُزْءٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ وَأَنْزَلَ فِي اْلأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الْجُزْءِ تَتَرَاحَمُ الْخَلاَئِقُ حَتَّى تَرْفَعَ الدَّابَّةُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيْبَهُ

Bahwasanya Abu Hurairah telah berkata: Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Allâh telah menciptakan seratus bagian rahmat. Maka Dia menahan di sisi-Nya yang sembilan puluh sembilan bagian, sedangkan yang satu bagian Dia turunkan ke bumi. Maka dari yang satu bagian itulah para mahluk saling berkasih sayang, sehingga seekor binatang mengangkat kakinya khawatir mengenai (menginjak) anaknya”.

Dan dalam salah satu riwayat yang lain bagi Imam Muslim dengan lafazh sebagai berikut :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ أَنْزَلَ، مِنْهَا رَحْمَةً وَاحِدَةً بَيْنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ وَالْبَهَائِمِ وَالْهَوَامِّ، فَبِهَا يَتَعَاطَفُوْنَ وَبِهَا يَتَرَاحَمُوْنَ وَبِهَا تَعْطِفُ الْوَحْشُ عَلَى وَلَدِهَا، وَأَخَّرَ اللَّهُ تِسْعًا وَتِسْعِيْنَ رَحْمَةً يَرْحَمُ بِهَا عِبَادَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: ”Sesungguhnya Allâh mempunyai seratus rahmat yang Dia turunkan. Di antaranya satu rahmat (dibagi) di antara jin dan manusia serta semua binatang. Maka dengan sebab satu rahmat itulah mereka saling mengasihani dan berkasih sayang, dan dengan sebabnya binatang buas mengasihi anaknya. Dan Allâh menunda (pemberian) yang sembilan puluh sembilan rahmat lagi supaya berkasih sayang dengan sebabnya hamba-hamba-Nya[4] pada hari kiamat”.

Hadits yang sama dari jalan yang lain:

عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ فَمِنْهَا رَحْمَةٌ بِهَا يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ بَيْنَهُمْ وَتِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Dari Salman al Fârisiy, dia berkata: Telah bersabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ”Sesungguhnya Allâh mempunyai seratus rahmat. Maka di antaranya satu rahmat, yang dengan sebabnya maka berkasih sayanglah sekalian mahluk di antara mereka. Sedangkan yang sembilan puluh sembilan lagi (akan diturunkan) pada hari kiamat” [HR. Imam Muslim, no. 2753]

Dan dalam salah satu riwayat Muslim dengan lafazh sebagai berikut:

عَنْ سَلْمَانَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ مِائَةَ رَحْمَةٍ، كُلُّ رَحْمَةٍ طِبَاقَ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ فَجَعَلَ مِنْهَا فِي اْلأَرْضِ رَحْمَةً فَبِهَا تَعْطِفُ الْوَالِدَةُ عَلَى وَلَدِهَا وَالْوَحْشُ وَالطَّيْرُ بَعْضُهَا عَلَى بَعْضٍ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَكْمَلَهَا بِهَذِهِ الرَّحْمَةِ.

Dari Salman (al-Farisi), dia berkata : Telah bersabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Sesungguhnya Allah telah menciptakan seratus rahmat pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Setiap satu rahmat setingkat di antara langit dengan bumi. Maka Allâh telah menjadikan di bumi satu rahmat. Maka dengan sebab yang satu rahmat itulah seorang ibu mengasihi anaknya, dan juga binatang buas dan burung-burung sebagiannya (saling mengasihi) sebagian yang lainnya. Maka apabila datang hari kiamat Allâh akan menyempurnakan rahmat ini (yakni yang sembilan puluh sembilan lagi khusus untuk orang-orang mu’min)”.

Hadits yang lain lagi:

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ ثَدْيَهَا تَسْقِيْ إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ؟ قُلْنَا: لاَ، وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ. فَقَالَ: الَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu (dia berkata), “Telah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam para tawanan perang wanita. Maka tiba-tiba di antara tawanan wanita itu ada seorang wanita yang menyusui. Maka apabila dia mendapati seorang bayi di dalam tawanan itu dia segera mengambilnya dan mendekapkannya keperutnya lalu dia menyusuinya. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami, ”Apakah kamu mengira bahwa wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api ?”.
Kami menjawab: ”Tidak akan. Padahal dia mampu untuk tidak melemparkannya”.
Maka beliau bersabda, ”Allâh lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya dari wanita ini kepada anaknya”. [HR. Bukhari, no.5999 dan ini adalah lafazhnya) serta Muslim, no.2754].

Hadits yang lain lagi:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْعُقُوبَةِ مَا طَمِعَ بِجَنَّتِهِ أَحَدٌ، وَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الرَّحْمَةِ مَا قَنَطَ مِنْ جَنَّتِهِ أَحَدٌ.

Dari Abu Hurairah (dia berkata): Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ”Kalau sekiranya orang Mu’min itu mengetahui siksaan yang ada di sisi Allâh, niscaya tidak ada seorangpun Mu’min yang berharap akan surga-Nya. Dan kalau sekiranya orang kafir itu mengetahui rahmat yang ada di sisi Allâh, niscaya tidak ada seorangpun kafir yang putus asa dari surga-Nya” (HR. Muslim, no. 2755).

Ketika kita telah mengetahui berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an dan Sunnah, bahwa Agama Islam ini adalah Agama Allâh, dan Allâh Rabbul ‘alamin disifatkan dengan rahmat, sedangkan rahmat-Nya meliputi segala sesuatunya termasuk di dalamnya adalah Agama-Nya Islam, maka Agama Islam adalah Agama rahmat berdasarkan dalil-dalil naqliyyah dan aqliyyah.


Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar