Jumat, 22 Juli 2016

Penjelasan Adanya Setan Dari Jenis Manusia

Mari berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan setan yang terkutuk. Mari berlindung kepada Allah Ta’ala dari setan golongan jin dan manusia. Sebab tidaklah seorang hamba kuat melawan godaan dan bisikan setan, kecuali atas kekuatan yang diberikan-Nya. Dan tidaklah setan lemah daya goda dan bisiknya, kecuali karena Allah Ta’ala yang melemahkannya.

Setan ditafsirkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim sebagai segala sesuatu yang menyimpang dari kebenaran. Penggunaan ‘segala sesuatu’ bermakna luas, bahwa setan bukan hanya berasal atau berbentuk nyata atau bisa diindra dengan organ tubuh.

Setan, jika merujuk dari penjelasan tersebut, berasal dari semua makhluk hidup, baik golongan jin, manusia, binatang, tumbuhan dan makhluk lain, kecuali malaikat yang senantiasa dirahmati Allah Ta’ala.

Kita harus waspada. Sebab setan bisa berupa manusia-manusia yang setiap hari kita bergaul dengannya, atau bisa pula binatang ternak yang berada dalam pemeliharaan kita.

Setan tak henti-hentinya menggoda manusia agar bisa terjerumus dalam lembah dosa dan berakhir di neraka. Allah memang telah menjelaskan secara terang bahwa setan merupakan musuh yang nyata. Mereka pun tak hanya berasal dari golongan jin, melainkan manusia pun ada yang menjadi setan bagi manusia yang lainnya.

Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman 


وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (112) وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ (113)

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan. (QS Al-An'am Ayat 112-113)

Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami jadikan untukmu wahai Muhammad, musuh-musuh yang menentang, memusuhi dan menyaingimu, Kami jadikan pula bagi setiap nabi yang ada sebelummu musuh-musuh tersebut. Karena itu janganlah engkau bersedih hati akan hal ini." Ayat ini semakna dengan apa yang disebut di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ}

jika mereka mendustakan kamu, Maka Sesungguhnya Rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), (Ali Imran 184)

{وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا }

Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan)terhadap mereka. (Al-An'am: 34), hingga akhir ayat.

{مَا يُقَالُ لَكَ إِلا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ}

Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih.(Fushshilat: 43)

{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ}

Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa (Al-Furqan: 31), hingga akhir ayat.

Waraqah ibnu Naufal pernah berkata kepada Rasulullah Saw.: Sesungguhnya tiada seseorang pun yang datang dengan memba­wa semisal dengan apa yang engkau datangkan, melainkan pasti dimusuhi.

Adapun firman Allah Swt.:

{شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ}

yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. (Al-An'am: 112)

Ayat ini berkedudukan sebagai badal dari firman-Nya yang mengatakan, "'Aduwwan (musuh)." Dengan kata lain, para nabi itu mempunyai musuh dari setan-setan yang dari kalangan manusia dan jin. Definisi setan ialah setiap orang yang berbeda dengan sejenisnya karena kejahatannya. Dan tiada yang memusuhi para rasul melainkan hanya setan-setan dari kalangan manusia dan jin. Semoga Allah melaknat dan memburukkan mereka.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. (Al-An'am: 112) Bahwa dari kalangan makhluk jin terdapat setan-setan, dan dari kalangan manusia terdapat setan-setannya pula; sebagian dari mereka membisik­kan (mengilhamkan) kepada sebagian yang lain.

قَالَ قَتَادَةُ: وَبَلَغَنِي أَنَّ أَبَا ذَرٍّ كَانَ يَوْمًا يُصَلِّي، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَعَوَّذ يَا أَبَا ذَرٍّ مِنْ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ". فَقَالَ: أَوَ إِنَّ مِنَ الْإِنْسِ شَيَاطِينَ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "نَعَمْ".

Qatadah mengatakan, telah sampai kepadaku suatu berita yang menyatakan bahwa di suatu hari Abu Zar hendak melakukan salat, maka Nabi Saw. bersabda: Hai Abu Zar, mintalah perlindungan (kepada Allah) dari (gangguan) setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin! Abu Zar bertanya, "Apakah dari jenis manusia terdapat orang-orang yang menjadi setan?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." 

Predikat hadis ini munqati’ antara Qatadah dan Abu Zar. Tetapi hadis ini telah diriwa­yatkan pula melalui jalur lain dari Abu Zar r.a.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، حَدَّثَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدِ بْنِ أَيُّوبَ وَغَيْرِهِ مِنَ الْمَشْيَخَةِ، عَنِ ابْنِ عَائِذٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فِي مَجْلِسٍ قَدْ أَطَالَ فِيهِ الْجُلُوسَ، قَالَ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ صَلَّيْتَ؟ ". قَالَ: لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ". قَالَ: ثُمَّ جِئْتُ فجلستُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ تَعَوَّذْتَ بِاللَّهِ مِنْ شَيَاطِينِ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ؟ ". قَالَ: قُلْتُ: لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَهَلْ لِلْإِنْسِ مِنْ شَيَاطِينَ؟ قَالَ: "نَعَمْ، هُمْ شَرٌّ مِنْ شَيَاطِينِ الْجِنِّ".

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna, menceritakan kepada kami Abu Saleh, menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Abu Abdullah Muhammad ibnu Ayyub dan guru-guru lainnya, dari Ibnu Aiz, dari Abu Zar yang telah mencerita­kan: Saya datang kepada Rasulullah Saw. di suatu majelis yang dalam majelis itu Rasulullah Saw. duduk dalam waktu yang cukup lama. Lalu beliau bersabda, "Hai Abu Zar, apakah kamu sudah salat?" Saya menjawab, "Belum, wahai Rasulullah " Beliau bersabda,"Berdirilah dan lakukanlah salat dua rakaat!"Setelah selesai saya datang dan duduk lagi bersama beliau, lalu beliau bersabda, "Hai Abu Zar, apakah engkau meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan-setan dari jenis jin dan manusia?" Saya menjawab, "Tidak wahai Rasulullah. Tetapi apakah ada setan yang dari jenis manusia?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, bahkan mereka lebih jahat daripada setan dari kalangan jin."

Hadis ini pun berpredikat munqati’ (ada nama perawi yang tidak disebutkan sehingga mata rantainya terputus), tetapi diriwayatkan pula secara muttasil (lawan munqati'), seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad. 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ، أَنْبَأَنِي أَبُو عُمَرَ الدِّمَشْقِيُّ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ الْخَشْخَاشِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ، فَجَلَسْتُ فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ هَلْ صَلَّيْتَ؟ ". قُلْتُ: لَا. قَالَ: "قُمْ فَصَلِّ". قَالَ: فَقُمْتُ فَصَلَّيْتُ، ثُمَّ جَلَسْتُ فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، تَعَوَّذْ بِالْلَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ". قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلِلْإِنْسِ شَيَاطِينُ؟ قَالَ: "نَعَمْ". وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ بِطُولِهِ.

Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, telah mewartakan kepada kami Abu Umar Ad-Dimasyqi, dari Ubaid ibnul Husaihas, dari Abu Zar yang menceritakan: Saya datang kepada Nabi Saw. yang sedang berada di dalam masjid, lalu saya duduk, maka beliau Saw. bersabda, "Hai Abu Zar, apakah engkau telah salat?” Saya menjawab, "Belum.” Beliau bersabda, "Berdirilah dan salatlah!" Lalu saya berdiri dan salat, setelah itu saya duduk kembali. Maka beliau Saw. bersabda,"Hai Abu Zar, apakah engkau meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dari kalangan manusia dan jin?" Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dari kalangan manusia ada yang menjadi setan?” Beliau Saw. menjawab,"Ya.” Hingga akhir hadis yang cukup panjang.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam tafsirnya melalui hadis Ja'far ibnu Aun, Ya’la ibnu Ubaid, dan Ubaidillah ibnu Musa; ketiga-tiganya dari Al-Mas’udi dengan sanad yang sama.

Jalur lain dari Abu Zar. 

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ هِلَالٍ، حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ دِمَشْقَ، عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ تَعَوَّذْتَ بِالْلَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ؟ ". قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ لِلْإِنْسِ مِنْ شَيَاطِينَ؟ قَالَ: "نَعَمْ"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna, menceritakan kepada kami Al-Hajjaj, menceritakan kepada kami Hammad, dari Humaid ibnu Hilal, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki dari kalangan ulama Dimasyq, dari Auf ibnu Malik, dari Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Hai Abu Zar, apakah engkau telah memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan setan jin?” Saya bertanya.”Wahai Rasulullah, apakah dari kalangan manusia ada yang menjadi setan?”Nabi Saw. menjawab, "Ya.”

Jalur lain bagi hadis ini. 

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْف الحِمْصي، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا مُعَانُ بْنُ رِفَاعَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ تعوذتَ مِنْ شَيَاطِينِ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ؟ ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَهَلْ لِلْإِنْسِ [مِنْ] شَيَاطِينَ؟ قَالَ: "نَعَمْ، شياطينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, menceritakan kepada kami Abul Mugirah, menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Rifa'ah, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: "Hai Abu Zar, apakah engkau telah meminta perlindungan (kepada Allah) dari setan-setan jin dan manusia?” Abu Zar bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah manusia itu ada yang menjadi setan?” Nabi Saw. menjawab, " Ya. setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah-indah untuk menipu(manusia)." 

Demikianlah jalur-jalur periwayatan hadis ini yang keseluruhannya menyimpulkan kekuatan dan kesahihannya. 

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', menceritakan kepada kami Abu Na'im, dari Syarik, dari Sa'id ibnu Masruq, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya:setan-setan dari (jenis) manusia dan (dari jenis) jin.(Al-An'am: 112) Bahwa pada kalangan manusia tidak terdapat setan-setan, tetapi setan-setan dari jenis jin membisikkan kepada setan-setan dari jenis manusia, dan setan-setan dari jenis manusia membisikkan kepada setan-setan dari jenis jin. 

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, menceritakan kepada kami Abdul Aziz, menceritakan kepada kami Israil, dari As-Saddi, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112) Manusia itu mempunyai setan dan jin mempunyai setan, lalu setan jin membisikkan kepada setan manusia. Maka sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).

Asbat mengatakan dari As-Saddi, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain.(Al-An'am: 112) Adapun yang dimaksud dengan setan-setan dari jenis manusia ialah setan-setan yang menyesatkan orang lain, dan setan-setan dari jenis jin ialah yang menyesatkan jin lainnya. Keduanya bersua, lalu saling mengatakan kepada temannya, "Sesungguhnya aku telah menyesatkan temanku dengan cara anu dan anu, maka sesatkanlah olehmu temanmu itu dengan cara demikian dan demikian." Maka sebagian dari mereka memberitahukan cara-cara menyesatkan kepada sebagian yang lain.

Dari sini Ibnu Jarir berpemahaman, yang dimaksud dengan setan-setan dari jenis manusia yang ada pada Ikrimah dan As-Saddi ialah setan-setan dari jenis jin; merekalah yang berperan menyesatkan manusia. Pengertiannya bukan berarti bahwa setan-setan dari jenis manusia termasuk dari kalangan mereka. Memang tidak diragukan lagi, hal ini jelas tersimpul dari perkataan Ikrimah. Mengenai perkataan As-Saddi, bukanlah seperti yang dimaksud dalam pengertian ini, tetapi hanya mempunyai kemiripan. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas melalui riwayat Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Sesungguhnya dari jenis jin terdapat setan-setan yang menyesatkan sejenisnya, sebagaimana setan-setan dari jenis manusia menyesatkan sesamanya." Kemudian Ibnu Abbas mengatakan, "Lalu keduanya (yakni setan dari jenis manusia dan setan dari jenis jin) bersua dan mengatakan kepada pihak lainnya, 'Saya telah menyesatkannya dengan cara anu dan anu'." Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Swt.:sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112)

Pada garis besarnya pendapat yang sahih adalah apa yang telah disebutkan oleh hadis Abu Zar yang lalu, yang menyatakan bahwa sesungguhnya dari jenis manusia terdapat setan-setan dari kalangan mereka sendiri. Pengertian setan ialah segala sesuatu yang bersifat membangkang. Karena itu, disebutkan di dalam hadis sahih Muslim dari Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ"

Anjing hitam adalah setan.
Makna yang dimaksud —hanya Allah Yang lebih mengetahui— bahwa pada hewan anjing terdapat pula setan-setan.

Ibnu Juraij mengatakan, Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa jin kafir adalah setan-setannya; mereka membisikkan kepada setan-setan dari jenis manusia (yakni orang-orang kafir) perkataan yang indah-indah untuk menyesatkan manusia.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ia pernah berkunjung kepada Al-Mukhtar, dan Al-Mukhtar menghormati kedatangannya dan mendudukkannya hingga hampir tiba saat istirahat malam hari baginya. Ikrimah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Al-Mukhtar berkata kepadanya, "Keluarlah kamu dan temuilah orang-orang, lalu berbicaralah dengan mereka." Lalu aku (Ikrimah) keluar dan ada seorang lelaki datang, kemudian bertanya, "Bagaimanakah pendapatmu dengan wahyu itu?" Saya jawab bahwa wahyu itu ada dua macam, yaitu pertama disebutkan oleh firman-Nya: dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu. (Yusuf: 3) Dan oleh firman-Nya: setan-setan (dari jenis)manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112. Mendengar jawabanku mereka hampir saja memukuliku, tetapi aku katakan kepada mereka, "Mengapa kalian bersikap demikian? Sesungguhnya aku hanya memberi fatwa kepada kalian dan sebagai tamu kalian." Akhirnya mereka melepaskan diriku.

Sesungguhnya Ikrimah menyindir Al-Mukhtar, anak lelaki Abu Ubaid —semoga Allah memburukkan rupanya— karena dia mendakwakan bahwa dirinya kedatangan wahyu. Padahal saudara perempuannya (yaitu Safiyyah) adalah istri Abdullah ibnu Umar, termasuk seorang wanita saleh. Ketika Abdullah ibnu Umar mendapat berita bahwa Al-Mukhtar mengakui dirinya mendapat wahyu, maka Abdullah ibnu Umar berkata, "Dia benar." 
Allah Swt. telah berfirman:

{وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ}

Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya (Al-An'am: 121)

Adapun firman Allah Swt.:

{يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا}

sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112)
Maksudnya, sebagian dari mereka membisikkan kata-kata yang indah-indah lagi penuh kepalsuan untuk menipu pendengarnya dari kalangan orang-orang yang tidak mengetahui duduk perkaranya.

{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ}

Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerja­kannya. (Al-An'am: 112)
Yang demikian itu terjadi karena takdir Allah, keputusan, kehendak serta kemauan-Nya, bahwa setiap nabi mempunyai musuh dari kalangan mereka yang disebutkan di atas.

{فَذَرْهُمْ}

maka tinggalkanlah mereka. (Al-An'am: 112) 
Maksudnya, biarkanlah mereka.

{وَمَا يَفْتَرُونَ}

dan apa yang mereka ada-adakan. (Al-An'am: 112)
Yaitu apa yang mereka dustakan. Dengan kata lain, biarkanlah gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah dalam menghadapi permusuhan mereka. Karena sesungguhnya Allah akan mencukupimu dan menolongmu dalam menghadapi mereka. 

Firman Allah Swt.:

{وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ}

Dan (juga) agar mau mendengarnya. (Al-An'am: 113) 
Yakni cenderung kepadanya. Demikianlah menurut Ibnu Abbas.

{أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ}

hati orang-orang yang tidak beriman kepada adanya hari kemudian. (Al-An’am: 113)

Yaitu hati, akal, dan pendengaran mereka. Menurut pendapat As-Saddi, makna yang dimaksud ialah hati orang-orang kafir.

{وَلِيَرْضَوْهُ}

dan supaya mereka menyenanginya. (Al-An'am: 113)

Maksudnya, menyukai dan menghendakinya. Sesungguhnya orang-orang yang mau memperkenankan hal tersebut hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

{فَإِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ. مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ بِفَاتِنِينَ. إِلا مَنْ هُوَ صَالِ الْجَحِيمِ}

Maka sesungguhnya kalian dan apa-apa yang kalian sembah itu, sekali-kali tidak dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala-nyala. (Ash-Shaffat: 161-163)

{إِنَّكُمْ لَفِي قَوْلٍ مُخْتَلِفٍ. يُؤْفَكُ عَنْهُ مَنْ أُفِكَ}

Sesungguhnya kalian benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan darinya(Rasul dan Al-Qur'an) orang yang dipalingkan.(ADz-Dzariyat: 8-9)
Adapun firman Allah Swt.:

وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ

dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan. (Al-An’am: 113)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah supaya mereka menghasilkan apa yang telah dihasilkan oleh setan-setan itu. Sedangkan menurut As-Saddi dan Ibnu Zaid ialah agar mereka mengerjakan apa yang dikerjakan oleh setan-setan itu.

Sangat jelas dan terang bagaimana Allah menyatakan ada setan yang berasal dari golongan manusia. Sebagian orang hanya mengetahui bahwa yang disebut dengan setan adalah yang bersifat ghaib. Padahal manusia yang mungkin berada dekat dengan kita pun bisa menjadi setan. Mereka akan berpenampilan seperti manusia kebanyakan, bahkan mungkin lebih alim. Tidak ada ketakutan seperti halnya saat melihat setan bangsa jin.

Lantas bagaimana cara mewaspadai setan yang berwujud manusia tersebut agar tidak mudah terjerumus dalam kebinasaan?

1. Setan dari kalangan manusia sangat mudah menipu kepada umat yang kurang memperdalam ilmu agama. Tak cukup hanya dengan memohon kepada Allah semata untuk bisa terbebas dari setan ini. Umat islam perlu lebih memperdalam lagi ilmu dan wawasan keagamaan. Jangan sampai tertipu dengan penampilan luarnya saja jika ternyata pribadinya sangat jauh dengan akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah sebagai seorang muslim.

2. Setan dari jenis manusia adalah musuh para Nabi. Mereka inilah yang selalu menjadi musuh para Nabi karena selalu menyesatkan manusia lainnya. Jika Nabi saja selalu mewaspadainya, maka sudah seharusnya bagi kita yang labil dalam agama untuk lebih mewaspadai lagi. Kebanyakan setan jenis ini tidak memberikan ajaran yang sesuai dengan yang telah Nabi ajarkan sehingga manusia pun tersesat karenanya.

3. Setiap kata-katanya menakjubkan dan menarik hati. Padahal aslinya, kata-kata tersebut membahayakan dan kotor. Akan tetapi mereka mengemasnya sehingga terlihat suci dan bersih dari hal yang dilarang agama. Akibatnya adalah orang yang sehat akalnya pun mudah tertipu dan menerima apa yang disampaikannya. Tak cukup menjauhi ucapannya, namun sebagai umat islam kita harus benar-benar menjauhi dan meninggalkan mereka secara keseluruhan.

Berdasarkan keterangan diatas, maka sesungguhnya setan berjenis manusia lebih berbahaya dari yang berjenis jin. Jika setan dari bangsa jin hanya membisikkan godaan dalam dada manusia, setan dari bangsa manusia justru akan langsung berkomunikasi dengan kata-kata yang menarik hati dan membuat manusia itu pun terpesona.

Waspadalah. Lihatlah ke sekeliling. Cermatilah orang-orang yang mendukung dakwah dan yang memusuhinya. Ketika ada orang yang terlihat bagus dalam perkara duniawi namun bersikap melawan kebaikan, maka ia bisa jadi termasuk dalam kelompok setan sebagaimana termaktub dalam penjelasan ayat ini.

Sehingga, setan-setan yang memusuhi ajaran para Nabi itu, bisa jadi wajahnya tampan atau cantik, pakaiannya bagus dan rapi, bisa pula digandrungi oleh banyak manusia yang sepemikiran dan setujuan dengannya.

Kami berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan setan yang terkutuk; dari setan dalam bentuk jin maupun manusia. Aamiin.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus