Fitrah yang mengandung implikasi pendidikan mengandung paham nativisme. Maksudnya bahwa manusia mempunyai potensi dasar beragama yang tidak dapat dirubah. Fitrah yang bercorak nativisme ini berkaitan juga dengan factor hereditas (keturunan) yang bersumber dari orang tua, termasuk juga keturunan beragama. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Nuh ayat 26-27
وقال نوح رب لا تذر عليالارض من الكفرينديارا . انك ان تذرهم يضلوا عبادك ولا يلدوا الافاجراكفارا.
Artinya: Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma’siat lagi sangat kafir.
Makin anget aja nih istilah cabe-cabean ama terong-terongan. Nggak sekalian aja tomat-tomatan atau garam-garaman, terasi-terasian plus gula-gulaan supaya bisa jadi sambal. Hehehe.. kalo ngeliat definisinya, sebenarnya fenomena cabe-cabean atau terong-terongan udah ada sejak jaman baheula (jadul). Cuma istilahnya ada yang diperbarui. Di daerah Jawa Tengah sana, konon kabarnya sebelum cabe-cabean udah ngetop kimcil. Nggak jauh bedalah. Atau mungkin sudah di-replace alias diganti kali ya. Tetapi, terlepas dari kontroversi itu, yang jelas fenomena cabe-cabean dan terong-terongan sungguh sudah sangat mengganggu. Khususnya cabe-cabean.
Eh, ini ngobrolin apaan sih? Hah? Kamu ada yang nggak ngeh soal ini? Waduh, kirain udah pada paham semua. Hehehe… itu lho, cabe-cabean adalah istilah untuk anak cewek alay yang sok imut, genit, ganjen dan pecicilan gitu deh. Sering nongkrong di arena balap liar atau kalo naik motor seringnya boncengan bertiga nggak pake helm dengan balutan pakaian yang ketat dan minim. Kesannya para ABG cabe-cabean ini adalah cewek yang murahan dan bahan mainan para cowok iseng. Nah, itu kira-kira pengertiannya. Kalo nggak puas, kamu bisa googling lagi dah di internet. Tetapi setidaknya inilah definisi umumnya. Jauh banget ternyata dengan definisi wanita shalihah ya? Idih, kalo cewek cabe-cabean mah tepatnya digelari gajah alias gadis jahiliyah!
Nah, kalo terong-terongan apa pula itu, bos? Gini, kalo terong-terongan itu buat lawan jenisnya, yakni para cowok alay yang juga berperilaku seperti cewek cabe-cabean. Cuma memang untuk istilah terong-terongan nggak terlalu jadi sorotan. Kalah pamor dengan istilah cabe-cabean. Namun, apapun itu istilahnya, kita menilai berdasarkan fakta di lapangan seperti apa. Jika bertentangan dengan norma masyarakat, apalagi norma agama, ya kudu dibenahi. Jangan dibiarkan atau malah dibuat makin semarak. Nggak lah. Harus ditertibkan dan mereka harus disadarkan, lalu dibina akidahnya agar menjadi wanita shalihah dan lelaki shalih. Ini tanggung jawab kita semua lho. Bukan cuma tanggung orang tua mereka aja. Bagaimana dengan pemerintah, apa perlu dilibatkan? Kalo pemerintah sih emang sudah sewajibnya mengurus rakyat kok. Jadi, peran pemerintah kudu tampak nyata untuk mengatasi fenomena sosial yang buruk ini.
Apa penyebab cewek cabe-cabean?
Sobat kalo ditanya penyebabnya tentu akan banyak pendapat sesuai pengamatan terhadap fakta. Seseorang yang ditanya, jawabannya akan berbeda dengan orang lain yang ditanya untuk masalah yang sama. Maka, kita bisa baca di media cetak atau lihat di televisi banyak pengamat pendidikan, pengamat sosial, pengamat masalah anak, pengamat keluarga dan pengamat lainnya nyaris banyak perbedaannya dalam menyikapi fenomena cabe-cabean dan penyebabnya. Namun demikian, sebagai muslim sebenarnya kita punya standar yang jelas, yakni akidah dan syariat Islam. Sehingga, pengamat dalam bidang-bidang tertentu yang dikuasainya akan selalu menjadikan Islam sebagai standar utama. Sehingga pasti akan ada kesamaannya dalam bersikap dan menjawab penyebab maraknya suatu fenomena, termasuk seputar cabe-cabean. Paham ya?
Nah, saat ini kan kita semua hidup dalam sistem kehidupan yang bukan Islam. Tentu saja masyarakatnya juga bukan masyarakat Islam karena pemikirannya sangat beragam dan jauh dari standar Islam. Mungkin yang menggunakan Islam sebagai rujukan tetap ada, tetapi jumlahnya tak dominan. Bisa jadi malah yang banyak adalah mereka yang menjadikan ideologi selain Islam sebagai pengatur kehidupannya. Akibatnya, pola pikir dan pola sikapnya, meski dia muslim, malah jauh dari Islam karena memilih keyakinan atau ideologi lain selain Islam. Bahaya tuh, Bro en Sis!
Oke, kalo ditelusuri nih, penyebabnya setidaknya ada tiga bagian kalo menurut saya. Oya, ini pun berdasarkan cara Islam memandang lho. Jadi ya saya ngikutin aja menurut Islam. Apa saja tuh?
Pertama, faktor keluarga. Betul, ini memang yang utama dalam pandangan Islam. Dalam keluarga kan terdiri dari ayah, ibu, dan juga anak-anak. Ini keluarga inti ya. Nah, kalo ayah dan ibunya nggak pernah ngajarin anak-anak maka besar kemungkinan anak akan terlantar dalam pemahaman akidahnya, dalam etika pergaulannya dan semua hal yang berkaitan dengan kepribadian mereka. Jelas, dalam hal ini orang tua yang kudu bertanggung jawab.
Riwayat al-Bukhari
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: " مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ، ثُمَّ يَقُولُ: فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاف لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِق ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Artinya : Abdan Menceritkan kepada kami (dengan berkata) Abdullah memberitahukan kepada kami (yang berasal) dari al-Zukhri (yang menyatakan) Abu salamah bin Abd al-Rahman memberitahukan kepadaku bahwa Abu Hurairah, ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda “setiap anak lahir (dalam keadaan) Fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi. sebagimana binatan ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurnah Anggota tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacak (putus telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)kemudian beliau membaca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptkan menurut manusia fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus.
Riwayat Muslim
حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ، عَنْ الزُّبَيْدِيِّ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّه" مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، وَيُنَصِّرَانِهِ، وَيُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ:
Artinya :Hâjib bin al-Walid menceritakan kepada kami (dengan mengatakan) Muhammad bin harb menceritakan kepada kami (yang berasal) dari al-Zubaidi (yang diterima) darfi al-Zuhri (yang mengatakan) Sa'id bin al-Musayyab memberitahukan kepadaku (yang diterima) dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, Rasulullah saw bersabda: "Setiap anak lahir (dalam keadaan) fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi, sebagaimana binatang ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurna anggota tubuhnya). Apakah anda mengetahui di antara binatang itu ada yang cacat/putus (telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)
Hadist yang diriwayatkan oleh at-Tarmizi:
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْقُطَعِيُّ الْبَصْرِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ رَبِيعَةَ الْبُنَانِيُّ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : " كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْمِلَّةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُشَرِّكَانِهِ"
Muhammad bin Yahya al-Qutha’i al-Bashri menceritakan kepada kami (yang mengatakan) ‘Abd al-Aziz bin Rabi’ah al-Bunani menceritakan kepada kami (yang berkata) al-A’masy menceritakan kepada kami (yang bersumber) dari Abu Shalih (yang berasal) dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “ setiap anak dilahirkan di atas al-millah (agama fitrahnya, islam) namun, kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani atau menjadikannya seorang Musyrik.
Hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad Ibn Hanbal:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: " كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَة، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أوَ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ
'Abd al-A'la menceritakan kepada kami (yang berasal) dari Ma'mar (yang bersumber) dari al-Zuhri (yang berasal) dari Sa'id bin al-Musayyab (yang bersumber) dari Abu Hurairah yang berkata, Rasulullah saw bersabda: "Setiap anak lahir (dalam keadaan) fitrah, Kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi, sebagaimana binatang ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurna anggota tubuhnya). Apakah anda mengetahui di antara binatang itu ada yang cacat/putus (telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)?
Dalam hadis shahih riwayat Bukhari ini jelas bahwa orang tua sangat bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anaknya. Oya, fitrah Allah itu maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah Ta’ala mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan (terutama yang pertama berpengaruh adalah orang tuanya). Maka, kalo nanti kamu berkeluarga, kamu kudu ngerti persoalan ini dan kamu kudu meningkatkan keimanan dan tsaqafah Islam. Setelah itu carilah pasangan ketika menikah dengan kriteria yang sesuai tuntunan Islam. Minimal pemahamannya seperti kamu deh (yang udah islami, maksudnya), syukur-syukur bisa lebih baik lagi.
Dalam hal ini adalah orang tua yang musti menggodok kembali kurikulum dalam keluarga tersebut agar berlandaskan nilai agama sebagai pondasi awal kemudian menyusul nilai-nilai lainnya seperti nilai sosial, moral dan budi pekerti. Jangan sampai orang tua kalah dengan anaknya. Lho? Lah kan anak sekarang sudah semakin pintar, bukan berarti orang tuanya …..?
Sebaliknya loh, hanya saja terkadang banyak orang tua yang cenderung tidak mengikuti perkembangan dunia remaja saat ini, padahal amat penting untuk diketahui orang tua karena hal ini dapat membantu orang tua dalam memberikan penjelasan yang lebih rinci dalam memberikan nasihat pada si anak sesuai fakta kekinian hingga memberikan penjelasan yang mampu diterima dan dimengerti dengan baik, tidaklah mudah menasihati anak pada saat ini karena mereka cenderung merasa mereka lebih tahu, lebih paham dan merasa benar karena mereka yang menjalani sedangkan orang tua dianggap tidak tahu apa-apa. Akan tetapi bukan pula orang tua bersikap otoriter, mengawasi gerak-gerik anak setiap detiknya, memaksakan kehendak tidak boleh begini atau tidak boleh begitu, hal tersebut malah akan membuat anak merasa tertekan, merasa diawasi, merasa tidak dipercaya hingga merasa tidak nyaman.
Anak-anak saat ini banyak yang menuntut emansipasi anak-anak? Apa tuh? Itu loh wujud dari pembelaan mereka dalam menentukan kebebasan dalam bergaul maupun mengemukakan pendapat dan keinginan mereka, jika orang tua tidak dapat mengkomunikasikan dengan baik pada si anak mereka akan mencari orang lain yang dapat lebih mengerti dan menerima apa yang diinginkan mereka.
Kemudian selanjutnya faktor media, saat ini media televisi khususnya, banyak mempertontonkan atau bahkan mencontohkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik seperti cara berpakaian atau pun cinta-cintaan yang masih belum pantas untuk dialami oleh anak-anak, bukankah kita juga sudah melihat bukti nyatanya bahwa pernah terjadi di mana sepasang ABG yang bertengkar sampai berbuntut hilangnya nyawa, walaupun mungkin ada faktor lain dari kejadian tersebut, tapi masa sih mereka tidak pernah atau bahkan tidak terpengaruh pada apa yang mereka tonton sebelumnya? Paling tidak saya yakin hal tersebut ikut andil. Kita harus cukup cerdas dalam menyaring acara-acara ataupun channel televisi di rumah, membagi jam yang aman untuk anak-anak khususnya menonton televisi merupakan salah satu langkah yang baik. Dalam pertelevisian Indonesia ada komisi penyiaran yang bertugas membatasi ataupun menyensor adegan-adegan yang tidak pantas dengan memberikan teguran bertahap atau menghentikan suatu program acara akan tetapi rasanya tidak maksimal jika kita hanya mengandalkan itu saja, kita punya hak untuk menuntut atau menghentikan suatu acara atau program yang dianggap meresahkan secara langsung dengan memberikan teguran kepada pihak stasiun TV terkait ataupun dengan memanfaatkan jejaring sosial yang ada, mungkin akan sulit memang bila kita bergerak seorang diri, tapi dengan semakin berkembangnya media yang ada akan dapat membantu kita menggerakkan banyak orang dengan satu kepentingan yang sama.
Tentu bukan hanya media televisi saja yang harus di waspadai, media sosial sekarang ini bisa menjadi ancaman utama bila dalam penggunaannya tidak secara bijak. Orang tua wajib memonitor aktivitas anaknya di jejaring sosial, jadi orang tua pun harus melek internet, rasanya tidak mungkin bila orang tua hanya mengawasi sepenuhnya kegiatan anaknya di depan komputer, hal tersebut tidak akan maksimal bila orang tua tidak ikut ambil bagian dalam aktivitas anaknya di dunia maya. Dan bagi kita yang aktif dalam berbagai media seperti Twitter, Facebook dan lain sebagainya, harus memberikan contoh yang baik kepada followers maupun pertemanan di sosial media secara lebih bijak seperti dengan lebih banyak men-share- informasi-informasi bermanfaat, artikel mendidik ataupun status yang tidak mengandung unsur negatif, jangan segan-segan memblokir atau memberi pengaduan kepada Facebook terkait foto atau pun konten yang dianggap meresahkan.
Kedua, faktor masyarakat. Mengapa kini fenomena cewek cabe-cabean marak atau cowok terong-terongan jadi heboh? Sangat boleh jadi, ada yang salah dengan masyarakat kita. Memang sih nggak bisa menyalahkan seluruh individu dalam masyarakat. Tetapi, saat ini kita hidup bukan pada kondisi ideal sebuah masyarakat islami. Sangat boleh jadi ada individu dan kelompok atau komunitas yang peduli dengan kondisi masyarakat, lalu mereka mengajak masyarakat yang sakit itu untuk sadar dan memulai hidup dengan cara Islam. Tetapi masalahnya, di masyarakat itu bukan hanya orang yang baik, tetapi bejibun juga orang yang jahat. Bisa dibayangin dah, gimana jadinya kalo masyarakat yang jahat justru mendominasi. Jika ini yang terjadi, maka pantas bahwa masyarakat bisa disalahkan dan bertanggung jawab atas kerusakan ini.
Faktor lingkungan dalam masyarakat pun berpengaruh, tempat di mana mereka bermain atau bergaul seperti tempat nongkrong dan lingkungan terdekat lainnya seperti sekolah dan teman-teman bergaulnya.
Dari Abu Musa Asy-Asy’ari, Dia mengatakan bahwa, Rasulullah saw bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Sesungguhnya, perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi akan memberi kamu minyak, atau kamu membelinya, atau kamu mendapati bau yang harum darinya. Sedangkan pandai besi, maka bisa jadi akan membakar bajumu dan bisa pula engkau mendapati darinya bau yang busuk”. (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Seperti itulah pertemanan yang baik dan buruk. Berteman dengan orang baik, diumpamakan berteman dengan penjual minyak wangi jika minyaknya tidak melekat pada kita, baunya pun jadi. Sedangkan berteman dengan orang jahat, laksana berteman dengan tukang pandai besi, jika hitamnya besi (kotorannya) tak melekat, paling tidak asapnya yang bau itu mengenai kita. Walaupun kita tidak Ikut-ikutan berperilaku jahat, paling tidak kita kena pengaruh dari kejahatannya. Seperti itulah berteman dan bergaul, dalam lingkungan manapun kita berada harus menjaga diri. Bagaimana dengan anak-anak yang mungkin belum mendengar hadits tersebut atau belumlah paham? Itulah tugas masing-masing dari kita yang harus saling mengingatkan, mengingatkan kepada yang lebih tua dengan hormat, mengingatkan dari yang lebih muda dengan kasih sayang dan mengingatkan dengan yang mungkin berbeda agama maupun suku dengan kita dengan penuh saling pengertian. Di sini saya pun ingin mengingatkan orang tua dan saya pun yang nantinya akan jadi orang tua untuk senantiasa mengingat pesan dari Rasulullah dalam memilih Pertemanan, bukan hanya pertemanan sesama orang tua, tapi orang tua yang juga harus tahu dengan siapa anaknya berteman.
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan: “Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan seorang teman yang baik dengan penjual minyak kasturi, dan teman yang buruk dengan tukang pandai besi. Dalam hadits ini juga terdapat keutamaan berteman dengan orang-orang shalih, pelaku kebaikan, orang-orang yang memiliki wibawa, akhlak yang mulia, sifat wara’, ilmu serta adab. Sekaligus juga terdapat larangan untuk bergaul dengan para pelaku kejelekan dan kebid’ahan, serta siapa saja yang suka mengghibah (membicarakan kejelekan orang lain tanpa sepengetahuannya), banyak melakukan keburukan, kebatilan, serta sifat-sifat tercela lainnya.” (Syarah Shahih Muslim, Imam an-Nawawi, Dar al-Ma’rifah, Beirut 1429 H, Juz 16 halaman 394).
Ketiga, faktor negara. Nah, ini sebenarnya ujung tombak perubahan ke arah kebaikan ada di tangan para pemimpin dan penyelenggara negara, Bro ... Gimana pun juga, ketika individu (termasuk dalam hal ini keluarga) dan masyarakat kehilangan energi untuk melakukan perubahan, maka negara wajib menjadi pihak yang paling bertanggung-jawab atas semuanya, yakni dengan menerapkan aturan dan sanksi. Silakan dilihat aja sekarang, kalo fenomena cewek cabe-cabean dan cowok terong-terongan ini justru luput dari perhatian pemerintah—atau bahkan mereka membiarkan semua itu terjadi tanpa penyelesaian, maka bisa dipastikan bahwa negara telah abai dan gagal mengurus rakyatnya.
Mas Bro Mbak Bro rahimakumullah,Jika melihat fenomena cewek cabe-cabean saat ini, sangat mungkin penyumbang kemunculan dan keberadaan mereka disebabkan lalainya orang tua dalam mendidik, Cuek alias nggak mau pedulinya masyarakat terhadap kasus tersebut, dan juga abainya negara dalam melayani rakyat karena tak membuat aturan dan sanksi bagi para pelaku cewek cabe-cabean dan ragam pelanggaran serta kemaksiatan lainnya. Namun, jika dirunut penyebab utama atau akar masalah, tentunya adalah penerapan aturan selain Islam oleh negara. Sehingga membuat kerusakan bukan hanya pada segelintir orang, tetapi juga menyebar rata ke hampir semua orang di negeri ini. Waduh, menyedihkan banget tuh! Semoga kamu paham penjelasan ini ya.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Hud
Terima kasih infonya gan.
BalasHapusLumayan buat nambah elmu.
Gema Parfum
Parfum pria terfavorit.
----------
KUMPULAN SITUS SEPUTAR FILM BIOSKOP DAN LIVE STREAMING BOLA YANG TERUPDATE SETIAP HARI NYA :
BalasHapushttp://layarkaca21indo.com/ >>> situs kumpulan film bioskop terbaru dan terupdate Setiap Hari Nya
http://dramasemi.com/ >>> Situs Perkumpulan Film Biskop Drama Semi Terupdate Setiap Hari Nya Dan Yang Bakal Membuat Anda Semakin Berimajinasi Saat Menonton nya ^_^
http://lihatbola.com/ >>> situs LIVE STREAMING bola online HD , TV streaming , dan lain lain tanpa lemot dan tanpa jedah