Selasa, 02 Agustus 2016

Peran Para Kyai Pesantren Cidahu Cadasari Banten

Pesantren is a typical Indonesian cultural heritage.

Pesantren is also the oldest educational institutions in Indonesia and has played a significant role contributing to the development of the Indonesian nation building.

Various roles in society, in the field of education, economic, social, religious or political have been played by the alumni of the pesantren.

Currently the role of pesantren itself is being challenged by modernization that allows it to adjust with socio economics realities.

In order to survive the pesantren as a traditional education in Indonesia has to change or transform into modern institution.

In fact, it is the traditional pesantren that still resists change and preserve its identity in terms of authority and student-teacher relationship.

This article to analysis the efforts of a traditional pesantren in Banten, called Pesantren Cidahu in preserving its identity and struggles to !eep its authority in the modern society.

By keeping its modest practices, Pesantren Cidahu is able to maintain its strong influence toward its students and society.

Introduction

Pesantren Cidahu is located in the village of Cidahu Cadasari the district of Pandeglang, in the province of "anten.

Geographically Pandeglang is a rural area where people mostly wore as farmers and some of them are traders and laborers in major cities such as Jakarta and Bandung.

Compared with other regions in Indonesia Pandeglang is an underdeveloped region with a slow economic growth and leave many people living below the poverty line.

The name of Cidahu is attached to pesantren in order to enable people to recognize the institution and also shows the pesantren is already well known in the region.

Many pesantrens in Indonesia use the name of village or region as their names, among others are Pesantren Cipasung Tasikmalaya West Java, Pesantren Buntet Cirebon West Java, and Pesantren Sidogiri East Java.

Most of these pesantren are categorized as traditional pesantrens. People in the regions where the pesantrens located prefer to call pesantrens by the name of village or region show the level of influence of the figure of !yais in such areas.

As a result it is quite famous for kyai called by the name of village or region, such as kyai Cidahu who is most well-known in Banten.

The position of kyai is very special because usually the students follow what kyai orders and suggests.

kyai is a person who is able to dominate the truth of religion the authority that is always followed by the attitude of obedience, even uncritically and understood as dogmatically religious teachings. The charismatic kyai can easily order his followers to do something while his followers always obey whatever he wants.

Authority in this article emphasizes on religious authority that includes the influence of kyai, competence and obedience.

Why is it important to study the authority of !yai in the pesantren

How does Pesantren Cidahu maintain its authority in the midst of the wave of globalization and modernization

This paper will analyze three interrelated aspects that influence the development of authority in the pesantren that are kyai, pondok (dormitory) and curriculum.

Sejarah profil biodata ponpes Pondok Pesantren Cidahu Cadasari Pandeglang Banten Indonesia dan profil pendirinya KH Muhammad Dimyati atau Abuya Dimyati yang bernama lengkap Muhammad Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin. 

SEJARAH PONDOK PESANTREN CIDAHU BANTEN

Pondok pesantren Abuya Dimyathi (alm) Kampung Cidahu Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang - Banten sekarang di teruskan oleh anaknya Abuya Muhtadi Dimyati. Buya Dimyati merintis pesantren di desa Cidahu Pandeglang sekitar tahun 1965 beliau banyak melahirkan ulama-ulama ternama seperti Habib Hasan bin Ja'far Assegaf yang sekarang memimpin Majlis Nurul Musthofa di Jakarta dan masih banyak lagi murid-murid beliau yang mendirikan pesantren.
PROFIL ABUYA DIMYATI

Pondoknya di Cidahu, Pandeglang, Banten tidak pernah sepi dari para tamu maupun pencari ilmu. Bahkan menjadi tempat rujukan santri, pejabat hingga kiai. Abuya Dimyati dikenal sosok ulama yang mumpuni. Bukan saja mengajarkan ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf. Abuya dikenalsebagai penganut tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah.

KH Muhammad Dimyati atau dikenal dengan Abuya Dimyati adalah sosok yang kharismatis. Beliau dikenal sebagai pengamal tarekat Syadziliyah dan melahirkan banyak santri berkelas. Mbah Dim begitu orang memangilnya. Nama lengkapnya

Muhammad Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin. Dikenal sebagai ulama yang sangat kharismatik. Muridnya ribuan dan tersebar hingga mancanegara.
Abuya dimyati orang Jakarta biasa menyapa, dikenal sebagai sosok yang sederhana dan tidak kenal menyerah. Hampir seluruh kehidupannya didedikasikan untuk ilmu dan dakwah.

Menelusuri kehidupan ulama Banten ini seperti melihat warna-warni dunia sufistik. Perjalanan spiritualnya dengan beberapa guru sufi seperti Kiai Dalhar Watucongol.Perjuangannya yang patut diteladani. Bagi masyarakat Pandeglang Provinsi Banten Mbah Dim sosok sesepuh yang sulit tergantikan. Lahir sekitar tahun 1925 dikenal pribadi bersahaja dan penganut tarekat yang disegani.

Abuya Dimyati juga kesohor sebagai guru pesantren dan penganjur ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah. Pondoknya di Cidahu, Pandeglang, Banten tidak pernah sepi dari para tamu maupun pencari ilmu. Bahkan menjadi tempat rujukan santri, pejabat hingga kiai. Semasa hidupnya, Abuya Dimyati dikenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai. Masyarakat Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah Banten. Abuya Dimyati dikenal sosok ulama yang mumpuni. Bukan saja mengajarkan ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf. Abuya dikenalsebagai penganut tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah.

Tidak salah kalau sampai sekarang telah mempunyai ribuan murid. Mereka tersebar di seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri. Sewaktu masih hidup , pesantrennya tidak pernah sepi dari kegiatan mengaji. Bahkan Mbah Dim mempunyai majelis khusus yang namanya Majelis Seng. Hal ini diambil Dijuluki seperti ini karena tiap dinding dari tempat pengajian sebagian besar terbuat dari seng. Di tempat ini pula Abuya Dimyati menerima tamu-tamu penting seperti pejabat pemerintah maupun para petinggi negeri. Majelis Seng inilah yang kemudian dipakainya untuk pengajian sehari-hari semenjak kebakaran hingga sampai wafatnya.

Lahir dari pasangan H.Amin dan Hj. Ruqayah sejak kecil memang sudah menampakan kecerdasannya dan keshalihannya. Beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren seperti Pesantren Cadasari, Kadupeseng Pandeglang. Kemudian ke pesantren di Plamunan hingga Pleret Cirebon.

Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih banyak lagi. Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantani. Kata Abuya, para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat.

Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri besok akan datang ‘kitab banyak’. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan mengorek kitab-kitab. Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan ‘Mbah Dim Banten’. Karena, kewira’i annya di setiap pesantren yang disinggahinya selalu ada peningkatan santri mengaji.

:: KAROMAH
Mahasuci Allah yang tidak membuat penanda atas wali-Nya kecuali dengan penanda atas diri-Nya. Dan Dia tidak mempertemukan dengan mereka kecuali orang yang Dia kehendaki untuk sampai kepada-Nya. (al Hikam)

Wallahu a’lam. Ada banyak cerita tak masuk akal dalam buku ini, namun kadar ”gula-gula” tidaklah terasa sebab penitikberatan segala kisah perjuangan Abuya lebih diambil dari orang-orang yang menjadi saksi hidupnya (kebanyakan dari mereka masih hidup) dan dituturkan apa adanya. Abuya memang sudah masyhur wira’i dan topo dunyo semenjak masih mondok diusia muda. Di waktu mondok, Abuya sudah terbiasa tirakat, tidak pernah terlihat tidur dan istimewanya adalah menu makan Abuya yang hanya sekedar. Beliau selalu menghabiskan waktu untuk menimba ilmu, baik dengan mengaji, mengajar atau mutola’ah. Sampai sudah menetap pun Abuya masih menjalankan keistiqamahannya itu dan tidak dikurangi bahkan ditambah.

Di tahun 1999 M, dunia dibuat geger, seorang kiai membacakan kitab tafsir Ibnu Jarir yang tebalnya 30 jilid. Banyak yang tidak percaya si pengajar dapat merampungkannya, tapi berkat ketelatenan Abuya pengajian itu dapat khatam tahun 2003 M. Beliau membacakan tafsir Ibnu Jarir itu setelah Khatam 4 kali khatam membacakan Tafsir Ibnu katsir (4 jilid).

Salah satu cerita karomah yang diceritakan Gus Munir lagi adalah, di mana ada seorang kyai dari Jawa yang pergi ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani di Irak. Ketika itu, kyai tersebut merasa sangat bangga kerana banyak kyai di Indonesia paling jauh mereka ziarah adalah maqam Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dia dapat menziarahi sampai ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. ketika sampai di maqam tersebut, maka penjaga maqam bertanya padanya, “darimana kamu (Bahasa Arab)”. si Kyai menjawab, dari Indonesia. maka penjaganya langsung bilang, oh di sini ada setiap malam Juma’at seorang ulama Indonesia yang kalau datang ziarah dan duduk saja depan maqam, maka segenap penziarah akan diam dan menghormati beliau, sehinggalah beliau mula membaca al-Qur’an, maka penziarah lain akan meneruskan bacaan mereka sendiri2. Maka Kyai tadi kaget, dan berniat untuk menunggu sampai malam jumaat agar tahu siapa sebenarnya ulama tersebut. Ternyata pada hari yang ditunggu-tunggu, ulama tersebut adalah Abuya Dimyati. Maka kyai tersebut terus kagum, dan ketika pulang ke Jawa, dia menceritakan bagaimana beliau bertemu Abuya Dimyati di maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani ketika itu Abuya masih di pondok dan mengaji dengan santri-santrinya.

Cerita-cerita lain tentang karomah Abuya, dituturkan dan membuat kita berdecak kagum. Subhanallah! Misal seperti; masa perjuangan kemerdekaan dimana Abuya di garis terdepan menentang penjajahan; kisah kereta api yang tiba-tiba berhenti sewaktu akan menabak Abuya di Surabaya; kisah angin mamiri diutus membawa surat ke KH Rukyat. Ada lagi kisah Abuya bisa membaca pikiran orang; kisah nyata beberapa orang yang melihat dan bahkan berbincang dengan Abuya di Makkah padahal Abuya telah meninggal dunia. Bahkan kisah dari timur tengah yang mengatakan bahwa Abuya tiap malam jumat ziarah di makam Syech Abdul Qodir al Jailani dan hal-hal lain yang tidak masuk akal tapi benar terjadinya dan ada (berikut saksi-saksi hidupnya).

Buya Dimyati merintis pesantren di desa Cidahu Pandeglang sekitar tahun 1965 beliau banyak melahirkan ulama-ulama ternama seperti Habib Hasan bin ja”far assegaf yang sekarang memimpin Majlis Nurul Musthofa di Jakarta dan masih banyaklagi murid-murid beliau yang mendirikan pesantren

Tanggal 3 october 2003 tepat hari jum’at dini hari Kh.Muhammad Dimyati dipanggil oleh Alloh SWt keharibaannya.Banten telah kehilangan sosok ulama yang karismatik dan tawadhu’yang menjadi tumpuan berbagai kalangan masyarakat untuk dimintai nasihatnya bukan hanya dari masyarakat Banten saja tapi juga umat islam pada umumnya.Beliau di maqomkan tak jauh dari rumahnya di Cidahu Pandeglang hingga kini maqom tersebut selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah di tanah air.

Atas meninggalnya ulama krismatik di Desa Cidahu, Cadasari, Pandeglang-Banten, KH Abuya Muhammad Dimyati, hari Jum’at (3/10) umat Islam sangat kehilangan. Ulama besar yang jadi tumpuan berbagai kalangan masyarakat untuk dimintai nasihatnya bukan saja masyarakat Banten yang kehilangan, namun umat Islam umumnya.‎

Keturunan

KH Abuya Muhammad Dimyathi, meninggalkan tiga istri yaitu Hj Dalilah, Hj Asmah dan Hj Afifah. Dari Hj Dalilah dikarunia dua putra, yang pertama:

H Qoiyimah dan
H Amustabah, 

sedangkan dari istri Hj Asmah dikarunia enam anak, yakni:

HA Muhtadi,
HM Murtadlo,
H Abdul Azis,
HA Muntaqo,
Hj Musfiroh,
Muqotil, 

sementara dari HJ Afifah tidak dikarunia anak. 
PROFIL ABUYA MUHTADI DIMYATI‎

Abuya Muhtadi adalah seorang ulama ahlussunnah kharismatik di Pandeglang dan mempunyai banyak murid di wilayah Banten. Ayahanda beliau KH. Abuya Muhammad Dimyati adalah pendiri Ponpes Cidahu yang dirintis tahun 1965. Sejak 2003 sampai sekarang Abuya Muhtadi menggantikan ayahnya memimpin Ponpes Cidahu.

Dari pesantren ini melahirkan banyak ulama ahlussunnah seperti Al Habib Hasan bin Ja'far Assegaf pemimpin Majelis Nurul Musthofa Jakarta.


PENGASUH PONPES CIDAHU

1. KH. Muhammad Dimyati atau Abuya Dimyati (pendiri dan pengasuh): 1965 - 2003
2. KH. Muhtadi Dimyati tahun 2003 sampai sekarang


FATWA KYAI MUHTADI: HARAM BERGABUNG DENGAN HTI (HIZBUT TAHRIR)

Salah satu ulama ahlussunnah wal jama'ah asal Banten yang juga Rois 'Am Majelis Muzakaroh Muhtadi Cidahu Banten (M3CB) KH. Abuya Muhtadi Dimyathi al-Bantani menyatakan cita-cita Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) untuk menghilangkan Pancasila sebagai dasar negara merupakan salah satu bentuk pemberontakan.

Pengasuh Pondok Pesantren Cidahu Cadasari Pandeglang Banten ini memberikan pernyataan secara tertulis dalam surat pernyataan tertanggal 21 Agustus 2013. Surat pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh beberapa murid Abuya Muhtadi ke kantor redaksi NU Online Jakarta pada Selasa (3/9/2013) kemarin. Sebelumnya surat pernyataan itu juga sudah dikirimkan ke PBNU.

Dalam surat yang ditanda tangani sendiri oleh Abuya Muhtadi itu, beliau menyatakan HTI adalah ormas Islam dari luar negeri yang datang ke Indonesia dan ingin menghilangkan Pancasila sebagai dasar negara. Perbuatan tersebut adalah salah satu macam dari pemberontakan, padahal memberontak negara itu dosa besar, maka dari itu HTI harom hukumnya dalam berbagai keadaan. Demikianlah bunyi dalam surat pernyataan Abuya Muhtadi.‎

1 komentar: