Nama Pesantren Cikanyere diambil dari nama blok"Cikanyere" daerah Dusun Cigoong RT 01/RW 01 Desa Sirnabaya, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis.
Pada tahun 1976 nama itu diganti dengan nama "Hidayatul Mubtadiin". Namun karena masyarakat dan alumni sudah terbiasa menyebutnya Cikanyere, akhirnya kembali ke nama asal yakni Pesantren Cikanyere sampai saat ini.
Kenapa mayoritas orang menyebutnya Pesantren Cikanyere adalah pesantren tertua di Ciamis? Berikut Kronologi dan sejarah singkatnya.
Pesantren Cikanyere didirikan pada tahun 1856 oleh KH Nuruzzein, ia memimpin Pesantren ini sampai tahun 1911. Pada waktu itu baru tersedia Majelis Ta'linij Langgar (tempat pemondokan sederhana) dan Pondok putera dengan pengajian kitab kuningnya.
Pada tahun 1911 KH. Nuruzzein wafat, maka pimpinan pesantren diganti dengan seorang ulama harismatik bernama K. Nurulhasan. Beliau memimpin pesantren ini sejak tahun 1911 sampai 1917.
K. Nurulhasan wafat tahun 1917, Pimpinan diganti oleh KH. Sulaiman Jamal.
Pada masa kemimpinan KH. Sulaiman Jamal, Pesantren sempat hijrah ke lereng Padaroke Desa Tigaherang selama 7 bulan karena komplek Pesantren dikuasai Belanda, rumah Kiai dijadikan markas, asrama putera habis dibakar.
Pada tahun dan tempat yang sama Pesantren dibangun kembali di atas puing-puing pembakaran dengan kapasitas bangunan lebih tinggi daripada bangunan sebelumnya, dengan bantuan masyarakat sekitar.
KH. Sulaiman Jamal kembali ke Rahmatulloh pada tahun 1449, maka Pesantren dilanjutkan oleh mantunya, yakni KH Ahmad Jalalussayuthi bin KH Kosasih Pasirkadu Baregbeg Ciamis yang sering berjuang dengan KH Zenal Mustofa, pejuang dari Tasikmalaya. Pada masa kepemimpinan beliau, selain memakai program pelajaran lama, juga ditambah dengan program Madrasah Diniyah, membangun asrama puteri dan menyelenggarakan bulanan alumni. Hal lain yang juga dilakukan beliau adalah mulai banyak berhubungan dengan pihak birokrasi.
KH Ahmad Jalalussayuthi wafat pada tahun 1982, maka pesantren dipimpin oleh kiai muda K.H. A. Ahmad Hidajat sampai sekarang.
K.H. A. Ahmad Hidajat didampingi oleh empat orang kakak beradik dan para mantunya, sehingga santri yang berjumlah 345 orang itu bisa dibimbing dan dibina secara klasikal dan kejuruan.
Jenjang yang diampu saat ini adalah PSTK (Pendidikan Santri Tingkat Kanak-kanak (TK, TPA, TAAM dan DTA), PSTD (Pendidikan Santri Tingkat Dasar/Wustho), PSTA (Pendidikan Santri Tingkat Atas/ 'Ulya) dan PSTT (Pendidikan Santri Tingkat Takhoshus).
“Cikanyere boga harepan, beber layar narik jangkar geusan janglar di pajengkaran (sagara kahirupan). Sayaga make duduga katut prayoga, mawa ummat sangkan salamet parat natrat nepi ka aherat,” demikian pernah diucapkan K.H. A. Ahmad Hidajat dalam sebuah acara di pesantren yang dipimpinnya.
Pesantren Cikanyere hingga saat ini berdiri megah, menjalankan misinya, membina kader-kader khalifahfil-ardl (mandataris kepengelolaan petala bumi) yang mengerti dan mampu memberi indzar (mengingatkan) masyarakatnya sesuai karekteristiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar