Sabtu, 06 Agustus 2016

Sejarah Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik

Pondok Pesantren Qomaruddin terletak di Dusun Sampurnan, Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur, lebih kurang 17 km dari pusat kota Gresik menuju ke utara, atau tepatnya 200 meter sebelah barat Kantor Kecamatan Bungah. Wilayah Kecamatan Bungah merupakan daerah konsentrasi pondok pesantren dan pendidikan umum di wilayah kabupaten Gresik belahan utara.

Di Desa Bungah, selain pondok pesantren Qomaruddin, terdapat pula pondok pesantren-pondok pesantren lain. Di antaranya ialah pondok pesantren Al-Islah, Asrama Pesantren Ta’limul Qur’an, Pondok Pesantren An-Nafi’iyah dan Pondok Pesantren Baiturrahman. Keempat pesantren tersebut masih dalam satu jalinan keluarga dengan Pondok Pesantren Qomaruddin, yang berdiri sendiri-sendiri secara otonom, baik dalam pengelolaan ke dalam maupun urusan ke luar. Selain itu, sebagian besar santri-santri keempat pondok pesantren tersebut mengikuti kegiatan pendidikan di Pondok Pesantren Qomaruddin, khususnya pada pendidikan formal.
Kata ‘pondok pesantren’ ,sesuai dengan apa yang didhawuhkan oleh K.H. Abdur Rahman Ad-Dakhil, adalah tempat orang-orang memperdalam ilmu agama islam. Sedikit membuka sejarah, pada saat hindhu-budha menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia, islam secara diam-diam masuk melalui jalur perdagangan. Singkat cerita, ternyata banyak kaum sudra yang tertarik untuk masuk agama baru ini. Alasan terbesar yang dilontarkan oleh kaum sudra tersebut adalah karena islam tidak membedakan derajat manusia. Teori yang menyatakan bahwa semua manusia sama, tidak ada hak untuk menindas yang lemah, semuanya dilindungi, yang jika diteliti maka diketahui bahwa pendekatan yang digunakan oleh muballigh islam pada masa tersebut adalah pendekatan tashawuf. Pendekatan yang selanjutnya diteruskan oleh ulama’ NU, sehingga bisa mempunyai pengikut sebanyak 70 juta jiwa. Selanjutnya, kaum sudra tersebut memberikan rumah bagi muballigh-muballigh tersebut untuk mengajarkan lebih banyak tentang agama islam kepada kaum sudra tersebut. Rumah tersebut yang selanjutnya disebut sebagai pesantren. Dalam beberapa pendapat dikatakan bahwa pesantren berasal dari katape-santri-an yang jika dialih bahasakan menjadi bahasa Indonesia berarti tempat nyantri atau memperdalam agama islam.
      
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil suatu benang merah bahwa pondok pesantren mempunyai dua cara pengajaran, yakni ta’lim dan tarbiyah. Hanya saja tarbiyah mendapatkan tempat yang lebih tinggi daripada ta’lim. Karena memang tarbiyah inilah nyang lebih cenderung kepada ajaran tashawuf yang digunakan oleh muballigh islam dalam menyebarkan agama haq tersebut.
     
Peryataan tentang ciri pondok pesantren dilihat dari sejarahnya itu juga dipraktekkan oleh Pondok Pesantren QOMARUDDIN. Sebagai pondok pesantren tertua di Kabupaten Gresik, para pengasuh PONDOK QOMARUDDIN benar-benar menjaga moralitas pondok pesantren dengan meng-istiqomah-kan teori tersebut. Dapat dibaca dalam buku SEJARAH DUA ABAD PONDOK PESANTREN QOMARUDDINbahwa para kyai lebih mengedepankan uswah hasanah, contoh yang baik, bagi para santrinya daripada mengajar mereka banyak ilmu. Salah satu alas an paling mungkin adlah karena kemungkinan kemauan santri untuk mempraktikkan apa yang diajarkan oleh sang kyai sangat minim jika tidak lebih dahulu dicontohkan oleh beliau.
    
Dengan metode tersebut ternyata memang santri bisa meniru apa saja tindak tanduk beliau. Banyak sekali santri yang sukses, baik sebelum ataupun setelahboyong (tidak lagi menetap di pondok). Kesuksesan sesudah boyong sudah maklum diketahui. Bahwa banyak santri jebolan PONDOK QOMARUDDIN yang menduduki jabatan strategis dalam berbagai organisasi, baik formal ataupun nonformal, baik besar ataupun kecil. Sebagian dari mereka juga mencapai kesuksesan sebelum boyong.Kesuksesan selama menjadi santri di pondok adalah dengan diangkatnya mereka sebagai pengurus oleh Romo Yai. Dengan tanggung jawab lebih sebagai pengurus mereka menjadi kyai kecil (mengambil istilah M. Faishol Amin) bagi santri-santri lainnya. Artinya dia adalah uswatun hasanah ke sekian setelah kyai bagi santri-santri junior atau sebayanya yang tidak menjadi pengurus. Dengan pernyataan ini, maka dapat disimpulkan bahwa semua peraturan yang dibuat oleh jajaran pengurus tidak ada yang dilanggar oleh jajaran pengurus. Dalam hal keilmuan memang pengurus tidak diharuskan melebihi santri-santri lain. Namun dalam hal menaati peraturan pengurus PONDOK QOMARUDDIN bisa dikatakan pasti melebihi santri lain.
    
Selain ciri tersebut, yakni meniru apa yang dilakukan oleh romo yai, santri PONDOK QOMARUDDIN juga mempunyai ciri tersendiri yang dicetuskan oleh salah satu pemangku PONDOK QOMARUDDIN, yakni K.H. M. SHOLIH. Dalam salah satu kesempatan beliau menyatakan bahwa ‘santriku iku pokoke gak copot kopyah ambek gak ninggal jamaah, ilmune melbu melbu dhewe’. 

Sejarah Awal Berdirinya Pesantren 

Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah didirikan oleh Kiai Qomaruddin. Bagaimana dan mengapa K. Qomaruddin mendirikan Pondok Pesantren di Sampurnan Bungah?. Pada awalnya beliau mendirikan pesantren di Desa Kanugrahan (dekat Pringgoboyo), Kecamatan Meduran, Kabupaten Lamongan. Pesantren yang didirikan itu diberi nama Pesantren Kanugrahan. Tahun berdirinya pesantren itu ditandai dengan candra sengkala “Rupo Sariro Wernaning Jilma” (1681 S/1753 M). Dalam waktu singkat, Pesantren Kanugrahan sudah dikenal di daerah sekitarnya. Jumlah santrinya mencapai sekitar 300 orang (jumlah yang sangat besar ukuran waktu itu).
Beberapa tahun kemudian, Kiai Qomaruddin ingin pergi ke Gresik. Tujuannya ialah untuk menemui santrinya (Tirtorejo, keturunan Kanjeng Sunan Giri) yang kala itu telah menduduki jabatan sebagai tumenggung di Gresik.

Dalam perjalanannya menuju Gresik, tempat pertama yang disinggahi adalah DesaMorobakung, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Di desa ini beliau mendirikan rumah dansurau untuk tempat mengajarkan ilmu agama. Tidak diketahui dengan pasti, berapa tahun Kiai Qomaruddin bermukim di Desa Morobakung itu. Hanya diceritakan bahwa ada 3 keluarganya yang meninggal dunia dan dimakamkan di desa itu. Di antaranya adalah ibu mertua, putrinya (yang dikenal dengan sebutan Mbok Dawud), dan cucu putri menantunya. Makam itu terletak berderet, sehingga sampai sekarang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan makam jejer telu (makam yang berjajar tiga).

Di samping itu, oleh masyarakat setempat nama desa Morobakung diduga berasal dari kata morodan bakung. Moro artinya datang, sedangkanbakung adalah singkatan dari kata embah kakung yang maksudnya seorang sesepuh laki-laki. Embah kakung yang dimaksud tidak lain ialah Kiai Qomaruddin. Jadi kedatangan Kiai Qomaruddin ke desa tersebut diterima sebagaidatangnya seorang sesepuh (moro-ne embah-kakung) yang sangat diharapkan dan dicintai oleh masyarakat. Sebutan itu terabadikan menjadi nama sebuah desa hingga sekarang.

Tak lama kemudian Kiai Qomaruddin meninggalkan Desa Morobakung. Beliau pindah menyeberang Bengawan Solo ke arah utara yaitu tepatnya di Desa Wantilan, tak jauh dari Desa Morobakung. Kepergiannya ini semata-mata ingin mencari lokasi yang dianggap sebagai tempat yang cocok untuk mendirikan sebuah pesantren seperti yang diharapkannya.

Ada lima kriteria yang diidealkan oleh Kiai Qomaruddin untuk lokasi pesantren, yaitu; (1) dekat dengan pemerintahan (untuk memudahkan hubungan dengan pusat kekuasaan), (2) dekat dengan jalan raya (untuk memudahkan transportasi), (3) dekat dengan pasar (untuk memenuhi kebutuhan pokok), (4) dekat dengan hutan (untuk memudahkan mencari kayu bakar dan kebutuhan pokok lainnya), dan (5) air yang mencukupi kebutuhan keluarga dan santri.

Pertimbangan “material” tersebut kemudian dipadu dengan hasil istikharah. Hasilnya menunjukkan bahwa beliau harus mengembara lagi untuk yang kesekian kalinya dalam rangka menentukan tempat pondok pesantren yang tepat. Sampailah Kiai Qomaruddin di suatu tempat yang terletak antara Masjid Kiai Gede Bungah dengan Kantor Distrik Kecamatan Bungah. Rupanya, di tempat itu Kiai Qomaruddin mendapatkan firasat yang baik sesuai dengan cita-citanya. Akhirnya di tempat itu pulalah beliau mendirikan pondok pesantren, tepatnya pada 1775 M/1188 H. Kanjeng Tumenggung Tirtorejo (K. Yudonegoro) memberi nama bagi pesantren yang baru didirikan Kiai Qomaruddin itu dengan nama Pesantren Sampurnan. Mbah K.H. Zubair Abdul Karim (sesepuh Pondok Pesantren Sampurnan) menyebutkan bahwa pemberian nama ini merupakan isyarat dan harapan agar Kiai Qomaruddin dan anak cucunya tetap menetap di Sampurnan, sebab dukuh Sampurnan merupakan tempat yang baik, utamanya bagi berdiri dan berkembangnya sebuah pondok pesantren. Mbah Zubair menambahkan bahwa kata Sampurnan merupakan akronim (kependekan) dari kata sampurno temenan(benar-benar tampat yang sempurna).

Pada tahun 60-an atas inisiatif Kiai Hamim Shalih (putra Kiai Sholih Musthofa), pesantren ini diberi nama Darul Fiqih. Menurutnya, nama ini cocok untuk digunakan karena beberapa pertimbangan, antara lain; (1) kitab yang banyak menjadi rujukan pengajaran, terutama sejak kepemimpinan Kiai Moh. Sholih Tsani adalah kitab-kitab fiqih, (2) harapan agar pesantren ini dapat mencetak kader-kader ahli fiqih yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmunya di masyarakat (3), pesantren ini menjadi rujukan penetapan hukum bagi masyarakat sekitarnya. Akan tetapi sejak pertengahan tahun 70-an, pesantren ini diubah namanya menjadiPondok Pesantren Qomaruddin. Nama itudinisbatkan kepada pendirinya, yaitu Kiai Qomaruddin sekaligus dalam rangka tabarruk(mengharapkan limpahan kebaikan) kepada pendirinya. Sampai sekarang nama Pondok Pesantren Qomaruddin inilah yang secara resmi atau secara formal administratif dipergunakan, baik untuk keperluan internal (ke dalam) maupun eksternal (ke luar). Di katakan secara resmi atau secara formal administratif, karena sejak 1972, telah dibadan hukumkan secara resmi dalam bentuk yayasan, dengan nama “Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin”.

Pondok Qomaruddin bisa dikatakan sudah sangat lama berdiri tepatnya pada tahun 1775 atau sekitar dua abad lebih lamanya dalam perkembangannya selalu dipimpin langsung oleh keturunan Kyai Qomaruddin selaku pendiri pondok. Hingga sekarang diteruskan oleh KH Iklil yang mulai memangku pondok sejak 2013 yang lalu. tentunya melalui mekanisme musyawarah dengan menggunakan kriteria pertimbangan antara lain memiliki hubungan kekerabatan, kemampuan membaca kitab, penguasaan terhadap ilmu agama, pengabdian di pesantren, dan dikenal oleh masyarakat luas. 

Pondok yang sudah menampung 7000 santri ini bisa kita kunjungi tepatnya berada di Dusun Sampurnan, Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. Dari pusat kota Gresik lebih kurang 17 km menuju ke utara. Tepatnya, 200 m sebelah barat Kantor Kecamatan Bungah Gresik. Wilayah Kecamatan Bungah merupakan daerah konsentrasi pondok pesantren dan pendidikan umum di wilayah kabupaten Gresik belahan utara.

Dalam usianya yang telah mencapai dua abad lebih, secara berturut-turut pesantren Qomaruddi dipimpin oleh dzurriyat (keturunan) kiai Qomaruddin yang ditetapkan melalui musyawarah keluarga. Dalam tradisi pesantren Qomaruddin, suksesi kepemimpinan dilakukan pada saat pemangku pulang kerahmatullah (meninggal dunia). Sebelum dilakukan sholat jenazah dan pemakaman, para sesepuh pesantren yang terdiri atas dzurriyat (keturunan) kiai Qomaruddin bermusyawarah untuk menentukan yang berhak menjadi pemangku (pemimpin) berikutnya. Di antara kreteria utama yang menjadi pertimbangan adalah, pertama, hubungan kekerabatan. Kedua, kemampuan membaca kitab. Ketiga, penguasaan terhadap ilmu agama. Keempat, pengabdian di pesantren. Kelima, dikenal oleh masyarakat luas. 

Sampai saat ini pemangku (kepemimpinan) di Pondok Pesantren Qomaruddin sudah mengalami pergantian sebanyak tujuh kali (tujuh generasi). Para pemangku yang dimaksud ialah:

Kiai Qomaruddin, pendiri Pondok Pesantren Qomaruddin (1775-1783 M). 
Kiai Harun (Kiai Shalih Awwal) memangku tahun 1801-1838 M/ 1215-1254 H. 
Kiai Basyir, memangku tahun 1838-1862 M/1254-1279 H. 
Kiai Nawawi (Kiai Shalih Tsani) memangku tahun 1862-1902 M/ 1279-1320 H. 
Kiai Ismail, memangku tahun 1902-1948 M/1320-1368 H. 
Kiai Shalih Musthofa memangku tahun 1948-1982 M/1368-1402 H. 
Kiai Ahmad Muhammad al-Hammad, memangku tahun 1982 M-2013 M/ 1402 H-1435H. 
Kiai Moh. Iklil, memangku mulai tahun 2013M. 
Setelah melihat profil diatas dan menanyakan langsung kepada Kiai Iklil memang benar Pondok Qomaruddin sudah ada sejak 1775, walaupun secara fisik bangunan hampir semua sudah direnovasi, setidaknya ada semangat perjuangan yang dulu pernah ada disini, menurut KH Iklil keturunan ketiga Kiai Basyir masih ada hubunganya dengan Pangeran Diponegoro 

Salah satu tanda pondok pesantren memiliki hubungan dengan Pangeran Diponegoro yaitu adanya pohon Sawo "dulu didepan banyak pohon sawo" ujar Kiai ketika ditanya mengenai sejarah Pangeran Diponegoro di sela sela perbincangan.

Di masa kepemimpinan Kiai Ahmad Muhammad al-Hammad (1982 – 2013), perkembangan pendidikan semakin maju. Terbukti, animo masyarakat terhadap TPP Qomaruddin semakin besar. Karena itu, untuk memenuhi keinginan mereka, pada tahun 1987 dibuka perguruan tinggi bernama Universitas Qomaruddin (Unmar) program strata 1 (S1), dan insya Allah pada tahun ini (tahun akademik: 2002 – 2003) akan dibuka program strata 2 (S2) dengan kosentrasi Manajemen Pendidikan. Dalam mengembangkan di lingkungan Pondok Pesantren Qomaruddin, visi dan misi dipandang sangat penting untuk menyatukan presepsi, pandangan, cita-cita, serta harapan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Keberhasilan dan reputasi sebuah lembaga pendidikan akan bergantung sejauh mana visi dan misi yang diembannya dapat terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan rumusan-rumusan yang jelas atas visi dan misi tersebut yang diharapkan dapat memberikan motivasi dan kekuatan gerak untuk mencapai prestasi menuju pendidikan pesantren masa depan dengan berbagai keunggulan.‎

1 komentar:

  1. Mau tau alasan nya mengapa mbah yai qomarudin bisa menetap di desa kanugrahan,lamongan...dan apa alasannya mendirikan pesantren kanugrahan yg di tinggalkanny itu...

    BalasHapus