Rabu, 31 Agustus 2016

Selamatkan Generasi Muda Dari Kerusakan

Nabi Muhammad SAW mengingatkan dalam sabdanya sebagai berikut:

اُوْصِيْكُمْ بِالشَّبَابِ خَيْرًا فَاِنَّهُمْ اَرَفُّ اَفْئِدَةً اِنَّ اللهَ بَعَثَنِيْ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا فَخَالَفَنِى الشُّيُوْخُ ثُمَّ تَلاَ قَوْلَهُ تَعَالَى فَطَالَ عَلَيْهِمُ اْلاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ.

“Aku wasiat-amanatkan kepadamu terhadap pemuda-pemuda (angkatan muda) supaya bersikap baik terhadap mereka. Sesungguhnya hati dan jiwa mereka sangat halus. Maka sesungguhnya Tuhan mengutus aku membawa berita gembira, dan membawa peringatan. Angkatan mudalah yang menyambut dan menyokongaku, sedangkan angkatan tua menentang dan memusuhi aku. Lalu Nabi membaca ayat Tuhan yang berbunyi: “Maka sudah terlalu lama waktu (hidup) yang mereka lewati, sehingga hati mereka menjadi beku dan kasar”.

Ahli hikmah mengatakan, siapa yang tumbuh pada masa mudanya dengan orientasi, akhlak, kepribadian, karakter tertentu, maka rambutnya akan memutih dalam kondisi ia memiliki karakter yang telah diperjuangkannya itu (man syabba syaaba ‘alaihi).

Imam Syafii mengatakan : Sungguh pemuda itu distandarisasi dari kualitas ilmu dan ketakwaannya. Jika keduanya tidak melekat pada struktur kepribadiannya.Ia tidak layak disebut pemuda. Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan (syubbanul yaum rijalul ghod).

Allah Subhanahu Wata’ala mengingatkan kepada kita agar tidak meninggalkan generasi yang lemah.Lemah iman, lemah ilmu, lemah akhlak, dan lemah ekonomi.

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا

Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS: An-Nisa/4:9).

Dunia generasi muda saat ini lebih banyak diisi oleh kegiatan hura-hura dan membuang-buang waktu, padahal waktu adalah sesuatu yang amat mahal dalam hidup seseorang. Betapa banyak orang menyesal di hari tua karena lalai di hari mudanya. Semasa muda waktunya habis di warnet, di kedai kopi, nongkrong di jalanan atau main game dan bersenda gurau. Padahal agama kita memerintahkan kepada umatnya agar mempergunakan waktu sebaik mungkin. 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَٱلْعَصْرِ

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr 1-3)

Betapa banyak ayat yang menerangkan tentang waktu dan Allah bersumpah dengan waktu-waktu tersebut. Seperti dalam ayat di atas Allah bersumpah dengan waktu Ashar. Karena waktu Ashar adalah saat orang menghitung untung rugi yang di alaminya pada setiap hari. Nah pernahkah kita melakukan hal itu dalam perjalanan hari-hari kita?

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ (خ 5933)

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari, no: 5933) Diriwayatkan oleh Al-Bukhary, At-Tirmidzy, dan Ibnu Majah.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Rasulullah bersabda kepada seorang lelaki sembari menasihati lelaki tersebut,

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara dengan segera sebelum (datang) lima perkara; waktu mudamu sebelum (datang) waktu tuamu, kesehatanmu sebelum (datang) sakitmu, kekayaanmu sebelum (datang) kefakiranmu, waktu luangmu sebelum (datang) waktu sibukmu, dan kehidupanmu sebelum (datang) kematianmu.”
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan selainnya. Dishahihkan oleh Al-Albany.

Dalam hadits Ibnu Mas’ud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

“Kedua kaki anak Ibnu Adam tidaklah bergeser pada hari kiamat di sisi Rabbnya hingga ia ditanya lima perkara: [1] umurnya, di mana ia habiskan, [2] waktu mudahnya, di mana ia manfaatkan, [3, 4] hartanya, bagaimana ia memperolehnya dan di mana ia infakkan, [5] amalan dari ilmu yang ia ketahui.” (HR. Tirmidzi no. 2416, hasan kata Syaikh Al Albani)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda, “Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian).” Lalu Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhumenyatakan, “Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Bukhariy no.6416)

Tanggung jawab terhadap pertumbuhan pemuda merupakan sebuah tanggung jawab yang besar. Karena pemuda itu adalah amanah di pundak orang tua dan semua orang akan dimintai pertanggungan jawab terhadap orang-orang yang berada dibawah tanggungannya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; para penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [at-Tahrîm/66:6]

Kita sekarang berada pada zaman yang penuh dengan beragam keburukan dan cobaan yang bertebaran, sehingga karena saking banyaknya cobaan, seakan cobaan berikutnya membuat cobaan sebelumnya terasa lebih ringan.

Mungkin ini merupakan bukti kebenaran sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَإِنَّ أُمَّتَكُمْ هَذِهِ جُعِلَ عَافِيَتُهَا فِي أَوَّلِهَا وَسَيُصِيبُ آخِرَهَا بَلَاءٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا وَتَجِيءُ فِتْنَةٌ فَيُرَقِّقُ بَعْضُهَا بَعْضًا وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ مُهْلِكَتِي ثُمَّ تَنْكَشِفُ وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ هَذِهِ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنْ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

Sesungguhnya umat kalian ini dijadikan keselamatannya dipermulaannya, sedangkan masa akhirnya akan tertimpa musibah dan hal-hal yang kalian ingkari. Dan cobaan akan berdatangan sehingga sebagian dari cobaan tersebut (menyebabkan) cobaan yang lain terasa ringan. Saat cobaan terjadi, seorang mukmin akan mengatakan, “Inilah masa kebinasaanku,” kemudian cobaan itu berlalu. Lalu datang lagi cobaan (yang lain), seorang Mukmin mengatakan, “Ini masa kebinasaanku,”. Maka barangsiapa yang suka diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah (saat) kematian mendatanginya dia dalam keadaan beriman kepada Allâh Azza wa Jalla dan hari akhir.

Pada zaman kita ini tipu-daya orang-orang kafir semakin meningkat, sampai tipu daya ini memasuki rumah-rumah kaum Muslimin. Orang-orang kafir ini ingin mengikis agama kaum Muslimin, menggoncang keimanan mereka, menghancurkan perilaku mereka, menebarkan keburukan dan perbuatan hina di tengah kaum Muslimin, mengeluarkan mereka dari penjagaan Islam. Semoga Allâh Azza wa Jalla tidak mewujudkan keinginan busuk mereka.

Pada zaman dahulu, orang-orang kafir tidak leluasa menyusupkan racun (pemikiran-pemikiran) mereka ke pemikiran-pemikiran para pemuda Muslim; Mereka tidak mampu menampakkan kekufuran, penyelewangan, perbuatan tak senonoh mereka. Tapi sekarang, pemikiran mereka diterbangkan oleh angin, angin yang bisa membinasakan, bahkan angin-angin berapi yang menghancurkan dasar-dasar dan nilai-nilai luhur, menghancurkan agama dan prilaku terpuji, mencabut akar akhlak terpuji, kebaikan serta sendi-sendi al-haq dan keyakinan.

Generasi muda kita berada dalam ancaman bahaya.

Dunia informasi dan telekomunikasi yang canggih telah membuat sebagian generasi muda kita terombang-ambing dalam berbagai arus globalisasi pemikiran dan kemaksiatan. Karena kemajuan informasi dan telekomunikasi tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan pemahaman keagamaan dan pendidikan moral. Sehingga nilai-nilai negatif dari arus globalisasi sangat mudah menenggelamkan generasi muda ke dalam lautan kesesatan dan kemaksiatan yang tidak bertepi. Para penjaja kesesatan dan kemaksiatan menawarkan dagangan mereka melalui berbagai media informasi dan telekomunikasi. Banyak generasi muda kita yang tergiur dan tertipu dengan slogan-slogan pedagang kesesatan dan kemaksiatan tersebut. Tanpa disadari mereka telah terjerumus ke dalam berbagai lembah kehinaan dan kenistaan. Ada bermacam lembah terjal dalam dunia generasi muda saat ini, di antaranya:

Lembah sex dan pergaulan bebas sejenis seperti lesbian dan homosex
Lembah narkoba dan obat-obat terlarang sejenis
Lembah kekerasa dan pelanggaran moral sejenis
Lembah pemikiran sesat seperti terorisme, sekulerisme, liberalisme, dan kesesatan sejenis
Pendek kata generasi muda saat ini harus waspada dengan dua bahaya; bahaya syahwat dan bahaya syubhat.

Tiada jalan lain untuk menyelamatkan generasi muda dari dua ancaman bahaya di atas kecuali dengan menyampaikan pesan-pesan islam kepada generasi muda.

Melalui channel-channel dan siaran langsung (Televisi, Komputer, Smartphone, ed) orang-orang kafir itu mampu memasuki akal-akal dan pikiran pemuda Muslim; mereka juga mampu menyelinap ke rumah-rumah kaum Muslimin guna membawa keburukan dan racun-racun mereka, menebar kekufuran, penyelewangan dan perbuatan tak senonoh mereka. Mereka menyebarkan perilaku hina dan rendahan mereka melalui pentas-pentas, pendidikan-pendidikan buruk dan keji. Semua ini akan membuat jiwa para pemudi dan pemuda Muslim menjadi suka bermesraan, kerusakan dan menenggak khamr. Bahkan itu sebagai jebakan yang menjerat hati yang lalai dan lemah, sehingga menyebabkan akidah mereka rusak, perilaku menyimpang, dan terjerembab dalam lumpur keburukan. Dan tidak ada keburukan yang lebih besar dan lebih berbahaya dibandingkan dengan keburukan yang menyerang kaum Muslimin di rumah-rumah mereka, serangan beracun yang membawa keburukan dan kerusakan.

Ironisnya, meski bahayanya sudah demikian terlihat dan terbukti, masih ada saja anak-anak kaum Muslimin yang duduk berjam-jam bahkan sepanjang hari di depan layar (Televisi, Komputer, ed) yang bisa menghancurkan mereka. Mereka mendengarkan dengan seksama ucapan-ucapan orang yang tidak benar itu; mereka menyaksikan dengan mata kepala mereka semua yang disajikan oleh orang-orang kafir. Anak-anak ini menerima sepenuh hati semua yang diberikan oleh orang-orang kafir ini. Sehingga dengan perjalanan waktu pemikiran-pemkiran kotor itu mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, sendi-sendinya semakin menghujam, mulai menyerang pemikiran yang baik serta merealisasikan apa yang menjadi rencana dan keinginan orang-orang kafir.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

فَلَا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ ﴿٨﴾ وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ

Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allâh). Mereka ingin supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). [al-Qalam/68:8-9]

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. [al-Baqarah/2:109]

Demikianlah pemberitahuan dari Allah Azza wa Jalla kepada kaum Muslimin. Kenapa kita kurang memperhatikannya bahkan -iyadzan billah- sebagian dari kaum Muslimin lebih mempercayai perkataan orang-orang kafir daripada firman Allah Azza wa Jalla. Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan taufiq-Nya kepada kita dan seluruh kaum Muslimin agar segera menyadari bahaya yang mengancam keselamatan kita ini.

Orang yang mau memperhatikan dampak buruk yang menimpa para pemirsa tayangan-tayangan yang disajikan orang-orang kafir itu, dia akan dapati dampak buruk itu begitu banyak, tak terhitung, baik keburukan pada akidah, keburukan pada sosial kemasyarakatan, prilaku, pemikiran dan kejiwaan.

Diantaranya yaitu kerusakan pada akidah (misalnya) menipisnya keyakinan; Munculnya keraguan sehingga mengakibatkan seorang Muslim hidup dalam kebimbangan ; Juga melemahkan akidah al-wala wal bara’ (rasa suka dan benci karena Allah) sehingga menyebabkan seseorang hidup jauh dari rasa cinta kepada Allâh Azza wa Jalla, jauh dari rasa cinta kepada agamanya dan cinta kepada sesama Muslim serta beralih mencintai dan menyukai para pelaku keburukan, simbol-simbol kerusakan dan para penyerunya. Ditambah lagi adanya seruan secara terang-terangan untuk mengikuti orang-orang kafir dalam hal akidah, kebiasaan, ritual dan perayaan-perayaan mereka.

Sedangkan kerusakan dalam sosial kemasyarakatan dan penyimpangan perilaku yang disebarkan oleh channel-channel itu adalah adanya ajakan untuk melakukan perbuatan kriminal dengan menayangkan tayangan kekerasan, pembunuhan, penculikan, perampasan; Adanya seruan yang mengajak kepada fanastisme untuk melakukan tindak aniaya dan kriminal; Adanya pembelajaran pencurian, penipuan dan perbuatan dosa; Seruan untuk melakukan ikhtilâth (campur baur antara laki-laki dan perempuan), menanggalkan hijab, telanjang, perempuan yang menyerupai lelaki atau sebaliknya, dan lain sebagainya

Cukuplah menjadi sebuah keburukan akibat dari tayangan-tayangan itu yaitu engkau melalaikan kewajiban-kewajiban dan berbagai perbuatan taat, terutama shalat lima waktu yang merupakan salah satu rukun Islam. Dan masih banyak lagi dampak buruknya yang tidak mungkin dihitung. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا﴿١٥﴾وَأَكِيدُ كَيْدًا﴿١٦﴾فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا

Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya. Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. [ath-Thâriq/86:15-17]

Inilah sebagian kegiatan yang dilakukan dan tujuan yang ingin digapai oleh orang-orang kafir. Lalu apa kewajiban kita?

Layakkah bagi seorang Muslim untuk mendengarkan makar, keburukan dan kedustaan mereka?

Layakkah bagi seorang untuk membiarkan dirinya dan keluarganya duduk menyaksikan apa yang mereka sebarkan?

Layakkah bagi seorang Muslim memilih untuk diri dan keluarganya suatu kehinaan, perbuatan tercela?

Sesungguhnya Allah telah memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya untuk tidak condong kepada orang-orang kafir, dan telah menjelaskan besarnya keburukan mereka, juga menjelaskan jalan keselamatan, yaitu berpegang kepada agama Allah, mengikuti sunnah Rasul-Nya dan bersabar diatasnya, sampai menghadap kepada-Nya.

Ancaman lain terhadap generasi muda adalah ancaman bahaya syubhat (pemikiran). Seperti pemahaman yang ekstrim dalam beragama, atau pemahaman sekuler, liberal, dan aliran-aliran sesat lainnya. Bahkan tidak jarang generasi muda menjadi sasaran utama rekrutmen para kelompok terorisme dan liberalisme. Cara yang sering ditempuh oleh para aliran sesat dalam menebarkan pemikiran mereka kepada generasi muda adalah dengan menjatuhkan kehormatan penguasa dan ulama terlebih dahulu di mata generasi muda. Sehingga dengan demikian mereka para pelaku aliran sesat dengan mudah untuk mempengaruhi generasi muda. Dikala kehormatan penguasa telah dijatuhkan, dengan demikian para pelaku kesesatan bisa lari dari jeratan hukum. Dan apabila umat telah dijauhkan dari ulama, maka umat tidak lagi mendengarkan nasehat-nasehat ulama, lalu umat akan kehilangan pegangan, maka mereka pelaku aliran sesat memanfaatkan situasi dengan bebas menyebarkan pemikiran sesat mereka di tengah masyarakat. Oleh sebab itu Islam sangat memperhatikan kedudukan penguasa dan kehormatan ulama.

Perintah menghormati penguasa dan ulama

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam :

ليسمنامنلميجلكبيرناويرحمصغيرناويعرفلعالمناحقه

“Bukanlah termasuk golongan kami siapa saja yang tidak menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda dan mengenal hak orang alim kita.” (HR Ahmad dan Hakim, dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 4319)

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad).

Larangan berprilaku ekstrim dalam agama

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abas radhiallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِيَّكُمْ وَ الْغُلُوْ فِي الدِّيْنِ, فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ باِلْغُلُوْ فِي الدِّيْنِ

“Janganlah kamu sekalian melakukan tindakan berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya yang telah menghancurkan umat sebelum kamua adalah sikap berlebih-lebihan dalam beragama.”(Dikeluarkan oleh Imam an-Nasai dalam haditsnya no. 3059, Ibnu Majah no. 3029 dan Imam Ahmad dalam musnadnya ha 215,347, Imam Ahmad Syakir berkata dalam tahkik musnad: sanadnya adalah shahih.)

Imam Muslim juga meriwayatkan dari shahabat Ibnu Mas’ud bahwa Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

“هلك المتنطعون ” قالها ثلاثا

“Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan”(Beliau mengulangi sabdanya ini sebanyak tiga kali).

Pentingnya pendidikan agama bagi generasi muda

Pemuda adalah unsur terpenting dalam sebuah Negara, untuk melihat maju atau mundurunya suatu Negara bisa kita lihat melalui tingkat keilmuan dan keimanan generasi muda Negara tersebut. Oleh sebab itu Islam sangat memperhatikan pendidikan agama bagi generasi muda, baik segi keilmuan maupun keimanan.

Dalam segi keimanan, Allah telah memberikan contoh dalam kitab Al-Qur’an yang mulia dengan kisah pemuda Ashabul Kahfi, bagaimana mereka tetap kokoh dalam mempertahankan keimanan di saat kaum atau bangsa mereka telah dilanda oleh kerusakan moral dan keimanan. Keadaan tersebut memaksa mereka untuk menjauhi kaum mereka yang telah rusak. Di saat kemampuan untuk memperbaiki tidak lagi mereka miliki, Allah memberikan pertolongan untuk menyelamatkan mereka dari ancaman kaum yang membenci mereka, sehingga mereka tertidur dalam gua (Kahfi) selama tiga ratus tahun. Allah memuji mereka dalam firman-Nya:

إِذْ أَوَى ٱلْفِتْيَةُ إِلَى ٱلْكَهْفِ فَقَالُوا۟ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةًۭ وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًۭا

فَضَرَبْنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمْ فِى ٱلْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًۭا

ثُمَّ بَعَثْنَٰهُمْ لِنَعْلَمَ أَىُّ ٱلْحِزْبَيْنِ أَحْصَىٰ لِمَا لَبِثُوٓا۟ أَمَدًۭا

نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِٱلْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا۟ بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَٰهُمْ هُدًۭى

Artinya:

“Ingatlah ketika para pemuda mencari tempat perlindungan ke dalam gua, lalu mereka berdo’a: Wahai Tuhan kami, berilah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini). (10)

Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.(11)

Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).(12)

Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.(13)

Dalam ayat yang mulia ini, Allah mengisahkan perjuangan para pemuda dalam mempertahankan keimanan mereka dalam keadaan yang amat sulit tersebut. Allah mengabadikan kisah mereka sebagai ibroh bagi para pemuda setelah mereka, dimana kerusakan yang terjadi dalam kaum mereka tidak menggoyahkan keimanan mereka.

Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas:

“Al Fityah adalah para pemuda, mereka (para pemuda) adalah orang yang lebih mudah untuk menerima kebenaran serta mengikuti jalan petunjuk dibandingkan orang-orang yang sudah lanjut usia yang telah dimakan usia dan lenyap terjerumus dalam agama yang bathil. Karena itu yang paling banyak menerima seruan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam adalah para pemuda. Adapun orang-orang tua dari suku Quraisy kebanyakan tetap kekal di atas agama nenek moyang mereka, tidak ada yang memeluk Islam kecuali sedikit, demikian pula yang Allah ceritakan tentang “Ashabul Kahfi bahwa mereka adalah para pemuda.”

(Tafsir Ibnu Katsir: 3/74)

Ashabul Kahfi adalah salah satu bentuk generasi muda yang tidak terpengaruh oleh zaman yang dilanda kerusakan iman dan moral. Demikian halnya para anbiya’ seperti nabi Ibrohim, nabi Musa, dan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka tegar dalam memegang kebenaran dan berjuang untuk melakukan perubahan terhadap zaman mereka. Mereka tidak terbuai dengan sepoi angin kesesatan dan kemaksiatan.

Mengisi masa muda dengan segala aktivitas baik keilmuan maupun keimanan telah dipesankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda Beliau:

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)

Dari hadits ini dapat kita simpulkan betapa pentingnya masa muda untuk dipergunakan dalam segala hal yang positif. Karena di masa muda kadaan tubuh seorang manusia dalam masa yang sangat sempurna dalam segala hal, baik dari segi fisik maupun kekuatan intelegensia, begitu juga dalam hal menghadapi tantangan dan rintangan.

Maka selayaknyalah para generasi muda untuk benar-benar menyadari betapa penting usia muda mereka. Bahwa usia muda adalah saatnya untuk menggali dan mengembangkan segala potensi dirinya dalam mencari ilmu dan pengetahuan yang sesungguhnya, baik hal duniawi maupun ukhrawi.

Pemuda yang membina pengalaman spiritualnya dengan penuh keimanan merupakan salah satu dari tujuh golongan yang mendapatkan naungan dari Allah pada hari Kiamat di Padang Mahsyar, di saat jarak matahari dengan kepala manusia hanya sejengkal.

Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau:

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:


سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَا


“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: 
1.    Pemimpin yang adil. 
2.    Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya. 
3.    Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid. 
4.    Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah. 
5.    Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’. 
6.    Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. 
7.    Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” 
(HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)

Dalam hadits tersebut terdapat motivasi yang sesungguhnya bagi para pemuda untuk membina diri mereka dalam ilmu dan pengalaman spiritualnya.

Amirul Mukminin Umar bin Khaththab rhadiallahu ‘anhu berkata:

“Hendaklah kamu berilmu sebelum kamu memimpin.”

Pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok, baiknya masa depan suatu masyarakat dapat kita lihat bagaimana generasi muda mereka hari ini?

Ilmu yang sangat penting untuk dimiliki pemuda adalah ilmu keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena keimanan dan ketakwaan adalah kompas penunjuk arah dalam segala situasi dan kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Bila situasi dan kondisi masyarakat dalam keadaan melarat dan miskin hal tersebut akan dihadapi dengan penuh kesabaran dan tawakal kepada Allah tanpa melanggar norma-norma agama. Apabila situasi masyarakat dalam keadaan berkecukupan hal tersebut akan memotivasi mereka untuk bersyukur dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan tuntunan agama, mereka akan terhindar dari sikap mubazir, berfoya-foya serta hura-hura.

Diantara hal yang sering menjerumuskan seseorang ke dalam kesesatan dan kemaksiatan adalah teman akrab. Betapa banyak anak-anak baik menjadi anak nakal karena dipengaruhi oleh teman-temannya. Oleh sebab itu Islam mengajarkan kepada umatnya adab mencari teman. Sebagaimana dipesankan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:

الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu berada di atas agama teman dekatnya, maka hendaknya setiap orang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan teman.”

HR. At-Tirmidzi no.2378, dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi.

Kesalahan dalam mencari teman akan membawa penyesalan di akhirat kelak, sebagaimana Allah gambarkan penyesalan orang yang salah mencari teman:

وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلًۭا

يَٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًۭا

لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِى ۗ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِلْإِنسَٰنِ خَذُولًۭا

“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. (27)

Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). (28)

Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (29)‎
(QS Al Furqon)

Perumpamaan teman baik dan teman jelek, teman yang baik akan membawa kebaikan bagi seseorang, sebaliknya teman yang buruk akan membawa keburukan bagi seseorang.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Dari Abu Musa radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata:

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

“Dari Nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ‘Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk (sepergaulan) yang buruk adalah seperti pembawa misk (minyak wangi) dan pandai besi. Si pembawa misk mungkin akan memberimu (minyak wangi) atau engkau membeli minyak itu darinya atau engkau mendapatkan baunya yang harum. Sedangkan pandai besi, mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu dapati bau yang busuk darinya.’” (HSR. Bukhari dan Muslim)
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus