Jumat, 11 November 2016

Hukum Memuntahkan Mani Di Luar Vagina

Dalam pandangan Islam, hubungan seksual adalah satu perkara yang memang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan rumah tangga. Dan tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa kualitas dan kuantitas hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Meskipun bukan satu-satunya faktor, namun realitanya hubungan seksualitas telah menempati posisi yang sangat vital.

Berbicara mengenai hubungan seksual dalam kehidupan rumah tangga, ada satu perkara yang cukup menarik perhatian banyak pihak, yaitu perkara ‘Azl. Apakah yang dimaksud dengan ‘Azl dan bagaimanakah pandangan Islam mengenai ‘Azl tersebut?
Coitus interruptus atau dikenal dalam Islam dengan ‘azl , biasa disebut pula withdrawal atau pull-out method, adalah salah satu dari cara mengontrol kelahiran, di mana laki-laki tatkala bersenggama menarik penisnya dari vagina si wanita sebelum terjadi ejakulasi. Si pria sengaja menumpahkan spermanya dari vagina pasangannya dalam upaya untuk menghindari inseminasi (pembuahan). 
Pengertian ‘Azl‎
Secara etimologi, ‘azl berarti menjauh atau menyingkir. Seperti seseorang berkata,
عزل عن المرأة واعتزلها : لم يرد ولدها .
“’Azl dari wanita, maksudnya adalah menghindarkan diri dari adanya anak (hamil).”
Al Jauhari berkata,
عزل الرّجل الماء عن جاريته إذا جامعها لئلاّ تحمل .
“Seseorang melakukan ‘azl –dengan mengalihkan sperma di luar vagina- ketika berjima’ dengan hamba sahayanya agar tidak hamil.”
Makna secara terminologi (istilah) tidak jauh dari makna etimologi (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 30: 72).
Gambaran ‘azl terhadap pasangan adalah ketika akan mendekati keluarnya mani (ejakulasi), kemaluan sengaja ditarik keluar vagina sehingga sperma tumpah di luar. Hal ini bisa jadi dilakukan karena ingin mencegah kehamilan, atau pertimbangan lain seperti  memperhatikan kesehatan istri, janin atau anak yang sedang menyusui (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 30: 81).
‘Azl (اْلعَزْلُ) adalah :
النزع بعد الإيلاج لينزل خارج الفرج
“Mencabut (penis) setelah penetrasi agar (air mani) tertumpah di luar farji/vagina” [Fathul-Bariy, 9/305].
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum ‘azl yang secara garis besar terbagi menjadi dua kutub yang berseberangan. Sebagian ulama berpendapat haram melakukan ‘azl, sedangkan jumhur ulama – yang merupakan madzhab empat imam – membolehkannya.

Dalil Madzhab yang Mengharamkannya :
حدثنا عبيد الله بن سعيد ومحمد بن أبي عمر. قالا: حدثنا المقرئ. حدثنا سعيد بن أبي أيوب. حدثني أبو الأسود عن عروة، عن عائشة، عن جدامة بنت وهب، أخت عكاشة. قالت: حضرت رسول الله صلى الله عليه وسلم في أناس، وهو يقول:
"لقد هممت أن أنهى عن الغيلة. فنظرت في الروم وفارس. فإذا هم يغيلون أولادهم، فلا يضر أولادهم ذلك شيئا".
ثم سألوه عن العزل ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم "ذلك الوأد الخفي".
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Sa’iid dan Muhammad bin Abi ‘Umar, ‎mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-Muqri’‎: Telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin Abi Ayyuub: Telah menceritakan kepadaku Abul-Aswad‎, dari ‘Urwah‎, dari ‘Aaisyah, dari Judaamah binti Wahb, saudara perempuan ‘Ukaasyah, ia berkata : “Aku hadir ketika Rasulullah ‎shallallaahu ‘alaihi wa sallam berada di tengah orang-orang, beliau bersabda : “Sungguh, semula aku ingin melarang (kalian) dari perbuatan ghiilah. Lalu aku melihat bangsa Romawi dan Persia dimana mereka melakukan ghiilah terhadap anak-anak mereka. Ternyata hal itu tidak membahayakan anak-anak mereka”. Kemudian para shahabat bertanya kepada beliau tentang ‘azl. Maka Rasulullah ‎shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Itu adalah pembunuhan tersembunyi” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1442. Diriwayatkan juga oleh Ahmad 6/361 & 434, Ibnu Maajah no. 2011, Ath-Thabaraaniy dalamAl-Kabiir 24/209 no. 535, dan Al-Baihaqiy 7/231. Diriwayatkan juga oleh Maalik 3/344-345 no. 1406, Ahmad 6/361, Ad-Daarimiy no. 2263, Abu Daawud no. 3882, At-Tirmidziy no. 2076-2077, An-Nasaa’iy n. 3326, Ibnu Hibbaan no. 4196, Ath-Thabaraaniy 24/208 & 209 no. 534 & 536, Al-Baihaqiy 7/465, Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykilil-Aatsaar 9/289-291 no. 3664-3670, Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah 9/108 no. 2298, dan Al-Mizziy dalam ‎Tahdziibul-Kamaal 35/142 dengan tanpa tambahan : “Kemudian para shahabat bertanya kepada beliau tentang ‘azl……dst”.].
Ibnu Hazm rahimahullah saat mengomentari hadits tersebut berkata :
فمن ادعى أنه أبيح بعد أن منع فعليه البيان
“Barangsiapa yang mendakwa bahwasannya beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam membolehkan setelah beliau melarangnya, maka wajib baginya mendatangkan bukti” [Fathul-Baariy, 9/309].
Inilah madzhab yang nampak pada Ibnu ‘Umar dan ayahnya (‘Umar bin Al-Khaththaab), ‘Utsmaan bin ‘Affaan, ‘Aliy bin Abi Thaalib, Ibnu Mas’uud, Abu Umaamah radliyallaahu ‘anhum, dan yang lainnya.
حدثنا عبدة عن يحيى بن سعيد عن سعيد بن المسيب أن رجالا من المهاجرين كانوا يكرهون العزل ، منهم فلان وفلان وعثمان بن عفان .
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdah, dari Yahyaa bin Sa’iid‎, dari Sa’iid bin Al-Musayyib‎: Bahwasannya beberapa orang dari Muhaajirin membenci ‘azl, diantaranya Fulaan, Fulaan, dan ‘Utsmaan bin ‘Affaan” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 4/220; shahih].
عن معمر عن الزهري عن سالم أن بن عمر كان يكره العزل قال معمر ولا أعلم الزهري إلا قد قال وكان عمر يكره ذلك
Dari Ma’mar, dari Az-Zuhriy‎, dari Saalim‎: Bahwasannya Ibnu ‘Umar membenci ‘azl. Ma’mar berkata : “Aku tidak mengetahui Az-Zuhriy kecuali ia berkata : ‘’Umar juga membenci hal itu (‘azl)” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 12577; shahih].
حدثنا كثير بن هشام عن جعفر بن برقان قال نا ميمون بن مهران أن ابن عمر اشترى جارية لبعض بنيه فقال : ما لي لا أراها تحمل ! لعلك تعزل عنها ولو أعلم ذلك لاوجعت ظهرك
Telah menceritakan kepada kami Katsiir bin Hisyaam, dari Ja’far bin Burqaan‎, dari Maimuun bin Mihraan‎ : Bahwasannya Ibnu ‘Umar membeli seorang budak wanita dari sebagian anak-anaknya. Lalu ia berkata : “Mengapa aku tidak melihatnya hamil ? Barangkali engkau telah berbuat ‘azl terhadapnya ? Seandainya aku mengetahui hal itu, niscaya aku pukul punggungmu” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 4/220-221; shahih].
حدثنا أبو بكر بن عياش عن عاصم عن زر عن علي قال : العزل الوأد الخفي
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin ‘Iyyaasy, dari ‘Aashim‎, dari Zirr‎, dari ‘Aliy, ia berkata : “’Azl adalah pembunuhan tersembunyi” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 4/220; hasan].
حدثنا غندر عن شعبة عن يزيد بن خمير عن سليم بن عامر عن أبي أمامة في العزل : ما كنت أرى أن مسلما يفعله
Telah menceritakan kepada kami Ghundar, dari Syu’bah‎, dari Yaziid bin Khumair‎, dari Sulaim bin ‘Aamir‎, dari Abu Umaamah tentang ‘azl, ia berkata : “Aku tidak berpendapat/menganggap orang yang melakukannya sebagai seorang muslim” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 4/221; shahih].
أخبرنا سعيد ، نا معتمر بن سليمان ، قال : سمعت أبي قال : حدثني أبو عمرو الشيباني ، عن ابن مسعود ، أنه قال في العزل : « هي الموءودة الصغرى »

Telah mengkhabarkan kepada kami Sa’iid: Telah mengkhabarkan kepada kami Mu’tamir bin Sulaimaan, ia berkata : Aku mendengar ayahku berkata : Telah menceritakan kepadaku Abu ‘Amru Asy-Syaibaaniy, dari Ibnu Mas’uud bahwasannya ia berkata tentang ‘azl : “Ia adalah pembunuhan kecil-kecilan” [Diriwayatkan oleh Sa’iid bin Manshuur no. 2054; shahih].

Dalil Ulama yang Membolehkan
حدثنا مسدد: حدثنا يحيى بن سعيد، عن ابن جريج، عن عطاء، عن جابر قال : كنا نعزل على عهد النبي صلى الله عليه وسلم.
Telah menceritakan kepada kami Musaddad: Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sa’iid‎, dari Ibnu Juraij,‎ dari ‘Athaa’, dari Jaabir : “Kami (para shahabat) melakukan ‘azl di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5207. Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhaariy no. 5208-5209, Muslim no. 1440, ‘Abdurrazzaaq no. 12566, Al-Humaidiy no. 1294, Ahmad 3/377 & 380, Ibnu Maajah no. 1927, dan Abu Ya’laa no. 2193 & 2255].
Dalam sebagian lafadh disebutkan :
كنا نعزل على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فلم ينهنا عنه.
“Kami melakukan ‘azl di jaman Rasulullah ‎shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau tidak melarang kami darinya” [Musnad Abi Ya’laa no. 2255 dan Shahih Muslim no. 1440 (137)].
Lafadh hadits ini mauquf, namun dihukumi ‎marfuu’.
حدثنا أحمد بن عبد الله بن يونس. حدثنا زهير. أخبرنا أبو الزبير عن جابر ؛ أن رجلا أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: إن لي جارية هي خادمنا وسانيتنا. وأنا أطوف عليها وأنا أكره أن تحمل. فقال : "اعزل عنها إن شئت. فإنه سيأتيها ما قدر لها" فلبث الرجل. ثم أتاه فقال: إن الجارية قد حبلت. فقال:"قد أخبرتك أنه سيأتيها ما قدر لها".
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdillah bin Yuunus: Telah menceritakan kepada kami Zuhair‎: Telah mengkhabarkan kepada kami Abuz-Zubair, ‎dari Jaabir : Bahwasannya ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : “Sesungguhnya aku mempunyai aku mempunyai seorang budak wanita yang membantu kami dan memberi minum (ternak) kami. Aku ingin mencampurinya namun aku tidak ingin ia hamil”. Beliau bersabda : “Lakukanlah ‘azl terhadapnya jika engkau menghendaki. Namun begitu, akan tetap datang padanya apa yang telah ditetapkan (Allah) kepadanya”. Tidak lama kemudian, laki-laki itu mendatangi beliau kembali dan berkata : “Sesungguhnya budak wanitaku hamil”. Beliau bersabda :“Sesungguhnya telah aku beritahukan kepadamu bahwa tetap akan datang padanya apa yang telah (Allah) tetapkan kepadanya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1439. Diriwayatkan juga oleh Ahmad 3/312, Abu Daawud no. 1273, dan Al-Baihaqiy 7/229].
Inilah yang menjadi madzhab Jaabir, Sa’d bin Abi Waqqaash, Zaid bin Tsaabit, Ibnu ‘Abbaas, Abu Ayyuub Al-Anshaariy, Al-Musayyib, dan yang lainnya radliyallaahu ‘anhum.
حدثنا ابن عيينة عن عمرو عن عكرمة أن زيدا وسعدا كانا يعزلان
Telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Uyainah, dari ‘Amru‎, dari ‘Ikrimah: Bahwasannya Zaid (bin Tsaabit) dan Sa’d (bin Abi Waqqaash) melakukan ‘azl” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 4/217; shahih].
حدثنا عبدة عن يحيى بن سعيد عن سعيد بن المسيب قال : كانت الانصار لا يرون بأسا بالعزل وكان ممن يقول ذلك زيد وأبو أيوب وأبي .
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdah bin Sulaimaan, dari Yahyaa bin Sa’iid, dari Sa’iid bin Al-Musayyib, ia berkata : “Orang-orang Anshaar memandang tidak mengapa melakukan ‘azl. Dan termasuk orang yang mengatakan itu adalah Zaid, Abu Ayyub, dan ayahku” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 4/218; shahih].
أخبرنا سعيد ، نا أبو عوانة ، عن سليمان بن أبي المغيرة ، قال : سألت سعيد بن جبير عن العزل، فقال : « كان ابن عمر يكرهه ، وعن ابن عباس : لا يرى به بأسا »

Telah mengkhabarkan kepada kami Sa’iid : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Awaanah, dari Sulaimaan bin Abil-Mughiirah‎, ia berkata : Sa’iid Jubair pernah ditanya tentang ‘azl, lalu ia menjawab : “Adalah Ibnu ‘Umar membencinya, sedangkan Ibnu ‘Abbaas memandangnya tidak apa-apa (melakukannya)” [Diriwayatkan oleh Sa’iid bin Manshuur no. 2065; shahih].
Para ulama yang berada di barisan ini pun ada yang merinci pembedaan ijin antara wanita merdeka dan budak.
أخبرنا سعيد ، نا هشيم ، أنا عبيدة ، عن إبراهيم ، أنه كان يقول : « يستأمر الحرة ولا يستأمر الأمة » أخبرنا سعيد ، نا هشيم ، أنا يحيى بن سعيد ، عن سعيد بن المسيب ، أنه قال مثل ذلك
Telah mengkhabarkan kepada kami Sa’iid : Telah mengkhabarkan kepada kami Husyaim: Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Ubaidah‎, dari Ibraahiim, ‎bahwasannya ia berkata : “Wanita merdeka diminta ijinnya (untuk di-‘azl), dan untuk budak wanita tidak dimintakan ijinnya”. Dan telah mengkhabarkan kepada kami Sa’iid : Telah mengkhabarkan kepada kami Husyaim : Telah mengkhabarkan kepada kami Yahyaa bin Sa’iid, dari Sa’iid bin Al-Musayyib, bahwasannya ia mengatakan semisal dengan itu [Diriwayatkan oleh Sa’iid bin Manshuur no. 2069. Atsar Ibraahiim lemah, sedangkan atsar Sa’iid bin Al-Musayyib shahih].
أخبرنا سعيد ، نا أبو عوانة ، عن منصور ، عن إبراهيم ، قال : « يعزل عن الأمة ، ويستأمر الحرة »
Telah mengkhabarkan kepada kami Sa’iid : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Awaanah, dari Manshuur, dari Ibraahiim, ia berkata : “Boleh melakukan ‘azl pada budak wanita (tanpa dimintai ijinnya terlebih dahulu), namun harus meminta ijin lebih dahulu bagi wanita merdeka” [Diriwayatkan oleh Sa’iid bin Manshuur no. 2071; shahih].
Maalik bin Anas rahimahullah berkata :
تستأمر الحرة في العزل ولا تستأمر الأمة 
“Dimintai ijin (untuk melakukan ‘azl) bagi wanita merdeka, dan tidak dimintai ijin bagi budak wanita” [Jaami’ At-Tirmidziy, 2/430].
Penjelasan
Dari dua pendapat di atas, yang raajih adalah pendapat ulama yang membolehkannya, karena telah tegas dalam riwayat Muslim no. 1439 di atas bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam membolehkan seseorang yang melakukan ‘azl ketika ia tidak menginginkan budak wanita yang dimilikinya hamil. Jaabir pun telah menegskan bahwa beliau shallallaau ‘alaihi wa sallam tidak melarang perbuatan para shahabat yang melakukan ‘azl terhadap istri/budaknya.
Adapun hadits Judaamah binti Wahb radliyallaahu ‘anhaa, maka perkataan beliau bahwa ‘azl merupakan pembunuhan tersembunyi/terselubung (الوأد الخفي) bukan bermakna pengharaman.
Ibnu Hajar berkata setelah membawakan perkataan Ibnu Hazm yang mengharamkan ‘azl berdasarkan hadits Judaamah :
وتعقب بأن حديثها ليس صريحا في المنع إذ لا يلزم من تسميته وأدا خفيا على طريق التشبيه أن يكون حراما
“Para ulama telah mengkritik, karena haditsnya itu tidak shaarih berisi pelarangan. Penyebutan ‎‘azl sebagai pembunuhan tersembunyi/terselubung dalam hal penyerupaannya, tidaklah selalu berkorelasi dengan satu keharaman” [Fathul-Baariy, 9/309].
Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
وأما تسميته وأدا خفيا فلأن الرجل إنما يعزل عن امرأته هربا من الولد وحرصا على أن لايكون فجرى قصده ونيته وحرصه على ذلك مجرى من أعدم الولد بوأده لكن ذلك ظاهر من العبد فعلا وقصدا وهذا وأد خفي منه وإنما أراده ونواه عزما ونية فكان خفيا
“Adapun penamaan ‘azl dengan pembunuhan tersebunyi/terselubung karena seorang laki-laki yang melakukan ‘azl terhadap istrinya hanyalah berkeinginan agar terhindar dari kelahiran anak. Maka, tujuan, niat, keinginannya itu seperti orang yang tidak menginginkan anak dengan cara menguburnya hidup-hidup. Akan tetapi perbedaannya, orang yang mengubur anak hidup-hidup tadi dilakukan dengan perbuatan dan niat sekaligus; sedangkan pembunuhan tersembunyi/terselubung ini (yaitu ‘azl) hanyalah sekedar berkeinginan dan berniat saja. Dan niat inilah yang tersembunyi/terselubung” [Tahdziibus-Sunan, 3/85 – melalui Aadaabuz-Zifaaf hal. 135].
Ada riwayat lain yang menyatakan pengingkaran beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam atas ucapan orang Yahudi bahwa ‘azl itu adalah pembunuhan kecil-kecilan (الموؤودة الصغرى).
حدثنا يونس، قال : أخبرنا ابن وهب، قال : أخبرني عياش بن عقبة الحضرمي، عن موسى بن وَرْدان، عن أبي سعيد الخدري، قال : بلغ رسول الله صلى الله عليه وسلم أن اليهود يقول إن العزل هو الموؤودة الصغرى. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : كذبت يهود، ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لو أفضيت لم يكن إلا بقدر.
Telah menceritakan kepada kami Yuunus, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb‎, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Iyaasy bin ‘Uqbah Al-Hadlariy‎, dari Muusaa bin Wardan, ‎dari Abu Sa’iid Al-Khudriy, ia berkata : “Sampai kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya orang Yahudi berkata : ‘Sesungguhnya ‘azl itu pembunuhan kecil-kecilan’. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang Yahudi telah berdusta. Seandainya engkau menjimainya, tidaklah itu akan menghasilkan anak kecuali dengan takdir Allah” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 3/31-32 no. 4348 dan dalam Syarh Musykilil-Aatsaar 5/172 no. 1918 dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Al-Bazzaar dalam ‎Kasyful-Astaar 2/172 no. 1453. Ia mempunyai beberapa penguat sehingga menjadi shahih (lighairihi)].
Ibnul-Qayyim rahimahullah kembali berkata :
فاليهود ظنت أن العزل بمنزلة الوأد في إعدام ما انعقد بسبب خلقه فكذبهم في ذلك وأخبر أنه لو أراد الله خلقه ماصرفه أحد
“Orang-orang Yahudi menyangka bahwa ‘azl ini sama dengan pembunuhan dalam hal peniadaan sesuatu yang telah diciptakan Allah. Maka, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendustakan mereka tentang anggapan tersebut, karena seandainya Allah menghendaki untuk menciptakannya (anak), tidak ada seorang pun yang dapat menolaknya” [Tahdziibus-Sunan, 3/85 – melalui Aadaabuz-Zifaaf hal. 135].
Pembolehan ‘azl ini pada asalnya tidak dibedakan antara wanita merdeka dan budak, karena tidak ada dalil yang membedakannya. Hanya saja, ia makruh tanziih (bukan tahriim) karena bertentangan dengan tujuan adanya pernikahan dan jima’ (untuk mendapatkan anak).
حدثنا أحمد بن إبراهيم، ثنا يزيد بن هارون، أخبرنا مستلم بن سعيد [ابن أخت منصور بن زاذان]، عن منصور يعني ابن زاذان عن معاوية بن قرة، عن معقل بن يسار قال : جاء رجل إلى النبي صلى اللّه عليه وسلم فقال: إني أصبت امرأةً ذات حسب وجمال، وإنها لا تلد أفأتزوجها؟ قال: "لا" ثم أتاه الثانية فنهاه، ثم أتاه الثالثة فقال: "تزوجوا الودود الولود فإِنِّي مكاثرٌ بكم الأمم".
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibraahiim: Telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Haaruun‎: Telah mengkhabarkan kepada kami Mustalim bin Sa’iid ‎– anak saudara perempuan Manshuur bin Zaadzaan - , dari Manshuur ‎– yaitu Ibnu Zaadzaan - , dari Mu’aawiyyah bin Qurrah, ‎dari Ma’qil bin Yasaar‎, ia berkata : “Ada seorang laki-laki yang mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallamdan berkata : “Sesungguhnya aku jatuh hati pada seorang wanita (istri) yang berketurunan baik lagi cantik, akan tetapi ia mandul. Apakah aku boleh menikahinya ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Jangan”. Orang itu mendatangi beliau untuk kedua kalinya, dan beliau pun masih melarangnya. Kemudian, orang itu mendatangi beliau untuk ketiga kalinya, lalu beliau bersabda : “Nikahilah wanita yang penyayang lagi subur (tidak mandul). Karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan kepada umat yang lain karena jumlah kalian” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2050; sanad hadits ini hasan, dan shahih dengan keseluruhan jalannya].
حدثنا أبو اليمان : أخبرنا شعيب : حدثنا أبو الزناد، عن عبد الرحمن الأعرج، عن أبي هريرة : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (قال سليمان: لأطوفنَّ الليلة على تسعين امرأة، كلهن تأتي بفارس يجاهد في سبيل الله، فقال له صاحبه: إن شاء الله، فلم يقل إن شاء الله، فطاف عليهن جميعا فلم تحمل منهن إلا امرأة واحدة، جاءت بشق رجل، وايم الذي نفس محمد بيده، لو قال: إن شاء الله، لجاهدوا في سبيل الله فرساناً أجمعون).
Telah menceritakan kepada kami Abul-Yamaan: Telah mengkhabarkan kepada kami Syu’aib: Telah menceritakan kepada kami Abuz-Zinaad, dari ‘Abdurrahmaan Al-A’raj, dari Abu Hurairah : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :“Telah berkata Sulaimaan bin Daawud : ‘Sungguh aku akan berkeliling pada suatu malam terhadap sembilan puluh orang wanita istriku yang kesemuanya akan melahirkan seorang penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah’. Shahabatnya berkata kepadanya : ‘Insya Allah’; akan tetapi ia (Sulaimaan) tidak mengatakan insya Allah. Maka, ia berkeliling kepada istri-istrinya sekaligus, namun tidak ada seorang pun dari istrinya yang mengandung kecuali satu orang saja yang kemudian melahirkan anak sepotong (badan) saja. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, seandainya ia mengatakan Insya Allah, niscaya akan lahir dari semua istrinya para penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6639].

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar