Minggu, 06 November 2016

Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan Agar Ilmu Tidak Hilang

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya (2699) sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”.

Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Menempuh jalan menuntut ilmu memiliki dua makna:

Pertama: Secara hakekat, yaitu melangkahkan kaki untuk menghadiri majlis ilmu
Kedua: Lebih luas, yaitu menempuh berbagai cara yang mengantarkan menuju ilmu seperti menulis, menghafal, mempelajari, mengulangi, memahami dan lain sebagainya.
Di antara cara menimba ilmu yang sangat bermanfaat sekali adalah menghimpun fawaid (faedah) yang kita dengar, lihat, baca dan sebagainya. Nah, rubrik baru ini merupakan suatu contoh bagi saudara-saudara kami yang haus ilmu. Kami berdoa kepada Allah agar memberikan manfaat dan pahala atasnya serta contoh bagi para penuntut ilmu, karena barangsiapa memberikan contoh yang baik dalam Islam maka dia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.

Namun sebelumnya perlu kiranya kita menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan fawaid dan apa manfaatnya?! Inilah yang ingin kita bahas terlebih dahulu pada edisi kali ini. Kita memohon kepada Allah agar menambahkan kepada ilmu yang bermanfaat, keimanan dan amal shalih.

Al-Fawaid diambil dari bahasa Arab  الْفَوَائِدُ )) bentuk jama’ (plural) dari kata mufradnya (tunggal) (   ( الْفَائِدَةُyang secara bahasa artinya adalah setiap yang engkau dapatkan berupa ilmu, harta dan sebagainya.‎

Adapun maksud Al-Fawaid dalam pengertian para penulis kitab adalah sebuah kitab yang menghimpun beberapa masalah yang beraneka macam mutiara ilmu dan hal-hal penting yang diperoleh oleh seorang selama perjalanan panjangnya bersama ilmu, ulama’, kitab, fakta dan sebagainya yang tidak hanya terbatas pada satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup banyak bidang ilmu; tafsir, hadits, akhlak, bahasa, syair, tarikh, kisah, fatwa dan lain sebagainya.

Imam Syafi’I juga pernah bertutur:
الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ                     قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ

فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ

Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya

Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat

Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang

Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja

Banyak diantara kita yang telah lama menghadiri majlis taklim dan banyak membaca buku atau majalah, tetapi dia merasa bahwa dia tidak memiliki kekuatan ilmu, padahal seandainya dia mau rajin mencatat masalah-masalah ilmu yang penting dalam sebuah daftar khusus, menyusunnya, kemudian dia sering membacanya berulang-ulang, niscaya dengan izin Allah dia akan merasa bahwa dirinya memiliki bahan yang cukup banyak, baik untuk menyampaikan khutbah, pengajian, tulisan, cerita dan lain sebagainya. Semua ini telah kami coba dan hasilnyapun sangat memuaskan, maka cobalah sendiri wahai saudaraku yang mulia.

وَمَنْ لَمْ يُجَرِّبْ لَيْسَ يَعْرِفْ قَدْرَهُ                      فَجَرِّبْ تَجِدْ تَصْدِيْقَ مَا ذَكَرْنَاه

Barangsiapa belum mencoba, maka belum tahu hasilnya

Cobalah sendiri, niscaya kamu akan tahu kejujuran ucapan saya.


Sandarkan Kepada Ahlinya

Dahulu dikatakan: “Termasuk keberkahan ilmu engkau menyandarakannya kepada ahlinya”.‎

إِذَا أَفَادَكَ إِنْسَانٌ بِفَائِدَةٍ                      مِنَ الْعُلُوْمِ فَأَدْمِنْ شُكْرَهُ أَبَدَا

وَقُلْ فُلاَنٌ جَزَاهُ اللهُ صَالِحَةً    أَفَادَنِيْهَا وَأَلْقِ الْكِبْرَ وَالْحَسَدَا

Apabila ada seorang yang memberikan faedah kepadamu

Berupa ilmu maka banyaklah terima kasih padanya selama-lamanya

Katakanlah: Semoga Allah membalas si fulan dengan kebaikan

Karena dia telah memberiku faedah, tinggalkan kesombongan dan kedengkian

Terkadang kita mendapatkan sebuah faedah berharga dari seorang kawan yang telah susah payah mendapatkannya, tetapi setelah itu kita menasabkannya kepada diri kita sendiri tanpa mengingat jerih payah saudara kita. Jangan, sekali-kali jangan, hindarilah perangai jelek ini. Hargailah jasa orang lain padamu, semoga Allah memberkahi ilmumu.
Ilmu merupakan harta tak ternilai yang dimiliki manusia. Allah ta’ala telah meninggikan orang-orang yang mempunyai ilmu beberapa derajat dibandingkan selain mereka, sebagaimana firman-Nya :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [QS. Al-Mujaadilah : 11].

Salah satu sarana untuk memelihara ilmu adalah dengan menulisnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ‎
“Ikatlah ilmu dengan kitab (yaitu : dengan menulisnya)” [Hadits shahih dengan keseluruhan jalannya‎].
Berikut akan dituliskan beberapa atsar dari salaf yang berkaitan tentang penulisan ilmu :
أَخْبَرَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَخْنَسِ، قَالَ: حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهَكَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيدُ حِفْظَهُ، فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ، وَقَالُوا: تَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَاءِ؟ فَأَمْسَكْتُ عَنْ الْكِتَابِ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَوْمَأَ بِإِصْبَعِهِ إِلَى فِيهِ، وَقَالَ: " اكْتُبْ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا خَرَجَ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Musaddad : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari ‘Ubaidullah bin Al-Akhnas, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Al-Waliid bin ‘Abdillah, dari Yuunus bin Maahik, dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata : “Dulu aku aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk aku hapalkan. Namun orang-orang Quraisy melarangku. Mereka berkata : ‘Engkau menulis semua yang engkau dengar dari Rasulullah ‎shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanyalah manusia biasa yang berbicara dalam keadaan marah dan ridlaa ?’. Akupun berhenti menulis, dan kemudian aku sebutkan hal itu kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengisyaratkan dengan jarinya ke mulutnya seraya bersabda : ‘Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah keluar darinya melainkan kebenaran” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 501; shahih. Diriwayatkan juga oleh Ahmad 2/164 & 192, Al-Haakim 1/105-106, dan yang lainnya].
ثنا وَكِيعٌ، حَدَّثَنِي الْمُنْذرُ بْنُ ثَعْلَبَةَ، عَنْ عِلْبَاءَ، قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ عَلَيْهِ السَّلامُ: " مَنْ يَشْتَرِي مِنِّي عِلْمًا بِدِرْهَمٍ "؟ قَالَ أَبُو خَيْثَمَةَ: يَقُولُ: " يَشْتَرِي صَحِيفَةً بِدِرْهَمٍ يَكْتُبُ فِيهَا الْعِلْمَ "
Telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepadaku Al-Mundzir bin Tsa’labah, dari ‘Ilbaa’, ia berkata : Telah berkata ‘Aliy ‘alaihis-salaam : “Siapakah yang mau membeli ilmu dariku dengan dirham ?”. Ibnu Abi Khaitsamah berkata : “(Maksudnya) ’Aliy berkata : ‘Membeli kertas dengan dirham, lalu ia tulis padanya ilmu” [Diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb dalam Al-‘Ilmno. 149; shahih. Diriwayatkan juga oleh Al-Khathiib dalam Taqyiidul-‘Ilm no. 167-168].
أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنِي ثُمَامَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ: أَنَّ أَنَسًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ يَقُولُ لِبَنِيهِ: " يَا بَنِيَّ قَيِّدُوا هَذَا الْعِلْمَ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Muslim bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Mutsannaa : Telah menceritakan kepadaku Tsumaamah bin ‘Abdillah bin Anas : Bahwasannya Anas radliyallaahu ‘anhu pernah berkata kepada anak-anaknya : “Wahai anak-anakku, ikatlah ilmu ini (dengan tulisan)” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 508; hasan].
ثنا وَكِيعٌ، عَنْ أَبِي كِيرَانَ، قَالَ: سَمِعْتُ الشَّعْبِيَّ، قَالَ: " إِذَا سَمِعْتَ شَيْئًا فَاكْتُبْهُ وَلَوْ فِي الْحَائِطِ "
Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Abu Kiiraan, ia berkata : Aku mendengar Asy-Sya’biy berkata : “Apabila engkau mendengar sesuatu (ilmu), maka catatlah meskipun pada dinding” [Diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah dalam Al-‘Ilmu no. 146; shahih. Diriwayatkan juga Ad-Duulabiy dalam Al-Kunaa no. 1632].
أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ شُجَاعٍ، أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبٍ، أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ الْغَازِ، قَالَ: " كَانَ يُسْأَلُ عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ، وَيُكْتَبُ مَا يُجِيبَ فِيهِ بَيْنَ يَدَيْهِ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Waliid bin Syujaa’ : Telah mengkhabarkan kepadaku Muhammad bin Syu’aib : Telah mengkhabarkan kepada kami Hisyaam bin Al-Ghaaz, ia berkata : ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah pernah ditanya, dan kemudian ditulis jawabannya di hadapannya” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 523; shahih].
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ، أَخْبَرَنَا فُضَيْلٌ، عَنْ عُبَيْدٍ الْمُكْتِبِ، قَالَ: " رَأَيْتُهُمْ يَكْتُبُونَ التَّفْسِيرَ عِنْدَ مُجَاهِدٍ
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Amru bin ‘Aun : Telah mengkhabarkan kepada kami Fudlail, dari ‘Ubaid Al-Muktib, ia berkata : “Aku melihat mereka menulis tafsir di sisi Mujaahid” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 519; shahih. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Ma’iin dalam Hadiits-nya riwayat Abu Bakr Al-Marwaziy no. 86].
أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، قَالَ: " يَعِيبُونَ عَلَيْنَا الْكِتَابَ، وَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي فِي كِتَابٍ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Sulaimaan bin Harb : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, dari Ayyuub, dari Abu Maliih, ia berkata : “Mereka mencelaku karena aku menulis ilmu/hadits. Padahal Allah ta’alatelah berfirman : “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab” (QS. Thaha : 52)” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 506; shahih].

Sikap sebagian salaf yang membenci penulisan hadits/ilmu tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya :
1.      Kekhawatiran akan tersibukkannya mereka terhadap tulisan tersebut sehingga melalaikan Al-Qur’an. Di antara riwayat yang menunjukkan hal tersebut antara lain :
أَخْبَرَنِي أَبُو الْفَتْحِ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَرَ بْنِ خَلَفٍ الرَّزَّازُ، أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ الْبُرُوجِرْدِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ وَهْبٍ الْحَافِظُ، فِي سَنَةِ ثَمَانِ وَثَلاثِ مِائَةٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَلَفٍ الْعَسْقَلانِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ الْفِرْيَابِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ الثَّوْرِيُّ، عَنْ مَعْمَرِ بْنِ رَاشِدٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، أَنَّهُ أَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ السُّنَنَ فَاسْتَخَارَ اللَّهَ شَهْرًا، فَأَصْبَحَ وَقَدْ عَزَمَ لَهُ، ثُمَّ قَالَ: " إِنِّي ذَكَرْتُ قَوْمًا كَانُوا قَبْلَكُمْ كَتَبُوا كِتَابًا فَأَقْبَلُوا عَلَيْهِ وَتَرَكُوا كِتَابَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ "
Telah mengkhabarkan kepadaku Abul-Fath ‘Abdul-Malik bin ‘Umar bin Khalaf Ar-Razzaaz : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Ubaidullah bin Sa’iid Al-Buruujardiy : Telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad ‘Abdullah bin Muhammad bin Wahb Al-Haafidh pada tahun 309 H : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalaf Al-‘Asqalaaniy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yuusuf Al-Firyaabiy : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin Sa’iid Ats-Tsauriy, dari Ma’mar bin Raasyid, dari Az-Zuhriy, dari ‘Urwah bin Az-Zubair, dari ‘Abdullah bin ‘Umar, dari ‘Umar bin Al-Khaththaab : Bahwasannya ia bermaksud hendak menuliskan sunnah-sunnah, kemudian ia beristikharah kepada Allah selama sebulan, lalu setelah itu ia pun bertekad untuk benar-benar melaksanakannya. Ia berkata : “Sesungguhnya aku pernah menyebutkan satu kaum sebelum kalian yang menulis kitab. Lalu mereka berpaling pada kitab tersebut dan meninggalkan Kitabullah ‘azza wa jalla” [Diriwayatkan oleh Al-Khathiib dalam Taqyiidul-‘Ilmi no. 68 dengan sanad shahih].
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي دَاوُدَ، ثنا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، ثنا ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي الْحَسَنُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ كَانَ يَنْهَى عَنْ كِتَابِ الْعِلْمِ، وَأَنَّهُ قَالَ: " إِنَّمَا أَضَلَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْكُتُبُ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub bin Abi Daawud: Telah menceritakan kepada kami Rauh bin ‘Ubaadah : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij : Telah mengkhabarkan kepadaku Al-Hasan bin Muslim, dari Sa’iid bin Jubair : Bahwasannya Ibnu ‘Abbaas melarang penulisan ilmu, dan ia berkata : “Yang menyesatkan orang-orang sebelum kalian hanyalah kitab-kitab” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Madkhal no. 736 dengan sanad shahih].
 حدثني أبي : قال : حدثنا ابن علية . قال : إنما كرهوا الكتاب . لأن من كان قبلكم اتخذوا الكتب , فأعجبوا بها ، فكانوا يكرهون أن يشتغلوا بها عن القرآن
Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ulayyah, ia berkata : “Mereka (sebagian salaf) hanyalah membenci kitab-kitab karena orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kitab-kitab (sebagai pegangan), lalu mereka pun kagum padanya. Mereka (sebagian salaf) membenci bahwa hal itu akan menyibukkan mereka dari Al-Qur’an” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam Al-‘Ilal no. 2731; shahih].
2.      Kekhawatiran akan ketergantungan terhadap kitab sehingga melemahkan hapalan mereka. Telah lewat beberapa riwayat di atas tentang anjuran untuk menghapalkan ilmu/hadits dari salaf. Ada beberapa riwayat lain yang menunjukkan hal itu antara lain :
أَخْبَرَنَا ابْنُ رَزْقَوَيْهِ، أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا حَنْبَلُ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ اللَّهِ وَهُوَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، قَالَ: بِئْسَ الْمُسْتَودِعُ الْعِلْمَ الْقَرَاطِيسَ
Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Razqawaih : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Utsmaan bin Ahmad : Telah menceritakan kepada kami Hanbal bin Ishaaq : Telah menceritakan kepadaku Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sa’iid, dari Sufyaan Ats-Tsauriy, ia berkata : “Sejelek-jelek tempat penyimpanan ilmu adalah kertas” [Diriwayatkan oleh Al-Khathiib dalam Taqyiidul-‘Ilmi no. 85 dengan sanad shahih].

Atas riwayat ini, Al-Khathiib rahimahullahberkomentar :
وَكَانَ سُفْيَانُ يَكْتُبُ، أَفَلا تَرَى أَنَّ سُفْيَانَ ذَمَّ الاتِّكَالِ عَلَى الْكِتَابِ وَأَمَرَ بِالْحِفْظِ، وَكَانَ مَعَ ذَلِكَ يَكْتُبُ احْتِيَاطًا وَاسْتِيثَاقًا
“Namun Sufyaan sendiri menulis. Tidakkah engkau lihat bahwasannya Sufyaan mencela bergantung pada kitab dan memerintahkan untuk menghapalnya ? – dan bersamaan dengan itu, ia pun menulis sebagai kehati-hatian dan membantu ketelitian” [Taqyiidul-‘Ilmi, hal. 62].
Di antara salaf, ada yang menulis untuk menghapalnya; dan jika telah hapal, mereka pun menghapusnya.
أَخْبَرَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَتِيقٍ، أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ سِيرِينَ كَانَ لا يَرَى بَأْسًا أَنْ يَكْتُبَ الْحَدِيثَ، فَإِذَا حَفِظَهُ مَحَاهُ "
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Affaan bin Muslim, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, dari Yahyaa bin ‘Atiiq : Bahwasannya Muhammad bin Siiriin memandang tidak mengapa menulis hadits. Apabila telah menghapalnya, ia menghapusnya” [Diriwayatkan Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat 7/101; shahih. Diriwayatkan juga oleh Ar-Raamahurmuziy dalam Al-Muhaddits Al-Faashil no. 371 dan Al-Khathiib dalam Taqyiidul-‘Ilmi no. 90].
حدثني أبي، قال: حدثنا وكيع، قال: حدثنا الأعمش، عن إبراهيم، قال: قال مسروق لعلقمة: اكتب لي النظائر، قال: أما علمت أن الكتاب يكره، قال: إنما أتعلمه، ثم أمحاه، قال: لا بأس.
Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Wakii’, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Ibraahiim, ia berkata : Masruuq pernah berkata kepada ‘Alqamah : “Tuliskanlah untukku yang semisalnya”. ‘Alqamah berkata : “Tidakkah engkau mengetahui bahwa penulisan itu dibenci ?”. Masruuq berkata : “Ia hanyalah aku pergunakan untuk belajar (menghapalnya) saja, kemudian aku akan menghapusnya”. ‘Alqamah berkata : “Tidak mengapa dengannya” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam Al-‘Ilal no. 242 dengan sanad shahih. Diriwayatkan juga oleh Ibnu ‘Abdil-Barr dalam Al-Jaami’ no. 359 dan Al-Khathiib dalam Taqyiidul-‘Ilmi no. 86].
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ هَانِئٍ، نا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، نا حَجَّاجٌ، قَالَ: سَمِعْتُ شُعْبَةَ، يَقُولُ: قَالَ خَالِدٌ الْحَذَّاءُ: " مَا كَتَبْتُ حَدِيثًا قَطُّ إِلا حَدِيثًا طَوِيلا، فَإِذَا حَفِظْتُهُ مَحَوْتُهُ "
Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Haani’ : Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin Hanbal : Telah mengkhabarkan kepada kami Hajjaaj, ia berkata : Aku mendengar Syu’bah berkata : Telah berkata Khaalid Al-Hadzdzaa’ : “Aku tidak menulis hadits sedikitpun, kecuali hadits yang panjang. Apabila aku telah menghapalnya, aku pun menghapusnya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d no. 1265; shahih. Diriwayatkan juga oleh Ramaahurmuziy dalam Al-Muhaddits Al-Faashil no. 374 dan Al-Khathiib dalamTaqyiidul-‘Ilmi no. 88].
3.      Kekhawatiran bahwasannya kitab ilmu itu akan disalahgunakan.
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ، وَعُبَيْدُ اللَّهِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ نُعْمَانَ بْنِ قَيْسٍ، أَنَّ عَبِيدَةَ دَعَا بِكُتُبِهِ فَمَحَاهَا عِنْدَ الْمَوْتِ، وَقَالَ: " إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَلِيَهَا قَوْمٌ، فَلَا يَضَعُونَهَا مَوَاضِعَهَا "
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Yuusuf dan ‘Ubaidullah, dari Sufyaan, dari Nu’maan bin Qais : Bahwasannya ‘Ubaidah pernah meminta kitab-kitabnya lalu menghapusnya menjelang kematiannya, lalu ia berkata : “Sesungguhnya aku khawatir ia akan jatuh pada satu kaum, dimana mereka tidak menempatkannya pada tempat yang semestinya” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 481; shahih. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah 9/17, Ibnu Sa’d 6/63, Abu Khaitsamah dalam Al-‘Ilm no. 112, dan Al-Khathiib dalam Taqyiidul-‘Ilmino. 95-96].
Seandainya ilmu itu benar-benar tidak tercatat dan dibukukan, betapa banyak kita akan kehilangannya.
وَأُخْبِرْتُ عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، قَالَ: قَالَ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، أَخْبَرَنِي صَالِحُ بْنُ كَيْسَانَ، قَالَ: " اجْتَمَعْتُ أَنَا وَالزُّهْرِيُّ، وَنَحْنُ، نَطْلُبُ الْعِلْمَ فَقُلْنَا نَكْتُبُ السُّنَنَ قَالَ: وَكَتَبْنَا مَا جَاءَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ثُمَّ قَالَ نَكْتُبُ مَا جَاءَ عَنِ الصَّحَابَةِ فَإِنَّهُ سَنَّةٌ، قَالَ: قُلْتُ إِنَّهُ لَيْسَ بِسُنَّةٍ فَلا نَكْتُبُهُ، قَالَ: فَكَتَبَ وَلَمْ أَكْتُبْ فَأَنْجَحَ وَضَيَّعْتُ،
Aku telah mengkhabarkan dari ‘Abdurrazzaaq, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Ma’mar : telah mengkhabarkan kepadaku Shaalih bin kaisaan, ia berkata : “Aku pernah berkumpul bersama Az-Zuhriy, dan kami sedang mencari ilmu. Kami berkata : ‘Kita akan menulis sunnah-sunnah’. Ia (Az-Zuhriy) berkata : ‘Kita akan menulis apa yang datang dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam’. Ia melanjutkan : ‘Dan kita juga akan menulis apa-apa yang datang dari para shahabat, karena ia merupakan sunnah juga’. Aku berkata : ‘Ia bukan merupakan sunnah, maka kita jangan menulisnya’. Ia (Az-Zuhriy) tetap menulisnya, sedangkan aku tidak. Ia berhasil (menjaga sunnah para shahabat), sedangkan aku kehilangan (sunnah para shahabat)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d 2/446; shahih. Diriwayatkan juga oleh Abu Zur’ah dalam At-Taariikh no. 966].
أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ شُجَاعٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ شَابُورٍ، أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ أَبِي السَّائِبِ، عَنْ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، قَالَ: كَتَبَ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ إِلَى عَامِلِهِ أَنْ يَسْأَلَنِي عَنْ حَدِيثٍ، قَالَ رَجَاءٌ: " فَكُنْتُ قَدْ نَسِيتُهُ لَوْلَا أَنَّهُ كَانَ عِنْدِي مَكْتُوبًا "
Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Waliid bin Syujaa’ : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Syu’aib bin Syaabuur : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Waliid bin Sulaimaan bin Abis-Saaib, dari Rajaa’ bin Haiwah, bahwasannya ia telah menceritakan kepadanya, ia berkata : “Hisyaam bin ‘Abdil-Malik pernah menulis kepada pegawainya untuk menanyakan kepadaku tentang hadits”. Rajaa’ melanjutkan : “Niscaya aku lupa hadits itu seandainya ia tidak tertulis di sisiku” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 522; shahih. Diriwayatkan juga oleh Abu Zur’ah dalam At-Taariikh no. 793].
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، قَالَ: كَتَبَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ إِلَى أَهْلِ الْمَدِينَةِ: " أَنْ انْظُرُوا حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاكْتُبُوهُ، فَإِنِّي قَدْ خِفْتُ دُرُوسَ الْعِلْمِ وَذَهَابَ أَهْلِهِ "
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Hassaan : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin Muslim, dari ‘Abdullah bin Diinaar, ia berkata : ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz menulis surat penduduk Madiinah : “Hendaknya kalian periksa hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu tulislah. Karena sesungguhnya aku khawatir (hilangnya) pelajaran ilmu dan meninggalnya ulama” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 505; shahih].
أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ، حَدَّثَنَا سَوَادَةُ بْنُ حَيَّانَ، قَالَ: سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ قُرَّةَ أَبَا إِيَاسٍ، يَقُولُ: كَانَ يُقَالُ: " مَنْ لَمْ يَكْتُبْ عِلْمَهُ، لَمْ يَعُدْ عِلْمُهُ عِلْمًا "
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdil-Majiid : Telah menceritakan kepada kami Sawaadah bin Hayyaan, ia berkata : Aku mendengar Mu’aawiyyah bin Qurrah Abu Iyaas berkata : “Dahulu dikatakan : ‘Barangsiapa yang tidak menuliskan ilmunya, maka ilmunya itu tidak akan kembali menjadi ilmu (yang dapat dimanfaatkan – karena hilang)” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 507; shahih. Diriwayatkan juga oleh Ar-Ramaahurmuziy dalam Al-Muhaddits Al-Faashilno. 341-342 dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah2/302].

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar