Sabtu, 31 Desember 2016

Ibnu Firnas Al-Qurtubi Sang Peletak Dasar Teori Pesawat Terbang

Sepanjang sejarah peradaban manusia pasca menyebarnya ajaran agama islam dan literaturnya ke seluruh penjuru dunia, banyak sekali terjadi penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam segala bidangnya oleh para tokoh muslim, baik di bidang kedokteran, ilmu falak, fisika, kimia, pemikiran filsafat dan lain sebagainya, semua itu berkat berkembangannya pemikiran manusia yang berpedoman pada al-quran sebagai sumber ilmu pengetahuan yang menyuruh kita untuk mentadabburi alam semesta.  

Sebagai bukti nyata atas kemajuan ilmu pengetahuan dalam sejarahnya, kita dapati ratusan bahkan ribuan buku literature kuno yang diwariskan para ulama terdahulu yang menjadi referensi premier ilmu pengetahuan di era modern, akan tetapi sangat disayangkan banyak sekali manupulasi sejarah islam yang membuat kita sering kali tertipu dengan fakta sejarah. 

Banyak bukti sejarah baik tertulis atau relief, yang menegaskan bahwa selama berabad-abad umat Islam menjadi role model perabadan dunia. Di antaranya adalah ada seorang ilmuan Islam melakukan riset tentang dunia penerbangan. Apa yang ilmuan Islam lakukan pada masa itu adalah terobosan dan eksplorasi pertama dalam dunia kedirgantaraan.

Orang yang pertama merobek sekat-sekat kejumudan dalam bidang ini adalah seorang muslim yang bernama Abbas bin Firnas. Ibnu Firnas menguasai banyak cabang ilmu pengetahuan. Ia suka menyibukkan diri dengan hal-hal baru. Dalam banyak manuskrip sejarah Andalusia, diceritakan bahwa Ibnu Firnas adalah seorang yang bersemangat dalam mempelajari hikmah, filsafat, matematika, dan kedokteran. Ia juga suka dengan ilmu falak. Dan unggul dalam bidang Kimia, Teknik, dan Arsitektur.

Kaum muslimin di Andalusia masa itu tengah gandrung dengan Ilmu Kedokteran dan Kimia. Abbas bin Firnas mencoba sesuatu yang baru, aerodinamika.

Mengenal Abbas bin Firnas

Abbas bin Firnas (810–887 A.D.), juga dikenal sebagai Abbas Abu al-Qasim bin Firnas ibn Wirdas al-Takurini ‎ al-Andalusi al-Qurthubi. Ia merupakan seorang penemu dari Andalusia. Seorang filsuf dan juga penyair. Ia dibina dan dididik di kota ilmu dan ulama, Takurina di wilayah Kordoba. Ia adalah seorang ‎polimatik Andalusia: ‎seorang penemu,fisikawan, kimiawan, teknisi, musisi Andalusia dan penyair berbahasa Arab. ‎Sering dikatakan keturunan Berber, ‎ia lahir di Izn-Rand Onda, Al-Andalus ‎(sekarang Ronda, Spanyol), tinggal di ‎Kekhalifahan Córdoba, dan dikenal karena perupaya melakukan penerbangan.‎

Kawah Ibn Firnas di Bulan dinamai untuk menghormatinya, serta Bandar Udara Ibn Firnas di Baghdad dan salah satu jembatan di sepanjang sungai Guadalquivir diCordoba.

Sejarawan tidak menyebutkan detil tentang kelahirannya. Hanya saja ia disebut hidup pada abad ke-2 sampai ke-3 Hijriyah. Ia hidup di masa kekhalifahan bani Umayyah II. Pada masa Khalifah al-Hakam I, Abdurrahman II, dan Muhammad I, yang hidup pada abad ke-9 Masehi.

Abbas bin Firnas menyandang kedudukan sebagai penyair kerajaan di ibu kota Kordoba. Ia merupakan sosok yang langka. Amat perhatian dengan matematika, ilmu falak, fisika, dan terkenal dengan riset tentang penerbangan. Ia adalah pilot pertama di dunia.

Para ahli sejarah sepakat, Abbas bin Firnas wafat pada tahun 887 M di umur yang ke 80 tahun.

Di masa hidupnya, Abbas tumbuh di pusat ilmu dan penemu. Ia tumbuh besar di Kota Kordoba, kota yang menjadi tujuan orang-orang Arab dan non-Arab untuk menimba ilmu pengetahuan dengan berbagai macam jurusannya.

Abbas bin Firnas memulai petualangannya dalam ilmu pengetahuan dengan mempelajari Alquran di Kuttab wilayah Takurina. Setelah itu barulah ia turut serta belajar di Masjid Kordoba untuk memperoleh pengetahuan Islam yang lebih luas. Fase belajar berikutnya, ia mulai mengadakan disukusi dan dialog, mengadakan seminar dan ceramah, dalam berbagai cabang ilmu syair, sastra, dan bahasa Arab.

Ia dikenal sebagai seorang sastrawan dan penyair Andalusia. Para pakar bahasa duduk bersamanya untuk belajar cabang-cabang ilmu bahasa Arab. Seperti: ilmu badi’, bayan, dan ilmu-ilmu balaghah lainnya.

Selain dikenal sebagai seorang ahli bahasa dan penyair yang handal, Ibnu Firnas juga menonjol dalam ilmu falak, kedokteran, dan penemu dalam berbagai bidang. Ia juga seorang ahli matematika dan Kimia.

Abbas bin Firnas adalah seorang yang sangat cerdas. Ia mampu memparalelkan satu cabang ilmu yang ia kuasai dengan cabang ilmu lainnya. Sehingga masing-masing ilmu itu memiliki keterkaitan, memberikan kajian yang lebih luas, dan lebih terasa manfaatnya secara ril. Misalnya, ilmu Kimia yang ia pelajari sangat membantunya dalam memahami detil pembuatan obat (farmasi), kedokteran, dan penerbangan. Ia memberikan sumbangsih pengetahuan yang begitu besar bagi ilmuan-ilmuan setelahnya. Para ilmuan di zamannya mengatakan, “Ia adalah seorang pakar dari para pakar. Unggul dari para koleganya dalam ilmu eksak, Kedokteran, Kimia, Teknik, Industri, dan para pakar sastra. Ia adalah seorang pionir yang mengejawantahkan sebuah teori menjadi riset dan praktik. Karena itulah, ia layak digelari dengan seorang maestronya Andalusia”.

Seorang Dokter Sekaligus Apoteker

Kajian Abbas bin Firnas meliputi ilmui Farmasi dan Kedokteran. Ia mampu mensinergikan kedua ilmu ini sehingga saling memanfaatkan satu dengan yang lain. Ia berpegang pada prinsip klasik kesehatan, mencegah lebih baik dari mengobati. “Satu ons pencegahan lebih baik dari satu kwintal pengobatan”, katanya.

Mungkin Anda bisa sebut Abbas seorang herbalis. Karena ia mempelajari benda-benda padat, pohon-pohon, dan juga tumbuh-tumbuhan untuk pengobatan. Ia mengadakan kajian dan diskusi bersama para dokter dan apoteker, mencari solusi tentang kesehatan badan dan menjaga dari penyakit.

Bani Umayyah II di Andalusia mengangkatnya sebagai dokter istana setelah menyeleksi beberapa dokter terkenal lainnya. Ia memiliki kualifikasi dokter yang luar biasa dalam hikmah, metode pengobatan, cara penyampaian, upaya pencegahan, dan kemampuan mengklasifikasikan makanan-makanan yang dapat berdampak penyakit.

Abbas bin Firnas tidak taklid dengan hasil riset orang lain. Ia belum puas sebelum melakukan penelitian sendiri. Oleh karena itulah, ia dikenal sebagai sosok yang senantiasa melakukan praktik dari teori-teori yang ia kaji, dalam setiap ilmu. Terutama Ilmu Kedokteran dan Farmasi. Lebih khusus lagi dalam bidang herbal.

Jasa dan Peninggalan Ibnu Firnas

Pertama: al-Miqat. Abbas bin Firnas membuat sebuah alat untuk mengetahui waktu. Semcam jam.

Kedua: al-Munaqalah. Yaitu sebuah alat hitung atau kalkulator di zaman itu.

Ketiga: Dzatul Halqi. Adalah astrolabe, yakni sebuah komputer astronomi yang sangat kuno untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan waktu, posisi matahari, dan bintang-bintang di langit.

Keempat: al-Qubah as-Samawiyah (planetarium). Planetarium adalah sebuah teater yang dibangun untuk menyajikan pertunjukan edukatif sekaligus hiburan tentang astronomi dan langit malam. Atau untuk pelatihan navigasi langit

Kelima: Membuat kaca dari batu dan pasir. Sejarawan sepakat bahwa Abbas bin Firnas adalah orang pertama di Andalusia yang mencetuskan ide industri kaca dari batu dan pasir. Dan Andalusia adalah wilayah termaju di Eropa saat itu.

Proses pemotongan batu kristal,

Firnas berhasil mengembangkan proses pemotongan batu kristal, yang pada saat itu hanya orang-orang Mesir yang mampu melakukannya. Berkat penemuannya ini, Spanyol saat itu tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir, tapi bisa diselesaikan sendiri di dalam negeri.

Salah satu penemuannya yang terbilang amat penting adalah pembuatan kaca silika serta kaca murni tak berwarna. Ibnu Firnas juga dikenal sebagai ilmuwan pertama yang memproduksi kaca dari pasir dan batu-batuan. Kejernihan kaca atau gelas yang diciptakannya itu mengundang decak kagum penyair Arab, Al-Buhturi (820 M – 897 M).
Atap rumah menyerupai bola langit

Dalam bidang ilmiah, ia memusatkan perhatiannya pada bidang ilmu-ilmu pasti (matematika) dan ilmu alam (fisika). Di antara bukti kecemerlangan otaknya dalam bidang ini adalah keberhasilannya dalam membuat atap rumahnya yang menyerupai bola langit. Hasil karyanya itu juga dilengkapi oleh sebuah perangkat yang mampu memperlihatkan gambaran tentang bintang, awan, kilat, dan halilintar di langit sebagaimana aslinya.
Alat pendeteksi waktu

Ia juga pernah membuat alat pendeteksi waktu, yang ia persembahkan khusus untuk Amir Muhammad bin Abdurrahman. Alat ini diberi nama ‘al-Minqalah’ dan dapat dipakai untuk mengetahui waktu malam dan siang tanpa perlu ada tulisan atau gambar. Ia juga merupakan orang yang pertama kali menemukan cara pembuatan kaca dari batu, dan disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membuat kristal. Selain menemukan berbagai teknologi penting dalam dunia penerbangan, Ibnu Firnas juga sukses dalam menciptakan sebuah jam air yang dikenal dengan sebutan ‘Al-Maqata’. Tidak cuma itu, dia juga berhasil menciptakan gelas berwarna. Dalam bidang astronomi, Ibnu Firnas pun mampu menciptakan semacam rantai cincin untuk menjelaskan pola gerakan planet dan bintang.

Ilmu Penerbangan

Abbas binf Firnas telah melakukan banyak riset dan penelitian. Ia telah mengkaji masa benda ketika dihadapkan dengan udara dan pengaruh tekanan udara terhadap benda di ruang hampa uadara. Berbekal dari penguasaan ilmu eksak, matematika, dan kimia, ia terus mengkaji masa benda. Sampai akhirnya ia melakukan eksperim menerbangkan diri.

Ibnu Firnas memakai semacam sayap burung lengkap dengan bulu-bulunya yang terbuat dari sutra. Yang telah ia hitung mampu menahan berat tubuhnya. Setelah persiapan dirasa cukup, ia mengumumkan bahwa dirinya akan melakukan percobaan terbang.

Orang-orang pun berkumpul di pusat Kota Kordoba untuk menyaksikan pementasan dengan bintang tunggal, Abbas bin Firnas. Seorang manusia akan terbang seperti burung-burung melangkahi bangunan-bangunan Kordoba. Ibnu Firnas menapak, menaiki tempat tinggi untuk memulai aksinya. Ia kibaskan kedua sayapnya menepak udara. Lalu ia terbang. Melayang jauh dari tempat bertolak. Orang-orang menyaksikan peristiwa itu penuh dengan rasa takjub. Sampai akhirnya Ibnu Firnas mendarat.

Ibnu Firnas telah membuktikan bahwa benda padat bisa melayang di udara. Ia mampu menjadikan tubuhnya ringan dan menolak gravitasi bumi. Ketika ia meloncat dari tempat yang tinggi udara membawanya. Teori-teori dan praktik ini, kemudian terus dikembangkan menjadi penerbangan modern saat ini.

Pengakuan Barat Terhadap Ibnu Firnas

Sejarawan Amerika, Ellen White, menulis sebuah kajian yang diterbitkan dalam jurnal teknologi dan budaya tahun 1960, ia berpendapat pelopor penerbangan pertama di Eropa adalah Eilmer of Malmesbury.

Eilmer melakukan penerbangan saat melarikan diri dari salah satu penjara di Inggris. Ia melakukan percobaan penerbangan itu di awal abad ke-11 M. Ia membuat sayap dari bulu-bulu, lalu mengikatkannya di lengan dan kakinya, kemudian terbang dalam jarak tertentu. Namun ia jatuh dan menderita patah kaki. Aksinya itu terjadi di awal tahun 1010 M. Ellen White menyatakan apa yang dilakukan Eilmer ini bukan terinspirasi mitologi Yunani kuno tentang Daedalus dan anaknya, Ikarus. Ia mengikuti kajian ilmiah yang dilakukan oleh Ibnu Firnas. Karena Ibnu Firnas menjadi satu-satunya rujukan dalam dunia penerbangan di abad ke-11 M.

Namun sangat disayangkan, buku-buku ensiklopedi sejarah penerbangan hanya memunculkan nama Orville Wright (1877 – 1923 M) dan saudaranya Wilbur Wright (1867 -1912 M), sebagai pelopor dunia penerbangan. Mereka melupakan nama ilmuan muslim, Abbas bin Firnas, sebagai orang pertama yang mengadakan kajian manusia terbang melawan gravitasi bumi. Ibnu Firnas mencapai prestasinya pada abad ke-9, hampir 1000 tahunan sebelum Wright bersaudara melakukan penerbangan perdananya.

Capaian Ibnu Firnas tentu sesuatu yang ajaib di masa itu. Setelah itu, dunia penerbangan terus berkembang, Wright bersaudara dengan pesawat mesinnya hingga jadi seperti sekarang.

Wafatnya Ibnu Firnas 

Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888, dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.

Walaupun percobaan terbang menggunakan sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu tidak berhasil dengan sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari Roger Bacon 500 tahun setelah Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya. Kemudian sekitar 200 tahun setelah Bacon (700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas), barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.

Pelajaran

Pertama: Umat Islam dahulu, mendahulukan Alquran sebelum segala sesuatu. Abbas bin Firnas mengenyam pendidikan Alquran sebelum mengenal yang lainnya. Kemudian mempelajari ilmu agama di masjid. Baru setelah itu, mempelajari ilmu yang menjadi passion-nya. Oleh karena itu, para orang tua jangan salah mengambil tahap pendidikan anaknya.

Kedua: Umat Islam adalah pelopor dalam praktik. Dulu, orang-orang Yunani hanya mencetuskan ide dari sebuah perenungan. Namun mereka tidak membuktikan kebenarannya dalam tataran praktik. Oleh karena itu, tidak ada inovasi dan penemuan. Berbeda dengan umat Islam, sebuah teori dijawantahkan dengan sebuah praktik dan riset sehingga muncullah banyak penemuan-penemuan.

Ketiga: Umat Islam telah mengenal peradaban jauh sebelum Eropa dan Amerika mengenalnya. Jika Anda membaca sejarah Andalusia, Anda akan menemukan bagaimana kemegahan kotanya, keindahan bangunannya, kemodernan masyarakatnya, perkembangan ilmu pengetahuannya. Di sisi lain, Anda juga akan menemukan orang-orang Eropa masih tenggelam dalam kegelapan. Bacalah sejarah, bagaimana Ratu Isabella sangat ingin melihat Kota Granada sebelum mereka menaklukkannya hingga membahayakannya nyawanya. Karena apa? Karena tingginya peradaban kaum muslimin.

Benarlah firman Allah ﷻ

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)” (QS:Ali Imran Ayat: 140).

Sebagai penutup, penulis mengutip perkataan imam ‘Abdu al-Razaq bin Himam bin Nafi’ al-Shan’ani:
سمعت سفيان الثوري يقول لرجل من العرب: "وَيْحكم، اطلبوا العلم فإني أخاف أن يخرج العلم من عندكم فيصير إلى غيركم فتذلون. اطلبوا العلم فإنه شرف في الدنيا وشرف في الآخرة".
Saya mendengar Sufyan al-Stawri berkata kepada seseorang dari arab: “Celakalah kalian, tuntutlah ilmu karena saya takut suatu saat nanti akan hilang ilmu dari kalian dan kalian dapati pada orang-orang selain kalian, maka kalian akan menjadi hina. Tuntutlah ilmu, karena ia adalah suatu kemuliaan di dunia dan di akhirat".
Sangat tepat sekali apa yang dikatakan sufyan untuk para kaum muslim sekarang ini, banyak sekali ilmu pengetahuan yang dulu pernah ditemukan dan dikembangkan para tokoh muslim kini berada pada orang-orang non-muslim. Kaum muslim sekarang hanya menjadi ekor yang letaknya selalu berada dibelakang dan selalu diremehkan, karena kita hanya sibuk membanggakan apa yang pernah diperbuat pendahulu kita tanpa disertai usaha yang sama bahkan melebihi dari usaha mereka. Maka dengan hadirnya tulisan ringkas ini dapat memotivasi para kaum muslim untuk bangun dari tidur yang berkepanjangan, bangkit untuk mengembalikan kejayaan yang dulu pernah diperjuangkan para pendahulunya.‎‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar