Rabu, 21 Desember 2016

Keteladanan Umul-Mukminin Juwairiyan Binti Al-Harits Ra

Juwairiyah Binti Al-Harits adalah salah satu istri Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Bani Musthaliq. Juwairiyah Binti al-Harits Bin Abi Dhirar bin al-Habib al-Khuza’iyah al-Mushthaliqiyyah adalah secantik-cantik seorang wanita. Beliau termasuk wanita yang ditawan tatkala kaum muslimin mengalahkan Bani Mushthaliq pada saat perang Muraisi’. Sebelumnya, beliau bernama Barrah namun setelah masuk islam dan dinikahi Rasulullah namanya berganti menjadi Juwairiyah. Setelah dia memeluk Islam, Banil-Musthaliq mengikrarkan diri menjadi pengikut Nabi SAW.

Sebelum dinikahi Rasulullah, Juwairiyah menikah dengan anak pamannya, yaitu Musafi bin Shafwan bin Malik bin Juzaimah, yang tewas dalam pertempuran Muraisi' melawan kaum muslimin. Juwairiyah adalah seorang putri pemimpin Banil Musthaliq yang bernama al-Harits bin Abi Dhiraar yang sangat memusuhi Islam.
Menjadi tawanan saat perang Muraisi'

Suatu saat pemimpin Bani Musthaliq, Ayah Barrah berencana untuk menyerang kaum Muslimin di Madinah. Bani Musthaliq berniat untuk mengalahkan pasukan tentara Islam dan mengambil alih kekuasaan di antara suku-suku Arab. Rencana itupun sampai ke telinga Rasulullah SAW.

Untuk memastikan kabar itu, Nabi SAW lalu menugaskan Buraidah bin Al-Hushaid untuk memastikan kebenaran informasi itu. Ternyata, rencana penyerangan yang akan dilakukan Bani Musthaliq itu tak sekedar isu melainkan kenyataan. Rasulullah pun menyusun kekuatan dan menyerang terlebih dahulu.

Pertempuran tentara Islam melawan kaum kafir dari Bani Musthaliq itu dikenal sebagai perang Perang Muraisi' dan terjadi pada bulan Sya'ban tahun kelima Hijrah. Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Pemimpin bani Musthaliq, Al-Harits melarikan diri dari medan peperangan dan suami Barrah tewas terbunuh.

Seluruh penduduk yang selamat, termasuk Barrah menjadi tawanan. Sebagai seorang terpelajar, mengetahui dirinya menjadi tawanan, Barrah mengajukan tawaran untuk membebaskan diri. Ia lalu mencoba bernegosiasi dan meminta bertemu dengan Nabi SAW. Upayanya membuahkan hasil.

Tentang Juwairiyah, Aisyah mengemukakan cerita sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Saad dalam Thabaqatnya, “Rasulullah SAW menawan wanita-wanita Bani Musthaliq, kemudian beliau menyisihkan seperlima dari mereka dan membagikannya kepada kaum muslimin. Bagi penunggang kuda mendapat dua bagian, dan lelaki yang lain mendapat satu bagian. Juwairiyah jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Samas al-Anshari.
Dinikahi oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam

Saat Juwairiyah jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Samas al-Anshari, ia berumur 20 tahun. Beliau menulis untuk Tsabit bin Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya), kemudian mendatangi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam agar mau menolong untuk menebus dirinya. Maka menjadi iba-lah hati Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam melihat kondisi seorang wanita yang mulanya adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya. Maka beliau bertanya kepada Juwairiyyah: ”Maukah engkau mendapatkan hal yang lebih baik dari itu ?”.Maka dia menjawab dengan sopan: ”Apakah itu Ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab: ”Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!”. Maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan sedangkan dia hampir-hampir tidak perduli dengan kemerdekaan dia karena remehnya. Beliau menjawab:”Mau Ya Rasulullah”. MakaRasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallambersabda:” Aku telah melakukannya”.

‘Aisyah, Ummul Mukmini berkata: ”Tersebarlah berita kepada manusia bahwaRasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallamtelah menikahi Juwairiyyah binti al-Harits bin Abi Dhirar. Maka orang-orang berkata:”Kerabat Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam! Maka mereka lepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh dengan pernikahan beliau Shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan Juwairiyyah manjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga dari Bani Mushthaliq. Maka aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyyah.

Dan Ummul Mukminin ‘Aisyah menceritakan perihal pribadi Juwairiyyah: ”Juwairiyyah adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorangpun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati kepadanya. Tatkala Juwairiyyah meminta kepadaRasulullah untuk membebaskan dirinya sedangkan -demi Allah- aku telah melihatnya melalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena menduga bahwaRasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallamakan melihat sebagaimana yang aku lihat.

Maka masuklah pengantin wanita, Sayyidah Bani Mushthaliq kedalam rumah tangga Nubuwwah. Pada Mulanya, nama Beliau adalah Burrah namun Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menggantinya dengan Juwairiyyah karena khawatir dia dikatakan keluar dari biji gandum (keluar dari rumah burrah).
Masuk Islamnya al-Harits beserta kaum Bani Musthaliq

Seperti diriwayatkan Aisyah RA, kabar pernikahan Rasulullah dan Juwairiyah menyebar cepat di kalangan kaum Muslimin. Secara tak terduga, pernikahan itu menjadi berkah bagi kaum Bani Musthaliq yang tertawan dan menjadi budak. Para sahabat membebaskan semua tawanan yang masih memiliki hu bungan kekerabatan dengan Juwairiyah.

Ibnu Hasyim meriwayatkan bahwa akhirnya ayah beliau yang bernama al-Harits masuk Islam bersama kedua putranya dan beberapa orang dari kaumnya.

Semoga Allah merahmati Ummul Mukminin, Juwairiyyah karena pernikahannya denganRasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallammembawa berkah dan kebaikan yang menyebabkan kaumnya, keluarganya dan orang-orang yang dicintainya berpindah dari memalingkan ibadah untuk selian Allah dan kesyirikan menuju kebebasan dan cahaya Islam beserta kewibawaannya. Hal itu merupakan pelajaran bagi mereka yang bertanya-tanya tentang hikmah Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam beristri lebih dari satu.

Keistimewaan Juwairiyah binti Harits r.a
1.      Juwairiyah binti Haritsbermimpi kejatuhan Bulan
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Tiga malam sebelum kedatangan Rasulullah, aku bermimpi melihat sepertinya bulan berjalan dari Yatsrib (Madinah) hingga jatuh di pangkuanku. Aku tidak suka menceritakan mimpiku tersebut kepada siapapun di antara manusia, hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba. Ketika kami tertawan, aku mengharapkan realisasi mimpiku tersebut, ternyata kemudian Rasulullah memerdekakanku dan menikahiku.”
 (HR. Al-Baihaqi & Al-Hakim)     
2.      Pujian Aisyah atas kecantikan Juwairiyah binti Harits
Diantara istri-istri Rasulullah, Juwairiyah terkenal sebagai istri yang paling manis dan baik parasnya. Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Juwairiyah adalah wanita yang manis dan cantik, sipapun yang melihatnya pasti tertarik kepadanya.” (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
3.      Keberkahan Juwairiyah binti Harits bagi kaumnya
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membayar biaya pemerdekaan Juwairiyah dan menikahinya. Orang-orang pun mendengar bahwa Rasulullah telah menikahi Juwairiyah. Mereka berkata, ‘Keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ kemudian mereka melepas tawanan Bani Al-Mustaliq yang ada pada mereka. Sungguh dengan Juwairiyah, Allah Ta’ala memerdekakan seratus orang dari keluarga Bani Al-Mustaliq. Aku tidak tahu ada wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyah.”
 (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
4.      Rasulullah memberikan mahar yang ‘besar’ pada Juwairiyah
Sudah menjadi fitrah wanita untuk bersaing dengan madunya dan cenderung untuk saling berbangga diri. Begitu pula istri-istri nabi. Kadang-kadang mereka kelepasan bicara sehingga menyinggung perasaan istri yang lainnya.
“Juwairiyah Radhiyallahu Anhaberkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Sesungguhnya istri-istrimu berbangga diri terhadapku. Mereka berkata, ‘Engkau tidak dinikahiRasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. (maksudnya tidak diberi mahar)’ lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Bukankah aku telah memberi mahar yang sangat  besar? Bukankah aku telah memerdekakan empat puluh budak dari kaummu?’” (HR. Ath-Thabrani)
5.      Juwairiyah binti Harits ahli Dzikir
Jika Zainab binti Jahsy dikenal sebagai istri Rasulullah yang paling pandai membuat kerajinan tangan, maka Juwairiyah dikenal sebagai istri yang paling banyak Tasbihnya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist berikut ini:
Juwairiyah Radhiyallahu Anhaberkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadaku pada saat aku sedang bertasbih di suatu pagi kemudian beliau pergi lagi untuk memenuhi kebutuhan beliau. Pada kira-kira pertengahan siang, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang lagi kepadaku pada saat aku masih bertasbih. Beliau bersabda, ‘maukah kuajari kau kalimat yang sebanding dengan semua tasbihmu? Kalimat tersebut ialah SUBHANALLAH ADADA KHALQIHI (Mahasuci Allah atas semua Makhluk-Nya) 3x, SUBHANALLAH ZINATA ARSYIHI (Mahasuci Allah seberat Arsy-Nya) 3x, SUBHANALLAH RIDHA NAFSIHI (Mahasuci Allah sesuai Keridhaannya) 3x, dan SUBHANALLAH MIDADA KALIMATIHI (Mahasuci Allah sebanyak tinta Kalimat-Nya) 3x.”
 (HR. Muslim)‎

Wafatnya Juwairiyah

Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, Juwairiyah mengasingkan diri serta memperbanyak ibadah dan bersedekah di jalan Allah SWT dengan harta yang diterimanya dari baitul mal. Ketika terjadi fitnah besar berkaitan dengan Aisyah, dia banyak berdiam diri, tidak berpihak kemanapun.

Juwairiyah wafat pada masa kekhalifahanMu`awiyah bin Abu Sufyan, pada usianya yang keenam puluh. Ummul Mukminin, Juwairiyyah wafat pada tahun 50 H. Ada pula yang mengatakan tahun 56 H. Dia dikuburkan di Baqi`, bersebelahan dengan kuburan istri-istri Rasulullah SAW yang lain.


Diantara Hadits Riwayat Beliau
Hadits Ahmad 26153

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَوْلَى آلِ طَلْحَةَ قَالَ سَمِعْتُ كُرَيْبًا يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ جُوَيْرِيَةَ قَالَتْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى جُوَيْرِيَةَ بَكَرًا وَهِيَ فِي الْمَسْجِدِ تَدْعُو ثُمَّ مَرَّ عَلَيْهَا قَرِيبًا مِنْ نِصْفِ النَّهَارِ فَقَالَ مَا زِلْتِ عَلَى حَالِكِ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُعَلِّمُكِ كَلِمَاتٍ تَعْدِلُهُنَّ بِهِنَّ وَلَوْ وُزِنَ بِهِنَّ وُزِنَ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ ثَلَاثًا سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ وَكَانَ اسْمُهَا بَرَّةَ فَسَمَّاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُوَيْرِيَةَ

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Muhammad bin Abdurrahman] bekas budak keluarga Thalhah, berkata; aku pernah mendengar [Kuraib] menceritakan dari [Ibnu Abbas] dari [Juwairiyah] dia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati Juwairiyah di pagi hari, ketika itu dia berada di masjid sedang berdoa. Kemudian menjelang tengah hari beliau kembali melewatinya seraya bertanya: "Apakah kamu masih pada posisimu?" dia menjawab, "Ya." Belaiu lalu bersabda: "‎Maukah aku beritahukan kepadamu beberapa kalimat yg dapat menyamainya, yg seandainya ditimbang maka akan menyamainya, yaitu; SUBHAANALLAAH 'ADADA KHALQIHI, SUBHAANALLAAH 'ADADA KHALQIHI (Maha suci Allah sebanyak ciptaan-Nya, Maha suci Allah sebanyak ciptaan-Nya) tiga kali, SUBHAANALLAAH RIDLAA NAFSIHI, SUBHAANALLAAH RIDLAA NAFSIHI, SUBHAANALLAAH RIDLA NAFSIHI (Maha suci Allah sebagaimna Dia ridla terhadap diri-Nya) tiga kali, SUBHAANALLAAH ZINATA 'ARSYIHI, SUBHAANALLAAH ZINATA 'ARSYIHI, SUBHAANALLAAH ZINATA 'ARSYIHI (Maha suci Allah sebanyak hiasan yg ada di atas Arsy-Nya) tiga kali, SUBHAANALLAAH MIDAADA KALIMAATIHI, SUBHAANALLAAH MIDAADA KALIMAATIHI, SUBHAANALLAH MIDAADA KALIMAATIHI (Maha suci Allah sebanyak tinta kalimat-Nya) tiga kali. Dulu namanya adl Barrah, kemudian Rasulullah memberinya nama dgn Juwairiyah. [HR. Ahmad No.26153].‎

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar