Rabu, 25 Januari 2017

Keikhlasan Imam Ibnu Ruslan

Al-Imam al-`Allamah Syihabuddin Ahmad bin Husain bin Hasan bin Ali bin Yusuf bin Ali bin Arsilan ar-Ramli asy-Syafi'i (bahasa Arab: الإمام العلامة شهاب الدين أحمد بن حسين بن حسن بن علي بن يوسف بن علي بن أرسلان الرملي الشافعي) atau lebih dikenal dengan Ibnu Ruslan lahir di Ramallah, Palestina, pada tahun 773 H, dan wafat pada tanggal 24 Sya'ban 844 H di Masjid al-Aqsa, adalah seorang ulama di bidang Qira'at al-Qur'an,Fikih, Ushul Fikih dan Sirah.

Kehidupan‎

Ibnu Ruslan telah menghafal al-Qur'an pada umur 10 tahun, dan di awal perjalanan dalam menuntut ilmu, ia mempelajari nahwu, bahasa Arab, dalil-dalil syair dan Nazham. Ia mempelajari kitab Al-Hawi dari Syamsuddin al-Qalqasyandi, mempelajari Shahih Bukhari dari Syihabuddin Abu al-Khair bin al-`Ala, mempelajari Al-Muwaththa' riwayat Yahya bin Bukair dari Abu Hafs Umar bin Muhammad bin Ali ash-Shalihi (Ibnu az-Zaratini), mempelajari Sunan at-Tirmidzi,Sunan Ibnu Majah, asy-Syifa dan Sirah Ibnu Hisyam dari Abu al-Abbas Ahmad bin Ali bin Sanjar al-Mardini, mempelajari sebagian besar Shahih al-Bukhari dari Jalaluddin al-Bulqini yang memperbolehkannya untuk berfatwa, mempelajari Nahwu dari al-Ghumari, dan mendapatkan ijazah sanad dari an-Nasyawuri. Dengan banyak berdiskusi, mengikuti kajian, mengulang pelajaran dan sibuk dalam menuntut ilmu, ia tetap tinggal di Yerusalem dan terkadang ia tinggal diRamallah. Akhirnya ia menjadi Imam terdepan pada masanya di bidang Fikih,Ushul Fikih, Bahasa Arab, serta juga mempelajari ilmu-ilmu lainnya sepertiHadits, Tafsir dan Ilmu Kalam.

Guru-gurunya

Syaikh Syamsuddin al-Qalqasyandi, dalam ilmu fikih
Syihabuddin Ibnu al-Haim, dalam ilmu Faraidh dan Hisab
Jalaluddin al-Busthami, dalam ilmu Tasawuf
Syihabuddin Ibnu an-Nashih, dalam ilmu Tasawuf
Muhammad al-Qarmi, dalam ilmu Tasawuf
Muhammad al-Qadiri, dalam ilmuTasawuf
Abu Bakr al-Maushuli
Abu Hurairah Ibnu adz-Dzahabi
Ibnu al-`Izz
Ibnu Abi al-Majd
Ibnu Shiddiq
At-Tanukhi
Ibnu al-Kuaik
Abu al-Abbas Ahmad bin Ali bin Sanjar al-Mardini
Nasim bin Abi Said ad-Daqaq
Ali bin Ahmad an-Nuwairi al-`Uqaili
Syihabuddin al-Hisbani
Jalaluddin al-Bulqini
Sirajuddin al-Bulqini, ayah dari Jalaluddin al-Bulqini
Murid-muridnya

Al-Imam al-Hafidz, an-Naqid al-'Allamah, Syaikh al-Muhadditsin, Abu Abdillah bin al-Bayyi' adh-Dhabbi ath-Thahmani an-Naisaburi
Al-Imam al-Hafidz al-Mutqin an-Nasabah Abu Muhammad Abdul Ghani bin Ali bin Said bin Basyar al-Azadi al-Mishri
Al-Imam al-Hafidz ats-Tsiqah al-'Allamah, Syaikh al-Islam, Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa al-Mihrani al-Asbahani

Karya-karyanya

Beberapa tulisan di bidang Tafsir
Syarh Sunan Abi Dawud, dicetak 11 jilid
Syarh al-Hawi, dalam ilmu Furu` Fikih
Syarh Jam'u al-Jawami`, Imam as-Subki, dalam ilmu Ushul Fikih
Syarh Mukhtashar Ibnu al-Hajib, dalam ilmu Ushul Fikih
Nihayatu as-Sul Syarh Minhaj al-Ushul, Imam al-Baidhawi, dalam ilmu Ushul Fikih
Syarh Shahih al-Bukhari, sampai Bab Haji, dicetak dalam 3 jilid
Syarh Thaibatu an-Nasyri fi al-Qir'at al-Asyr, dicetak dalam 11 jilid
Syarh Milhatu al-I`rab, Imam al-Hariri
Syarh Alfiyatu al-`Iraqi, dalam ilmu Sirah
Ta`liqah `ala asy-Syifa, Imam al-Qadhi al-`Iyyadh
Syarh al-Bahjah al-Wardiyah, Ibnu al-Wardi
Tanqih al-Adzkar, Imam an-Nawawi
Mukhtashar al-Minhaj, Imam an-Nawawi
Mukhtashar Raudhatu ath-Thalibin, Imam an-Nawawi, dengan menghapus khilaf (permasalahan-permasalahan)
Manzhumah fi ats-Tsalatsi al-Qira'at az-Zaidah 'ala as-Sab`i
Manzhumah fi ats-Tsalatsi al-Qira'at az-Zaidah 'ala al-`Asyri
Mukhtashar Hayatu al-Hayawan, Imam ad-Damiri
I`rab al-Alfiyah, Imam Ibnu Malik al-Andalusi
Thabaqat al-Fuqaha asy-Syafi`iyyah
Syarh Tarajim Ibnu Abi Hamzah
Ar-Raudhah al-Ardhiyyah fi Qismi al-Faridhah
Suthur al-A`lam
Syarh Muqaddimah az-Zahid
Shafwatu az-Zubad

Keikhlasan Beliau Dalam Menulis Kita Zubad

Imam Ibnu Ruslan menyelesaikan penulisan kitab Zubad di atas sebuah kapal yang berlayar di laut lepas. Beliau di situ bersama banyak orang. Di saat orang lain tidur, makan dan minum, beliau sendirian sibuk merampungkan kitab berupa syair-syair dalam fan fikih tersebut.

Pada saat kitab Zubad selesai ditulis, Imam Ibnu Ruslan mengikatkan batu di bagian atas dan bawah kitab itu. Beliau ingin melempar kitab itu ke laut. Orang-orang di kapal saat melihat itu segera mencegahnya. Mereka merasa sayang, hasil kerja keras tulisan buah karya seorang ulama dibuang begitu saja. Namun beliau tetap bersikukuh dengan niatnya.

"Biarkanlah. Jika kitab karanganku ini benar-benar ditulis ikhlas karena Allah, air laut tidak akan mampu merusaknya." kata beliau mantap.

Imam Ibnu Ruslan yakin akan kebenaran firman Allah dalam surat Al Qashash ayat 88,
كل شيء هالك إلا وجهه

Sebagian ahli tafsir mengartikan ayat tersebut dengan, setiap apapun akan hancur binasa kecuali diniatkan ikhlas karena Allah.

Disebabkan keikhlasan pengarangnya, ombak berhasil membawa kitab tersebut ke tepi laut. Di tempat tersebut ada banyak nelayan mencari ikan. Kitab tersebut atas takdir Allah akhirnya tersangkut di jaring salah satu nelayan.

Nelayan tersebut kemudian membawa kitab yang ditemukannya diserahkan kepada salah seorang ulama di daerah itu. Ulama itu menerima kitab misterius tersebut dengan perasaan takjub.
Akhirnya dibacalah lembar demi lembar kitab yang diterimanya itu. Dia kagum dengan keindahan susunan dan bobot kualitas kitab madzhab Syafi'i itu. Ulama tersebut lantas memerintahkan untuk menulis dan menyebarluaskan kitab asing tersebut. Akhirnya kitab tersebut berkat keikhlasan pengarangnya, tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia.

Hal itu ditulis oleh Ibnu Ruslan dalam Zubadnya,


والله أرجو المن بالإخلاص ¤ لكي يكون موجب الخلاص
Seperti itulah keikhlasan ulama-ulama terdahulu. Mereka menomorsatukan keikhlasan dalam mengarang kitab. Tidak ada pikiran meraih popularitas atau keuntungan materi melalui royalti.


Ulama salaf berhasil memadukan antara ilmu dengan amalnya. Itulah rahasia kitab-kitab ulama salaf penuh berkah dan terus dibaca dan menginspirasi dari generasi ke generasi.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar