Selasa, 13 Juni 2017

Falsafah Syair Turi Putih

Menuntut ilmu merupakan ketaatan dan ibadah, sementara Ikhlas hanya karena Allah ta'ala itu wajib ada pada seluruh bentuk ibadah dan ketaatan lainnya. Allah Ta'ala berfirman :

{وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ} [البينة: 5]

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. [Al Bayyinah (98):5]

Ikhlas dalam menuntut ilmu adalah mengharapkan wajah Allah ketika menuntut ilmu, sehingga apabila keinginan seorang penuntut ilmu hanya untuk memperoleh ijazah, atau menduduki jabatan tertentu untuk mendapatkan manfaat berupa materi saja, maka sesungguhnya dia belumlah ikhlas dalam menuntut ilmu. Dari Abu Hurairah radhiallohu 'anhu, dia berkata : Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

من تعلّم علماً مما يبتغَى به وجه الله - عز وجل- لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضاً من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة يعني ريحها

Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya dicari karena mengharapkan wajah Allah Azza Wajalla semata, namun dia tidaklah mencarinya kecuali karena ingin mendapatkan perhiasan dunia dengan ilmu tersebut, maka dia tidak akan mendapatkan "urf Jannah" pada hari kiamat yaitu wangi surga. [HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al hakim dan Annawawi dalam riadhussholihin]

Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam telah memotifasi kita agar senantiasa memiliki Niat Ikhlas hanya karena Allah Ta'ala semata, sebagaimana dalam hadits Umar Rodhiallohu 'anhu :

إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى ..

Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung hanya dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan hanya sesuai dengan apa yang dia niatkan [Muttafaq alaih]

Para Ulama sangat perhatian terhadap hadits Umar Rodhiallohu 'anhu diatas, mereka senantiasa mendahulukan hadits ini dalam kitab-kitab mereka, karena hadits tersebut dibutuhkan secara umum dalam segala perkara, seperti yang telah dikatakan oleh Imam Al Khot-thobi, perhatikan Imam Al Bukhari rahimahullah, beliau memulai kitab Shohihnya dengan hadits ini, para ulama mengatakan : Hadits ini adalah khotbah pembuka kitabnya Imam Al-Bukhari karena beliau tidak menulis muqaddimah apapun, tujuan dari hal tersebut adalah sebagai peringatan bagi para penuntut ilmu agar memperbaiki niatnya dan hanya mengharapkan wajah Allah ta'ala. Imam Annawawi dan Imam Al Baghowi mengikuti metode imam Al Bukhori ini, didalam beberapa kitab mereka berdua, demikian pula para penulis lainnya. Berkata Abdurrahman bin Mahdi :

لو صنفت كتاباً بدأت في أول كل كتاب منه بهذا الحديث

Sekiranya saya menulis sebuah kitab tentu saya mulai pada awal setiap kitab tersebut dengan hadits Umar ini

Imam Ahmad berkata :

العلم لا يعدله شيء لمن صحّت نيته

Ilmu itu tidak ada sesuatupun yang bisa menandinginya, bagi orang yang benar niatnya
Murid-muridnya lalu bertanya : bagaimana orang yang benar niatnya itu..???
Imam Ahmad menjawab :

ينوي رفع الجهل عن نفسه وعن غيره

dia berniat untuk mengangkat kejahilan dari dirinya sendiri dan dari orang lain

Berkata Ibnu Jama'ah Al Kinani setelah menjelaskan keutamaan ilmu :

واعلم أن جميع ما ذكر من فضل العلم والعلماء إنما هو في حقّ العلماء العاملين الأبرار المتقين، الذين قصدوا به وجه الله الكريم، والزلفى لديه في جنات النعيم ، لا من طلبه بسوء نية، وخبث طوية ، أو لأغراض دنيوية ، من جاه أو مال أو مكاثرة في الأتباع والطلاب

ketahuilah, bahwa semua hal yang disebutkan dari keutamaan ilmu dan ulama, hanya terbatas bagi para ulama, yang mengamalkan ilmunya, yang senantiasa melakukan kebaikan serta bertaqwa, mereka yang hanya mengharapkan wajah Allah yang Mulia, dan mengharapkan kedekatan dengan-Nya di surga yang penuh kenikmatan. Bukan bagi orang yang menuntut ilmu dengan niat yang buruk dan hati yang busuk atau karena tujuan-tujuan duniawi berupa kedudukan, harta atau banyaknya pengikut dan santri.

Berkata Abu Yusuf :

أَريدوا بعلمكم اللهَ تعالى، فإني لم أجلس مجلساً قطّ أنوي فيه أن أتواضع إلالم أقم حتى أعلُوَهم، ولم أجلس مجلساً قط أنوي فيه أن أعلوهم إلا لم أقم حتى اُفْتَضَح

Inginkanlah hanya Allah Ta'ala dengan ilmu kalian, karena sesungguhnya aku tidak duduk pada satu majlis sama sekali yang aku berniat didalamnya untuk tawadhu' kecuali aku tidak akan berdiri sehingga mengalahkan mereka, dan aku tidak akan duduk di satu majlis sama sekali yang aku niatkan didalamnya untuk mengalahkan mereka kecuali aku tidak berdiri sehingga aku dikenal.

Falsafah Turi Putih

Kalau kita mau merenungi nyanyian Sya'ir" Kembang Turi Putih" itu secara kasat mata dan naluri yang dalam, kembang itu persis seperti Mayat yang sudah di Pocong, coba saja kalau sudah jatuh ke tanah terus di lumahkan, tak ubanya mayat pocong yang siap untuk di kebumikan atau di kubur. kita gak menyangka ternyata di balik kembang turi menyimpan filosof yang sangat berharga bagi kita semua. ini baru satu kembang turi. bagaimana dengang kembang-kembang yang lain, atau lagu, nyanyian yang lain. mungkin, dan bahkan juga tersirat, tersimpan yang sifatnya untuk mengenal tahun semesta alam. lantas apasih filosof yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, mari kita kaji dan mari kita telusuri dari berbagai sudut pandang yang sekira menurut para orang sholih dan karya-nya. emang kita semua tidak tahu kebenaranya, akan tetapi kita di berikan akal untuk berfikir dan paling tidak kita bisa mencari kebenaran Haqiqi, nanti pada saatnya kita semua kan mati. Nah sebelum kita mati ya sekiranya kita punya modal untuk sebagia sangu di alam kubur nanti, meskipun kita tidak tahu/ faham banget tentang agama, ya lumayan kita bisa sedikit mengenal ciptaan tuhan.

(Nyanyian Kembang Turi Putih)

Turi-turi Putih - Adalah sya'ir lagu ciptaan kanjeng sunan Kali Jaga, ada juga versi yang menyebutkan bahwa lagu Turi-turi putih ini ciptaan dari kanjeng Sunan Giri, tapi dgn adanya perbedaan pendapat ini jangan dijadikan perdebatan, tetap berfokus pada nilai kebaikan yg terdapat dalam syairnya

Tujuan saya membagikan tulisan ini tidak lain untuk memperkenalkan kembali lagu-lagu-lagu ciptaan kanjeng Sunan, supaya lebih dikenal oleh anak muda kita. Kita ketahui anak muda pada zaman sekarang lebih minat dengan lagu barat, yang belum tentu ada arti dan makna yang bermanfaat bagi penikmatnya dari lagu barat itu sendiri, dan bahkan anak muda sekarang lebih condong meninggalkan musik Asli Indonesia terutama lagu-lagu seperti Turi-turi putih ini yang terkesan jaman dulu sekali dan di anggap tidak bermanfaat.
setelah kita mengenal lagu ini semoga bermanfaat dan mempertebal keimanan kita dan akan selalu Ingat Mati.

Iya memang tembang turi-turi putih ini adalah tembang agar kita bisa selalu mengingat bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (kullu nafsin.. dzaiqotul maut), untuk itulah kita harus senantiasa melakukan dan mengamalkan amal kebaikan agar nanti di hari pembalasan kita bisa menanam apa yang kita tanam, dan tidak menyesal karena saat nyawa kita sudah berpisah dari ruh semua penyesalan dan semua tobat tak akan pernah diterima lagi dan hanya amal jariyah yang kita lakukan selama kita hidup, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakan orang tuanya, hanya amal itulah yang masih bisa kita terima saat kita sudah meninggal, untuk itulah kita harus senantiasa memper banyak ibadah, mengamalkan ilmu kita agar bisa bermanfaat bagi sesama, dan mendidik putra- putri kita agar menjadi anak-anak yang berbakti dan sholih sholihah, karena hanya tu tabungan kita yang masih akan terus mengalir walaupun kita sudah berada didalam kubur. Namun walaupun begitu tntunya kita tidak boleh hanya berfokus pada akhirat saja dan melupakan dunia dan hanya pasrah berpangku dan berharap pada Allah... tentu saja keduanya harus seimbang karena ketika kita berdo’a do’a yang selalu kita ucap pun juga meminta kepada Allah agar fiddunya hasanah juga bukan hanya bukan hanya wafil akhiroti adzabannar saja. Okelah... tanpa panjang lebar lagi.. karena saya sendirijuga sudah capek dari tadi ngedumel.. tak perlu panjang-panjang lagi walaupun terkadang banyak juga yang suka dengan yang panjang-panjang (sperti kacang panjang, pulau panjang dan panjang-panjang yang lainnya). karena yang saya akan bahas bukan tentang syecher mania ataupun yang lainnya, tapi tentang makna syi’ir turi-turi putih yang sangat terkenal itu, sebenarnya apa makna yang terkandung dari syi’ir turi-turi putih yang sangat banyak digandrungi para pecinta lagu religi ini.

TURI-TURI PUTIH...

Tak aturi... siro bakale mati (putih melambangkan kain kafan/mori ynag digunakan untuk mengkafani mayit).

Saya kasih tahu.. bahwa semua manusia akan merasakan mati...

Dan kita juga sangat paham dengan itu semua bahwa “Kullu nafsin dza iqotul maut” stiap yang bernyawa akan merasakan mati dan itu berlaku untuk semua mahluk yang bernnyawa manusia, hewan, jin, dan syaitan semua akan meraakan mati, apakah jin dan syaitan juga akan merasakan mati? Tentu saja semuanya akan merasakan mati tapi berbeda dengan manusia usia jin ataupun syaiton lebih panjang dari manusia karena syaitan akan selalu hidup sampai nanti hari kiamat tiba untuk selalu mengganggu dan menyesatkan manusia, untuk itulah kita sebagai manusia harus selalu meminta perlindungan dari Allah dari godaan syaitan yang terkutuk agar kita tidak tersesat dlam jalan yang dimurkai oleh Allah.

DITANDUR... NENG KEBON AGAUNG...

Ditandur... neng kebon agung (melambangkan sebuah perkuburan)

Di tanam di kebun yang agung (kita akan dikuburkan disebuah makam)

Kita semua tahu bahwa kita semua atau khususnya yang menganut agamaRahmatan lil alamin (islam) jika ada salah satu dari saudara muslim kita yang meninggal kita harus menguburkannnya dengan layak sesua dengan ketentuan islam.

ONO CLERET TIBO NYEMPLUNG...

Ono kilatan tibo nyemplung..

Ada kilatan yang jatuh kebumi  yang bisa dimaknai bahwa kilatan yang jatuh itu adalah perwujudan dari manusia yang akan dikuburkan dalam perut bumi.

MBO IRO...

Mbok kiro

Kamu kira? Ini melambangkan sebuah pertanyaan yang akan ditanyakan para malaikat Allah pada kita saat sudah terpisah dengan raga (meninggal) sebagai pertanggung jawaban kita selama hidup.

KEMBANGE OPO

Kembange opo?

Bunga apa? Adalah sebuah simbol yang berarti kebaikan apa saja yang sudah kita dapat untu bekal nanti di akhirat, dan apa saja kebaikan yang sudah kita lakukan selama kita hidup didunia, jika kita memiliki bekal iman dan islam dan memiliki banyak kebaikan maka Allah akan memberikan ganjaran yang setimpal berupa nikmat yang akan selalu bertambah berupa Syurga.

ELING ELING SIRO MANUNGSO TEMENONO ANGGONMU NGAJI MUMPUNG DURUNG DEN RAWUHI MALAIKAT JURUPATI

Ingat ingat wahai Manusia fokus dan selalu dalam ngaji sebelum didatangi Malaikat Pencabut Nyawa

Syair ini sebagai pengingat agar manusia selalu ngaji (ngatur jiwo)  menata hati dalam penghambaan dan mempersiapkan diri serta yakin akan datangnya kematian,  sebelum datangnya Sang Malaikat Maut.

TANDURANE TANDURAN KEMBANG...

Tandurane tanduran kembang...

Tanamannya adalah tanaman bunga melambangkan bahwa kita sebagai manusia yang masih diberi kesempatan untuk hidup, seharusnya kita harus selalu menaman dan melakuakan kebaikan agar bisa menjadi bekal kita di akhirat nanti.

KEMBANG KENONGO ING NJERO GUWO..

Kembang kenong ono ing njero guwo..

Bunga kenanga ada didalam gua maksudnya semua amal baik ataupun buruk kita yang kita lakukan selama hidup kan selalu menemani kita saat kita sudah berada di liang lahat (sudah meninggal).

TUMPAK ANE KERETO JOWO RODO PAPAT RUPO MENUNGSO...

tumpak ane kereto jowo rodo papat (4) rupo menungso..

menaiki kereta jawa yang ber roda empat berupa manusia saat kita meninggal tentu saja kita akan dibawa dengan kendaraan (kereta jawa) mewah yang beroda empat yaitu keranda yang akan menghantarkan kita ke pemakaman. Dijawa orang orang menyebut keranda mayit dengan sebutan “bandhoso” atau kendaraan beroda manusia.

ETAN KALI... KULON KALI.. TENGAH TENGAH TANDURAN... PARI.. SAIKI NGAJI SESOK YHO NGAJI AYO NDEREK.. PORO KIYAI...

Wetan kali.. kulon kali... tengah-tengah tanduran pari...

Saiki ngaji... sesok yho ngaji ayo manut poro kiyai..

Timur sungai barat sungai tengah-tengah tanaman padi.. sekarang mengaji besok juga mengaji ayo ikuti para kiyai..

Lirik terakhir ini berupa parikan (pantun) yang mengajak kita untuk selalu mencari ilmu dari berbagai tempat dan untuk selalu patuh dengan para guru-guru dan para kiyai yang sudah mengasah dan mengasuh kita untuk menjadi pribadi yang luhur dan bisa menjadi orang yang berilmu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu), Para ulama semakin langka, dan semakin banyaknya orang bodoh yang berambisi untuk menjadi ulama.

Di samping sebagai perantara antara diri-Nya dengan hamba-hamba-Nya, dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjadikan para ulama sebagai pewaris perbendaharaan ilmu agama. Sehingga, ilmu syariat terus terpelihara kemurniannya sebagaimana awalnya. Oleh karena itu, kematian salah seorang dari mereka mengakibatkan terbukanya fitnah besar bagi muslimin.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: Asy-Sya’bi berkata: “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua urusan.”

Di dalam Shahih Al-Hakim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr secara marfu’ (riwayatnya sampai kepada Rasulullah): “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para ulama dan diangkatnya orang jahat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 60)

Dari sini kita ketahui bahwa para ulama itu adalah orang-orang pilihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ أَوْرَثْناَ الْكِتاَبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْناَ مِنْ عِباَدِناَ

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (Fathir: 32)

Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Kemudian Kami menjadikan orang-orang yang menegakkan (mengamalkan) Al-Kitab (Al-Quran) yang agung sebagai pembenar terhadap kitab-kitab yang terdahulu yaitu orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, mereka adalah dari umat ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/577)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Ayat ini sebagai syahid (penguat) terhadap hadits yang berbunyi Al-’Ulama waratsatil anbiya (ulama adalah pewaris para nabi).” (Fathul Bari, 1/83)

Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan: Maknanya adalah: “Kami telah mewariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari hamba-hamba Kami yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an). Dan Kami telah tentukan dengan cara mewariskan kitab ini kepada para ulama dari umat engkau wahai Muhammad yang telah Kami turunkan kepadamu… dan tidak ada keraguan bahwa ulama umat ini adalah para shahabat dan orang-orang setelah mereka. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan mereka atas seluruh hamba dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka sebagai umat di tengah-tengah agar mereka menjadi saksi atas sekalian manusia, mereka mendapat kemuliaan demikian karena mereka umat nabi yang terbaik dan sayyid bani Adam.” (Fathul Qadir, hal. 1418)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimahnya dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban).

Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali mengatakan: “Kebijaksanaan Allah atas makhluk-Nya dan kekuasaan-Nya yang mutlak atas mereka. Maka barang siapa yang mendapat hidayah maka itu wujud fadhilah (keutamaan) dari Allah dan bentuk rahmat-Nya. Barangsiapa yang menjadi tersesat, maka itu dengan keadilan Allah dan hikmah-Nya atas orang tersebut. Sungguh para pengikut nabi dan rasul menyeru pula sebagaimana seruan mereka. Mereka itulah para ulama dan orang-orang yang beramal shalih pada setiap zaman dan tempat, sebab mereka adalah pewaris ilmu para nabi dan orang-orang yang berpegang dengan sunnah-sunnah mereka. Sungguh Allah telah menegakkan hujjah melalui mereka atas setiap umat dan suatu kaum dan Allah merahmati dengan mereka suatu kaum dan umat. Mereka pantas mendapatkan pujian yang baik dari generasi yang datang sesudah mereka dan ucapan-ucapan yang penuh dengan kejujuran dan doa-doa yang barakah atas perjuangan dan pengorbanan mereka. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya atas mereka dan semoga mereka mendapatkan balasan yang lebih dan derajat yang tinggi.” (Al-Manhaj Al-Qawim fi At-Taassi bi Ar-Rasul Al-Karim hal. 15)

Dan mengenai berkumpul bersama para ulama atau hukama, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)

Yakni duduklah kamu bersama orang-orang yang mengingat Allah seraya mengagungkan, memuji, menyucikan, dan membesarkan-Nya serta me­mohon kepada-Nya di setiap pagi dan petang hari dari kalangan hamba-hamba-Nya, baik mereka itu orang-orang fakir ataupun orang-orang kaya, orang-orang kuat ataupun orang-orang lemah.

Berkumpul dengan orang yang ‘alim (mengetahui tentang Allah) dapat mendidik tingkah laku menjadi lebih baik. Hal ini tidak lain karena pengaruh kebiasaan-kebiasaan mereka yang tentunya lebih baik daripada lisan. Jadi, kebiasaan seseorang yang dapat bermanfaat bagimu, tentu akan bermanfaat pula ucapannya. Begitu juga sebaliknya.

As-Sahwardi pernah meninjau ke sebagian masjid Al-Khaif di mina seraya memandangi wajah orang-orang yang berada di dalamnya. Lalu beliau ditanya oleh seseorang (yang berada disana), “Mengapa tuan memandang wajah-wajah orang itu?” Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan beberapa orang yang apabila memandang kepada orang lain maka orang yang dipandangnya itu akan merasa damai (bahagia) dan saya pun sedang mencari orang yang seperti itu.”

Hal ini sebagaimana Rasulullah saw. telah bersabda,

سيأتي زمان على أمتي يفرّون من العلماء والفقهاء فيبتليهم الله بثلاث بليّات ألاها يرفع الله البركة من كسبهم والثانية يسلّط الله تعالى صلطانا ظالما والثالثة يخرجون من الدنيا بغير إيمان

“Akan datang suatu masa pada umatku, mereka lari (jauh) dari ulama’ dan fuqaha’ (orang-orang yang paham mengenai agama), maka Allah akan menurunkan tiga macam adzab kepada mereka; Pertama, Allah mencabut keberkahan dari usaha mereka. Kedua, Allah memberikan kekuasaan kepada pemimpin yang kejam (di dunia). Ketiga, mereka keluar dari dunia ini (mati) tanpa membawa iman.”

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

1 komentar:

  1. Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D

    BalasHapus