Rabu, 21 Februari 2018

Tafakkur Dan Berkhidmat

Tafakkur tidak sama dengan meditasi atau bersemedi atau tepekur (istilah Jawa).
Dalam ajaran Islam, tafakur adalah perenungan untuk memikirkan, membesarkan dan mentadaburi tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

Bertafakur berarti berpikir dengan akal sehat untuk menemukan hikmah (kebijaksanaan) dalam setiap peristiwa yang dihadapi, dialami ataupun dirasakan. Dengan cara demikian, maka kita akan mengerti secara jelas sikap terbaik apa yang harus kita berikan atas peristiwa yang terjadi.

Pada saat yang sama kita harus mampu menghubungkan peristiwa yang terjadi dengan konsep keimanan kepada Allah SWT. Inilah yang disebut dengan dzikir, sehingga kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan bersabar atas segala musibah.

Sebagai contoh berikut : Tentang Musibah.
Bila dipikir dengan akal, musibah itu pasti hal yang buruk. Kemudian tak satu pun manusia yang mau apalagi ingin mendapat musibah. Bahkan musibah itu identik dengan apes atau sial. Musibah juga hasil kejahatan orang lain pada kita. Boleh jadi musibah juga karena kebodohan atau kecerobohan kita saja.

Cara berpikir seperti di atas, akan menghasilkan output yang buruk. Wajar orang yang mengalami musibah menjadi stres.  Akan sangat berbeda hasilnya jika proses berfikir seorang mukmin diiringi proses dzikir. Kita harus selalu ingat bahwa Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Allah tidak akan pernah berbuat dzalim, malah Ia Maha Adil. Allah Maha Pandai, Maha Pengatur lagi Maha Suci. Allah selalu mendengar doa hamba-hamba-Nya.
Maka musibah dengan proses fikir dan dzikir akan menghasilkan semakin kuatnya keyakinan seorang mukmin pada kekuasaan Allah SWT. Tidak wajar bila kita stress saat mengalami musibah, bukankah musibah itu adalah realisasi dari permohonan kita, ihdinash shirata al-mustaqim?

Hakikat dari musibah ialah, Allah ingin kita
 hikmah. Betapa banyak kenikmatan yang didapat di antara musibah atau bencana yang terjadi. Musibah adalah tanda cinta Allah pada kita. Dia telah memberikan peluang kepada kita untuk meningkatkan ketaqwaan, dan bukankah manusia yang paling tinggi derajatanya adalah orang yang paling taqwa?

Al-Qur’an menjelaskan hal tersebut dengan gamblang dalam kisah Nabi Yusuf
(QS. Yusuf: 33).

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

"Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."

Yusuf a.s. dipelihara oleh Allah dengan pemeliharaan yang besar dan dilindungi, sehingga dia menolak ajakan wanita itu dengan tolakan yang keras, dan ia lebih memilih penjara daripada hal tersebut. Ini merupakan kedudukan kesempurnaan yang paling tinggi; karena selain muda, tampan, dan sempurna, ia tetap menolak ajakan tuan wanitanya yang merupakan permaisuri Aziz negeri Mesir, sekalipun wanita itu sangat cantik, berharta, lagi mempunyai pengaruh. Yusuf lebih memilih penjara daripada meme­nuhi ajakan mesum wanita itu, karena takut kepada Allah dan mengharap­kan pahala-Nya.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ إِذَا خَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُودَ إِلَيْهِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَافْتَرَقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقُ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا أَنْفَقَتْ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ جَمَالٍ وَمَنْصِبٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ"

Ada tujuh macam orang yang mendapat perlindungan dari Allah di hari tiada naungan kecuali hanya naungan-Nya, yaitu imam yang adil; pemuda yang dibesarkan dalam beribadah kepada Allah; seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid bila ia keluar darinya hingga kembali kepadanya; dua orang lelaki yang saling menyukai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah; seorang lelaki yang menyedekahkan suatu sedekah, lalu ia menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan oleh tangan kanannya; seorang lelaki yang diajak (berbuat zina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, "Sesungguhnya aku takut kepada Allah," dan seorang lelaki yang berzikir kepada Allah dalam kesen­diriannya, lalu berlinanganlah air matanya.

Pada saat yang sama Yusuf terus-menerus memperbaiki diri, sembari senantiasa bertafakkur, berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT, hingga akhirnya ia dinobatkan sebagai perdana menteri Mesir.

Jadi, marilah kita biasakan diri untuk bertafakkur dengan sepenuh hati. Temukanlah hikmah agung atas setiap masalah, musibah, kesulitan, penderitaan yang kita alami. Sebab tidak mungkin apa yang ada dalam kehidupan ini hadir tanpa maksud baik dari Allah SWT.

OBYEK TAFAKUR

Ada 4 (empat) hal yang menjadi obyek tafakur.
(1) Perbuatan--perbuatan Taat.

Pikirkan amalan-amalan fardhu (wajib), bagaimana kita melaksanakannya, bagaimana kita menjaganya dari kekurangan dan keteledoran, bagaimana menyelamatkan diri dari pelaksanaan yang bolong-bolong, bagaimana kita menambalnya atau rnenggantinya dengan amalan-amalan sunah (tambahan).

(2) Perbuatan-perbuatan maksiat.

Anggota Tubuh. Merenungkan dengan mendalam tentang semua dosa yang sudah diperbuat oleh anggota tubuh. Apabila ternyata di antara anggota tubuh berbuat maksiat atau melakukan dosa, maka harus segera meninggalkan dosa dan maksiat. Harus bertobat atas perbuatannya itu.

Lidah sering menjadi alat bagi perbuatan keji seperti memfitnah, menggunjing, berbohong, dan sebagainya.

Telinga. Menyelamatkan telinga kita dari rnendengarkan gunjingan, fitnah, bohong, omong-kosong, mendengarkan hal yang sia-sia dan sebagainya.

Perut. Godaan makan makanan dengan berlebihan atau makan yang haram..

(3) Sifat–sifat yang Membinasakan.

Renungkan dan pikirkan dengan sungguh-sungguh kesalahan dan kejahatan diri kita yang mengganggu dan merusak amalan kita sendiri, maksudnya adalah kekejian diri, misalnya hawa nafsu, ghadlab (marah), kikir, sombong, riya, iri, dengki, malas, gemar menunda-nunda amal-kebajikan, rakus harta, pujian, nama dan kemegahan diri.

Seandainya kita berpikir bahwa kita sudah terbebas dari rasa sombong, takabur, ujub, emosional dan sebagainya, ujilah diri kita.

(4) Sifat-sifat yang menyelamatkan.

Ada 10 (sepuluh) kebajikan dasar yang mengantarkan kita kepada keselamatan di akhirat, yaitu (1) tobat, (2) sabar dalam musibah dan kesulitan, (3) syukur terhadap segala nikmat-karunia Allah, (4) takut, (5) harap, (6) zuhud dari dunia, (7) ikhlas, (8) benar/shiddiq, (9) cinta kepada Allah (mahabbah), dan (10) tawadhu.

Renungkan dan pikirkan ayat-ayat Al-Quran yang kita baca. Satu ayat yang dibaca dengan perenungan lebih baik daripada membaca seluruh (mengkhatamkan) Al-Quran tanpa pemikiran dan perenungan mendalam.

Malaikat Jibril alaihissalam datang kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam lalu berbicara kepada beliau dalam konteks beliau sebagai salah seorang hamba dari hamba-hamba ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan demikian apapun yang disampaikan Jibril alaihissalam juga berlaku untuk semua hamba ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala. Jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saja dinasehati dan diingatkan, maka bagaimana dengan manusia selain beliau?! Tentunya mereka lebih membutuhkan nasehat dan peringatan, mereka tidak bisa lepas dari keduanya. Dari Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

 أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهٗ بِاللَّيْلِ ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ

"Jibril mendatangiku lalu berkata, "Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya." Kemudian dia berkata, "Wahai Muhammad! Kemuliaan seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia." (H.R. Ath-Thabarani, Abu Nu'aim dan Al-Hakim)

Ini adalah hadis yang menjadi rujukan bagi perenungan-perenungan dan tafakur yang harus kita lakukan dan menjadi bahan untuk bercermin dan berkaca diri.

Setiap orang yang berkhidmat kepada agamanya dan menempuh jalan agamanya harus memiliki sebuah daftar kejahatan yang membinasakan (keji dan munkar) dan kebajikan yang menyelamatkan. Ia harus memper-hatikan kejahatan dan kebajikan tersebut setiap hari, apakah ia melakukan kcjahatan atau kebajikan pada hari ini, lebih banyak mana antara kejahatan dan kebajikan yang diperbuatnya. Jika seseorang dapat membebaskan diri dari sepuluh kejahatan (sifat-sifat yang merusak) berikut, maka ia dapat mclepaskan dirinya dari dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan kecil karena kesepuluh kejahatan ini adalah pokok-pokok kejahatan: (1) kikir (bakhil); (2) sombong (takabur); (3) ujub; (4) riya’, memamerkan kebajikan; (5) iri-dengki; (6) ghadiab (marah) yang berlebihan, tidak pada tempatnya; (7)isyraf/rakus terhadap makan (mengonsumsi secara berlebihan); (8) rakus dalam berhubungan intim, berlebihan dalam hubungan intim; (9) rakus/tamak kepada harta-kekayaan; (10) cinta/nafsu kepada kemegahan dan kemasyhuran.

Sedangkan kebajikan-kebajikan dasar (sifat-sifat) yang menyelamatkan juga ada sepuluh: (1) rasa sesal (tobat) atas perbuatan dosa yang dilakukan; (2) sabar dalam musibah dan bencana dan berbagai kesukaran; (3) ridha pada qadha dan takdir; (4) syukur atas nikmat-karunia Allah; (5) cemas dan harap; (6) zuhud terhadap dunia; (7) ikhlas dalam beramal; (8) berakhlak baik kepada makhluk; (9) mencintai Allah; dan (10) khusyuk di hadapan-Nya.

itulah aspek-aspek perenungan bagi orang salih yang berkhidmat kepada jalan agama sejauh ilmu-ilmu yang terkait ditelaah.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar