Jumat, 06 Juli 2018

Janganlah Berlomba Dalam Urusan Dunia, Berlombalah Dalam Menggapai Akhirat

Terkadang hati dan iman kita sedang lemah, kita bisa jadi timbul rasa iri, mereka bisa segera meraih kenikmatan dunia, sedangkan kita terkadang sibuk denganmenuntut ilmu dan dakwah sehingga dunia tidak banyak kita dapat.

Al Hasan Al Bashri mengatakan,

إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة

“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.”

Wahib bin Al Warid mengatakan,

إن استطعت أن لا يسبقك إلى الله أحد فافعل

“Jika kamu mampu untuk mengungguli seseorang dalam perlombaan menggapai ridha Allah, lakukanlah.”

Sebagian salaf mengatakan,

لو أن رجلا سمع بأحد أطوع لله منه كان ينبغي له أن يحزنه ذلك

“Seandainya seseorang mendengar ada orang lain yang lebih taat pada Allah dari dirinya, sudah selayaknya dia sedih karena dia telah diungguli dalam perkara ketaatan.”

Jangan sering melihat kenikmatan orang lain dan lupa nikmat sendiri

Janganlah kita sebagaimana orang yang melihat bagaimana kemegahan Qarun dan ingin menjadi seperti Qarun.

Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ ۖ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia:“Moga-moga kiranya kita ini mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun;sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. (Al-Qashash: 79)

Inilah perkatan orang-orang yang cenderung terhadap dunia saja.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

فلما رآه من يريد الحياة الدنيا ويميل إلى زخرفها وزينتها، تمنوا أن لو كان لهم مثل الذي أعطي

“Tatkala (qorun) dilihat oleh mereka yang mengingikan kehidupan dunia dan cenderung kepada gemerlap dan perhiasannya maka mereka berangan-angan seandainya mereka sebagaimana Qarun diberi (kenikmatan).”

Dan kita diperintahkan agar jangan terlalu silau dan terpana dengan kenikmatan orang lain.

Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Rabb-mu adalah lebih baik dan lebih kekal. “ (Thaha: 131)

Melihat kenikmatan orang lain dan membanding-bandingkan dengan kita hanyalah membawa kesedihan dan menambah duka saja. Al-Baghawi rahimahullah berkata,

قال أبي بن كعب: من لم يعتز بعز الله تقطعت نفسه حسرات، ومن يتبع بصره فيما في أيدي الناس طال حزنه

“Berkata ‘Ubay bin Ka’ab: ‘ Barangsiapa yang tidak merasa mulia dengan kemulian dari Allah akanmemutuskan dirinya sendiri dalam kerugian. Barangsiapa yang mengikuti pandangannya terhadap apa yang ada ditangan manusia maka akan semakin bertambah kesedihannya.”

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir” [QS. Yunus : 24].

Allah Swt. membuat perumpamaan tentang bunga kehidupan dunia dan perhiasannya serta kefanaannya yang cepat dengan tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan oleh Allah dari tanah melalui air hujan yang diturunkan dari langit. Tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka ragam macam dan jenisnya itu ada yang dimakan oleh manusia; ada pula yang dimakan oleh binatang ternak, seperti rumput, ilalang, dan lain sebagainya.

{حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا}

Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya. (Yunus: 24)
Yakni perhiasannya yang fana telah sempurna.

{وَازَّيَّنَتْ}

dan memakai (pula) perhiasannya. (Yunus: 24)
Sehingga semua yang dikeluarkannya tampak indah dihiasi dengan bunga-bungaan yang aneka ragam warna dan bentuknya.

{وَظَنَّ أَهْلُهَا} الَّذِينَ زَرَعُوهَا وَغَرَسُوهَا {أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا}

dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (Yunus: 24)
Maksudnya, mampu menuai dan memetik hasilnya. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah sa'iqah atau angin kencang yang sangat dingin sehingga dedaunannya menjadi kering dan buahnya membusuk. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:

{أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا}

tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang hari, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit.(Yunus: 24)
Yakni menjadi kering, sebelumnya segar lagi hijau.

{كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ}

seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. (Yunus: 24)
Yaitu seakan-akan tidak pernah tumbuh sebelum itu.
Menurut Qatadah, seakan-akan belum pernah tumbuh dengan segar. Demikianlah keadaan semua urusan sesudah kehancurannya, maka akan kelihatan seakan-akan belum pernah ada.
Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:

يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا، فيُغْمَس فِي النَّارِ غَمْسَة ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ [هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟] فَيَقُولُ: لَا. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا فِي الدُّنْيَا فَيُغْمَسُ فِي النَّعِيمِ غَمْسَةً، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا"

(Kelak di hari kiamat) didatangkan seorang penghuni dunia yang paling senang, lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kebaikan? Dan apakah kamu pernah mengalami suatu kesenangan?” Maka ia menjawab, "Tidak.” Lalu didatangkan seorang yang paling sengsara di dunia, kemudian ia dimasukkan ke dalam kehidupan yang penuh dengan kenikmatan (surga) sekali masuk. Sesudah itu dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kesengsaraan?” Maka dia menjawab, "Tidak.”

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا * الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” [QS. Al-Kahfi : 45-46].

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” [QS. Al-Hadiid : 20].

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah” [QS. Faathir : 5].

فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan: "Bunuhlah atau bakarlah dia", lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman” [QS. Al-Ankabuut : 64].

Diriwayatkan dari ‘Amr bin ‘Auf radliyallaahu ‘anhu :

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم بعث أبا عبيدة بن الجراح إلى البحرين يأتي بجزيتها، وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم هو صالح أهل البحرين وأمر عليهم العلاء بن الحضرمي، فقدم أبو عبيدة بمال من البحرين، فسمعت الأنصار بقدوم أبي عبيدة فوافت صلاة الصبح مع النبي صلى الله عليه وسلم، فلما صلى بهم الفجر انصرف، فتعرضوا له فتبسم رسول الله صلى الله عليه وسلم حين رآهم، وقال: (أظنكم قد سمعتم أن أبا عبيدة قد جاء بشيء). قالوا: أجل يا رسول الله، قال: (فأبشروا وأملوا ما يسركم، فوالله لا الفقر أخشى عليكم، ولكن أخشى عليكم أن تبسط عليكم الدنيا، كما بسطت على من كان قبلكم، فتنافسوها كما تنافسوها، وتهلككم كما أهلكتهم).

Bahwasannya Rasululah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarraah ke Bahrain untuk mengambil harta jizyah; dan ketika itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Bahrain dengan mengangkat Al-‘Alaa’ bin Al-Hadlramiy sebagai gubernur di sana. Maka Abu ‘Ubaidah pun datang dengan membawa harta dari Bahrain. Orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah. Mereka pun mengerjakan shalat Shubuh bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ketika telah selesai shalat Shubuh, beliau berpaling. Mereka pun mendatangi beliau. Maka, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersenyum saat melihat kedatangan mereka, dan bersabda : “Aku kira kalian telah mendengar Abu ‘Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu”. Mereka berkata : “Benar wahai Rasulullah”. Beliau bersabda : “Bergembiralah dan harapkanlah untuk memperoleh apa-apa yang menyenangkan kalian. Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan atas diri kalian. Namun yang aku takutkan atas diri kalian adalah akan dibentangkannya dunia pada kalian, sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Maka kalian akan berlomba-lomba sebagaimana mereka dulu telah berlomba-lomba (untuk mendapatkannya). Lalu kalian akan binasa sebagaimana mereka dulu telah binasa”.

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :

أن النبي صلى الله عليه وسلم جلس ذات يوم على المنبر، وجلسنا حوله، فقال: (إني مما أخاف عليكم من بعدي ما يفتح عليكم من زهرة الدنيا وزينتها)

Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah duduk pada suatu hari di atas mimbar. Kami pun duduk di sekitar beliau. Maka beliau bersabda : “Sesungguhnya yang aku takutkan atas diri kalian setelahku adalah dibukakannya bunga (kemegahan) dunia dan perhiasannya kepada kalian”.

Dan diriwayatkan juga dari Abu Sa’id Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إن الدنيا حلوة خضرة. وإن الله مستخلفكم فيها. فينظر كيف تعملون. فاتقوا الدنيا واتقوا النساء. فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت في النساء.

“Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau. Dan sesungguhnya Allah akan menyerahkannya kepada kalian dan melihat apa yang akan kalian lakukan. Maka, berhati-hatilah kalian pada dunia, dan berhati-hatilah juga pada para wanita ! Karena fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil datang dari para wanita”.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ألا إن الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله وما والاه وعالم أو متعلم

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia itu terlaknat, dan terlaknat pula apa-apa yang ada di dalamnya. Kecuali dzikir kepada Allah, apa-apa yang mendekatkan diri kepada-Nya, orang yang mengajarkan ilmu, atau orang yang belajar ilmu”.

Pelajaran Dari Bab

Dunia itu cepat hilangnya, dan berpegang pada dunia adalah fatamorgana. Sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi yang tidak akan hilang atau habis.

Peringatan bagi siapa saja yang dibukakan dunia kepadanya dari buruknya akibat dan firnah yang ditimbulkannya. Maka janganlah ia merasa tenang dengan kemegahannya.

Berlomba-lomba dalam urusan duniaakan menyeret manusia kepada kerusakan agama dan dunia. Karena harta itu sangat menggiurkan hingga jiwa pun suka dan mencarinya. Ia merasa nikmat dengannya. Dan itu dapat memicu timbulnya permusuhan, pertumpahan darah, dan menyeret kepada kebinasaan.

Seorang mukmin tidaklah merasa tenang kepada harta dan tidak pula tenggelam di dalamnya. Karena harta itu tidaklah ada nilainya di sisi Allah meskipun hanya seperti sayap nyamuk. Oleh karena itu, seorang mukmin hidup di dunia seperti hidup di dalam penjara, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر

“Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi bagi orang kafir”.

Ia merasa rindu dengan kampungnya yang pertama di surga yang abadi. Semoga Allah merahmati Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang mengatakan :

وحي على جنات عدن فإنها منازلك الأولى وفيها المخيم
ولكننا سبي العدو فهل ترى نعود إلى أوطاننا ونسلم
وأي اغتراب فوق غربتنا التي لها أضحت الأعداء فينا تحكم
وقد زعموا أن الغريب إذا نأى وشطت به أوطانه ليس ينعم
فمن أجل ذا لا ينعم العبد ساعة من العمر إلا بعد ما يتألم

“Marilah segera menuju jannah ‘Adn,
karena sesungguhnya adalah tempatmu pertama dan di dalamnya ada tempat tinggal
Akan tetapi kita tawanan musuh
apakah menurut pandanganmu kita bisa kembali ke kampung kita dengan selamat ?
Keterasingan siapa lagi yang lebih hebat dari keterasingan kita
yang mana musuh-musuh menguasai kita
Mereka mengira bahwasannya orang yang asing
adalah orang yang jauh dari tempat tinggalnya dan tidak merasa nikmat
Karena itulah seorang hamba tidaklah merasa nikmat walau sesaat dari umurnya
kecuali setelah ia merasakan sakit.

Selayaknya kita menjadikan dunia sebagai tempat lintas menuju kampung akhirat, karena dunia ini akan binasa dan bukan kampung yang abadi. Tempat lintas bukan tempat menetap. Sungguh baik orang yang mengatakan :

إن لله عبادا فطنا طلقوا الدنيا وخافوا الفتنا
نظروا فيها فلما علموا أنها ليست لحي وطنا
جعلوها لجة واتخذوا صالح الأعمال فيها سفنا

“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang bijak
mereka meninggalkan dunia dan takut fitnah
Mereka melihat dan memperhatikannya, maka setelah mereka mengetahui
bahwa dunia bukanlah tempat tinggal untuk hidup
Maka mereka menjadikannya sebagai samudera
dan amal shalih sebagai bahteranya”.

Firman Allah Swt.:

{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ}

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam(surga). (Yunus: 25)
Setelah menceritakan perihal dunia dan kelenyapannya yang cepat, maka Allah menyebutkan tentang surga dan menyeru kepadanya serta menamainya dengan sebutan Darussalam, yakni rumah yang aman dari semua penyakit, semua kekurangan, dan semua musibah. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:

{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam(surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus(Islam). (Yunus: 25)

Ayyub telah meriwayatkan dari Abu Qilabah, dari Nabi Saw., yang telah bersabda:

"قِيلَ لِي: لتنَمْ عينُك، وليعقلْ قَلْبُكَ، وَلْتَسْمَعْ أُذُنُكَ فَنَامَتْ عَيْنِي، وَعَقَلَ قَلْبِي، وَسَمِعَتْ أُذُنِي. ثُمَّ قِيلَ: سيّدٌ بَنَى دَارًا، ثُمَّ صَنَعَ مَأْدُبَةً، وَأَرْسَلَ دَاعِيًا، فَمَنْ أَجَابَ الدَّاعِيَ دَخَلَ الدَّارَ، وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَرَضِيَ عَنْهُ السَّيِّدُ، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّاعِيَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ، وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَلَمْ يَرْضَ عَنْهُ السَّيِّدُ فَاللَّهُ السَّيِّدُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْمَأْدُبَةُ الْجَنَّةُ، وَالدَّاعِي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Dikatakan kepadaku, "Tidurlah kedua matamu, tetapi sadarlah hatimu dan mendengarlah dengan telingamu!" Maka mataku tertidur dan hatiku sadar serta kedua telingaku mendengar. Kemudian dikatakan kepadaku, "Seperti seorang tuan yang membangun sebuah gedung, lalu membuat perjamuan (pesta) dan mengutus seseorang untuk menyampaikan undangan. Maka barang siapa yang memenuhi undangannya masuk ke dalam gedung itu dan memakan jamuannya, dan si tuan merasa puas (rida) kepadanya. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangannya, tidak masuk ke dalam gedung itu dan tidak makan jamuannya, serta si tuan tidak rela kepadanya Allah adalah si tuan itu, sedang gedung itu adalah agama Islam, dan jamuannya adalah surga, sedangkan penyampai undangan itu adalah Muhammad Saw."
Hadis ini mursal, tetapi diriwayatkan pula secara muttasil melalui hadis Al-Lais dari Khalid ibnu Yazid dari Sa'id ibnu Abu Hilal dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan.”Pada suatu hari Rasulullah Saw. keluar (dari rumah) dan menjumpai kami, lalu beliau bersabda:

"إِنِّي رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ جِبْرِيلَ عِنْدَ رَأْسِي، وَمِيكَائِيلَ عِنْدَ رِجْلِي، يَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: اضْرِبْ لَهُ مَثَلًا. فَقَالَ: اسْمَعْ سَمعت أُذُنُكَ، وَاعْقِلْ عَقَل قَلْبُكَ، إِنَّمَا مَثَلُك وَمَثَلُ أمَّتك كَمَثَلِ مَلِكٍ اتَّخَذَ دَارًا، ثُمَّ بَنَى فِيهَا بَيْتًا، ثُمَّ جَعَلَ فِيهَا مَأْدُبَةً، ثُمَّ بَعَثَ رَسُولًا يَدْعُو النَّاسَ إِلَى طَعَامِهِ، فَمِنْهُمْ مَنْ أَجَابَ الرَّسُولَ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَرَكَهُ، فَاللَّهُ الْمَلِكُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْبَيْتُ الْجَنَّةُ، وَأَنْتَ يَا مُحَمَّدُ الرسُول، فَمَنْ أَجَابَكَ دَخَلَ الْإِسْلَامَ، وَمَنْ دَخَلَ الْإِسْلَامَ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَكَلَ مِنْهَا"

Sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku seakan-akan Jibril berada di dekat kepalaku dan Mikail berada di dekat kedua kakiku. Salah satunya berkata kepada yang lain, 'Buatlah suatu perumpamaan baginya.' Maka yang ditanya menjawab, 'Dengarkanlah dengan baik oleh telingamu dan resapilah dengan baik oleh hatimu. Sesungguhnya perumpamaanmu dan perumpamaan umatmu sama dengan seorang raja yang menempati sebuah istana, lalu ia membangun sebuah rumah di dalamnya dan mengadakan pesta perjamuan di dalamnya, untuk itu lalu ia mengutus seorang utusan guna memanggil orang-orang menghadiri perjamuannya. Maka di antara mereka ada yang memenuhi undangan utusannya, dan di antara mereka ada pula yang tidak memenuhinya. Raja itu adalah perumpamaan Allah, istana itu perumpamaan Islam, rumah itu perumpamaan surga, dan engkau —hai Muhammad— adalah perumpamaan utusan itu. Barang siapa yang memenuhi undanganmu, niscaya masuk Islam; dan barang siapa masuk Islam, pasti masuk surga; dan barang siapa masuk surga, pasti memakan makanan yang ada di dalamnya'.”
Hadis ini merupakan riwayat Ibnu Jarir.

Qatadah mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Khulaid Al-Asri, dari Abu Darda secara marfu', bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"مَا مِنْ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ شَمْسُهُ إِلَّا وبجنَبَتَيْها مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يَسْمَعُهُمَا خَلْقُ اللَّهِ كُلُّهُمْ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ: يَا أيها الناس، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ، إِنَّ مَا قلَّ وكَفَى، خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى".

Tiada suatu hari pun yang matahari terbit padanya, melainkan pada kedua sisinya terdapat dua malaikat, kedua-duanya menyerukan kalimat berikut yang seruannya dapat didengar oleh semua makhluk Allah kecuali manusia dan jin, yaitu: "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi adalah lebih baik daripada sesuatu yang banyak tetapi melalaikan (kalian kepada Allah).”
Sehubungan dengan perkataan, "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian," Abu Darda mengatakan bahwa diturunkan firman Allah Swt.: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.

 Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar