Jumat, 14 September 2018

Ziaroh Makam Rosululloh Adalah Ibadah

Sejak masa sahabat sampai saat ini. Umat muslim dari segala penjuru tidak ada henti-hentinya datang ke Madinah untuk menziarahi makam Rasulullah SAW terutama setelah menunaikan ibadah haji. Tidak ada satu pun ulama yang mengingkari hal ini. Semua ulama ahlu sunnah yang terpercaya menyepakati bahwa bepergian untuk berziarah ke makam Nabi SAW adalah satu di antara ibadah yang paling utama. Satu dari bentuk pengagungan dan rasa syukur atas jasa besar Rasulullah SAW yang tidak mungkin bisa dibalas.

Adanya sempalan umat Islam yang mengaku mencintai mencintai Nabi SAW namun menyatakan bahwa perjalanan untuk menziarahi makam Nabi SAW adalah perbuatan maksiat sungguh sangat mengherankan. Bukankah aneh, mereka memperbolehkan segala jenis perjalanan baik untuk perdagangan, mengunjungi kerabat dan lainnya namun ketika yang dikunjungi itu adalah tempat jasad mulia Nabi Muhammad SAW, Sang kekasih Allah, mereka justru mengharamkannya dengan sangat keras. Terlebih dalil yang mereka gunakan sangat dangkal dan bertentangan dengan banyak dalil shahih.

Yang benar bahwa melakukan perjalanan ke makam Rasulullah SAW adalah perbuatan yang sangat dianjurkan berdasarkan al Quran, sunnah, qiyas dan Ijma. Kami akan merinci satu per satu dalil-dalil ini.

Di dalam al Quran Allah SWT berfirman :

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا [النساء: 64[

Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS an Nisa 64)

Ayat di atas berisi anjuran untuk mendatangi Rasulullah SAW untuk mendapatkan pengampunan dan kasih sayang Allah SWT. Para ulama, di antaranya adalah Ibnu Hajar dan as Subki menyatakan bahwa ayat ini berlaku baik di masa hidup Nabi SAW mau pun setelah beliau wafat. Siapa yang berpendapat bahwa ayat ini berlaku khusus di masa hidup Nabi SAW saja telah keliru. Selain karena tidak ada dalil yang mengkhususkan, juga karena dalam ayat ini terdapat perbuatan yang digantungkan dengan suatu syarat yakni pengampunan yang digantungkan dengan syarat mendatangi Rasulullah SAW. Dalam kaidah ilmu Ushul dikatakan apabila perbuatan digantungkan dengan satu syarat maka ini menunjukkan makna umum, berarti ayat ini bermakna umum.

Para ulama tafsir sekelas al Qurtubi dan Ibnu Katsir pun memahami keumuman ayat ini. Buktinya setelah membawakan tafsir ayat ini, mereka mendatangkan kisah Utbi mengenai kedatangan seorang Arab ke makam Rasulullah SAW untuk memohon ampun dengan membacakan ayat ini di hadapan makam Rasulullah SAW.  Ini artinya ayat ini masih berlaku setelah wafatnya Rasulullah SAW. Para ulama pun menganjurkan bagi peziarah untuk membacakan ayat ini ketika menziarahi makam Beliau SAW.

Ziaroh Makam Rasulullah Saw

Para pengingkar ziarah ke makam Rasulullah SAW menebar isu bahwa semua hadits yang menganjurkan ziarah kubur adalah dhaif (lemah) bahkan maudhu (palsu) sehingga tidak bisa dijadikan dalil. Ucapan ini jelas keliru. Yang mengatakannya pasti tidak memiliki pemahaman tentang ilmu hadits dan kaidah jarh wat ta`dil (cacat dan keadilan perawi). Dan yang paling penting isu ini bertentangan dengan fakta yang ada.

Dalam satu hal isu ini benar bahwa hampir semua hadits ini lemah (bukan maudhu), namun perlu diketahui bahwa hadits-hadits lemah apabila memiliki banyak jalur periwayatan dan sebab lemahnya bukan karena perawinya dicurigai berbohong maka derajatnya bisa meningkat menjadi hasan (baik) sehingga bisa menjadi dalil syariat. Imam Adz Dzahabi sebagaimana dikutip dalam al Maghosid al Hasanah ketika menjelaskan masalah hadits ziarah kubur mengatakan, “Jalur-jalur periwayatan hadits ini semuanya lemah namun saling menguatkan satu sama lain karena tidak ada perawi yang dicurigai sebagai pembohong.”

Sebagian hadits-hadits tentang ziarah bahkan dishahihkan oleh beberapa Ahli Hadits terkemuka seperti as Subki, Ibnu Sakan, al Iraqi, Qodhi Iyadh, Mala Ali Qori, Asy Syuyuthi, al Khafaji dan lainnya. Mereka semua adalah para panutan dan imam yang dijadikan sandaran. Para Imam yang empat semuanya menyatakan bahwa ziarah ke makam Nabi SAW adalah dianjurkan. Jika demikian maka ini cukup menjadi dasar atas shahih dan diterimanya hadits-hadits ziarah. Sebab dalam kaidah ilmu Ushul dan Hadits dikatakan, suatu hadits dhaif (lemah) bisa menjadi kuat bila diamalkan dan difatwakan secara umum.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ زَارَ قَبْرِيْ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِي (رواه الدارقطني رقم 2695 والبيهقي في شعب الإيمان رقم 3862)

"Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa berziarah ke makamku, maka wajib baginya mendapat syafaatku" (HR al-Daruquthni No 2695 dan al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman No 3862)

قَالَ الدَّمِيْرِيُّ رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُ وَصَحَّحَهُ عَبْدُ الْحَقِّ وَرَوَاهُ الْجَمَاعَةُ مِنْهُمْ الْحَافِظُ أَبُوْ عَلِيِّ بْنُ السَّكَنِ فِي كِتَابِهِ الْمُسَمَّى بِالسُّنَنِ الصِّحَاحِ فَهَذَانِ إِمَامَانِ صَحَّحَا هَذَيْنَ الْحَدِيْثَيْنِ وَقَوْلُهُمَا أَوْلَى مِنْ قَوْلِ مَنْ طَعَنَ فِي ذَلِكَ (حاشية السندي على ابن ماجه 6 / 152)

"al-Damiri berkata: Hadis ini diriwayatkan oleh al-Daruquthni dan yang lain, disahihkan oleh Abdul Haqq. (Hadis lain) diriwayatkan oleh segolongan ulama, diantaranya al-Hafidz Ibnu al-Sakan dalam kitabnya al-Sunan al-Shihah. Kedua imam ini telah menilai sahih pada hadis diatas. Pendapat kedua Imam ini lebih utama daripada pendapat ulama yang menilai lemah pada hadis diatas" (Hasyiah al-Sindi ala Sunan Ibnu Majah VI/152)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ جَاءَنِي زَائِرًا لاَ يُعْلَمُ لَهُ حَاجَةٌ إِلاَّ زِيَارَتِي كَانَ حَقًّا عَلَيَّ أَنْ أَكُوْنَ لَهُ شَفِيْعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه الطبراني في الأوسط 4546 والكبير 12971 وقال الهيثمي فيه مسلمة بن سالم وهو ضعيف اهـ مجمع الزوائد ومنبع الفوائد 3 / 6)

"Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa datang kepadaku yang tidak ada kepentingan kecuali berziarah kepadaku, maka wajib bagiku memberi syafaat kepadanya di hari kiamat" (HR al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Ausath No 4546 dan al-Kabir No 12971. al-Haitsami berkata: di dalam sanadnya ada Maslamah bin Salim, ia dlaif)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ حَجَّ فَزَارَ قَبْرِي فِي مَمَاتِي كَانَ كَمَنْ زَارَنِي فِي حَيَاتِي (رواه الطبراني في الكبير 13315 والأوسط 3376 وقال الهيثمي فيه حفص بن أبي داود القارئ وثقه أحمد وضعفه جماعة من الأئمة اهـ مجمع الزوائد ومنبع الفوائد 3 / 6)

"Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa melakukan haji kemudian berziarah kepadaku setelah aku wafat, maka sama seperti ziarah ketika aku hidup" (HR al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir No 13315 dan al-Ausath No 3376. al-Haitsami berkata: di dalam sanadnya ada Hafs bin Abi Dawud al-Qari', ia dinilai terpercaya oleh Ahmad dan dinilai dlaif oleh imam yang lain)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ زَارَ قَبْرِيْ بَعْدَ مَوْتِي كَانَ كَمَنْ زَارَنِيْ فِي حَيَاتِي (رواه الطبراني في الكبير 13314 والأوسط وقال الهيثمي فيه عائشة بنت يونس ولم أجد من ترجمها اهـ مجمع الزوائد ومنبع الفوائد 3 / 6)

"Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa berziarah kepadaku setelah aku wafat, maka sama seperti ziarah ketika aku hidup" (HR al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir No 13314 dan al-Ausath. al-Haitsami berkata: di dalam sanadnya ada Aisyah binti Yunus. Saya tidak temukan biografinya)

حَدِيْثُ مَنْ زَارَ قَبْرِيْ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ (اِبْنُ أَبِي الدُّنْيَا وَالطَّبْرَانِي وَالدَّارُقُطْنِي وَابْنُ عَدِيٍّ مِنْ طُرُقٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ)

"Hadis yang berbunyi 'Barangsiapa berziarah ke makamku, maka wajib baginya mendapat syafaatku.' Diriwayatkan Ibnu Abi al-Dunya, al-Thabrani, al-Daruquthni dan Ibnu Adi dengan banyak jalur riwayat dari Ibnu Umar" (al-Suyuthi dalam kitab al-Durar al-Muntatsirah I/19)

قَالَ الذَّهَبِي طُرُقُهُ كُلُّهَا لَيِّنَةُ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضًا ِلأَنَّ مَا فِي رُوَّاتِهَا مُتَّهَمٌ بِالْكِذْبِ قَالَ وَمِنْ أَجْوَدِهَا إِسْنَادًا حَدِيْثُ حَاطِبٍ مَنْ زَارَنِي بَعْدَ مَوْتِي فَكَأَنَّمَا زَارَنِي فِي حَيَاتِي أَخْرَجَهُ ابْنُ عَسَاكِرَ وَغَيْرُهُ (الدرر المنتثرة في الأحاديث المشتهرة للحافظ جلال الدين السيوطي 1 / 19)

Al-Dzahabi berkata: Semua jalur riwayatnya lemah, tapi sebagian menguatkan riwayat yang lain, karena diantara perawinya ada yang dituduh berdusta. Al-Dzahabi berkata: Diantara yang paling baik sanadnya adalah hadis riwayat Hatib: Barangsiapa berziarah kepadaku setelah aku wafat, maka sama seperti ziarah ketika aku hidup, diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir dan lainnya" (al-Suyuthi dalam kitab al-Durar al-Muntatsirah I/19)

قَالَ الْبَيْهَقِيُّ طُرُقُهُ كُلُّهَا لَيِّنَةٌ وَلَكِنْ يَتَقَوَّى بَعْضُهَا بِبَعْضٍ (تذكرة الموضوعات للفتني 1 / 75 والفوائد المجموعة للشوكاني 1 / 117)

"al-Baihaqi berkata: Semua jalur sanadnya lemah, namun sebagian riwayat memperkuat riwayat yang lain" (al-Fatanni dalam Tadzkirat al-Maudlu'at I/75 dan al-Syaukani dalam al-Fawaid al-Majmu'ah I/117)

(فَائِدَةٌ) طُرُقُ هَذَا الْحَدِيْثِ كُلُّهَا ضَعِيْفَةٌ لَكِنْ صَحَّحَهُ مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ أَبُوْ عَلِيِّ بْنِ السَّكَنِ فِي إِيْرَادِهِ إِيَّاهُ فِي أَثْنَاءِ السُّنَنِ الصِّحَاحِ لَهُ وَعَبْدُ الْحَقِّ فِي اْلأَحْكَامِ فِي سُكُوْتِهِ عَنْهُ وَالشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّيْنِ السُّبْكِي مِنَ الْمُتَأَخِّرِيْنَ بِاعْتِبَارِ مَجْمُوْعِ الطُّرُقِ وَأَصَحُّ مَا وَرَدَ فِي ذَلِكَ مَا رَوَاهُ أَحْمَدُ (10827) وَأَبُوْ دَاوُدَ (2041) مِنْ طَرِيْقِ أَبِي صَخْرٍ حُمَيْدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ يَزِيْدَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ قُسَيْطٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوْعًا مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِي حَتَّى أّرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَبِهَذَا الْحَدِيْثِ صَدَرَ الْبَيْهَقِي اْلبَابَ (تلخيص الحبير في تخريج أحاديث الرافعي الكبير للحافظ ابن حجر 2 / 570)

"Semua jalur riwayat ini adalah dlaif, tetapi hadis riwayat Ibnu Umar disahihkan oleh Ibnu al-Sakan karena ia mencantumkannya dalam kitab karnya yaitu al-Sunan al-Shihah, juga disahihkan oleh Abdulhaqq dalam kitabnya al-Ahkam dan ia tidak memberi komentar, juga oleh Syaikh Taqiyuddin al-Subki dari ulama akhir dengan metode akumulasi seluruh riwayat. Hadis yang paling sahih terkait ziarah ke makam Rasulullah Saw adalah riwayat Ahmad (10827) dan Abu Dawud (2041) dari Abu Hurairah secara marfu': Tidak seorangpun yang mengucap salam kepadaku kecuali Allah mengembalikan ruh kepadaku hingga aku menjawab salam kepadanya. Dengan hadis inilah al-Baihaqi (dalam kitab al-Sunan al-Kubra No 0569) mendahulukan bab tentang ziarah ke makam Rasulullah" (al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Talkhish al-Habir II/470)

وَأَكْثَرُ طُرُقِ هَذِهِ اْلأَحَادِيْثِ وَإِنْ كَانَتْ ضَعِيْفَةً لَكِنْ بَعْضُهَا سَالِمٌ عَنِ الضُّعْفِ الْقاَدِحِ وَبِالْمَجْمُوْعِ يَحْصُلُ الْقُوَّةُ كَمَا حَقَّقَهُ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ فِي التَّلْخِيْصِ الْحَبِيْرِ وَالتَّقِيُّ السُّبْكِيُّ فِي كِتَابِهِ شِفَاءِ اْلأَسْقَامِ فِي زِيَارَةِ خَيْرِ اْلأَنَامِ وَقَدْ أَخْطَأَ بَعْضُ مُعَاصِرِيْهِ وَهُوَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ حَيْثُ ظَنَّ أَنَّ اْلأَحَادِيْثَ الْوَارِدَةَ فِي هَذَا الْبَابِ كُلَّهَا ضَعِيْفَةٌ بَلْ مَوْضُوْعَةٌ(هامش الموطأ - رواية محمد بن الحسن - 3 / 448)

"Kebanyakan jalur riwayat tentang hadis ziarah ke makam Rasulullah kendatipun dlaif, namun sebagiannya tidak sampai pada status yang sangat dlaif, dan secara akumulasi (keseluruhan) hadis tersebut berstatus lebih kuat, sebagimana dinyatakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Talkhish al-habir dan Taqiyuddin al-Subki dalam Syifa' al-Asqam. Ada seorang ulama yang satu masa dengan al-Subki, yaitu Ibnu Taimiyah, telah melakukan kesalahan dengan prasangkanya bahwa hadis-hadis tentang ziarah ke makam Rasulullah kesemuanya adalah dlaif bahkan palsu" (Hamisy al-Muwaththa' III/448)

قَالَ أَعْنِي ابْنَ حَجَرٍ وَبِالْجُمْلَةِ فَقَوْلُ ابْنِ تَيْمِيَّةَ "مَوْضُوْعٌ" غَيْرُ صَوَابٍ (فيض القدير شرح الجامع الصغير للمناوي 6 / 181)

"Ibnu Hajar berkata: Secara global perkataan Ibnu Taimiyah: 'Hadis ini palsu', adalah tidak benar" (al-Munawi dalam Faidl al-Qadir VI/181)


سَأَلْتُهُ عَنِ الرَّجُلِ يَمُسُّ مِنْبَرَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَتَبَرَّكُ بِمَسِّهِ وَيُقَبِّلُهُ وَيَفْعَلُ بِالْقَبْرِ مِثْلَ ذَلِكَ أَوْ نَحْوَ هَذَا يُرِيْدُ بِذَلِكَ التَّقَرُّبَ إِلَى اللهِ جَلَّ وَعَزَّ فَقَالَ لاَ بَأْسَ بِذَلِكَ (العلل ومعرفة الرجال لاحمد بن حنبل 2 / 492 رقم 3243)

"Saya (Abdullah bin Ahmad) bertanya kepada Imam Ahmad tentang seseorang yang memegang mimbar Nabi Saw, mencari berkah dengan memegangnya dan menciumnya. Ia juga melakukannya dengan makam Rasulullah seperti diatas dan sebagainya. Ia lakukan itu untuk mendekatkan dir kepada Allah. Imam Ahmad menjawab: Tidak apa-apa" (Ahmad bin Hanbal al-'lal wa Ma'rifat al-Rijal 3243)

Imam Nawawi menjelaskan tatacara dan etika dalam berziarah dan bertawassul di makam Rasulullah Saw:

ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى مَوْقِفِهِ اْلاَوَّلِ قِبَالَةَ وَجْهِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَتَوَسَّلُ بِهِ فِي حَقِّ نَفْسِهِ وَيَسْتَشْفِعُ بِهِ إِلَى رَبِّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَمِنْ أَحْسَنِ مَا يَقُوْلُ مَا حَكَاهُ الْمَاوَرْدِيُّ وَالْقَاضِي أَبُوْ الطَّيِّبِ وَسَائِرُ أَصْحَابِنَا عَنِ الْعُتْبِيّ مُسْتَحْسِنِيْنَ لَهُ (المجموع شرح المهذب للامام النووي 8 / 274)

"Kemudian hendaknya peziarah kembali ke tempat semula seraya menghadap kearah Rasulullah Saw, bertawassul kepada beliau untuk dirinya dan meminta syafaatnya kepada Allah. Dan diantara yang paling baik untuk dibaca saat ziarah adalah bacaan dari al-Utbi sebagaimana disampaikan oleh al-Mawardi, al-Qadi Abu al-Thayyib dan seluruh ulama Syafi'iyah, mereka semua menilainya baik" (Imam al-Nawawi dalam al-Majmu' VIII/274)

وَقَدْ ذَكَرَ جَمَاعَةٌ مِنْهُمُ الشَّيْخُ أَبُوْ نَصْرِ بْنِ الصَّبَّاغِ فِي كِتَابِهِ الشَّامِلِ الْحِكَايَةَ الْمَشْهُوْرَةَ عَنِ الْعُتْبِي قَالَ كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ قَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ سَمِعْتُ اللهَ يَقُوْلُ { وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوْا اللهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوْا اللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا } وَقَدْ جِئْتُكَ مُسْتَغْفِرًا لِذَنْبِي مُسْتَشْفِعًا بِكَ إِلَى رَبِّي ثُمَّ أَنْشَأَ يَقُوْلُ:

يَا خَيْرَ مَنْ دُفِنَتْ بِالْبقَاعِ أَعْظُمُهُ ... فَطَابَ مِنْ طِيْبِهِنَّ الْقَاعُ وَاْلأَكَمُ

نَفْسِي الْفِدَاءُ لِقَبْرٍ أَنْتَ سَاكِنُهُ ... فِيْهِ الْعَفَافُ وَفِيْهِ الْجُوْدُ وَالْكَرَمُ

ثُمَّ انْصَرَفَ اْلأَعْرَابِيُّ فَغَلَبَتْنِي عَيْنِي فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّوْمِ فَقَالَ يَا عُتْبِى اِلْحَقِ اْلأَعْرَابِيَّ فَبَشِّرْهُ أَنَّ اللهَ قَدْ غَفَرَ لَهُ(تفسير ابن كثير 2 / 347 وتفسير الوسيط لمحمد الطنطاوي شيخ الازهر 3 / 201 بصيغة الجزم والامام النووي في المجموع 8 / 217 والايضاح 498والامام ابن قدامة المقدسي في المغني 3 / 556والشرح الكبير 3 / 497 والشيخ منصور البهوتي في كشاف القناع على متن الاقناع 5 / 30)

"Golongan para ulama diantaranya Ibnu al-Shabbagh dalam kitab al-Syamil, menyebutkan kisah yang masyhur dari 'Utbi. Ia berkata: Saya duduk di samping makam Rasulullah Saw, kemudian datang seorang A'rabi dan berkata: Salam sejahtera atasmu wahai Rasulullah. Saya mendengar bahwa Allah berfirman: ""Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (al-Nisa': 64). Saya datang kepadamu dengan memohon ampun karena dosaku dan memohon pertolongan kepada Tuhanku. Kemudian ia mengucapkan syair:

"Wahai sebaik-baik orang yang jasadnya disemayamkan di tanah ini
Sehingga semerbaklah tanah dan bukit karena jasadmu
Jiwaku sebagai penebus bagi tanah tempat persemayamanmu
Disana terdapat kesucian, kemurahan dan kemulian"

Lalu A'rabi itu pergi. Kemudian saya tertidur dan bermimpi bertemu Rasulullah Saw dan beliau berkata: Wahai 'Utbi, kejarlah si A'rabi tadi, sampaikan kabar gembira kepadanya, bahwa Allah telah mengampuni dosanya" (Tafsir Ibnu Katsir II/347, Tafsir al-Wasith karya Guru Besar al-Azhar, Muhammad al-Thanthawi III/291, al-Majmu' VIII/217 dan al-Idlah 498 karya Imam al-Nawawi, al-Mughni III/556 dan al-Syar al-Kabir III/497 karya Ibnu Qudamah al-Hanbali dan Kisyaf al-Qunna' V/30 karya al-Bahuti)

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ قَدِمَ عَلَيْنَا أَعْرَابِيٌّ بَعْدَ مَا دَفَنَّا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثَةِ أَيَّامٍ فَرَمَى بِنَفْسِهِ عَلَى قَبْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَثَا عَلَى رَأْسِهِ مِنْ تُرَابِهِ فَقَالَ قُلْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَسَمِعْنَا قَوْلَكَ وَوَعَيْتَ عَنِ اللهِ فَوَعَيْنَا عَنْكَ وَكَانَ فِيْمَا أَنْزَلَ اللهُ عَلَيْكَ (وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ) اْلآيَةَ وَقَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَجِئْتُكَ تَسْتَغْفِرُ لِي فَنُوْدِيَ مِنَ الْقَبْرِ أَنَّهُ قَدْ غُفِرَ لَكَ (تفسير القرطبي 5 / 265 والبحر المحيط لابي حيان الاندلسي 3 / 694 وخلاصة الوفا بأخبار دار المصطفى لعلي بن عبد الله السمهودي 1 / 45 وسبل الهدى والرشاد لصالحي الشامي 12 / 390)

"Dari Ali, ia berkata: Seorang A'rabi datang kepada kami setelah 3 hari kami menguburkan Rasulullah Saw. Kemudian ia menjatuhkan dirinya ke makam Rasulullah Saw dan menaburkan debu ke kepalanya sambil berkata: Engkau berkata wahai Rasullah lalu kami mendengar perkataanmu. Engkau menerima ajaran dari Allah, dan kami menerima darimu, dan diantara yang diturunkan Allah kepadamu adalah: "Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (al-Nisa': 64). Sungguh saya telah menganiaya diri sendiri dan saya datang kepadamu agar engkau mohonkan ampunan bagiku. Lalu laki-laki A'rabi itu dijawab dari dalam makam Rasullah Saw bahwa: Kamu telah diampuni" (Tafsir al-Qurthubi V/250, al-Bahr al-Muhith III/694 karya Abu Hayyan, Khulashat al-Wafa I/45 karya al-Sumhudi dan Subul al-Huda wa al-Rasyad XII/390 karya Shalihi al-Syami)

قَالَ ابْنُ الْمُقْرِئِ كُنْتُ أَنَا وَالطَّبَرَانِيُّ وَأَبُوْ الشَّيْخِ بِالْمَدِيْنَةِ فَضَاقَ بِنَا الوَقْتُ فَوَاصَلْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ فَلَمَّا كَانَ وَقتُ العِشَاءِ حَضَرْتُ الْقَبْرَ وَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ الْجُوْعَ فَقَالَ لِي الطَّبْرَانِيُّ اِجْلِسْ فَإِمَّا أَنْ يَكُوْنَ الرِّزْقُ أَوِ الْمَوْتُ فَقُمْتُ أَنَا وَأَبُوْ الشَّيْخِ فَحَضَرَ اْلبَابَ عَلَوِيٌّ فَفَتَحْنَا لَهُ فَإِذَا مَعَهُ غُلاَمَانِ بِقَفَّتَيْنِ فِيْهِمَا شَيْءٌ كَثِيْرٌ وَقَالَ اَشَكَوْتُمْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ رَأَيْتُهُ فِي النَّوْمِ فَأَمَرَنِي بِحَمْلِ شَيْءٍ إِلَيْكُمْ(الحافظ الذهبي في تذكرة الحفاظ 3 / 121 وفي سير أعلام النبلاء 31 / 473 والحافظ ابن الجوزي في الوفا بأحوال المصطفى 818)

"Ibnu al-Muqri berkata: Saya berada di Madinah bersama al-Hafidz al-Thabrani dan al-Hafidz Abu al-Syaikh. Waktu kami sangat sempit hingga kami tidak makan sehari semalam. Setelah waktu Isya' tiba, saya mendatangi makam Rasulullah, lalu saya berkata: Ya Rasulallah, kami lapar. Al-Thabrani berkata kepada saya: Duduklah, kita tunggu datangnya rezeki atau kematian. Saya dan Abu al-Syaikh berdiri, tiba-tiba datang laki-laki Alawi (keturunan Rasulullah Saw) di depan pintu, lalu kami membukakan pintu. Ternyata ia membawa dua orang budaknya yang membawa dua keranjang penuh dengan makanan. Alawi itu berkata: Apakah kalian mengadu kepada Rasulullah Saw? Saya bermimpi Rasulullah dan menyuruhku membawa makanan untuk kalian" (Diriwayatkan oleh al-Hafidz al-Dzahabi dalamTadzkirah al-Huffadz III/121 dan Siyar A'lam al-Nubala' XXXI/473, dan oleh Ibnu al-Jauzi dalamal-Wafa' bi Ahwal al-Musthafa 818)

قَالَ أَبُوْ الْخَيْرِ اْلأَقْطَعُ دَخَلْتُ مَدِيْنَةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِفَاقَةٍ فَأَقَمْتُ خَمْسَةَ اَيَّامٍ مَا ذُقْتُ ذَوَاقًا فَتَقَدَّمْتُ إِلَى الْقَبْرِ وَسَلَّمْتُ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَقُلْتُ أَنَا ضَيْفُكَ اللَّيْلَةَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَتَنَحَّيْتُ وَنُمْتُ خَلْفَ الْمِنْبَرِ فَرَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ عَنْ يَمِيْنِهِ وَعُمَرُ عَنْ شِمَالِهِ وَعَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ بَيْنَ يَدَيْهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ فَحَرَّكَنِي عَلِيٌّ وَقَالَ قُمْ قَدْ جَاءَ رَسُوْلُ اللهِ قَالَ فَقُمْتُ إِلَيْهِ وَقَبَّلْتُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ فَدَفَعَ إِلَيَّ رَغِيْفًا فَأَكَلْتُ نِصْفَهُ وَانْتَبَهْتُ فَإِذًا فِي يَدِيَّ نِصْفُ رَغِيْفٍ (الحافظ الذهبي في تاريخ الاسلام2632 والحافظ ابن الجوزي في صفة الصفوة 4 / 284 والحافظ السلمي طبقات الصوفية 1 / 281والحافظ ابن عساكر في تاريخ دمشق 66 / 161)

"Abu al-Khair al-Aqtha' berkata: Saya datang ke kota (Madinah) Rasulullah Saw dalam keadaan lapar dan saya menetap selama lima hari. Lalu saya datang ke makam Rasulullah Saw, saya mengucap salam pada Nabi Saw, Abu Bakar dan Umar, dan saya berkata: Wahai Rasulullah, Saya bertamu kepadamu malam ini. Lalu saya agak menjauh dan tidur di belakang mimbar. Maka saya bermimpi melihat Rasulullah Saw, Abu Bakar berada di sebelah kanan beliau, Umar di sebelah kiri beliau dan Ali berada di depan. Lalu Ali membangunkan saya dan berkata: Bangun, Rasulullah telah datang. Saya bangun dan mencium beliau. Beliau memberi roti pada saya dan saya makan separuhnya. Saya pun terbangun, ternyata di tangan saya ada separuh roti tadi" (al-Hafidz al-Dzahabi dalam Tarikh al-Islam 2632, Ibnu al-Jauzi dalam Shifat al-Shafwah IV/284, al-Hafidz al-Sulami dalam Thabaqat al-Shufiyah I/281 dan Ibnu 'Asakir dalam Tarikh Dimasyqi 66/161)

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar