Senin, 19 September 2016

Tahapan Pencucian Hati

‎Hati adalah sebuah intan permata yang menyimpan sejuta kemilau dan keindahan, dari hati yang bersih akan terpancar cahaya keimanan, cahaya kebenaran, cahaya kearifan yang penuh pesona. Dari hati yang bersih akan semburat kilau yang penuh kearifan, dari hati yang bersih akan keluar sejuta kebijaksanaan, hati yang bersih adalah permata dengan berjuta kilau pesona.

Bagaimana menjadikan hati yang bersih, agar kilaunya keluar dan mampu menerangi jalan kehidupan yang akan dilaluinya?

Kata hati, bahasa hati, gerak hati, tanya hati, kretegeng ati, banyak sekali istilah yang digunakan untuk berusaha mendefinisikan hati.‎

Apakah Hati itu?

Hati dalam bahasa Arab disebut al-qalbu, al-fu`adu,ash-shadru, dan albab. Disebut al-qalbu karena dua sebab. Pertama, merupakan pusat sesuatu seperti halnya Kota Mekah disebut Qalbul Ardli (pusat bumi) karena letaknya di tengah-tengah bumi. Kedua, karena sifatnya bolak-balik (dinamis) sebagaimana hadits Rasulullah saw.:

لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلاَبًا مِنَ الْقَدَرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْيًا

“Sungguh hati manusia itu lebih cepat bolak-baliknya daripada periuk ketika sedang sangat mendidih”(H.R. Ahmad).

Kedua, disebut al-fu`adu karena hati merupakan tempat bergolaknya pikiran, perasaan, dan keyakinan. Kata al-fu`adu ini bisa ditemukan dalam al-Quran Surat al-Isra ayat 36:

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلاً

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawaban”

Berdasarkan ayat tersebut, hati sebagai tempat pikiran, perasaan, dan keyakinan akan diminta pertanggungjawannya. Apakah pikirannya, perasaannya dan keyakinannya benar? Apakah pikiran, perasaan dan keyakinannya tunduk patuh terhadap aturan Allah dan Rasul-Nya?

Ketiga, dinamakan ash-shadru (dada secara non fisik), menurut Amir an-Najr,  karena merupakan tempat masuknya segala macam godaan nafsu, penyakit hati, dan juga hidayah Allah. Selain itu, ash-shadr juga merupakan tempat masuknya ilmu pengetahuan ke dalam diri manusia. Kata shadr itu sendiri seakar dengan kata akal.

Keempat, hati disebut albab. Kata albab merupakan bentuk plural (jamak) dari kata lubb yang berarti racun, akal, hati, inti dan sari. Dalam tasawuf, lubbberarti hati yang terdalam.

Tazkiyatul Qalbi (Membersihkan Hati)

Ini lebih ditekankan karena sebutan hati lebih familiar di telinga kita. Bahkan di kita pun terdapat kata sinonim hati yakni “kalbu” serapan dari al-qalbu. Lebih dari itu, inisiatif penggunaan kata al-qalbu ini disandarkan kepada sebuah hadits yang juga sudah familiar.

Hadits tersebut adalah:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ   مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ  أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini terdapat segumpal daging. Jika dia (segumpal) baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah, bahwa dia adalah hati “. (H.R. Bukhari-Muslim).

Dalam hadits tersebut, hati dibahasakan oleh Rasulullah saw. dengan kata al-qalbu. Selain itu, kataal-qalbu digunakan oleh Allah ketika menginformasikan bahwa Allah lah yang telah menurunkan ketengan kepada hati-hati orang beriman. Oleh karena itu, saya pun menggunakan kata ini (al-qalbu) untuk istilah Tazkiyatul Qalbi.

Manusia dilengkapi oleh Allah dua hal pokok, yaitu jasmani dan rohani. Dua hal ini memiliki keperluan masing-masing. Jasmani membutuhkan makan, minum, pelampiasan syahwat, keindahan, pakaian, perhiasan-perhiasan dan kemasyhuran. Rohani, pada sisi lain, membutuhkan kedamaian, ketenteraman, kasih-sayang dan cinta.

Para sufi menegaskan bahwa hakekat sesungguhnya manusia adalah rohaninya. Ia adalah muara segala kebajikan. Kebahagiaan badani sangat tergantung pada kebahagiaan rohani. Sedang, kebahagiaan rohani tidak terikat pada wujud luar jasmani manusia. Sebagai inti hidup, rohani harus ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi. Semakin tinggi rohani diletakkan, kedudukan manusia akan semakin agung. Jika rohani berada pada tempat rendah, hina pulalah hidup manusia. Fitrah rohani adalah kemuliaan, jasmani pada kerendahan. Badan yang tidak memiliki rohani tinggi, akan selalu menuntut pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rendah hewani. Rohani hendaknya dibebaskan dari ikatan keinginan hewani, yaitu kecintaan pada pemenuhan syahwat dan keduniaan. Hati manusia yang terpenuhi dengan cinta pada dunia, akan melahirkan kegelisahan dan kebimbangan yang tidak berujung. Hati adalah cerminan ruh. Kebutuhan ruh akan cinta bukan untuk dipenuhi dengan kesibukan pada dunia. Ia harus bersih.

Tasawuf adalah salah satu diantara khazanah tradisi dan warisan keilmuan islam yang sangat berharga. Tasawuuf merupakan konsepsi pengetahuan yang menekankan spiritualitas sebagai metode tercapainya kebahagiaan dan kesempurnaan dalam hidup manusia. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa Rosulullah saw.

Pada awalnya tasawuf merupakan suatu penafsiran lebih lanjut atas tindakan dan perkataan Rosulullah saw yang sarat dengan dimensi sepiritualitas dan ketuhanan. Tasawuf tidak bisa di ketahui melalui metode-metode logis atau rasional. Pada zaman modern ini, tasawuf semakin menarik minat umat islam untuk mengamalkan ajaran tasawuf. Terutama ketika kemajuan zaman telah berdampak terhadap kekeringan jiwa manusia.

Adapun beberapa cara untuk merealisaikan dalam bertasawuf diantaranya :

Takhalli (pengkosongan diri terhadap sifat-safat tercela),
Tahalli (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji) dan
Tajalli (tersingkapnya tabir).

Lebih jelasnya simak dalam pembasan dibawah ini .

A. TAKHALLI

Takhalli atau penarikan diri. Sang hamba yang menginginkan dirinya dekat dengan Allah haruslah menarik diri dari segala sesuatu yang mengalihkan perhatiannya dari Allah. Takhalli merupakan segi filosofis terberat, karena terdiri dari mawas diri, pengekangan segala hawa nafsu dan mengkosongkan hati dari segala-galanya, kecuali dari diri yang dikasihi yaitu Allah SWT.

Takhalli berarti mengkosongkan atau memersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan dari kotoran penyakit hati yang merusak. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan segala bentuk dan berusaha melepaskan dorongan hawa nafsu jahat.

Pertanyaannya adalah, apa saja hal-hal yang dapat mengotori hati? Merujuk pada hadits Rasulullah, yang mengotori hati adalah dosa dan maksiat. Maka, hal pertama agar hati kita bersih adalah bebaskan hati dari dosa dan maksiat. Rasulullah saw. bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ مِنْهَا قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ حَتَّى تَعْلُوَا قَلْبَهُ ، فَذَلِكَ الرَّانُ " قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sesungguhnya seorang mukmin, jika ia melakukan dosa, di hatinya ada noktah hitam. Jika ia bertobat, … dan meminta ampunan (istighfar), maka hatinya akan cemerlang  kembali. Namun jika bertambah dosanya, maka bertambah pulalah noktah tersebut. Itulah yang disebut ‘ran’. Allah swt. berfirman, ‘sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’ (Q.S. al-Muthaffifin [83]: 14)”. (H.R. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah).

Menurut kelompok sufi, maksiat dibagi menjadi dua : maksiat lahir dan batin. Maksiat batin yang terdapat pada manusia tentulah lebih berbahaya lagi, karena ia tidak kelihatan tidak seperti maksiat lahir, dan kadang-kadang begitu tidak di sadari. Maksiat ini lebih sukar dihilangkan.

Perlu diketahui bahwa maksiat batin itu pula yang menjadi penggerak maksiat lahir. Selama maksiat batin itu belum bisa dihilangkan pula maksiat lahir tidak bisa di bersihkan. Maksiat lahir Adalah segala maksiat tercela yang di kerjakan oleh anggota lahir.

Sedangkan maksiat batin adalah segala sifat tercela yang dilakukan oleh anggota batin dalam hal ini adalah hati, sehingga tidak mudah menerima pancaran nur Illahi, dan tersingkaplah tabir (hijab) , yang membatasi dirinya dengan tuhan, dengan jalan sebagai berikut :

a. Menghayati segala bentuk ibadah, sehingga pelaksananya tidak sekedar apa yang terlihat secara lahiriyyah, namun lebih dari itu, memahami makna hakikinya.‎

b. Riyadhoh (latiahan) dan mujahadah (perjuangan) yakni berjuang dan berlatih membersihkan diri dari kekangan hawa nafsu, dan mengendalikan serta tidak menuruti keinginan hawa nafsuny tersebut.

Menurut Al-Ghozali, riyadoh dan mujahadah itu adalah latihan dan kesungguhan dalam menyingkirkan keinginan hawa nafsu (syahwat) yang negativ dengan mengganti sifat yang positive.

c. Mencari waktu yang tepat untuk mengubah sifat buruk dan mempunyai daya tangkal terhadap kebiasaan buruk dan menggantikanya dengan kebiasaannya yang baik.

d. Mukhasabah (koreksi) terhadap diri sendiri dan selanjutnya meninggalkn sifat-sifat yang jelek itu. Memohon pertolongan Allah dari godaan syaitan.

Setelah melaksanakan takhalli tindakan selanjudnya adalah mengisi tempat yang kosong itu dengan amal-amal yang saleh.yang digerakan oleh sifat-sifat yang terpuji, yang tumbuh dari hati atau dari rohani yang telah bersih tadi.‎

Firman Allah SWT :

وَنَفسٍ وَمَا سَوَّهَا فَاْ لهَمَهَا فُجُورهَا وَتَقوَىهَا قَدأفلَحَ مَن زَكَّهَآ وقد خَابَ مَن دسَّهَا

Arinya :    Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).maka allah menghilhamkan ‎kepada jiwa itu (jalan). Kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams 91 : 7-10)

Mensucikan diri jasadi dan diri rohani harus simultan dan serentak. Dosa yang dilakun oleh jasadi, kita namakan dosa lahir, sedangkan dosa yang dilakukan oleh rohani kitanamakan dosa bbatin, sedangkan perbuatan itu sendiri kita namakan maksiat batin dan maksian lahir, karena itumensucikannya harus secara lahir dan batin.

1)      Mensucikan Diri Dari Dosa lahir

Maksiat lahir adalah segal perbuatan yang dikerjakan oleh anggota badan manusia yang merusak diri sendiri atau orang lain, yang menimbulkan pengorbanan yan berbentuk benda, pikiran atau perasaan.

Pada garis besarnya ada 7 (tujuh)anggita badan manusia yang kalau dimanfaatkanuntuk kebaikan maka dia merupakan rahmat dan nikmat, tetapi kalau dilaksanakan untuk kejahatan maka dia merupakan kedurhakaan dan kekufuran. Ketujuh anggota itu adalah.

a.   Mata
Mata seharusnya digunkan untuk melihat alam ini sebagai bukti adanya tuhan, tidak untukmeliahat yang haram.

b.   Telinga
Telinga seharusnya digunakan untukmendengarkan ajaran-ajaran agama untuk memaslahatkan hidup didunia dan diakhirat, tidak mendengar sesuatu yang mendorong kepada maksiat.

c.   Mulut
Mulu seharudnya digunakan untuk perbuatan baik dan bermanfaat.Tidak untuk mengatakan perkataan-perkataan yang tidak baik, berdusta, dan seterusnya.

d.   Tangan
Tangan seharusnya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat, bukan dipergunakan untuk merusak.

e.   Kaki
Kaki seharusnya digunakan untuk mencari rezki yang halal dan mengerjakan ibadah, tidak untuk mencari rezeki yang haram dan berbuat maksiat.

f.    Perut
Perut seharusnya diisi dengan makanan yang halal dan bai, tidak diisi dengan makanan yang haram, untuk berbuat maksiat.

g.   Kemaluan
Kemluan seharusnya digunakan untuk mencari keturunan melalui nikah, tidak digunakan untuk memuaskan syahwat dengan bezina dengan menghancurkan kehidupan bermasyarakat.

2)      Mensucikan Diri Dari Dosa Batin

Maksiat batin yang menimbulkan dosa batin adalah sanagt berbahaya, karena dia tidak terlihat dan berada pada diri manusia itu sendiri.Maksiat batin inilah yang menimbulkan dan membangkitkan maksiat lahir yang berbentuk kejahatan kejahatan, yang dilakukanoleh anggota-anggota badan lahir.Maksiat batin tumbuh dan berkembang oleh sebab jarang disucikan atau tidak pernah disucikan.

Syekh Amin Al-Kurdi mengatakan bahwa maksiat batin itu sebagai sifat-sifat yang tercelah dan itu merupakan najs-najis maknawiyah yang tidsk mungkin orang mendekatkan diri kepada Allah swt sebelum disucikan.

Pusat dari segala sifat yang tercela tadi adalah hati nurani atau dari hati nurani manusia itu sendiri.

Cara mensucikan / memberantas maksiat batin yang menimbulkan dosa batin adalah dengan berzikir pada 7 (tujuh) tempat Latalf, yaitu : latifal qalbi, latifal ruh, latifal sir, latifatul khafi, latifatul akhfa, latifat nafsun natikah dan latifatul kullul jasad, cara berzikir pada latifah-latifah itu dan buahnya akan dijelaskan pada bagian zikir lataif.

Sedangkan cinta dunia, tamak, mengikuti hawa nafsu, ujub, riya, takabbur, hasad, sum’ah, masuk dalam kriteria jiwa atau mental yang sakit. Maka dari itu kita harus selalu berusaha menjauhkan atau mengkosongkan diri dari sifat-sifat kemakasiatan , sifat itu diantaranya :

1. Hubb al Dunya (Mencintai Dunia)

Hubb al-dunya adalah cinta pada dunia, sedangkan secara istilah adalah cinta pada dunia yang dianggap mulia dan tidak melihat pada akhirat yang nantinya akan sia-sia, Perilaku ini dianggap Ahmad Rifa’i sebagai suatu perbuatan yang tercela karena memandang dunia lebih mulia dibanding akhirat. Ia menekankan celaan terhadap dunia yang dapat membawa orang lupa akan akhirat. Dengan batasan ini maka ia masih memberikan peluang untuk menyisihkan pada dunia selama tidak menjadikan orang lupa akan akhirat. ‎

2. Tamak

Pengertian tamak menurut Ahmad Rifa’i adalah hati yang rakus terhadap dunia sehingga tidak memperhitungkan halal dan haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Meskipun sifat ini dikemukakan dalam rangka takhalli, namun sebenarnya mengandung ajakan untuk menciptakan isolasi dengan kebudayaan kota sebagaimana ditampilkan oleh kekuasaan dan pejabat pribumi yang mengabdi untuk kepentingan pemerintah.

Dalam kitabnya yang sarat dengan kritik yang ditujukan kepada masyarakat pribumi yang selalu mengabdikan pada pemerintah kolonial pada saat itu. Yang disebut itba al- hawa’ menurut Ahmad Rifa’i adalah menuruti hawa nafsu, sedangkan secara istilah adalah orang yang hatinya selalu mengikuti perbuatan buruk yang telah diharamkan oleh syariat. Pengertian tersebut dikemukakan dalam konteks mencela orang kafir di satu pihak dan orang munafik di satu pihak. ‎

3. Ujub

Ujub artinya mengherankan dalam batin.Adapun makna istilah penjelasannya Yaitu memastikan kesentosaan badan Dari siksa akhirat keselamatannya. Secara bahasa ‘ujub adalah mengherankan dalam hati/batin. Sedangkan makna secara istilah adalah memastikan kesentosaan badan dari keselamatan siksa akhirat. Menurutnya ‘ujub yang sebenarnya adalah membanggakan diri atas hasil yang telah dicapai di dalam hatinya dan dengan angan-angan merasa telah sempurna baik dari segi ilmu maupun amalnya dan ketika ada seseorang tahu tentang ilmu dan amalnya maka ia tidak akan mengembalikan semua itu pada yang kuasa yakni telah memberikan nikmat tersebut, maka ia telah benar dikatakan’ujub. ‎

5. Riya’‎

Yang dimaksud riya’ menurut Ahmad Rifa’i adalah memperlihatkan atas kebaikannya kepada manusia biasa. Sedangkan menurut istilah adalah melakukan ibadah dengan sengaja dalam hatinya yang bertujuan karena manusia (dunia) dan tidak beribadah semata-mata tertuju karena Allah. Dengan pengertian seperti ini beliau membatasi riya’ sebagai penyimpangan niat ibadah selain Allah.

6. Takabur

Pengertian takabur menurut Ahmad Rifa’i adalah sombong merasa tinggi. Sedangkan menurut istilah adalah menetapkan kebaikan atas dirinya dalam sifat-sifat baik atau keluhuran yang disebabkan karena banyaknya harta dan kepandaian. Inti perbuatan takabur dalam pengertian tersebut adalah merasa sombong karena harta dan kapandaian yang dimiliki seseorang.

7. Hasud

Jika penyakit hasud telah menyebar luas, dan setiap orang yang hasud mulai memperdaya setiap orang yang memiliki nikmat maka pada saat itu tipu daya telah menyebar luas pula dan tidak seorangpun yang selamat dari keburukannya karena setiap orang pembuat tipu daya dan diperdaya.

Ahmad Rifa’i mengartikan hasud adalah berharap akan nikmatnya tuhan yang ada pada orang Islam baik itu ilmu, ibadah maupun harta benda.

8. Sum’ah

Secara bahasa sum’ah adalah memperdengarkan kepada oranglain. Sedangkan secara istilah adalah melakukan ibadah dengan benar dan ikhlas karena Allah akan tetapi kemudian menuturkan kebaikannya kepada orang lain agar orang lain berbuat baik kepada dirinya.

Dalam pembahasan ini beliau menekankan pada jalan yang harus ditempuh bagi seseorang muslim agar selalu mengerjakan sifatsifat terpuji dan menjauhi sifat-sifat tercela yang dapat membawanya pada kerusakan pada amaliah lahir maupun batin. Beliau mengajak kepada kita unuk berperilaku dengan benar, baik secara lahir maupun batin.

B. TAHALLI

Tahalli berarti berhias. Maksutnya adalah membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta pebuatan yang baik. Berusaha agar dalam setiap gerak prilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik kewajiban luar maupun kewajiban dalam atau ketaan lahir maupun batin. Ketaatan lahir maksutnya adalah kewajiban yang bersifat formal, seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya. Sedangkan ketaatan batin seperti iman, ikhsan, dan lain sebagainya. Tahalli adalah semedi atau meditasi yaitu secara sistematik dan metodik, meleburkan kesadaran dan pikiran untuk dipusatkan dalam perenungan kepada Tuhan, dimotivasi bahana kerinduan yang sangat dilakukan seorang sufi setelah melewati proses pembersihan hati yang ternoda oleh nafsu-nafsu duniawi .

Seorang yang terus menerus mengisi diri rohaninya dengan sifat sifat terpuji, yaitu dengan melaksanakan amalan-amalan shaleh, baik yang wajib maupun yang sunat, yang dilaksanakan dengan ikhlas, dengan perasaan syukur, penuh tawakal seraya mengharap ridha Allah swt, itu yang dinamakan Tahalli.

Tahalli secara harfiah berarti “menngisi” dan “menghiasi” diri atau menyibukan diri dengan sifat-sifat dan amal-amal terpuji yang digariskan dan ditetapkan dalam syariat Islam.

Pengisian diri rohani dengan sifat-sifat mahmudah dengan kegiatan-kegiatan ‘akhmalush shalihat’  adalah amat penting, karena kesibukan-kesibukan baru, yaitu kegiatan amal kebaikan . Inilah yang dinamakan Inabah.Iabah artinya kembali kejalan yang hak atau benar, mengganti kebiasaan yang buruk dengan kebiasaan yang baik.

Firman Allah swt :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian dapat mengambil pelajaran.

Ayat ini menjadi dasar utama supaya kita berakhlakul karimah atau berakhlak mulia. Seorang yang berakhlak mulia. Merupakan manifestasi dari rohaninya yang bersih, bersih dari sifat-sifat yang tercela dan telah menerimah pancaran nurcahaya tuhan.

Nur Uluhiyah memancarkan nurul iman, Nurul Islam dan  nurul ikhsan.

Nurul Iman mengusir gelapnya kemusyrikan yang sekaligus menmpakan pancaran ikhlas berserah diri hanya kepada Allah swt.Mata hati dengan Nur Iman melihat kebenaran yang Hakiki yang dating dari Allah swt.

Nurul Ikhsan Islam mengusir gelaonya kekafiran dan kemaksiatan yang sekligus menampakan nur keimanan dan ketaatan. Dengan jalan ini melalui Nurluhiyah, seorang dapt melihat kebenaran yang hakiki yaitu mentauhidkan Allah swt.Nur ikhsan mengusir gelapnya kesamaan yang mendua kan Allah swt. Mata hati ketika itu melihat kebesaran yang hakiki, sehingga tampak olehnya Nur wujud allah swt.‎

Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental yang baik dapat dilalui, usah itu harus berlanjut terus ketahap berikutnya, yaitu tahalli. Pada perakteknya pengisian jiwa dengan sifat-sifat yang baik setelah dikosongklan dari sifat-sifat buruk, tidaklah berarti bahwa jiwa harus dikosongkan terlbeih dahulu baru kemudian di isi . Akan tetapi, ketika menghilangkan kebiasaan yang buruk, bersamaan dengan itu pula diisi dengan kebiasaan yang baik.

Pada dasarnya jiwa manusia bisa  di latih, dikuwasai, diubah, dan dibentuk seuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan akan mengahasilkan kepribadian. Sikap mental dan perbuatan lahir yang sangat pentiang diisikan dalam jiwa dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna antara lain adalah taubat, sabar, zuhud, twakal, cinta, makrifat, keridhoan, dan sebagainya. ‎

Tahalli adalah berbias dengan sifat-siaft Allah. Akan tetapi, perhiasan paling sempurna dan paling murni bagi hamba adalah berhias dengan sifat-sifat pengambaan. Penghambaan adalah pengabdian penuh dan sempurna dan sama sekali tidak menampakan tanda-tanda keTuhanan (Rabbaniyyah). Hamba yang berhias (tahalli) dengan penghambaan itu menempati kekekalan dalam dirinya sendiri dan menjadi tiada dalam pengatahuan Allah.

Tahalli juga dapat diartiakan sebegai semedi atau mediatasi secara sistematik dan metodik, meleburkan kesadaran dan pikiran untuk dipusatkan dalam perenungan kepada Tuhan, dimotivasi bahana kerinduan yang sangat akan keindahan wajah Tuhan. Tahalli merupakan segi fraksional yang dilakukan seorang sufi setelah melewati proses pembersihan hati yang ternoda oleh nafsu-nafsu duniawi. Maka dari itu ada beberapa cara untuk menghiasi diri kita untuk memdekatkan diri pada Allah diantaranya : zuhud, qona’ah, shabar, tawakkal hatinya, mujahadah, ridho, syukur, masuk dalam kategori kriteria jiwa atau mental yang sehat.

1. Zuhud
Secara harfiah zuhud adalah bertapa di dalam dunia. Sedangkanmenurut istilah yaitu bersiap-siap di dalam hatinya untuk mengerjakan ibadah, melakukan kewajiban semampunya dan menyingkir dari dunia yang haram serta menuju kepada Allah baik lahir maupun batin.

Dalam menjelaskan kata ini Ahmad Rifa’i lebih menekankan pada aspek pengendalian hati daripada aspek perilaku yang harus ditampilkan Jika perkembangan zuhud pada fase yang paling awal ditandai dengan tindakan konkrit menjauhi kehidupan dunia sebagaimana yang diperlihatkan oleh Rabi’ah al-Adawiyah dan lainnya, maka dalam pemikiran Ahmad Rifa’i titik beratnya adalah pada pengendalian hati supaya tidak tergantung pada harta. Oleh karenanya Ahmad Rifa’i menekankan bahwa zuhud bukan berarti tidak ada harta tetapi tidak ada ketertarikan dengan harta.

2. Qona’ah
Secara harfiah qona’ah adalah hati yang tenang. Sedangkan menurut istilah adalah hati yang tenang memilih rihda Allah, mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhkan maksiat. Pengertian ini merupakan kelanjutan sikap zuhud yang tidak mau mengejar kehidupan dunia selain kebutuhan pokok Dalam menjalankan zuhud ia memberikan penekanan qona’ah itu sebagai suatu kondisi jiwa yang bernuansa pada aktivitas batin.

Hal ini dapat dilihat lebih lanjut ketika ia mengemukakan pernyataan yang mendudukkan arti kaya pada proporsi yang lebih bersifat batini dengan ungkapannya.

Pengertian bahwa kekayaan bukan hanya berisi harta tetapi rasa puas terhadap apa yang dimiliki. Atas dasar pengertian ini maka orang bisa merasa kaya meskipun secara lahiriah ia miskin.‎

3. Sabar
Sabar secara harfiah bermakna menanggung penderitaan. Sedangkan menurut istilah menanggung penderitaan yang mencakup tiga half yaitu:
a. Menanggung penderitaan karena menjalankan ibadah yang sesungguhnya
b. Menanggung penderitaan karena taubat dan berusaha menjauhkan diri dari perbuatan maksiat baik lahir maupun batin.

Dengan pembatasan ruang lingkup pengertian sabar yang demikian ini, ia terlihat berusaha memberikan makna yang mempunyai cakupan menurut pengalaman subyektif dari para sufi. Di satu pihak sabar dikaitkan dengan pelaksanaan hukum Allah sebagaimana pendapat al-Khawwas yang menyatakan bahwa sabar adalah sikap teguh terhadap hukum-hukum dari Al-Quran dan As-Sunah. Pengertian ini sejalan dengan apa yang diberikan oleh al-Qusyairi yang menyatakan bahwa di antara bermacam-macam sabar adalah kesabaran terhadap perintah dan larangan-Nya. Di pihak lain sabar dikaitkan dengan musibah seperti pendapat Abu Muhammad al-Jarir yang menyatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi yang tidak berbeda antara mendapat nikmat dan mendapat cobaan.

Kelanjutan dari pengertian sabar menurut Ahmad Rifa’i adalah menempatkan kesabaran secara proposional khususnnya pengertian ketiga. Di sini ia menekankan bahwa kesalahan terhadap penyimpangan agama (yang mengandung unsure keharaman) tidak diperlukan lagi.

4. Tawakal
Tawakal adalah pasrah kepada Allah terhadap seluruh pekerjaan, sedangkan secara istilah adalah pasrah kepada seluruh yang diwajibkan Allah dan menjauhi dari segala yang haram.

5. Mujahadah
Arti harfiah dari mujahadah ialah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perbuatan sedangkan secara istilah adalah bersungguhsungguh sekuat tenaga dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, memerangi ajakan hawa nafsu dan berlindung kepada Allah dari orang-orang kafir yang dilaknati.

6. Ridha
Ridha berarti dengan senang hati, sedangkan menurut istilah adalah sikap menerima atas pemberian Allah dibarengi dengan sikap menerima ketentuan hukum syari’at secara ikhlas dan penuh ketaatan serta menjauhi dari segala macam kemaksiatan baik lahir maupun batin. Dalam dunia tasawuf, kata ridha memiliki arti tersendiri yang terkait dengan sikap kepasrahan sikap seseorang dihadapan kekasihnya. Sikap ini merupakan wujud dari rasa cinta pada Allah yang diwjudkan dalam bentuk sikap menerima apa saja yang dikehendaki olehnya tanpa memberontak. Implikasi dari pemahaman terhadap konsep ridha ini adalah sikapnya yang menerima kenyataan sebagai kelompok kecil di tengah-tengah akumulasi kekuasaan pada waktu itu. Implikasi lain terlihat pada pelaksanaan syari’at Islam yang dilakukan dengan penuh ketaatan dan penuh berhati-hati seperti masalah perkawinan, shalat jum’at dan lain-lain.

7. Syukur
Ahmad Rifa’i menjelaskan kata syukur yakni mengetahui akan segala nikmat Allah berupa nikmat keimanan dan ketaatan dengan jalan memuji Allah yang telah memberikan sandang dan pangan. Rasa terima kasih ini kemudian ditindaklanjuti dengan berbakti kepada-Nya. Sejalan dengan pengertian di atas, bersyukur dapat dilakukan dengan tiga cara: pertama, mengetahui nikmat Allah berupa sahnya iman dan ibadah. Kedua, memuji lisannya dengan ucapan Alhamdulillah. Ketiga, melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan Allah. Cara bersyukur semacam ini sejalan dengan penjelasan al-Qusyairi mengatakan bahwa bersyukur dapat dilakukan melalui lisan anggota badan dan hati.

Makna lain dari pengertian syukur menurut Ahmad Rifa’i adalah adanya prioritas pada dua unsur pokok yaitu keimanan dan ketaatan serta tercukupinya sandang dan pangan. Pandangan ini memiliki relevansinya dengan sifat terpuji lainnya seperti Qona’ah yang berupa ketenangan hati memilih ridha Allah dengan cara mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan tersebut sebatas terpenuhinya hal-hal yang dapat membantu ketaatan melaksanakan kewajiban dan menjauhkan diri dari kemaksiatan. Sekalipun menganjurkan sikap sederhana, tetapi tidak menganjurkan sikap fakir sebagaimana yang ada dalam tradisi sufi tradisional, Ahmad Rifa’i tidak menganjurkan untuk menganjurkan untuk menolak akan tetapi menolak ketergantungan kepada harta.

8. Ikhlas
Apa yang disebut ikhlas menurut Ahmad Rifa’i adalah membersihkan, sedangkan secara istilah ikhlas adalah membersihkan hati untuk Allah semata sehingga dalam beribadah tidak ada maksud lain kecuali kepada Allah. Segenap amal tidak akan diterima jika didasarkan oleh rasa ikhlas ini. Untuk mewujdkan keikhlasan dalam beribadah dituntut adanya dua rukun ikhlas; pertama, hati yang hanya bertujuan taat kepada Allah dan tidak kepada selain-Nya. Kedua, amal ibadahnya disahkan oleh peraturan fikih.

Dalam memberikan penjelasan mengenai kata ikhlas ini Ahmad Rifa’i hendak membawa persoalan kepada situasi amaliah keagamaan kalangan yang memiliki pamrih kepada selain Allah dalam setiap amal perbuatannya. Ia mengaitkan orang yang tidak ikhlas dalam beribadah dengan perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Penjelasan ini memiliki kemiripan dengan 17 tradisi tasawuf abad III Hijriah ketika para tokohnya semisal Hasan Basri yang menolak gaya hidup para penguasa yang dinilai dalam jalan yang salah.

Pandangan di atas ini semakin memperjelas posisi Ahmad Rifa’I sebagai tokoh agama yang cukup keras terhadap penyimpangan yang memiliki keterkaitan dengan kekuasaan kolonial dan pembantu-pembantunya. Ia menyatakan bahwa orang-orang yang dalam ibadahnya memiliki pamrih terhadap urusan dunia maka tidak akan selamat bahkan dimasukkan dalam kategori kafir.

C. TAJALLI

Setelah seseorang melalui dua tahap tersebut maka tahap ketiga yakni tajalli, seseorang hatinya terbebaskan dari tabir (hijab) yaitu sifat-sifat kemanusian atau memperoleh nur yang selama ini tersembunyi (Ghaib) atau fana segala selain Allah ketika nampak (tajalli) wajah-Nya.

Tajalli bermakna pecerahan atau penyingkapan. Suatu term yang berkembang di kalangan sufisme sebagai sebuah penjelamaan, perwujudan dari yang tuanggal, Sebuah pemancaran cahaya batin, penyingkapan rahasia Allah, dan pencerahan hati hamba-hamba saleh.

Tajalli adalah orang-orang yang telah melaksanakan takhalli dan tahalli secara baik dan sempurna dengan riyadhah dan mujahadah yang terus menerus, sehingga dia sampai kepada tingkat hakikat yang akhirnya menjadi kekasih Allah swt.

Sesungguhnya oarang yang telah sampai ketingkat tajalli tertinggi, dia telah melewati fase-fase, riyadhah dan mujahadah yang sungguh-sungguh dan terus menerus, sehingga kehidupannya selalu dalm keadaan muqabah yang terus menerus, akhirnya memperoleh musyahadah, lalu makrifat dan akhirnya fana fillah.

Orang yang fana fillah, tajali-lah baginya ‎Nur Uluhiyah, sehinggah dia mengetahui rahasia-rahasia yang ghaib, karena telah hilang sifat basyariyahnya yang menjadi hijab untuk dapat kasyaf.

Orang yang fana fillah hingga dia menjadi tajalli, adalah orang yang pada waktu itu sedang munajat beribadat kepada-nya, fana dan tajalli adalah kehendak Allah swt yang merupakan rahmat dan kerunia dari padanya.

Tajalli adalah tersingkapnya tirai penyekap dai alam gaib, atau proses mendapat penerangan dari nur gaib, sebagai hasil dari suatu meditasi. Dalam sufisme, proses tersingkapnya tirai dan penerimaan nur gaib dalam hati seorang mediator disebut Al-Hal, yaitu proses pengahayatan gaib yang merupakan anugrah dari Tuhan dan diluar adikuasa manusia. ‎

Tajalli berarti Allah menyingkapkan diri-Nya kepada makhluk-Nya. Penyingkapan diri Tuhan tidak pernah berulang secara sama dan tidak pernah pula berakhir. Penyingkapan diri Tuhan itu berupa cahaya baatiniyah yang masuk ke hati. Apabila seseorang bisa melalui dua tahap tkhalli dan tajalli maka dia akan mencapai tahap yang ke tiga, yakni tajalli, yang berarti lenyap tau hilangnya hijab dari sifat kemanusiaan atau terangnya nur yang selama itu tersembunyi atau fana` segala sesuatu kecuali Allah, ketika tampak wajah Allah. Tajalli merupakan tanda-tanda yang Allah tanamkan didalam diri manusia supaya Ia dapat disaksiakan. Setiap tajalli melimpahkan cahaya demi cahaya sehingga seorang yang menerimanya akan tenggelam dalam kebaikan. Jika terjadi perbedaan yang dijumpai dalam berbagai penyingkapan itu tidak menandakan adanya perselisihan diantara guru sufi. Masing-masing manusia unik, oleh karena itu masing-masing tajalli juga unik. Sehingga tidak ada dua orang yang meraskan pengalaman tajalli yang sama. Tajalli melampaui kata-kata. Tajalli adalah ketakjupan. Al-Jilli membagi tajalli menjadi empat tingkatan .

a. Tajalli Af`al, yaitu tajalli Allah pada perbuatan seseorang, artinya segala aktivitasnya itu disertai qudratn-Nya, dan ketika itu dia melihat-Nya.

b. Tajalli Asma`, yaitu lenyapanya seseorang dari dirinya dan bebasnya dari genggaman sifat-sifat kebaruan dan lepasnya dari ikatan tubuh kasarnya. Dalam tingkatan ini tidak ada yang dilihat kecuali hannya dzat Ash Shirfah (hakikat gerakan), bukan melihat asma`.

c. Tajalli sifat, yaitu menrimanya seorang hamba atas sifat-siafat ketuhanan, artinya Tuhan mengambil tempat padanya tanapa hullul dzat-Nya.

d. Tajalli Zat, yaitu apabila Allah menghendaki adanya tajalli atas hamba-Nya yang mem-fana` kan dirinya maka bertempat padanya karunia ketuhanan yang bisa berupa sifat dan bisa pula berupa zat, disitulah terjadi ketunggalan yang sempurna.

Dengan fana`nya hamba maka yang baqa` hanyalah Allah. Dalam pada itu hamba tekah berada dalam situasi ma siwalah yakni dalam wujud allah semata.‎

Ahli tasawuf berkata bahwa tasawuf tidak lain adalah menjalani takhalli, tahalli, dan tajalli. Jalan yang ditempuh oleh para Sufi adalah jalan takhalli, tahalli, dan tajalli. Mengosongkan jiwa dari sifat buruk, menghiasi jiwa dengan sifat yang baik dengan tujuan untuk menyaksikan dengan penglihatan hati bahwa sesungguhnya tuhan itu tidak ada, hanya Allah SWT yang Ada, “Tidak ada tuhan (lâ ilâha) selain (illâ) Allah SWT dan Muhammad bin Abdullah adalah hamba, utusan, dan kekasih-Nya.” 

Ibnu Arabi menyatkan bahwa tajalli Tuhan ada dua bentuk, yaitu tjalli ghaib atau tajalli dzati dan tajalli shuhudi. Al-Kalabadzi membagi tajalli menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut : ‎

a. Tajalli Zat, yaitu mukhasyafah (terbukanya selubung yang menutupi kerahasiaan-Nya).
b. Tajalli sifat Adz-Dzat, yaitu tampaknya sifat-siafat zat Allah sebagai sumber atau tempat cahaya.
c. Tajalli Hukma Adz-Dzat, yaitu tampaknya hokum zat-Nya yaitu hal-hal yang berhubungan dengan akhirat dan apa yang ada didalamnya.

Pengertian hubungan makhluk dan Khalik disebut makrifat. Di sinilah letak perjalanan itu. Kalau sudah bisa menggapainya niscaya akan merasakan tajalli. Kalau sudah bisa merasakan tajalli akan takhalli, dan sebagainya sesuai kenaikan berzikir dalam makrifat. Tajalli itu artinya meraih kemuliaan di sisi Allah, atau keluhuran. Saat mencapai tingkatan itu, hati akan merasa sepi. Yaitu, sepi ing pamrih rame ing gawe. Namun yang sebenarnya, makna tajalli sangat luas. Ini bahasa tasawuf dalam tarekat. Kalau hati bisa meletakkan sepi selain Allah itu artinya akan menemukan satu takhalli. Yaitu satu kenikmatan, kelezatan, satu kemanisan karena bisa melepaskan semuanya selain Allah dan Rasul-Nya.

Syekh Abu Yazid busthami setiap membicarakan fana dan membicarakan baqa dan pada waktu yang bersamaan membicarakan adanya tajalli. Atau dengan kata lain, adanya fana baru adanya dengan adanya baqa atau adanya fana baru adanya dengan adanya tajalli.

a)      Tajalli Af’al
Tajalli Af’al (perbuatan) lenyapnya af’al seorang hamba dan  adanya hanya af’al  Allah swt. Af’al yang hakiki adalah af’al allah. Segala sesuatu yang ada ini pada hakikatnya adalah hasil af’al Allah, yang dilakukan oelah mahluknya merupakan sunnah tullah semata. Sunnah tullah yang merupakan sebab akibat.

Firman Allah swt :

وَ الله خَلَكُم وَمَا تَمَلُونَ

Padahal allah lah yang menciptkan kamu danapa yang kamu perbuat itu (Qs Ash Shafat 37 : 96)

b)      Tajalli Asma
Tajalli asma ialah fananya seorang hamba pada waktu ibadat atau munajat kepada salah satu atau beberapa dari asma Allah swt.

c)       Tajalli Sifat
Tajalli sifat adalah seseorang fana dengan sifat-sifat Allah yang maha sempurna.Seseorang yang fana filsifat secara haqqul yakin merasakan keagungan sifat-sifat Allah itu. Pengerian tajalli sifat hamper sama dengan pengertian tajalli asma’.

d)      Tajalli Zat
Tajalli Zat ialah fananya seseorang hamba kedalam zat yang wajibul wujud, sehingga terpancarlah Nur bahwa hanya Allah sajalah yang merupakan wujud yang mutlak.

Sesungguhnya proses takhalli, tahalli, tajalli itu, tidaklah hanya selesai satu tingkat atau satu tahap baru memasuki tingkat atau tahap selanjutnya. Pelaksanaannya  adalah bersama-sama, sesuai dengan riyadhah dan mujahadah yang dilaksanakan dan tergantung pula kepada rahmat dan karunia Allah swt.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda 

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus