Selasa, 27 Januari 2015

Kesultanan Fathoni

Kerajaan Langkasuka
Wilayah  Asia Tenggaara merupakan daerah yang amat luas, berisiskan daerah kepulauan yang membentang dari timur ke barat. Laut merupakan wilayah  yang mendominasi daerah ini. Tercatat terdapat dua imperium besar yang berkuasa di wilayah ini seperti  Majapahit dan Sriwijaya dua kerajaan besar di-era Hindu-Buddha diwilayah Asia Tenggara.

Hindu-Buddha merupakan agama manyoritas dipeluk oleh penduduk Asia Tenggara. Keberadaan Sriwijaya dan Majapahit yang merupakan Imperium besar yang berada di selatan Asia Tenggara yang telah banyak di ketahui oleh khalayak banyak orang.

Namun jika di katakan Langkasuka orang akan berpikir apa itu ? ternyata Langkasuka merupakan sebuah kerajaan yang berada di wilayah utara Malaysia dan selatan dari Thailand,  hal ini berdasarkan tesis yang ditulis Wiphusana Kalimanee, yang menulis langkasuka merukan kerajaan yang berada di wilayah patani sekarang berdasarkan peninggalan arkeologinya pada abad ke-7M.

Kerajaan Langkasuka merupakan kerajaan yang memperaktikan agama Budha brahamana. Pada abad  ke-9M, Langkasuka masuk kewilayah teritorial Sriwijaya yang berpusat di Sumatra, dan menjadikan Langkasuka sebagai teritori agama Buddha.

Langkasuka merupakan daerah penting yang memungkinkan Sriwijaya untuk menjadikan wilayah taklukannya, Mengikut catatan pelawat-pelawat China yang membuat perhubungan dengan negeri-negeri Asia Tenggara pada abad kedua Masehi sebuah negeri bernama 鏑ang-ya-shiu atau Langkasuka (Paul Wheatley 1961, 387-412) sudahpun wujud ketika itu. 

Berdasarkan catatan tersebut ahli-ahli sejarah Eropa percaya bahwa negeri Langkasuka yang terletak di pantai timur Semenanjung Tanah Melayu antara Senggora (Songkhla) dan Kelantan itu adalah lokasi asal negeri Patani. Adalah dipercayai bahwa Ibu Kota Negara pada masa itu terletak di sekitar daerah Yarang. Patani adalah sebuah kerajaan yang termaju di Semenanjung Tanah Melayu dan sebuah pelabuhan yang penting sejak kurun ke-8 Masehi kerana Teluk Langkasuka (Teluk Patani sekarang) sangat sesuai dijadikan tempat kapal-kapal dagang berlabuh dan berlindung dari pada musim angin  ribut tengkujuh. Paul Wheatly menjelaskan bahwa kerajaan Langkasuka menguasai jalan perdagangan timur-barat melalui Segenting Krajaan dan kekuasaannya meliputi kawasan Semenanjung sehingga ke Teluk Benggala. 

Kerajaan Melayu Langkasuka ada hingga menjelang abad ketiga belas dan diganti oleh Kerajaan Melayu Patani.

  Dengan demikian eksistensi kerajaan langkasuka amat penting disamping keberadaan  pelabuhannya yang telah eksis sejak abad ke-8 masehi. Yang mendorong keberdaan kerajaan Langkasuka.

B.      Pertemuan Langkasuka dengan Islam

Keberdaan Langksasuka telah berdampak pada hadirnya berbagai bangsa, hadirnya pedagang arab yang masuk ke wilayah patani di perkirakan sejak abad ke-10 atau abad 11 M. namun demikian Kesultanan Islam baru hadir di sekitar abad ke 15 M sesudah jatuhnya Kerajaan Malaka. kedatangan pedagang ini di karenakan Langkasuka merupakan daerah pelabuhan yang maju sejak abad ke-6 atas dasar hubungan Langkasuka dengan China khususnya kerajaan Funan.

Dengan demikian kehadiran Islam merupakan bukan hal yang baru bagi Kerajaan  Langkasuka, terlebih hubungan antara Langkasuka dan Campa yang telah menjadikan Islam sebagai agama sejak abad ke-11 dan 12 M amat dekat berdasarkan pertalian keluarga. Hal ini menyatakan pertemuan Islam dengan Patani di mulai sejak lama selain dengan pedagang arab tetapi juga telah melalui hubungan dengan Campa berdasarkan pertalian keluarga. 

Sedangkan dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Asia Tenggara, mengatakan bahwa Islam masuk di Thailand diperkirakan pada Abad ke-10 atau ke-11. di kawasan Thailand Selatan sekarang atau tepatnya di daerah Pattani. Islam-pun masuk ke daerah Pattani melalui pedagang-pedagang muslim dari Arab dan India. karena daerah Pattani  merupakan daerah yang maju dan strategis untuk disinggahi.

Namun demikian perjalanan panjang menuju kesultanan islam cukup panjang membutuhkan waktu 300 tahun atau 3 abad setelak islam masuk kedaerah ini.

C.      Faktor Pendukung Kehadiran Islam di Langkasuka

Seperti yang di singgung oleh penulis diatas, dapat dikatakan kehadiran Islam merupakan suatu yang tidak datang dengan sekejap datang bagai lampu listrik yang  di tekan stop kontaknya namun dapat di gambarkan sebagai berikut :

·     Demografi wilayah Patani yang merupakan daerah pesisir berteluk.
·     Keberadaan Langkasuka yang merupakan kerajaan yang terkenal sejak abad ke-6 M
·     Keberadaan pelabuhan perlidungan dari musim angin kengtujuh
·     Kedatangan Pedagang Arab dan India Muslim
·     Hubungan kekerabatan dengan Campa yang teah terlebih dahulu memeluk   Islam.


KESULTANAN  PATANI 
A.      Lahirnya Kesultanan Patani

Hindu-Buddha yang menjadi agama mayoritas kerajaan-kerajaan nusanatra hingga abad ke-12 berdampak pada sempitnya ruang gerak penyebaran Islam keseluruh kepulauan nusanatara.

Keberadaan Patani yang berada di semenajung melayu serta dekatnya wilayah ini dengan Negeri Siam  dan jauh dari wilayah yang telah menyatakan Islam sebagai agama Negara, penulis memprediksi sebagai hal yang menghambat pembukaan wilayah Patani sebagai wilayah Kesultanan Islam.

Namun demikian keberadaan masyarakat Islam di wilayah Patani  telah ada sekitar abad ke 11 M. hal ini didukung dengan peryataan Zambari A. Malek yang menyatakan bahwa meskipun  Kesultanan Patani baru berdiri sejak abad ke-15 namun sebagian masyarat Patani telah memeluk agama Islam 300 tahun sebelumnya.

 Mengenai awal berdirinya Kesultanan Patani  bermula dari kontak buhungan yang dilakukan Kesultanan Pasai. Hal ini terdapat tulisan dalam hikayat patani yang menjelaskan awal mula terbentuknya Kesultanan Patani, dalam tulisannya tersebut di terangkan bahwa ketika Raja Patani yang bernama Phaya Tu Nakpa sakit ia mengadakan sayembara untuk kesembuhannya dan berjanji akan dijadikan sang menantu raja karena raja memilki seorang putri dan dua orang putra, jika berhasil menyembuhakan penyakitnya.

Sayembarapun terdengar oleh sesorang yang berasal dari Pasai, ia bernamaSyekh Sa’id pada kesempatan itu ia berjanji akan menyembuhkan sang Raja dengan syarat agar Raja siap menerima Islam sebagai agamanya. Rajapun mau memenuhi syarat itu dan pada akhirnya Raja sembuh namun demiian Raja mengingkari perjanjiannya dan pada akhirnya Raja sakit kembali hingga tiga kali ia merasa sakit pada sakitnya yang kedua ia juga mencari Syekh Said namun Syekh Sa’id kamu telah ingkar janji hal itu yang menyebabkan kesembuhanmu yang singkat, perjajnjianpun  di buat kembali namun pada sakitnya kali inipun ia masih ingkar pada akhirnya ia pun sakit kembali.

Pada sakit yang ketiga iapun mencari Syekh Said kembali namun demikian Syekh Said kembali menjelasakan akan ingkar janji yang dilakukan sang Raja pada akhirnya perjanjianpun dibuat. Pada sakit yang ketiganya ini Raja benar mengikuti apa yang di peranjajikan yang kemundian Rajapun memeluk Islam. Masuknya Raja keagama Islam serentak di ikuti oleh penduduk Patani yang berkeyakinan bahwa Agama Raja adalah agama rakyat namun masyarakat Patani yang berada di kejauhan belum menyataka Islam. Dengan Islamnya Raja, rajapun mengganti namanya dengan nama Sultan Ismail  Syah Zillullah Fil- Alam. Dan setelah itu Sultan memohon agar tiga anaknya juga di berikan nama.

Anak pertama Sultan Kerub Pacai Paina di beri nama : Sultan Mudhaffar Syahanak kedua Siti Aisyah dan anak ketiganya di beri Nama Sultan Mansur Syah. Setelah peristiwa itu Sheikh Said di berikan sebidang tanah  untuk rumahnya dan sekaligus sebagai pusat agama yang di berinama Kampung Pasai yang hingga kini daerah kampung Pasai masih ada di daerah Patani.

Demikianlah dengan peritiwa itu terjadi yang menandakan kehadiran sebagai kekuatan baru Kerajaan Patani kearah kegemilangan Kesultanan Islam Patani.

B.      Aspek yang Mendorong Lahirnya Kesultanan Patani

Melihat kronologis yang digambarkan terdapat aspek-aspek yang mendukung Islamnya Raja Patani, diantaranya :
·                 Petemuan wilayah Patani yang telah lama dengan Islam
·                 Sayembara Raja
·                 Hubungan dengan Pasai
·                 Kepandaian Syaekh Said

C.      Sultan-Sultanat Patani
a.   Pase Awal  Kesultanan Patani

Eksistensi awal berdirinya Kesultanan Patani ditandai dengan keinginan Phaya Tu Nakpamenjadikan Islam sebagai asas Negara yang di rundingkan dibalai kerajaan kepada abdi dalam kraton. Yang hasilnya keinginan Raja tersebut di akomodir oleh seluruh rakyatnya yang akhirnya dengan upacara yang ringkas berubahlah system Kerajaan menjadi Kesultanan Patani.

Setelah pernyataan Keislaman Raja Phaya Tu Nakpa dengan di bantu kehadiran Sheikh Said dari Pasai kemudian hal pertama yang dilakukan Sultan Ismail Syah 1500-1530, adalah melakukan hubungan yang baik dengan Negara tetangganya Kesultanan Malaka yang pada waktu Itu di pimpin oleh Sultan Mahmud Syah (1488-1511). Hubungan yang dilakukan dengan mengirim Ukun Pola /Sultan Mansur Syah bertemu dengan Sultan Mahmud.

Peristiwa ini di sambut baik oleh Sultan Malaka dengan memberi balasan yang baik berupa di berikanya Gendang, Nobat serta Kitab yang di bingkis untuk dibawa kembali ke Patani.

Hubungan bilateral terjalin baik hingga kekalahan Kesultanan Malaka atas Portugis yang datang dan berhasil memberi pengaruh pada Kesultanan Malaka. jatuhnya Malaka ketangan Portugis  mulai berimbas pada kedatangan Portugis ke-Patani kehadiran Portugis di wilayah Patani  dengan menyerang Pelabuhan Patani yang mengakibatkan hubungan yang renggang antara Patani dengan Potugis.

Namun hubungan ini tidak berlanjut lama Portugis dan Patani pada akhirnya sekitar tahun 1535 hubungan tersebut terjain baik kembali. Pada era Sultan Ismail Syah ini yang juga amat memikirkan tentang keamanan Negara di buktikan dengan di ciptakanya tiga Meriam yang dianataranya adalah Meriam Seri Patani, Seri Negeri dan Mahalela. Hal ini menandai bahwa pada era Sultan Ismail Syah ia amat menjaga stablitas keamanan dalam negeri dengan menjaga Hasil Sumberdaya Alam untuk digunakan untuk kepentingan Negara.

Sultan Muzaffar Syah (1530-1564M), setelah pada masa ayahnya yang melakukan hubungan dengan kesultanan malaka pada masanya ia melakukan hubungan dengan Kerajaan Siam pada masa Raja Maha Chakrapat (1548-1569M). Hubungan dilakukan dengan kunjungan Muzaffar ke Siam selama dua Bulan lamanya seteah sekian lama ia memohon izin untuk pulang dan di hadiahi 60 orang tawanan Pegu,Burma dan 100 orang Tawanan Lan Xang, Laos untuk dibawah pulang robongan Patani.

Dengan peristiwa tersebut terjalinlah hubungan yang baik anatara Patani dengan Kerajaan Siam. Sekitar tahun 1560M hubungan  itu terjalin masih baik dimana tatkala diserangnya Kerajaan Siam oleh Kerajaan Burma Patani berkehendak mengirim bantuan dengan mengadakan 200 buah perahu dan 1000 orang pejuang dan 100 wanita untuk membantu Siam. Namun sesampainya di Siam Pasukan yang dibawa oleh Sultan Muzaffar Syah malah berubah pikiran untuk menyerang Ayuthaia peristiwa ini di sebut dengan Mahrum ke Siam. Peristiwa ini memang cukup mencengangkan dimana sekali dalam perjalan Kesultanan Patani yang berhasil Masuk kewilayah Siam dan Menyerang Ibukotanya.

Pada perkembanagan selajutnya tapuk kepemimpinan Kesultanan Patani dipimpin oleh adik dari Sultan Muzaffar Syah,Sultan Mansur Syah1564-1572M. era kepemimpinannya diiringi dengan rekontruksi hubungan Kesultanan Patani dengan Kerajaan Siam setelah peristiwa Mahrum ke Siam. Dimulai dengan mengirim duta kepada Kerajaan Siam dari anak Seikh Syafiuddin untuk memulai hubungan yang baru dengan Kerajaan Siam hubungan itu berjalan baik kembali dan ahkirnya hubungan Bilateral kedua Negara berjalan lancar. Setelah itu tak lama setelah delapan tahun memerintah Sultan Mansur Syah Meninggal dunia dan digantikan oleh anak dari kakanya yang bernama Sultan Patik Siam 1572-1573M. yang baru berusia Sembilan Tahun yang pada akhirnya mati terbunuh kalangan kerajaan sendiri. Sepeninggalnya Sultan Patik Siam Patani dipimpin oleh Sultan Bahadur Syah 1573-1584M. anak dari Sultan Mansur Syah memimpin ketika berumur sepuluh tahun namun berakhir sama degan terbunuh  oleh saudara sebapak dari sultan sendiri yang terhasut oleh kalangan kerajaan.

b.    Patani Masa Sultanat

Dengan habisnya keturunan laki-laki dari para sultan, Kesultanan Patani mengalami benturan dengan system pemerintahan yang mengharuskan keturunan laki-lakilah yang boleh menjadi peimpin di Kesultanan.

Namun demikian Dalam keadaan tersebut para pembesar negeri berdialog dan akhirnya memilih salah satu dari tiga keturunan Sultan Mansur Syah yang merupakan Perempuan. Masa kepemimpinan Pemerintahan Perempuan ini di catat sebagai puncak kejayaan Kesultanan Patani.
 
Zaman keemasan  ini berlangsung ketika diperintah oleh empat orang Raja perempuan yaituRaja Hijau  (1584-1616), Raja Biru (1616-1624), Raja Ungu (1624-1635)  dan Raja Kuning (1635-1651). Patani pada zaman Ratu-ratu sangat makmur  dan kaya.  Patani muncul sebagai pusat perdagangan penting dan menjadi pintu masuk bagi para pedagang yang hendak pergi ke Cina dimana saat  itn Patani memiliki hubungan perdagangan dengan semua  negeri di Asia Tenggara. Selain besar dalam kekuatan ekonomi Patani juga ditunjang oleh kestabilan politik  dalam negeri yang membuat Patani dihormati oleh negari-negeri  seberang mereka seperti kerajaan di semenanjung Melayu Pahang dan Johor Baru, termasnk kerajaan Ayudhya. Perdagangan Patani  terus meluas hingga mencapai daerah-daerah nusantara; Palembang, Aceh, Batam, Batavia (Jakarta), Makasar hingga  Ternaate.

Masa kepemimpinan Raja Hijau di ditandai dengan pembangunan ssosial-ekonomi dengan menciptakan galian terusan dan usaha menawarkan di Sungai Jembatan Kedi guna dipergunakan untuk minum dan pertanian. Selain itu, dibangun juga budidaya ikan melalui empang atau kolam perniagaan juga merupakan hal yang diutamakan. Hal ini, menurut Ferdinan Mendez Pinton pada tahun 1958, terdapat pedagang dari Jepang yang menguasai perdagangan di Patani. Pada tahun 1952, hubungan diplomatik antara Jepang dan Patani diperkuat dengan kiriman barang-barang dan surat resmi dari Maharaja Shogun Tokugawa Yeyashu (1542-1616) melalui hubungan diplomatik dan kunjungan balasan dari Raja Hijau ke Jepang.

Tak hanya dengan Jepang hubungan Patani pun dijalin dengan Belanda dimulai pada 7 November 1601 melalui Yakob Van Nek. Hubungan diplomatik terjalin hingga 1631 dengan pengarah-pengarah Belanda di Patani, pengarah terakhir Belanda yang bernama Germane Fredrickksz Druijf. Selain itu juga, hubungan Patani dijalani dengan Inggris pada tanggal 22 Juni 1612 oleh pelaut Inggris yang bernama Peter W. Floris yang mengaku telah membawa surat resmi dari James I, Raja Inggris. Hubungan ini terjalin hingga 1623 dengan pengarah terakhir Inggris di Pattani yang bernama Jhon Jourdian Jr.

Pada tahun 1616, Raja Hijau meninggal dan digantikan olehRaja Biru yang memimpin hingga tahun 1624. Ketika itu Raja Biru berumur 50 tahun dan ia memimpin selama 9 tahun, masa kepemimpinanya dia telah berjasa dengan memperbaiki Terusan Tambangan. Selanjutnya pada masa ini terjadi persaingan antara Inggris dan Belanda di Pattani. Yang dimulai pada 14 Desember 1618 kapal Belanda ditawan oleh angkatan laut Sir Thomas Dell yang diakhiri dengan penutupan Bandar Loji Belanda di Patani pada tanggal 1 Januari 1623. Setelah masa kepemimpinan Raja Biru digantikan oleh adiknya  Raja Ungu (1624-1635). Semasa kepemimpinannya ia lebih berhubungan dekat dengan Kesultananan Melayu dan lebih memusuhi Siam yang menyebabkan peperangan besar semasa Raja Pranang Chao Yang.

Pada kelanjutannya ternyata Belanda dan Kerajaan Siam bersekutu untuk menguasai Patani. Pada tanggal 16 Mei 1634 dilancarkan serangan ke Patani atas persekutuan Siam-Belanda di karenakan perbekalan tentara Siam yang kurang membuat mereka mundur ke wilayah Singgora. Pada tahun 1636 Siam melancarkan serangan kembali, namun peperangan ini diakhiri dengan perjanjian damai. Setelah itu pada tanggal 6 Agustus 1636 terdapat perwakilan dari Patani ke Siam untuk perjanjian damai antara Patani dan Siam dan akhirnya hubungan bilateral terjalin kembali. Setelah peristiwa panjang tadi, Raja Ungu meninggal dan digantikan oleh Raja Kuning yang memimpin antara tahun 1635-1686. Pada masa kepemimpinan Raja Kuning, dia lebih mengutamakan usaha dalam negerinya dengan mendirikan Sarekat Perdagangan Diraja Pattani. Hubungan baik dilalukan dengan baik oleh Raja Kerajaan Patani Dan Kesultanan Johor. Menjelang akhir pemerintahan Raja Kuning kegemilangan Imperium Melayu Islam mengalami kemunduran. Selain kemelut politik di dalam akibat perselingkuhan dengan Penari istana selain itu terdapat persengketaan dengan negeri siam, karena usia dari Raja Kuning telah tua akhirnya Raja Kuning mundur dan berlindung di Kota Jimbal. ketika itu dipimpin oleh Sakti I Indera Atau Long Betong Raja Patani Klantan. Selanjutnya Raja Kuning pun mangkat dan mengakhiri Seri Wangsa penggagas Kesultanan Patani.

c.     Kesultanan Patani Di bawah Dinasti Kelantan

Seperti yang telah disingung diatas bahwa setelah wafatnya Raja Kuning menandai habisnya sari wangsa keturunan dari penggagas Kesultanan Islam Patani dari Phaya Tu Nakpa. Namun demikian eksistensi Kesultanan Patani tidak terhenti sampai disitu.

Berdasarkan perundingan yang dilakukan oleh para pembesar Kesultanan Patani setelah menimbang tidak adanya keturunan yang pas untuk meminpin Kesultanan Patani pada akhirnya diputuskan bahwa keturunan dari Raja-raja Kelantan yang tinggal di Kampung Raja Bakal untuk menggantikan Raja Kuning untuk memimpin Kesulatanan Patani.

Hal yang demikian menandakan dimulainya Dinasti Kelantan memimpin Kesultanan Patani, awal mula   kepemimpinan Dinasti Kelantan dipimpin olehRaja Bakar dan selanjutnya Raja Mas Kelantan yang memimpin patani beberapa tahun dan pada perkembangan selanjutnya kepemimpinan dipegang oleh putranya setelah wafatnya Raja Mas Kelantan. Yaitu Raja Mas Jayam namun ia tidak meninggalkan seorang pewaris tahta, musyawarah pembesarpun dilakukan dan memilih Sultan Muhamad  memimpin Kesultanan Patani.

Pada masa awal tiga Raja Kelantan, keadaan kesultanan sangatlah tenang dan aman tidak pernah diserang oleh musuh-musuhnya terutama orang-orang Siam Thai akan tetapi  kesultanan mengalami kemunduruan di bidang perniagaan dimana ketika Patani Di Pimpin oleh para Seri Wangsa Pelabuhan di patani diisi oleh para saudagar dari Eropa dan hanya di isi oleh Sauadagar dari China, Arab Jepang serta India Muslim.

Kontak fisik dengan negeri Siam tidak terjadi selama kepemimpinan raja-raja tersebut dikarenakan terdapat serangan Burma terhadap Siam anatar tahun 1767-1776 M.  setelah masa perang berlangsung  Raja Muda Siam berniat mengirim utusan kepada Patani namun Sultan Muhammad telah mempersiapkan diri untuk menolak kehendak Raja Siam tersebut.

Hal ini memacing perperangan /kontak langsung antara  Siam dengan Patani namun persiapan Sultan Muhamad yang kurang baik dari segi Peralatan tempur dan Sumber daya manusia menyebabkan kalahnya Kesultanan Patani atas Siam dan setelah itu Undang-undang kesultanan berganti dengan perunadang-undangan Siam. Dan menentukan seorang Sultan yang bernama Tengku Lamidin. Hal ini menandai Hak Penuh Siam atas Patani. 

Meskipun demikian Sultan Lamidin yang diangkat oleh Siam itu memiliki rasa nasionalisme yang tinggi atas tanah kelahirannya yang telah terjajah bangasa Siam hingga pada tahun 1789   Sultan Lamidin Mengutus utusanya kepada Raja Annam (Vietnam) untuk berkerjasama melawan Siam namun surat yang dikiriim oleh utusanya malah di berikan kepada Raja Siam yang mengakibatkan Marahnya Raja Siam dan pada akhirnya pada tahun 1791 Patani mendaat serangan kembali oleh Kerajaan Siam dan akhirnya mengalami kekalahan. Dan akhirnya Siam memilih pembesar melayu Patani kembali yaitu Datuk Pangkalan sebagai pemipin Dipatani.

Datuk Pangkalanpun membelot dari aturan yang telah ditetapkan Siam dan pada akhirnya Patani mengalami Kekalahan dan pada perlawanan ini pula menadai berakhirnya kepemimpinan bangsa melayu atas Patani karena setelah itu kerajaan Siam menaruh orang Siam untuk pemimpin Patani yang bernama Nai Khuan Sai.
Pada perkembaangn selajutnya untuk memecah kosentrasi persatuan Bangsa kesutanan Patani. Patani dibagi menjadi enam wilayah yang masing masing memiliki pemimpin diantaranya .

1.       Tuan Sulong diangkat menjadi Raja Patani di tempatkan di Kota  Griseik.
2.       Tuan Nik diangkata menjadi Raja Nongiek ditemapatkan di Kota Nongchik.
3.       Tuan Mansur diangkat menjadi Raja Reman ditempatkan di Kota Baharu.
4.       Tuan Jalur diangkat menjadi Raja Jalur ditempatkan di Kota Jala
5.       Nik Dah  diangkat menjadi Raja Legeh ditempatkan di Kota Legeh
6.       Nik Dih diangkat menjadi Raja Sai ditempatkan di Kota Jerenga. 

INTEGRASI KESULTANAN PATANI KEPADA KERAJAAN SIAM

A.      Kesultanan Patani Setelah Masa Datuk Pangkalan

Seperti yang telah penulis Paparkan eksisitensi Kesultanan Patani berakhir dengan hilangnya otoritas Kesultanan Patani dalam memilih sultannya. Terpilihnya Sultan  Lamidin sebagai pemimpin Patani telah menjadi kesalahan bagi Siam karena pemimpin yang baru dipilih oleh Siam tersebut tidak  membawa postif bagi pemerintah Siam di Patani karena  Datuk Lahmidin memberontak terhadap Siam denggan bantuan dari Raja Annam (Islam) dan bantuan Okphaya Cho so dan dibantu Syaikh Abdul Kamal ( Ulama dari Makkah) untuk menyerang  tentara siam namun meengami kegagalan dan memperburuk keadaan Patani.

Karena setelah itu Patani  dipimpin kembali oleh orang yang dipilih langsung dari Kerajaan Siam. Datuk Pangkalan namun setelah terpilihnya Datuk Pangkalan juga melancarkan pemberontakan yang akhirnya patani dipecah kedalam tujuh wilayah administrative guna mencegah    konsentrasi pemberotakan terhadap kerajaan Siam.

Tidak puas menguasai wilayah Patani, pada tahun 1821, Siam kemudian menyerang pula Kedah dan memaksa Sultan Abdullah  - raja Patani, melarikan diri ke Pulang Pinang. 

Tujuan dari  penyerangan hi adalah untuk mengurangi kekuasaan  dan pengaruh Melayu  di wilayah  Patani.  Kenyataan  ini mengakibatkan kekosongan jabatan  raja di Patani. Pada masa tahun  1817 hingga tahun 1842, Patani telah diperintah oleh sekurang-kurangnya dua orang Raja Melayu. Orang yang pertama memegang jawatan  itu ialah Tuan Sulong,  anak Raja Bendahara Kelantan,  Long Jenal. Tuan Sulong  yang bergelar Haji memegang jabatan  hingga tahun  1832. Tuan  Sulong kemudian disingkirkan karena  terlibat dalam kebangkitan anti-Siam dalam tahun 1831. Gerakan anti-Siam mendorong pihak kerajaan melakukan upaya-upaya penyingkiran raja dan tokoh Patani yang bertujuan tetap membuat kerajaan  Patani dalam  suasana kacau  yang pada akhirnya melemahkan  kekuatan- kekuatan sentrifugal anti-Siam agar tidak dapat bergerak leluasa.

Situasi Patani semakin  terpojok dm dipinggirkan dengan diadakannya perjanjian antara pihak  kerajaan  Inggris dengan Kerajan Siam dalam hal pembagian wilayah. Situasi politik regional akibat adanya kolonisasi Eropa di wilayah Asia mendorong Siam kemudian mendekonstruksi wilayah kekuasaan  mereka untuk membendung arus imperialis yang ingin menguasai wilayah Semenanjung. Terlebih wilayah seperti Klantan, Kedah, Trengganu, dan patani yang dinilai amat baik untuk wilayah pelabuhan eonomi dan pangkalan perang Inggris.

Tak mau berdamapak panjang akibat sengketa Inggris dan Siam pada Akhirnya Inggris Memberikan  hak atas Patani melalui perjanjian Inggris Siam pada tahun 1902.


1. Sejarah

Pattani adalah negeri Melayu yang terletak di tanah genting Kra, selatan Thailand. Saat ini, daerah yang dulu disebut Pattani ini telah terpecah menjadi 3 propinsi, yaitu Pattani, Yala dan Narathiwat. Istilah Pattani yang dipakai dalam tulisan ini merujuk pada Pattani di masa lalu, saat belum dipecah menjadi tiga propinsi. Di era kejayaan Sriwijaya, Pattani dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya yang terdapat di daerah Semenanjung Melayu dan Sumatera berada dalam kekuasaan Sriwijaya.  Dari abad ke-7 M hingga awal abad ke-13 M, Sriwijaya menguasai jalur pedagangan di Selat Malaka, dan menarik pajak dari para pedagang yang lewat dan berdagang d kawasan itu.

Pada abad ke-11 M, Islam sudah mulai tersebar luas di Pattani. Seiring perkembangan, kemudian Raja Pattani, Phya Tu Antara masuk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Ismail Syah Zhillullah fi al-Ardl. Pengislaman Raja Phya Tu Antara dilakukan oleh seorang ulama dari Pasai, Aceh, bernama Syaikh Said.

Pada abad ke-13 M, Pattani ditaklukkan oleh kerajaan Ayuthaya. Namun, kemenangan Ayuthaya menaklukkan Pattani ini hanya berlaku secara militer, secara sosial budaya, masyarakat Pattani tetap tidak terpengaruh dengan kebudayaan Budha Ayuthaya.

Pendudukan Ayuthaya atas Pattani tidak berlangsung lama. Pada abad ke-14 M, kerajaan Pattani telah independen dan berhasil mengembangkan diri menjadi kerajaan yang besar dan maju. Pada abad ke-15, hampir keseluruhan wilayah Pattani telah memeluk agama Islam. Dalam perkembangannya, kemudian banyak lahir ulama-ulama besar dari daerah ini, di antaranya adalah Syaikh Daud al-Fattani. Dengan tersebarnya Islam secara luas di Pattani, maka kemudian terbentuk dua wilayah kebudayaan di kawasan tanah genting Kra, yang dibedakan oleh dua agama: Islam dan Budha.

Pada tahun 1785 M, Pasukan Siam (Ayuthaya) di bawah pimpinan Phraya Chakri kembali menyerang Pattani. Menurut catatan sejarah rakyat Pattani, serangan pada tahun 1785 M ini merupakan serangan Ayuthaya yang kelima. Empat kali serangan sebelumnya selalu dipatahkan Pattani, sehingga Pattani berhasil mempertahankan wilayahnya. Perang yang kelima ini berlangsung dalam waktu lama, walaupun akhirnya Pattani mengalami kekalahan pada bulan November 1786 M. Kekalahan ini benar-benar menghancurkan harkat dan martabat rakyat dan kerajaan Pattani. Saat itu, berdasarkan cerita dalam Hikayat Kerajaan Melayu Pattani, digambarkan kebrutalan pasukanSiam terhadap rakyat Pattani. 

Tindakan pertama yang dilakukan oleh tentara Siam adalah menangkap dan membunuh orang-orang Pattani yang tidak bersenjata, termasuk perempuan dan anak-anak. Seluruh harta benda dan senjata mereka rampas, istana sultan mereka bakar hingga rata dengan tanah, dan sistem kesultanan mereka hapuskan. Selanjutnya, tentara Siam membuat sistem pemerintahan sendiri di Pattani dan menempatkan orang-orang mereka. Setelah semua ini terbentuk, pasukan Siam kembali ke Bangkok dengan membawa banyak tawanan dan senjata.

Seorang pejabat Inggris, Sir Francis Light yang baru tiba di Pulau Pinang, menulis surat bertarikh 12 September 1786 kepada jenderal Inggris Lord Cornwallis di India. Dalam surat itu, Light menceritakan mengenai kekejaman tentara Siam di Pattani. Laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak berdosa diikat kaki dan tangan mereka, kemudian dihempaskan ke tanah dan diinjak-injak sampai mati dengan gajah.

Bukti-bukti kekejaman tersebut juga dicatat dalam sejarah Thai sendiri, di antaranya buku Phrarachphong sauwadarn Krung Rattanakosin Rama I, yang menceritakan titah Raja Muda Maha Surasinghnath agar para tawanan Melayu, harta benda dan senjata mereka dimasukkan ke dalam kapal perang. Kemudian, para tawanan tersebut dibagi-bagikan pada tiap-tiap negeri. Raja Muda juga melantik Phra Cana, seorang yang bertanggung jawab dalam perang Thai-Pattani, menjadi Chau Muang (gubernur) di Pattani. Selain itu, Raja Muda juga memerintahkan agar tentaranya merampas semua bahan makanan di Pattani untuk dibawa ke Bangkok, sehingga orang Pattani kehabisan bahan makanan dan terpaksa makan sagu.

Menurut Nureeyan Saleh, kekalahan Pattani dalam perang kelima ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

Rahasia pertahanan Pattani dibocorkan oleh Nai Can Tong kepada panglima pasukan Thai. Nai Can Tong adalah pegawai istana Pattani keturunan Siam yang mendapat kepercayaan Sultan Pattani, Muhammad. Pengkhianatan Nai Can Thong telah membawa kehancuran total bagi rakyat Pattani.
Mangkatnya Sultan Muhammad ketika perang sedang berlangsung, sehingga semangat orang-orang Pattani jadi menurun.
Jumlah tentara Thai lebih banyak dengan persenjataan yang lebih lengkap.
Demikianlah, setelah sekian lama berperang, akhirnya Pattani dikalahkan oleh Siam. Pada tahun 1826 M, Inggris mengakui kekuasaan Siam atas Pattani. Pada tahun 1902 M, Siam melaksanakan kebijakan Thesaphiban yang menghapus seluruh sistem pemerintahan kesultanan Melayu di Pattani. Sejak penghapusan kesultanan Melayu tersebut, kerajaan Pattani semakin lemah dan tertekan. 

Sebagai response atas kekacauan dan kemunduran yang terjadi selama dalam kekuasaan Siam, pada tahun 1923 M, Tengku Abdul Kadir Kamaruddin, mantan raja kerajaan Melayu Pattani memimpin rakyat melakukan perlawanan untuk membebaskan Pattani dari kekuasaan Siam. Suasana perlawanan yang berlangsung begitu lama menjadikan keadaan bertambah kacau.

Keadaan bertambah buruk ketika Phibul Songkram naik tahta di kerajaan Siam (berkuasa dari tahun 1939 hingga 1944 M). Ia menerapkan kebijakan yang rasialis: Thai Ratanium (negara Thailand hanya untuk rakyat Thailand). Dengan segala cara, Phibul gencar menghapus identitas kemelayuan rakyat Pattani. Saat itu, nama-nama Melayu dan Arab harus diganti dengan nama Thai, bahkan kaum muslim Pattani juga diwajibkan menyembah patung.

Ketika Perang Dunia II meletus, Siam berpihak pada Jepang. Saat itu, Tengku Mahmud Muhyiddin, salah seorang putera mantan raja Pattani, berdinas dalam ketentaraan Inggris dengan pangkay mayor. Ia kemudian membujuk penguasa Inggris di India agar mengambil alih Pattani dan menggabungkannya dengan Semenanjung Melayu. Pada 1 November 1945, sekumpulan tokoh Pattani dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil menyampaikan petisi pada Inggris agar empat wilayah di daerah selatan Siam dibebaskan dari kekuasaan Siam dan digabungkan dengan Semenanjung Melayu. 

Dalam perkembangannya, ternyata Inggris tetap menjadikan kepentingan dirinya sendiri sebagai tolok ukur dalam mengambil keputusan. Dengan alasan tergantung pada pasokan beras dari Siam, maka kemudian Inggris memilih tetap mendukung pendudukan Siam atas Pattani. Pada tahun 1909 M, Inggris dan Siam menandatangani perjanjian yang berisi pengakuan Inggris terhadap kekuasaan Siam di Pattani. Dalam perjanjian itu, juga dijelaskan mengenai batas wilayah kerajaan Siam dan Semenanjung Melayu. Garis batas yang disepakati dalam perjanjian tersebut sekarang menjadi daerah batas Malaysia dan Thailand.

2. Silsilah

Berikut ini beberapa orang Sultan yang pernah berkuasa di Pattani, di antaranya:

Sultan Mudhaffar Syah (1540 M)
Sultan Manzur Syah (1564-1572 M)
Sultan patik Siam (1572 M)
Sultan Bahdur (1573 M)
Ratu Raja Ijau (1584 M)
Ratu Raja Biru (1616 M)
Ratu Raja Ungu (1624 M)
Ratu Raja Kuning (1636 M)
3. Periode Pemerintahan

Di samping kemakmuran dan kedamaian, sejarah Pattani juga diwarnai konflik panjang, baik internal maupun eksternal. Berkaitan dengan tahta kerajaan, telah terjadi beberapa kali kekacauan akibat keluarga kerajaan berebut ingin menguasai tahta. Ketika Sultan Manzur Syah meninggal dunia tahun 1572 M, para pewaris kerajaan berebut ingin menguasai tahta, sehingga terjadi konflik berdarah. Dalam konflik tersebut, seluruh ahli waris tahta kerajaan yang laki-laki tewas terbunuh. Sebagai gantinya, maka kemudian naik raja perempuan (ratu). Ratu Ijau merupakan ratu pertama dalam sejarah Pattani, dan dengan sukses, ia berhasil mempersiapkan saudara perempuannya yang lain (Ratu Biru) menggantikannya, dan seterusnya Ratu Ungu dan Kuning.

Berkenaan dengan kekuasaa para ratu ini, seorang pengembara Perancis, Nicholas Gervaise menulis pandangan yang berbeda pada tahun  1860 M. menurutnya, kekuasaan para ratu Pattani tersebut hanya bersifat simbolik. Kekuasaan yang sebenarnya tetap berada di tangan pejabat istana yang laki-laki. Gervaise menulis, walaupun Ratu Ijau adalah penguasa tertinggi kerajaan, namun ia tetap tidak diizinkan oleh para menteri untuk masuk ke dalam ruang-ruang tertentu dalam istana. 

Ini menunjukkan bahwa, kekuasaan ratu sangat lemah. Jika benar ratu Ijau sangat lemah, pertanyaannya adalah: bagaimana ia bisa mempersiapkan ratu-ratu berikutnya yang menggantikannya? Logikanya, dengan tradisi konflik berebut tahta yang cukup panjang di Pattani, maka, besar kemungkinan para menteri akan berebut tahta ketika Ratu Ijau meninggal dunia. Namun realitanya, Ratu Ijau berhasil mempersiapkan Ratu Biru sebagai sebagai pengganti, dan selanjutnya Ratu Ungu. Realitas ini menunjukkan bahwa, sebenarnya para ratu tersebut memiliki kekuasaan yang besar.   

Selama pemerintahan Ratu Ungu, ia menerapkan kebijakan yang tidak bersahabat dengan Thailand. Pada masa pemerintahannya juga, Pattani berkembang pesat dan rakyatnya hidup aman sejahtera. Sepeninggal Ratu Ungu, anaknya, Ratu Kuning naik tahta menggantikannya. Di masa Ratu Kuning ini, Pattani bersahabat baik dengan Siam, dan Ratu Kuning sempat berkunjung ke Siam pada tahun 1641 M, sebagai simbol persahabatan. Saat itu, Ratu Kuning disambut oleh Raja Prasat Thong. Selama pemerintahan Ratu Kuning, Pattani mencapai zaman keemasannya. Digambarkan, saat itu, perdagangan internasional sangat ramai, sehingga setiap malam pelabuhan Pattani selalu diterangi cahaya lampu dari kapal-kapal pedagang .

Pada tahun 1651 M, Raja Sakti dari Kelantan memaksa Ratu Kuning turun tahta. Ratu Kuning kemudian mengungsi ke Johor, namun, belum sampai ke Johor, ia meninggal dunia di Kampung Pancor, Kelantan. Sepeninggal Ratu Kuning, kekacauan dan konflik kembali terjadi karena adanya perebutan kekuasaan. Keadaan ini meyebabkan Pattani tenggelam dalam kemunduran hingga ditaklukkan oleh Ayuthaya pada pertengahan abad ke-17 M. Sebagai simbol ketundukan tersebut, Pattani setiap tahun harus mengirim Bunga Mas keSiam.
4. Wilayah Kekuasaan

Wilayah kekuasaan Kerajaan Pattani adalah wilayah Pattani, Yala dan Narathiwat. Dulu, wilayah ini dikenal dengan Pattani Raya.

5. Struktur Pemerintahan

Struktur pemerintahan di Pattani tidak berbeda dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Semenanjung Melayu. Penguasa tertinggi berada di tangan raja. Untuk menjalankan pemerintahan, raja dibantu oleh para menteri.

6. Kehidupan Sosial-Budaya

Sejarah panjang rakyat Pattani diwarnai perang dan damai; dua keadaan ini datang silih berganti. Namun, apapun kondisinya, ternyata rakyat Pattani tetap memiliki kehidupan sosial budaya yang tidak jauh berbeda dengan kawasan Melayu lainnya. Di Pattani, ternyata juga berkembang berbagai pertunjukan dan permainan rakyat, seperti Makyong, mengarak burung, congkak, wayang kulit Melayu dan seni musik nobat. Bahkan, permainan tradisional masyarakat Budha, yaitu menora, juga digemari oleh masyarakat muslim Pattani. Dalam permainan menora, terdapat unsur ritual, nyanyian, tarian dan lakon. Berkaitan dengan alat-alat musik, yang berkembang luas di masyarakat adalah serunai, nafiri dan rebab. Sebagai bangsa yang dikuasai oleh bangsa lain, di Pattani tetap muncul suatu perlawanan. Perlawanan tersebut terefleksi dalam nyanyian rakyat ketika menidurkan anak (lagu dodoi). Berikut contoh lirik lagu yang bernuansa perlawanan tersebut:

Buah perah buah berangan
Nak taruh dalam timba
Nak geruh batak bangan
Nak lepas gajah gila 

Gajah gila bidu
Lupa tiga dian
Semalam ambo tak tidur
Pasai ambo tengok wayang

Wayang balik pintu
Topeng balik dinding
Zaman musuh Datu
Budak pukul lembing 

Lembing buatan Siam
Tikam badak mati
Zaman musuh siam
Kami tak ada lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar