Sabtu, 18 April 2015

Menapak Jejak Pesantren Sidogiri

Pondok Pesantren Sidogiri berada di Desa Sidogiri Kraton Pasuruan Jawa Timur. Telp. (0343) 420444 Fax. (0343) 428751 Email: sidogiri@gmail.com

Adapun penduduk di sekitar Pondok Pesantren Sidogiri terdiri dari suku Jawa dan suku Madura dengan jumlah yang hampir sama. Kehidupan ekonomi penduduk di sekitar Pondok Pesantren Sidogiri tergantung pada pertanian, sedangkan kehidupan keagamaan relatif baik, karena pengaruh positif dari Pondok Pesantren Sidogiri yang berdiri kurang lebih 200 tahun yang lalu. 

SELAYANG PANDANG PONDOK PESANTREN SIDOGIRI 

Luas areal Pondok Pesantren Sidogiri kurang lebih 8 (delapan) hektar, terdiri dari 3 (tiga) hektar di Selatan sungai dan kurang lebih 5 (lima) hektar di Utara sungai. 

Dari luas areal tersebut digunakan sebagai berikut: 
1. Masjid, Surau dan Langgar sebagai sarana tempat ibadah
2. Gedung Pemondokan sebagai tempat tinggal santri
3. Gedung Madrasah sebagai sarana utama pendidikan
4. Perpustakaan
5. Perkantoran yang meliputi : Kantor Pusat Pondok, Kantor Madrasah, dan Kantor tempat keperluan administrasi dan pelayanan santri
6. Beberapa unit gedung, antara lain gedung untuk Kopotren, Kantin sebagai sarana penyuplai semua kebutuhan santri sehari-hari
7. Dua unit bangunan Balai kesehatan, sebagai sarana bagi santri yang memerlukan perawatan, baik rawat inap maupun rawat jalan
8. Balai Tamu yang berbentuk gedung tempat pertemuan wali santri dengan putra-putrinya saat berkunjung ke pondok
9. Dapur umum, Kamar mandi umum
10. Lain-lain, seperti Gudang, Ruang Auditorium, Ruang Makan, dan sebagainya. 

Semua bangunan tersebut di atas, termasuk kategori bangunan baru atau telah direnovasi menjadi bangunan baru. 

Sedangkan yang masih mempunyai nilai arkeologis antara lain adalah: 

Beberapa bentuk Nisan pada makam yang terletak di belakang masjid, dimakam tersebut disemayamkan para Masyayikh Sidogiri terdahulu.

Surau (bagian lama) yang diperkirakan dibangun pada jaman Kyai Bahar.

Bedug yang terletak pada surau, belum diketahui secara pasti kapan dibuat dan oleh siapa pembuatnya. Menurut wujud benda dimaksud sudah mempunyai umur sekitar 100 (seratus) tahun lebih.

Bentuk tata ruang dan bangunan di Pondok Pesantren Sidogiri terdiri dari : Bangunan-bangunan Induk seperti : Surau, Masjid, Rumah para Pengasuh (tempat tinggal / tidak satu tempat), Madrasah dan lain-lain terletak di sebelah Utara sungai, kondisinya cukup padat; perencanaan lama. 

Bangunan sebelah Selatan sungai antara gedung satu dengan yang lainnya cukup jauh, masih memungkinkan adanya perancangan baru.

Sejarah Sidogiri

Sidogiri sebagai titik awal perjuangan 
Sebagaimana halnya dengan latar belakang berdirinya Pondok Pesantren yang lain, yaitu: tempat untuk mendidik para Santri yaitu dengan diasramakan, dimana para santri dapat belajar dan bertempat tinggal ditempat tersebut. 

Sentral untuk pendidikan, khususnya Keagamaan tersebut dimaksudkan juga sebagai pusat syiar Agama Islam, tentunya pada saat didirikannya Pondok Pesantren Sidogiri, latar belakang sebagai agama yang relatif masih baru perlu untuk lebih mengakar pada masyarakat. 

Mengingat bahwa pendirian Pondok Pesantren Sidogiri pada saat itu adalah atas amanat penguasa Giri Pesantren kepada Sayid Sulaiman, oleh sebab itu latar belakang didirikannya Pondok Pesantren ditempat baru di wilayah Pasuruan adalah untuk membentuk sentral kekuatan sebagai antisipasi terhadap tantangan syiar Islam, yang dibangun dengan model perwilayahan. 

Sayid Sulaiman adalah ulama besar yang membuka hutan di suatu wilayah kurang lebih 7 (tujuh) kilometer disebelah Barat Kota Pasuruan. Didaerah yang baru dibuka tersebut didirikanlah sebuah Pondok Pesantren yang dikenal dengan nama Pondok Pesantren Sidogiri. 

Sayid Sulaiman dalam mendirikan Pondok Pesantren tersebut adalah membawa amanat dari penguasa Giri Pesantren yang pada waktu itu adalah seorang Raja sekaligus Ulama yang merupakan keturunan dari Sunan Giri di Gresik.

Secara singkat riwayat Sayid Sulaiman adalah putra dari Sayid Abdurrahman (Cirebon), dan ibunya bernama Syarifah Khodijah yang merupakan puteri bangsawan, yaitu puteri Sultan Banten. Konon menurut penuturan, bahwa Syarifah Khodijah masih keturunan Rasulullah, cucu R. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati) dan dimakamkan dibelakang Swadesi, Bangil. 
Dari pasangan (cicit dari Sayid Abu Bakar Ba Syaiban dan putera sulung Sayid Umar ini) dengan pasangannya Syarifah Khodijah, melahirkan Sayid Sulaiman dan puteranya yang lain yaitu Sayid Abdurrahim (terkenal dengan Mbah Arif, Segoropuro Pasuruan) dan Sayid Abdul Karim. 

Pengaruh dan kemahiran berdakwah Sayid Sulaiman muda membuat penjajah Belanda menjadi khawatir, oleh sebab itu setelah menginjak dewasa Sayid Sulaiman pindah dan tinggal di Krapyak , Pekalongan, Jawa Tengah. 

Disini beliau menikah dan mempunyai empat orang putera yaitu: Hasan, Abdul Wahab, Muhammad Baqir dan Ali Abbas. Beberapa tahun kemudian beliau pulang ke tempat neneknya, yaitu : Sayid Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunungjati di Cirebon. 

Setelah dari Cirebon, beliau mengembara ke Solo, Surabaya, dan nyantri ke Ampel. Setelah nyantri di Ampel, beliau pergi ke Pasuruan untuk nyantri pada Mbah Semendi di Segoropuro. Selanjutnya, Sayid Sulaiman diambil menantu gurunya yaitu Mbah Semendi, dinikahkan dengan puteri kedua Mbah Semendi. 

Sesuai dengan catatan bahwa Sayid Sulaiman wafat dalam perjalanan dipanggil oleh Raja Mataram (Surakarta) Paku Buwono dan dimakamkan di Mojoagung. pada tanggal 26 September 1766. 

Dari catatan perjalanan Sayid Sulaiman dan penerusnya sampai sekarang, dapatlah digali dan diperoleh berbagai peristiwa penting, antara lain: 

Misi dan amanat Raja Ulama Giri dari Gresik untuk membuka Pondok Pesantren di wilayah baru, yang selanjutnya disebut Sidogiri. 
Pengembaraan Sayid Sulaiman ke berbagai daerah, antara lain : Pasuruan, Pekalongan, Cirebon, Solo, Surabaya, Pasuruan, Cirebon dan kembali ke Pasuruan.
Dan Sayid Sulaiman menjabat sebagai penasehat Raja (Adipati) Untung Suropati (Wiro Negoro) di Pasuruan.

Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman. Dia adalah keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban.

Ayahnya, Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin 'Umar Basyaiban al 'Alawi yang datang dari Qosam Hadhramaut, adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut Yaman. Sedangkan ibunya, Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Banten  Keturunan Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan kerabat dari Keturunan Sunan Gunung Jati.

Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok pesantren di Sidogiri dengan dibantu oleh Kiai Aminullah. Kiai Aminullah adalah santri sekaligus menantu Sayyid Sulaiman yang berasal dari Pulau Bawean.

Konon pembabatan Sidogiri dilakukan selama 40 hari. Saat itu Sidogiri masih berupa hutan belantara yang tak terjamah manusia dan dihuni oleh banyak makhluk halus. Sidogiri dipilih untuk dibabat dan dijadikan pondok pesantren karena diyakini tanahnya baik dan berbarakah.

Tahun Berdiri

Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.

Dalam surat lain tahun 1971 yang ditandatangani oleh KA Sa’doellah Nawawie, tertulis bahwa tahun tersebut (1971) merupakan hari ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah yang dijadikan patokan hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir tahun pelajaran.

Panca Warga

Selama beberapa masa, pengelolaan Pondok Pesantren Sidogiri dipegang oleh kiai yang menjadi Pengasuh saja. Kemudian pada masa kepengasuhan KH Cholil Nawawie, adik dia KH Hasani Nawawie mengusulkan agar dibentuk wadah permusyawaratan keluarga, yang dapat membantu tugas-tugas Pengasuh.

Setelah usul itu diterima dan disepakati, maka dibentuklah satu wadah yang diberi nama “Panca Warga”. Anggotanya adalah lima putra laki-laki KH Nawawie bin Noerhasan, yakni:

1. KH Noerhasan Nawawie (wafat 1967)

2. KH Cholil Nawawie (wafat 1978)

3. KH Siradj Nawawie (wafat 1988)

4. KA Sa’doellah Nawawie (wafat 1972)

5. KH Hasani Nawawie (wafat 2001)

Dalam pernyataan bersamanya, kelima putra Kiai Nawawie ini merasa berkewajiban untuk melestarikan keberadaan Pondok Pesantren Sidogiri, dan merasa bertanggung jawab untuk mempertahankan asas dan ideologi Pondok Pesantren Sidogiri.

Majelis Keluarga

Setelah tiga anggota Panca Warga wafat, KH Siradj Nawawie mempunyai gagasan untuk membentuk wadah baru. Maka dibentuklah organisasi pengganti yang diberi nama “Majelis Keluarga”, dengan anggota terdiri dari cucu-cucu laki-laki KH Nawawie bin Noerhasan.

Rais Majelis Keluarga pertama sekaligus Pengasuh adalah KH Abd Alim Abd Djalil. Sedangkan KH Siradj Nawawie dan KH Hasani Nawawie sebagai Penasehat.

Anggota Majelis Keluarga saat ini adalah:

1. KH A Nawawi Abd Djalil (Rais/Pengasuh)

2. d. Nawawy Sadoellah (Katib dan Anggota)

3. KH Fuad Noerhasan (Anggota)

4. KH Abdullah Syaukat Siradj (Anggota)

5. KH Abd Karim Thoyib (Anggota)

6. H Bahruddin Thoyyib (Anggota)

Urutan Pengasuh

Keberadaan Panca Warga dan selanjutnya Majelis Keluarga, sangat membantu terhadap Pengasuh dalam mengambil kebijakan-kebijakan penting dalam mengelola Pondok Pesantren Sidogiri sehingga berkembang semakin maju.

Tentang urutan Pengasuh, terdapat beberapa versi, sebab tidak tercatat pada masa lalu. Dalam catatan yang ditandatangani KH A Nawawi Abd Djalil pada 2007, urutan Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri sampai saat ini adalah:

1. Sayyid Sulaiman (wafat 1766)

2. KH Aminullah (wafat akhir 1700-an/awal 1800-an)

3. KH Abu Dzarrin (wafat 1800-an)

4. KH Mahalli (wafat 1800-an)

5. KH Noerhasan bin Noerkhotim (wafat pertengahan 1800-an)

6. KH Bahar bin Noerhasan (wafat awal 1920-an)

7. KH Nawawie bin Noerhasan (wafat 1929)

8. KH Abd Adzim bin Oerip (wafat 1959)

9. KH Abd Djalil bin Fadlil (wafat 1947)

10. KH Cholil Nawawie (wafat 1978)

11. KH Abd Alim Abd Djalil (wafat 2005)

12. KH A Nawawi Abd Djalil (2005-sekarang)

Kegiatan PPS
Kegiatan di PPS dibagi menjadi dua macam, yaitu kegiatan Ma’hadiyah dan kegiatan Madrasiyah. Kegiatan Ma’hadiyah adalah kegiatan yang harus diikuti seluruh santri yang mukim di PPS. Sedangkan kegiatan Madrasiyah adalah kegiatan yang harus diikuti seluruh santri yang mukim di PPS dan murid yang sekolah dari rumah walinya, sesuai dengan tingkatan madrasah masing-masing.

KEGIATAN MA’HADIYAH

Kegiatan ini dimulai pukul 03.30 (setengah empat dini hari) sampai pukul 00.00 waktu istiwa’, yang tentunya diselingi waktu istirahat. Jenis kegiatan Ma’hadiyah yang ditetapkan oleh Pengurus bermacam-macam, sesuai dengan tingkatan santri. Jenis kegiatan tersebut sebagaimana berikut:

1. Tahajud dan Witir Bersama

Kegiatan ini harus diikuti seluruh santri dan dimulai pukul 03.30 wis (setengah empat dini hari). Pada waktu ini semua santri dibangunkan dari tidur, kecuali santri yang mukim di Daerah J (dibangunkan pukul 04.00). Setelah mandi/berwudhu, seluruh santri harus melaksanakan salat Tahajud dan Witir.

Untuk murid kelas VI Ibtidaiyah, murid Tsanawiyah, dan anggota Kuliah Syariah yang tidak bertugas di Daerah-nya, kegiatan ini bertempat di masjid, dibawah pengawasan Kepala Bagian Ubudiyah dan bawahannya. Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca Asma’ul Husna bersama, dengan dipimpin seorang santri yang ditunjuk.

Sedangkan untuk kelas I sampai V Ibtidaiyah dan murid Isti’dadiyah, kegiatan ini bertempat di Daerah, di bawah pengawasan Pengurus Daerah. Kemudian dilanjutkan dengan membaca wirid-wirid mu’tabaroh, dipimpin Ubudiyah Daerah dan stafnya.

2. Salat Subuh Berjamaah

Salat berjamaah Subuh ini bertempat di masjid bagi murid kelas VI Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan anggota Kuliah Syariah yang tidak bertugas di Daerah-nya. Sedangkan murid kelas I sampai V Ibtidaiyah dan murid Isti’dadiyah bertempat di Daerah.

3. Takrar Nazham Kegiatan ini khusus untuk murid kelas I sampai V Ibt dan murid Isti’dadiyah. Bertempat di Daerah masing-masing, di bawah pengawasan Ta’limiyah Daerah dan stafnya.

4. Jam Belajar

Kegiatan jam belajar ini dibagi dua, pagi dan malam. Bertempat di Daerah. Yaitu pagi setelah salat Subuh s/d pukul 06.00, dan malam pukul 09.00 s/d 10.00. Untuk jam belajar setelah Subuh, pada hari-hari tertentu diisi pengajian kitab oleh Kepala Kamar masing-masing, dengan materi yang telah ditetapkan oleh Pengurus Daerah.

5. Salat Dhuha Berjamaah

Kegiatan ini untuk murid kelas I sampai IV Ibtidaiyah dan murid Isti’dadiyah. Waktunya pukul 06.30 s/d 06.45 pagi, dan bertempat di Daerah. Kegiatan ini khusus santri yang bermukim di selain Daerah K, L, dan H, kecuali pada hari Jumat. Setiap hari Jumat, salat Dhuhah berjamaah diganti musyawarah di Daerah.

Kemudian setiap hari Selasa, sebelum pelaksaan salat Dhuha berjamaah, diisi khataman al-Quran. Khusus di Daerah I, kegiatan salat Dhuha berjamaah ini harus diikuti oleh seluruh santri dari semua tingkatan.

6. Pengajian Kitab Kuning

Pengajian kitab kuning ada yang diasuh langsung oleh Kiai/Pengasuh, dan ada yang dibacakan guru-guru yang telah ditunjuk Kepala Bagian Ta’limiyah dengan persetujuan Ketua III PPS.

Pengajian kitab kuning oleh Pengasuh adalah kegiatan inti atau pokok di PPS, bertempat di Surau H dan harus diikuti seluruh santri yang tergolong 
(1) anggota Kuliah Syariah non guru (telah lulus Tsanawiyah dan selesai tugas mengajar di luar PPS, tapi tidak bersekolah di Aliyah), 
(2) guru yang sedang tidak bertugas, dan 
(3) murid Aliyah.

Sedangkan santri tingkat Tsanawiyah, Ibtidaiyah, dan Isti’dadiyah sangat dianjurkan untuk mengikuti pengajian yang diasuh oleh Pengasuh. Materi pengajian kitab kuning oleh Pengasuh biasanya adalah kitab Ihya’ Ulūmiddīn, Shahīh Bukhāri, Fathu al-Wahhāb, I’ānah ath-Thālibīn (pagi); Tafsīr Jalālain (sore); dan Jam’u al-Jawāmi’ (malam).

Sementara itu, mengikuti pengajian kitab yang dibacakan guru-guru, hanya bersifat anjuran bagi semua santri yang ingin mengikutinya. Tempatnya di ruang-ruang MMU atau Daerah, waktunya setelah pengajian al-Qur’an Magrib. Materi pengajian kitab kuning oleh guru-guru adalah kitab-kitab kecil dalam bidang Fikih, Akhlak, Tasawuf, Nahwu, dll.

7. Musyawarah

Di PPS, kegiatan musyawarah kitab kuning untuk anggota Kuliah Syariah diselenggarakan setiap malam, pukul 09.00 s/d 10.00. Tempatnya di ruang-ruang MMU. Khusus malam Selasa, musyawarah dilaksanakan pukul 08.00 s/d 10.00.

Sedangkan untuk tingkat Tsanawiyah, sesuai dengan ketentuan Daerah dan kelasnya, musyawarah dilaksanakan pada Selasa pagi pukul 05.30 s/d 07.00, bertempat di ruang MMU. Dan bagi santri kelas V & VI Ibtidaiyah serta V, VI, dan VII Isti’dadiyah dilaksanakan pada Jumat pagi pukul 06.00 s/d 07.00, bertempat di Daerah.

Selain itu, kegiatan musyawarah ada yang diistilahkan dengan musyawarah gabungan antar Daerah, bagi kelas III Tsanawiyah. Musyawarah ini membahas masalah waqi’iyah (kejadian di masyarakat). Dilaksanakan setiap Jumat pagi pukul 07.30 s/d 09.45 dan bertempat di Daerah sesuai urutannya. Begitu pula dengan kelas II & III Tsanawiyah, ada musyawarah gabungan Jumat Pagi, tapi bertempat di ruang MMU.

8. Salat Dhuhur & Ashar Berjamaah

Kegiatan ini untuk murid Ibtidaiyah dan Isti’dadiyah, dimulai pukul 12.20 s/d 12.45. Bertempat di Daerah untuk kelas I sampai V, dan bertempat di masjid untuk kelas VI.

9. Salat Maghrib Berjamaah

Kegiatan ini bertempat di masjid untuk kelas VI Ibtidaiyah, murid Tsanawiyah, dan semua anggota Kuliah Syariah yang tidak bertugas di Daerah-nya. Sedangkan kelas I sampai V Ibtidaiyah dan murid Isti’dadiyah bertempat di Daerah.

10. Mengaji al-Quran

Mengaji al-Quran harus diikuti oleh seluruh santri selain kelas VI Ibtidaiyah & III Tsanawiyah, setelah salat Maghrib berjamaah. Kegiatan ini diselenggarakan setiap malam, selain malam Selasa dan malam Jumat.

Kegiatan mengaji al-Quran bertempat di Daerah untuk anggota Kuliah Syariah dengan cara tadarus. Bertempat di kamar-kamar Daerah untuk kelas I sampai V Ibtidaiyah dan murid Isti’dadiyah. Dan bertempat di ruang-ruang MMU untuk kelas I & II Tsanawiyah. Untuk Ibtidaiyah dan Tsanawiyah dipandu oleh seorang mu’allim (guru mengaji).

Selain itu, bagi murid kelas III Tsanawiyah harus mengaji al-Quran di pagi hari pukul 06.05 s/d 06.30, selain Selasa dan Jumat, dengan cara tadarus. Tempatnya di Daerah. Tadarus ini bagi santri selain warga Daerah K, L, dan H yang harus mengikuti kursus bahasa Arab dan Inggris (pukul 06.15 s/d 07.15), selain hari Selasa dan Jumat. Untuk Daerah K, L, dan H, tergantung pengaturan waktu oleh Pengurus Daerah-nya masing-masing.

11. Baca Salawat

Kegiatan ini dilaksanakan setiap malam untuk kelas VI Ibtidaiyah dan III Tsanawiyah, bertempat di masjid setelah pelaksanaan salat Maghrib berjamaah. Khusus malam Selasa, ditambah dengan kelas I dan II Ts. Kegiatan baca shalawat pada malam Selasa juga dilaksanakan di Daerah, yang harus diikuti oleh kelas I sampai V Ibtidaiyah dan murid Isti’dadiyah. Setelah baca shalawat pada malam Selasa itu, diadakan penerangan/ceramah.

12. Kursus Pengkaderan Ahlusunah wal Jamaah (Annajah)

Kursus Annajah ini khusus murid Tsanawiyah, sesuai dengan tingkatan kelas. Tujuannya untuk pemantapan akidah Ahlusunah wal Jamaah dan pelatihan calon Guru Tugas. Dilaksanakan pada malam-malam tertentu pada pukul 09.00 s/d 10.00, dengan jadwal dan tempat yang telah diatur oleh Kepala Bagian Ta’limiyah.

13. Baca Burdah

Kegiatan ini dilakukan bergantian setiap malam, sesuai dengan urutan Daerah yang ditetapkan Pengurus. Pembacaan Burdah ini dilakukan dengan dua cara, Burdah keliling dan Burdah di Daerah.

Burdah keliling dibaca sambil mengelilingi komplek pesantren oleh semua santri tingkat Tsanawiyah, yang berbaris dua-dua, sepuluh jejer dari depan membaca Ayat Kursi. Sedangkan Burdah di Daerah dibaca bersama di Daerah, dengan seorang pemandu yang telah ditunjuk oleh Pengurus.

Kegiatan ini dilaksanakan pukul 11.30 s/d 12.00 malam, kecuali bagi Daerah J & I. Untuk Daerah J, pelaksanaannya setelah salat Subuh berjamaah, bertempat di Daerah. Dan untuk Daerah I, pelaksanaannya setelah Tahajud dan Witir bersama, juga bertempat di Daerah.

14. Baca Diba’

Pembacaan Diba’ dilaksanakan setiap malam Jumat, pukul 07.30 s/d 08.30 malam. Bertempat di masjid untuk anggota Kuliah Syariah yang tidak bertugas di Daerah. Dan bertempat di Daerah untuk tingkat Isti’dadiyah, Ibtidaiyah, dan Tsanawiyah. Pembacaan Diba’ ini dipimpin oleh santri yang telah ditunjuk oleh Pengurus.

15. Gerak Batin

Kegiatan ini bertempat di masjid, diikuti seluruh santri sesuai urutan Daerah-nya. Waktunya sama dengan pembacaan Burdah, yaitu pukul 11.30 s/d 12.00 malam. Gerak batin ini diisi dengan membaca Munjiyat yang diakhiri dengan membaca Hizbul-Futuh.

16. Jaga/Ronda Malam

Yang harus melaksanakan jaga atau ronda malam ini hanya santri yang berada di tingkat Tsanawiyah, setiap malam empat anak dari setiap Daerah. Waktunya pukul 12.00 s/d 03.00, dengan cara berpindah-pindah dari satu pos jaga ke pos jaga yang lain.

17. Baca Munjiyat

Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah Jumat sore, pukul 05.00 s/d 06.00. Bertempat di Daerah.

18. Baca Ratibu al-Haddad Pembacaan wirid ini hanya dilaksanakan oleh santri kelas I sampai V Ibt dan murid Isti’dadiyah, dengan dipandu oleh Ubudiyah Daerah. Pelaksanaannya setelah salat Subuh berjamaah, bertempat di Daerah.

19. Baca Surat Kahfi

Semua santri harus mengikuti kegiatan ini setelah salat Subuh berjamaah hari Jumat. Bertempat di Daerah.

20. Olahraga

Kegiatan ini diikuti semua santri, bertempat di lapangan PPS dengan dipimpin oleh seorang pemandu yang telah ditunjuk oleh Pengurus. Waktu pelaksanaannya setelah salat Subuh berjamaah, dengan mengikuti jadwal yang telah ditentukan untuk masing-masing Daerah, kecuali Daerah I.

Untuk Daerah I, olahraganya juga dilaksanakan setelah salat Subuh berjamaah, tapi bertempat di lapangan desa Sidogiri. Cara olahraga, berlari keliling lapangan tiga kali. Setelah olahraga, belajar bersama di Daerah.

21. Tahfizh al-Qur’an

Kegiatan ini dikhususkan bagi santri yang berminat menghafal al-Qur’an, bertempat di Daerah A lantai dua. Tahfizh al-Qura’n ini hanya diperuntukkan bagi tingkat Tsanawiyah ke atas. Untuk Ibtidaiyah dan Isti’dadiyah, hanya santri yang hafal al-Qur’an 10 juz lebih yang boleh masuk Tahfizh al-Qur’an.

Sedangkan kegiatannya, menyetor hafalan ke Pembina setiap hari, pukul 06.00 s/d 07.30 pagi, setelah Ashar s/d pukul 05.00 sore, dan setelah salat Isya’ s/d 09.00 malam. Pada hari Selasa, mulai pukul 07.30 pagi sampai selesai menyetor ke wakil Pembina di dalem. Pada hari Selasa pukul 08.00 s/d 09.00 pagi dan Jumat pukul 10.00 s/d 11.30 siang takrar silang antar sesama anggota. Selain itu, latihan fashahah (kefasihan) dan murattal (membaca tartil) dilaksanakan setiap malam Selasa setelah salat Maghrib sampai Isya’.

KEGIATAN MADRASIYAH

1. Masuk Sekolah

Waktu masuk sekolah berbeda-beda sesuai dengan tingkatan madrasah, dan bertempat di ruang-ruang MMU yang telah ditentukan. Untuk tingkat Isti’dadiyah dilaksanakan pukul 07.30 pagi s/d 10.50 siang, dengan istirahat satu kali (08.50 s/d 09.15 pagi). Sedangkan tingkat Ibtidaiyah dilaksanakan pukul 07.30 pagi s/d 12.10 siang, dengan istirahat dua kali (08.50 s/d 09.15 pagi dan 10.35 s/d 10.50 siang).

Untuk tingkat Tsanawiyah dilaksanakan pukul 12.20 siang s/d 05.00 sore. Sedangkan tingkat Aliyah pukul 12.40 s/d 05.00 sore. Tsanawiyah dan Aliyah istirahatnya dua kali.

2. Musyawarah Kelas

Musyawarah ini membahas pelajaran-pelajaran di kelas, dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pimpinan madrasah. Waktu pelaksanaannya sesuai dengan tingkatan madrasah. Untuk Isti’dadiyah dilaksanakan pada pukul 10.50 s/d 12.00 siang. Untuk kelas I, II, dan III Ibtidaiyah dilaksanakan pada pukul 05.10 s/d 05.45 sore. Untuk kelas V & VI Ibtidaiyah dilaksanakan pada pukul 07.30 s/d 08.45 malam. Dan untuk tingkat Tsanawiyah dilaksanakan pada pukul 10.10 s/d 11.15 malam.

3. Mengaji al-Quran Kegiatan ini harus diikuti oleh seluruh murid LPPS (dari Luar Pondok Pesantren Sidogiri) pada waktu kegiatan olahraga madrasah, sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh pimpinan madrasah.

4. Pembinaan Baca Kitab

Bagi santri yang mukim di PPS, kegiatan ini dilaksanakan setiap malam Selasa. Sedangkan bagi murid LPPS dilaksanakan di rumah pembinanya, sesuai dengan tempat dan waktu yang telah ditentukan oleh pimpinan madrasah.

5. Kursus Ilmu Jiwa dan Didaktik Metodik

Kursus ini merupakan kegiatan ekstra kurikuler bagi murid Tsanawiyah pada malam-malam tertentu. Waktu pelaksanaannya pukul 09.00 s/d 10.00 malam, dengan jadwal dan tempat yang telah diatur oleh pimpinan madrasah. Kursus Ilmu Jiwa (Psikologi) untuk kelas II Tsanawiyah, sedangkan Didaktik Metodik (Ilmu Pendidikan) untuk kelas III Tsanawiyah.

6. Olahraga

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari-hari tertentu, sesuai jadwal dari pimpinan madrasah. Kegiatan ini sama dengan masuk sekolah, karena dilaksanakan pada jam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM). Yaitu pada jam pertama untuk tingkat Ibtidaiyah, dan pada jam terakhir untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Jenis olahraga bagi murid Ibtidaiyah dan Tsanawiyah adalah kasti, sedangkan bagi murid Aliyah adalah voli. Untuk murid Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, berangkat dan pulang olahraga dilakukan dengan berbaris. 

Demikian sejarah Pesantren Sidogiri yang Agung dan mempertahankan Tradisi Salaf.‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar