Rabu, 01 Juli 2015

Sejarah Kerajaan Funan dan Pengaruh Pada Peradaban Nusantara Di Masa Lalu

Kerajaan Funan merupakan kerajaan Hindu kuno di kawasan Asia tenggara yang untuk pertamakalinya menerima pengaruh India. Funan diperintah oleh raja-raja yang mempunnyai nama-nama sansekerta. Menurut ahli sejarah kekuasaannya terbentang di hilir sungai mekong, selatan Vietnam, lembah tengah Mekong, lembah Chao Praya dan Semenanjung Tanah Melayu. Sebelum kedatangan Kaundinya (Brahmana dari India dan raja pertama kerajaan Funan) penduduk Funan masih sangat sederhana, penduduk tidak mengenakan pakaian (telanjang), barulah setelah kedatangan Kaundinya mulai mengenakan pakaian, namun hanya sebatas golongan perempuannya, setelah mendapat kunjungan K’ang T’ai baru golongan laki-laki mulai mengenakan pakaian. 

Karena kecakapan dan kepandaiannya ia kemudian mendirikan kerajaan Funan dan menjadi Raja pertamanya. Lambat laun setelah kejayaan kerajaan Funan, Funan kemudian mengalami kemunduran, kemunduran tersebut kemudian berakhir dengan keruntuhan kerajaan tersebut. Secara umum runtuhnya kerajaan Funan disebabnya beralihnya rute perdagangan Internasional dari jalur sutra ke jalur laut. Jalur sutra yang dahulunya melewati Asia tengah dengan pelabuhan-pelabuhan Funan menjadi tempat transit bagi perdagangan, kini mulai ditinggalkan. 

Akibatnya, dengan perdagangan yang langsung menghubungkan ke China itu telah melumpuhkan kegiatan pengangkutan darat melewati negeri Funan. Dengan tidak melintasi wilayah itu, Funan telah ditinggalkan, mengakibatkan pemerintaha Funan mengalami kerugian besar, akibat tidak adanya pemasukan dari bea cukai.

MUNCULNYA KERAJAAN FUNAN

Funan berdiri pada abad pertama masehi merupakan sebuah kerajaan Hindu purba pertama di Asia Tenggara, hal tersebut berdasarkan sumber yang didapat dari Cina. Funan adalah kerajaan yang berasal dari negara Kamboja selatan. Funan, pengucapan Cinanya untuk kata ‘bnam’ yang berasal dari bahasa Khmer kuno yakni ‘Phnom’ (artinya gunung). Di samping menggunakan nama-nama Sanskrit, raja-raja negeri ini juga menggelarkan diri mereka sebagai Sailenraja atau ‘Raja Gunung’. Dalam bahasa tempatan ia digelar ‘kurung bnam’ yang juga bermaksud ‘raja gunung’. Bangsa Funan dikenal pasti dari rumpun Melayu. 

Wilayah kerajaan Funan meliputi daerah Vietnam Selatan (sekarang) dan Kamboja. Pusat kerajaan berada di Viyadhapura (bandar pemburu), berlokasi dekat bukit Ba Phnomp daerah Pre Veng, Kamboja. Bandar pelabuhannya adalah Oc Eo yang berada di delta Sungai Mekong di pantai teluk Siam. Namun, Kerajaan Funan merupakan kerajaan Agraria, dikarenakan rakyatnya banyak yang bercocok tanam. Menurut berita Cina (yang ditulis oleh Kang Tai yang datang bersama Chu Ying pada abab ke 3 M), kerajaan Funan didirikan oleh seorang Brahmana dari India bernama Kaundinya dari India, yang disebut Hun t’ien dalam bahasa Cina. Ia berhasil mengalahkan penduduk setempat kemudian menikahi putri Liuyeh (Nagisoma), lalu didirikanlah dinasti Funan yang memerintah selama satu setengah abad dan didirikan pada tahun 75 M.Bukti keberadaan kerajaan Funan bisa didapat dari sumber-sumber Cina dan artefak yang ditinggalkan kerajaan Funan seperti catatan-catatan pada prasasti yang ada. Sumber pertama yang bisa digunakan untuk merujuk keberadaan kerajaan Funan ialah melaui sumber-sumber Cina. 

Informasi awal keberadaan Funan dapat diperoleh dari berita yang ditulis oleh utusan Cina (K’ang T’ai & Chu Ying) yang melawat ke negeri Funan pada abad ke-3 Masehi. Ia menceritakan Houen-Chen (Hun-T’ien) atau dalam bahasa sansekerta Kaundinya (pendiri kerajaan Funan), bahwa beliau datang dari India atau sekitar pulau-pulau Selatan. Kemudian Kundinnya mengawini putri seorang pemerintah setempat yang beranama Liu-Yeh (Daun Teratai). Sebelum kedatangan Kaundinya penduduk Funan masih sangat sederhana, penduduk tidak mengenakan pakaian (telanjang), barulah setelah kedatangan Kaundinya mulai mengenakan pakaian, namun hanya sebatas golongan perempuannya, setelah mendapat kunjungan K’ang T’ai baru golongan laki-laki mulai mengenakan pakaian. Karena kecakapan dan kepandaiannya ia kemudian mendirikan kerajaan Funan dan menjadi Raja pertamanya. Kaundinya wafat pada tahun 514. 

Rudrawarman (Fan Shih-Man dalam bahasa cina) merupakan raja kedua dari kerajaan ini. Diceritakan dari Liang History, bahwa Rudrawarman lahir dari selir ayahnya, pada waktu ayahnya meninggal, Rudrawarman membunuh pewaris tahta resmi(yang mungkin Gunavarman)dan kemudian memegang kekuasaan. Rudrawarman meninggal pada ekspedisi penaklukan pemerintah Chin Li. Pada masa pemerintahan Fan Sun(Raja ketiga), Funan mendapat kunjungan dari Cina. Sepanjang pemerintahannya, hubungan diplomasi dengan Cina berjalan dengan baik sampai tahun 287M. Tetapi hubungan dengan Cina tidak selalu berjalan baik, dikarenakan kemudian rajaFan Sun mengadakan perjanjian dengan Fan Hsiung yang merupakan raja Lin Yi dari campa untuk bersama-sama berperang melawan Ciao Ci yang merupakan raja dari kerajaanTiongkok.Buku sejarah Cina menyebutkan peristiwa ini bahwa Lin Yi-negara penyerang didirikan oleh Chu Lien yang memanfaatkan kelemahan dari Dinasti Han (206-221 SM) dengan mendirikan kerajaan sendiri pada tahun 192 SM. Dengan demikian daerah kerajaan Lin Yi lebih dikenal dengan nama ‘Campa’. Sampai tahun 357 tak ada berita tentang Funan. Dalam berita Cina dikabarkan tentang upeti dari raja Funan bernama Chantan, beragama Hindu. 

Chantan adalah sebutan Cina kepada gelaran Candan, yakni gelar raja-raja Khusana keturunan Khanishka (India), di mana Funan pernah mengadakan hubungan dengan daerah tersebut pada abad ke 3 M. Menurut Liang History seorang pengganti Chantan adalah seorang Brahmana dari India bernama Kiao-Chen-Ju secara gaib pergi dan memerintah di Funan. Menurut cerita ia diterima baik oleh rakyat yang memilihnya menjadi raja mereka. Namanya diduga terjemahan Cina dari ‘Kaundinya’. Dengan demikian dapat ditarik sebuah teori, bahwa raja Funan mungkin berasal dari India (keturunan Khunishka) yang lari ke Funan karena penaklukkan India Utara oleh Samudera Gupta (335-375), raja kedua dinasti Gupta. Raja terbesar dalam sejarah Funan adalah Kaudinya Jayarman yang meninggal tahun 514 SM. Tidak ada sumber yang menyebutkan kapan raja ini memerintah. Kaudinya Jayawarman adalah adalah raja pertama Funan yang dikenal nama aslinya. Setelah ia meninggal, timbul pemberontakan vassal Funan, yaitu Cenla di bawah raja Citra Sena. Pada tahun 627, masa pemerintahan Isanawarman, Funan disatukan dengan Cenla.

Kondisi Sosial Masyarakat Kerajaan Funan

Cerita ini ada dalam Southern Ch’i History yang  juga berisi catatan tentang kerajaan seperti zaman jayavarman. Ini sebuah gambaran tentang rakyat pengarung lautan, yang menyangkut barang dagangan dan rampasan dan senatiasa menjarah tetangga-tetangganya. Raja bersemayam di istana yang atapnya bertingkat-tingkat, sedang rumah rakyat dibangun atas onggokan dan atapnya dari daun bambu. Rakyat melindungi tempat tinggalnya dengan pagar kayu. Pakaian nasionalnya sepotong kain yang diikatkan di pinggang. Olahraga nasionalnya ialah sabungan ayam dan adu babi. Hukuman adalah berupa siksaan. Raja naik gajah dalam pemeriksaan umum.

(Liang History) menambahkan bukan hanya raja tetapi seluruh keluarga raja sampai pada selir naik gajah. Dewa langit dipuja. Ini diwujudkan dalam patung tembaga: beberapa   yang dengan muka dua dan tangan empat, yang lain dengan empat wajah dan dengan delapan tangan jelas menujukan pemujaan harihara. Mayat diperlakukan dengan empat cara: dengan melemparkan ke arus sungai, membakarnya, mengubur dalam lubang parit, dan dengan menyajikannya pada burung-burung. Cerita ini juga menjukan adat mandi yang masih diketemukan di kamboja dan dikenal sebagai Trapeang,  penggunaan hak mandi umum bagi sejumlah keluarga.

Kondisi Ekonomi dan Politik Kerajaan Funan

Kerajaan Funan mengalami kemajuan pesat dalam bidang Ekonomi,  Kemajuan dalam bidang ekonomi tentunya dalam bidang pertanian dan perdagangan. Funan adalah Kerajaan Agraris yang memiliki pelabuhan sebagai pusat perdagangan dan militer di daratan Indocina. Bukti bahwa Ekonomi Kerajaan Funan mengalami kemajuan yang sangat pesat dapat dilihat dari perkembangan masyarakat Funan yang sebagian mengandalkan bidang pertanian dan perkebunan sebagai mata Pencaharian masyarakat Funan.

Dalam bidang perdagangan Funan memiliki pelabuhan laut yang sangat kuat dan menjadi salah satu pusat perdagangan yang sangat strategis wilayah  Asia Tenggara dan daratan Indocina. Sehingga menjadi pusat perdagangan pada masa perundagian dan jalur Sutera menjadi salah satu aspek maju dan berkembangnya aktivitas perdagangan diwilayah Indocina dan Asia Tenggara. Komoditi yang terbesar dalam aktivitas perdagangan di Kerajaan Funan antara lain, Gerabah, Keramik, dan barang- barang dari perunggu, yang merupakan pengaruh dari Kebudayaan Dong Son di Vietnam, sehingga secara tidak langsung pengaruh Cina terhadap perkembangan Kerajaan Funan di Kamboja, menjadi pengaruh yang sangat penting dalam perkembangan Kerajaan Funan kedepannya.

Dalam bidang politik seperti yang digambarkan dalam Deskripsi singkat tentang Kerajaan Funan diatas, dijelaskan bahwa Kerajaan Funan memiliki sistem politik yang Feodal, dengan saling menguasai wilayah di Asia Tenggara dan dapat dikatakan bahwa Kerajaan Funan merupakan Kerajaan Adikuasa pada masa itu dengan menguasai seluruh wilayah perairan dan daratan Indocina. Dan Funan  pun memiliki angkatan laut yang sangat kuat sehingga menambah pertahanan Laut Kerajaan Funan semakin kuat di dalam menaklukan wilayah- wilayah yang berada di Asia Tenggara dan sekitarnya. Raja memiliki kekuasaan yang sangat mutlak (Absolut) di dalam menjalankan tata pemerintahan di Kerajaan Funan, sehingga raja sangat ditinggikan statusnya oleh masyarakat Kerajaan Funan, bahkan dapat dianggap sebagai titisan dewa yang sangat dimuliakan.  Sehingga dengan adanya tata pemerintahan dan pertahanan seperti diatas mustahil Funan sebagai The First Arest Power (Asia Tenggara Pranasionalisme :48), Funan dapat ditaklukan oleh Kerajaan- kerajaan lain yang terdapat dipesisir daerah Indocina dan Asia Tenggara, seperti Kerajaan Chenla dan Angkor. 

Tetapi setelah meninggalnya Raja Rudravarmanpada tahun 550 M, keadaan menjadi terbalik, timbul pergolakan di dalam tata pemerintahan Kerajaan Funan yang akhirnya dapat menggulingkan Funan dibawah penyerangan Kerajaan Chenla, yang menjadi salah satu Kerajaan yang dikuasai Funan pada waktu itu. Sehingga berakhirlah sudah kejayaan Kerajaan Funan sebagai KerajaanThe Man Power di wilayah Asia Tenggara, dan berganti dengan masa pemerintahan Kerajaan Chenla yang telah berhasil menaklukan Kerajaan Funan, sebagai Kerajaan Hindu Purba pertama di Asia Tenggara yang sangat kuat di dalam struktur pemerintahannya.

KERUNTUHAN KERAJAAN FUNAN

Kerajaan Funan mengalami kemunduran pada akhir abad IV. Secara umum runtuhnya kerajaan Funan disebabnya beralihnya rute perdagangan Internasional dari jalur sutra ke jalur laut. Jalur sutra yang dahulunya melewati Asia tengah dengan pelabuhan-pelabuhan Funan menjadi tempat transit bagi perdagangan, kini mulai ditinggalkan. Dinasti Chin yang menguasai Cina telah kehilangan jalan perdagangannya melalui Asia Tengah. 

Kekacauan di Asia Tengah telah menyebabkan Jalan Sutera yang biasa digunakan untuk membawa masuk barang-barang mewah dari barat tidak dapat digunakan lagi. Satu-satunya jalan yang terbuka saat itu adalah melalui jalan laut. Oleh karena itu Pemerintah Chin mulai berkonsentrasi terhadap perdagangan laut. Dengan konstruksi kapal-kapal layar yang lebih baik, pihak China kemudian berhasil menemukan jalan laut yang baru melintasi Laut China Selatan terus ke Borneo (Kalimantan), Laut Jawa dan Selat Sunda.Jalan ini tidak lagi menyusuri pantai Vietnam dan Teluk Siam serta melintasi jalan darat di Segenting Kra yang rumit itu. Penemuan jalan baru ini telah mempertembungkan terus pedagang Cina bukan hanya dengan pedagang lokal Asia Tenggara tetapi juga pedagang-pedagang India yang memang telah lama berdagang dengan pelabuhan-pelabuhan Asia Tenggara di daerah itu seperti di Ho-lo-tan di Jawa dan Ko-ying di Selat Sunda. 

Dengan adanya hubungan baru ini, pedagang-pedagang Asia Tenggara telah mengambil kesempatan mengadakan perdagangan langsung dengan Cina. Sebelum ini semua perdagangan dengan Cina dilakukan melalui pedagang dan pelabuhan-pelabuhan Funan. Dengan adanya perdagangan terus ini telah melumpuhkan sama sekali layanan transportasi darat menyeberangi Segenting Kra. Kapal-kapal dari India dan Sri Lanka kini berlayar terus melalui Selat Malaka ke pelabuhan-pelabuhan di tepi barat Laut Jawa di mana mereka dapat berhubungan langsung dengan pedagang lokal dan Cina. Dalam waktu yang sama hasil-hasil dibumbui kepulauan ini juga mulai mendapat tempat dalam perdagangan internasional. Dengan tidak menggunakan jalan lintas Segenting Kra, Funan telah ditinggalkan. Perubahan jalan ke Selat Malaka dan tidak singgah di pelabuhan-pelabuhan Funan menyebabkan pemerintah Funan kerugian hasil pengumpulan pajak. 

Selain itu, perubahanan jalan perdagangan ini telah memerosotkan hubungan diplomatik antara Tiongkok dengan Funan. Justru itu, ketika Funan meminta bantuan Cina untuk melawan Lin-yi pada 484 Masehi, permintaan itu tidak dilayani bahkan pada tahun 491 Masehi, Fan Tang yaitu pemerintah Lin-yi  telah dianugerahi gelar “Jenderal Penenteram Selatan, Pemerintah Tertinggi Urusan Militer Pesisir dan Raja Lin-yi “. Di sini telah jelas bahwa semenjak setelah pemerintahan Jayawarman, Funan sudah tidak penting lagi bagi China. Lin-yi yang baru dikembangkan oleh pengungsi dari Funan telah mengambil alih perannya pada akhir abad ke-5 Masehi. 
Kelemahan Funan ini semakin jelas terlihat ketika kegiatan bajak laut semakin merajalela di laut yang sebelumnya dibawah penguasaan Funan. 

GD Hall, seoarang Sarjana Sejarah Asia Tenggara menyatakan bahwa, kegiatan bajak laut ini terjadi apakah efek daripa percobaan Funan untuk mempertahankan kekuasaan ke atas jalan kelautan itu dengan cara memaksa kapal-kapal singgah di pelabuhannya atau karena kelemahan Funan telah menyebabkan penduduk Melayu yang tinggal di pesisir menjadi bajak laut. Kemiskinan kerajaan Funan untuk menjaga pelaut-pelaut Melayu telah menyebabkan mereka mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan yaitu melanun.Sejarah Ban T’ang (618 – 906 Masehi) merupakan catatan resmi Cina yang terakhir menyebutkan tentang Funan. Ia menyatakan sebuah negeri bernama Chen-la (Kamboja) secara mendadak telah menawan Funan. 

Pemerintah Funan pada waktu itu terpaksa melarikan diri ke selatan ke sebuah tempat bernama Na fou-na. Perwakilan terakhir Funan yang sampai ke Istana Cina adalah di sekitar paruh pertama abad ke-7 Masehi, yaitu pada zaman kerajaan T’ang. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Funan. Namun I-Tsing dalam pelayarannya ke India pada tahun 671-695 Masehi, menyatakan sedikit tentang Funan yaitu “setelah meninggalkan Campa dan mengarah ke barat daya akan tiba di negara Pan-Pan. 

Pada awalnya negara ini dikenal sebagai Funan. Ada kemungkinan besar pemerintah Funan ini hilang terus dari sejarah efek dari banjir besar yang melanda ibu kota dan kota-kota utamanya sekitar separuh pertama abad ke-6 Masehi. Kejadian ini telah menyebabkan penduduknya terpaksa pindah ke tempat-tempat yang lebih tinggi di tengah Kamboja. Dan sekitar 550 Masehi, Raja Bharawarman dari pemerintah Chenla telah membuat wilayah Funan ini sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya dan membentuk pemerintahan Khmer.

Pengaruh Kerajaan Funan Terhadap Perkembangan Peradaban di Indonesia

Kerajaan Funan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Kuno di Indonesia, terutama dalam bidang Kebudayaan dan Kepercayaan setempat yang mulai mengalami perubahan sejak masuknya pengaruh Indianisasi di wilayah Asia Tenggara, sehingga muncul Kerajaan- kerajaan yang mendapat pengaruh dari Agama Hindu dan Buddha di Indonesia. Bukan hanya itu pengaruh dalam bidang Kebudayaan dan Kepercayaan pun masyarakat Indonesia mengalami perubahan, dalam bidang Kebudayaan pengaruh Funan sangat terlihat dari barang- barang peninggalan sejarah yang ditemukan seperti Nekara, Tembikar,dan barang- barang yang terbuat dari perunggu yang pada masa Kerajaan Funan menjadi salah satu Komoditi barang dagang yang paling terkenal, sehingga secara tidak langsung pengaruhnya sampai ke Indonesia, yang juga erat dengan perkembangan Kebudayaan Dong Son di Indonesia.      

Dalam bidang Religi dan Kebudayaan yang dapat dilihat dari pengaruh Kerajaan Funan terhadap perkembangan peradaban masa Kuno di Indonesia, yang utama adalah masuknya pengaruh Indianisasi ke Indonesia yang mengubah segala jenis Kepercayaan (Religio Naturalism), beralih kepada Kepercayaan Agama Hindu- Buddha, sehingga di Indonesia muncul banyak Kerajaan bercorak Hindu- Buddha yang sangat kental hubungannya dengan pengaruh dari Kerajaan Funan dan India. 

Kerajaan Funan adalah Kerajaan Hindu Purba yang berada di wilayah Asia Tenggara, yang berasal dari kata   B’iunan (Krung Bnam)/ “pnom” yang berarti raja gunung/gunung, yang memiliki prospek kesamaan dengan dinasti Syailendra yang terdapat di Jawa Tengah bahkan diperkiran terdapatMissing Link antara kedua Kerajaan ini sehingga belum diketahui secara pasti dimana letak kemiripan antar kedua Kerajaan ini, sehingga arti Funan sendiri memiliki pemahaman sebagai Kerajaan yang berkuasa diatas gunung dan ini pembuktian ini sungguh benar- benar terjadi dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Funan yang mencakup seluruh wilayah daratan Asia Tenggara dan Indocina, dan menjadi salah satu Kerajaan terbesar dan tertua di wilayah Asia Tenggara.

Kerajaan Funan adalah Kerajaan yang berasal dari daratan lembah Sungai Mekong tepatnya di Kamboja bagian Selatan. Kerajaan Funan kemungkinan didirikan oleh orang- orang Khmer yang pada waktu itu mulai menetap dipinggiran delta Sungai Mekong, Kamboja bagian Selatan dengan Vyadhapura sebagai Ibukotanya. Kerajaan Funan didirikan oleh salah seorang Brahmana bernama Kaudinya yang berasal dari India. Dan kemudian ia menikah dengan orang setempat (orang Khmer) Nagisoma (Naga), sehingga pendiri dari Kerajaan Funan adalah orang- orang Khmer yang mempunyai status hubungan dengan India, karena mendapat pengaruh Hindu yang sangat kuat dari brahmana Kaudinya, sehingga relasi hubungan antara Funan dengan daerah India terus berjalan hingga akhir masa pemerintahan Raja Rudravarman (menjelang Keruntuhan Kerajaan Funan oleh Kerajaan Chenla).

Tentu memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar untuk Indonesia khususnya dalam bidang hubungan internasional dan Kebudayaan, diceritakan bahwa Kerajaan Funan memiliki hubungan dengan Indonesia sejak masuknya pengaruh Hindu- Buddha didaratan Indocina, dan sangat besarlah pengaruhnya ini dengan mulainya bermunculannya Kerajaan- kerajaan Hindu- Buddha (mendapat Pengaruh India) di Indonesia, seperti Mataram Kuno, Tarumanegara, Sriwijaya yang kesemuanya mendapat pengaruh dari masuknya Agama Hindu- Buddha di daratan Indocina, dan Funan menjadi salah satu pelopor dari perkembangan Agama Hindu- Buddha di daratan Asia Tenggara khususnya Indonesia (Indianisasi). Dalam bidang pengaruh Kebudayaan, Funan juga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi Indonesia, seperti adanya bangunan- bangunan yang suci sebagai tempat peribadatan, seperti Candi dan terdapat pula barang- barang hasil dari Kebudayaan Indocina (pada masa Kerajaan Funan) yang ditemukan di Indonesia yang menjadi salah satu bagian dari besarnya pengaruh Kerajaan Funan terhadap perkembangan peradaban di Indonesia pada masa Kuno.                                      

Munculnya Kerajaan Baru

Lenyapnya kerajaan Funan pertengahan abad ke-6, menurut catatan orang cina disebabkan oleh pemberontakan negara feodal bernama Chenla. Buku History of The Sui, melukiskan kejadian-kejadian itu sebagai berikut : ”Kerjaan Chenla di barat daya Linyi. Asalnya adalah daerah vassal kerajaan Funan. Funan sendiri membentang meliputi bagian selatan Kamboja dan Cochin China sekarang. Sebelum penaklukkan Funan ibu kota Chenla terletak dekat sebuah pegunungan yang di sebut ”Ling-Kia-Po-Po” atau Linggaparwata tempat sebuah candi untuk memuja dewa ”P’o-To-Li” atau Badreswara yang oleh raja diberi persembahan korban manusia di waktu malam setiap tahun.

Bhawawarman ”Siwa sebagai Pelindung”,yang tertua dari dua bersaudara memimpinpemberontakan melawan Funan, dan beliau menjadi raja Chenla melalui perkawinan dengan puteri Lakhsmi dari dinasti Kambhu-Mera, yang terjadi sekitar satu setengah abad sebelum peristiwa itu terjadi. Ayahnya Wirawarman disebut dalam prasasti sebagai tuan tanah dibawah Funan. Kakeknya bernama ”Sarwa Bhauma” merupakan dinasti Bulan yang telah didirikan oleh Kaundiya dan Soma.

Apa yang terjadi ketika Rudrawarman raja terakhir kerajaan Funan lenyap dari sejarah tidak ada yang tahu. Coedes mengira bahwa sesutu telah tejadi untuk memulihkan garis keturunan resmi sehingga hal ini mendorong saudara-saudara Bhawawarman dan Citrasena untuk menempatkan dirinya sebagai pemimpin untuk mempertahankan hak-hak mereka sebagai cucu raja terakhir yang memerintah. Masa pemerintahan Bhawawarman merupakan jaman kemakmuran bagi kerajaan Chenla dan saudaranya Citrasena yang mengepalai angkatan perang. Berapa lama pastinya pemerintahan Bhawawarman tidak diketahui, Citrasena mengantikannya sekitar tahun 600 dan memakai gelar Mahendrawaraman ”Indra yang Agung sebagai Pelindung”. Beliau menaklukkan lembah sungai Mun dan memperingatinya dengan membangun lingga-lingga yang di abadikan pada Girisa, Dewa Gunung. Prasastinya terdapat di sepanjang  sungai Mekong dekat Kratie dan Stung Treng dan kebarat sejauh Buriman dan Surin.

Puteranya, Isnawarman yang mengantikannya sekitar tahun 611 dan diakui oleh orang Cina. Isnawarman I meluaskan kekuasaannya ke barat sampai daerah yang kemudian menjadi pusat kerajaan Angkor. Isnawarman memindahkan ibu kotanya ke Stung Sen. Kota baru ini disebut Isanapura. Alasan pemindahan itu adalah politik perluasan ke barat karena ibu kotanya yang lamadi Mekong terlalu dekat dengan perbatasan timur. Menurut sumber Cina Isnawarman I memerintah sampai tahun 635, prasasti terakhirnya bertahun 628-629. pengantinya Bhawawarman II, beliau diduga seorang putera dari putera yang namanya lenyap dari sejarah. Hanya satu prasastinya yang dapat di pastikan tahunnya : Coedes menyebutkan tahun 639. Beliau digantikan oleh Jayawarman I yang menurut Coedes adalah puteranya tatapi Brings menolak ini. Brings berpendapat Jayawarman mungkin termasuk dinasti Isanawarman.

Tahun pemerintahannya terdapat dalam prasasti yang bertahun 657, tetapi diperkirakan beliau naik tahta lebih awal. Pemerintahannya berlangsung selama 40 tahun, salah satu prasastinya menyebutkan beliau ”raja singa yang agung” Jayawarman yang jaya. Beliau menaklukkan Laos Tengah dan Utara sampai keperbatasan kerajaan Nancho. Daerah yang luas tidak pernah aman dan perang saudara yang memecah kekaisaran Chenla, Jayawarman tidak meninggalan putera atau puteri pewaris tahta dan kamboja  mengalami masa yang sangat sulit. Dari prasasti tahun 713, tertulis bahwa janda beliau Jayadewi memerintah setelah beliau mangkat tetapi gagal mengetahui gerakan separatis yang menentang kekuasaannya selama hidup.

Segeran setelah tahun 706 negeri Chenla terpecah menjadi dua bagian yaitu Chenla Daratan yang beribukota di Shambhupura (sambor) dan Chenla Pesisir yang beribukota di Vyandharapura. Di Chenla Pesisir setelah Jayawarman I mangkat, ada dua dinasti yang berusaha mendapatkan keungulan yaitu dinasti Bulan di Aninditapura dari keluarga Baladitya dan dinasti Matahari di Sambhupura. Kerajaan Baladityapura yang telah ditaklukan oleh oleh isanawarman, telah dibina lagi oleh Nrepatindrawarman yang memerintah sebagai raja. Ibu kotanya diperkirakan di Angkor Borei. Seorang puteri raja dari Sambhupura kawin dengan Pushkaraksa, anak laki-laki dari Nrepatindrawarman. Pushkaraksa kemudian menjadi raja di Sambhupura. Pernikahan itu ternyata merupakan penaklukan secara terselubung dan akhirnya dinasti Bulan yang berkuasa. Di Sambhupura Pushkaraksa diterima menjadi raja dengan gelar Rajendrawarman I. Pada akhir abad ini Chenla Pesisir diserang oleh perompak-perompak melayu dari jawa .

Jayawarman II yang memerintah pada tahun 802 merupakan pendiri kerajaan Khmer, beliau adalah cicit dari Nrepatindrawarman tetapi bukan termsuk garis keturunan Rajendrawarman I. 
Jayawarman II adalah seorang pangeran yang pernah tinggal di lingkungan dinasti syailendra di jawa, mengpa Jayawarman berada di jawa belum diketahui jelas sebabnya. Ada yang mengatakan bahwa beliau di jawa untuk menimba ilmu tetapi ada juga yang mengatakan neliau berada di jawa untuk berlindung selama terjadi kekacauan di Chenla. Hal-hal besar dalam pemerintahannya terdapat dalam prasasti abad XI, pada batu Sdok Kak Thom. Ketika Jayawarman telah berkuasa di kerajaan, beliau menyelenggarakan upacara khusus untuk memproklamirkan kemerdekaannya. Beliau memulai masa pemerintahannya dengan mendirikan ibu kota yang diberi nama Indrapura, di timur kompong Cham di dataran rendah mekong. Disana beliau menugasskan seorang Brahmana, Siwakaiwalya menjadi pendeta pertama yang didirikan sebagai agama resmi. Dewa-Raja itulah bentuk siwaisme yang terpusat pada pemujaan sebuah Lingga. Tempat sucinya di puncak suatu candi pegunungan, yang berada di tengah ibu kota dan di anggap sebagai poros dunia. Sistem Dewa-Raja yang dianut oleh Jayawarman II dan dilihat dari segi bagunan yang telah yang telah dibuatnya itu merupakan campuran dari budaya jawa.

Jayawarman II memindahkan ibu kotanya dari Indrapura ke Hariharalaya kemudian berpindah lagi ke Amarendrapura dan akhirnya beliau pindah ke Phnom Kulen di bukit-bukit kulen (Mahendraparwata). Pada masa pemerintahannya beliau membangun tempat suci berbentuk piramide, pada puncaknya merupakan puncak dunia. Sebelum Jayawarman II mangkat, beliau kembali ke Hariharalaya dan selama beberapa waktu penganti-pengantinya terus bermukim di Hariharalaya.

Jayawarman III, memerintah pada tahun 850-877. Beliau merupakan putera dari Jayawarman II yang dikenal sebagai pemburu gajah. Banyak bangunan berasal ddari pemerintahannya tetapi tidak di temukan adanya prasasti.

Indrawarman I, memerintah pada tahun 877-889. beliau adalah pendiri bangunan Bakong, Candi Batu Besar pertama dalam gaya agung. Bersama-sama rman pembangunan Kuil Preah ko, yang didirikannya dan Loley yang didirikan puteranya Yasowarman I.

Yasowarman I, memerintah pada tahun 889-900.  Beliau adalah pendiri kota pertama Angkor yang kemudian berganti nama Yasondharapura untuk melebihi candi yang di buat oleh ayahnya, Bakong. Beliau memilih bukit alam Phnom Bakheng untuk mendirikan candinya, pembuatannya disertai sistem irigasi air yang baik dan kolam-kolam yang merupakan hasil karya yang luar biasa. Sedikit yang dapat kita ketahui tentang sejarah kerajaannya. Perluasan daerah Yasawarman melebihi yang dilakukan oleh jayawarman. Prasasti-prasastinya berisi tentang penghormatan penuh kepada beliau sebagai pejuang.

Jayawarman VI, memerintah pada tahun 928-942. Beliau dikenal sebagai perabut tahta yang menaklukkan Yasondharapura dan beliau mendirikan inu kota baru di Koh Ker. Beliau digantikan oleh puteranya Harshawarman II,yang memerintah pada tahun 942-944.keterangan tentang pemerintahan Harshawarman tidak diketahui.

Rajendrawarman II, memerintah pada tahun 944-968. Beliau menurunkan Harshawarman II dan mengembalikan ibu kota ke Yashondharapura (Angkor). Meskipun beliau seorang siwaite tetapi prasasti-prasastinya memperlihatkan praktek agama yang bermacam-macam. Dan sangat toleran.

Raja terakhir abad itu adalah Jayawarman V yang memerintah pada tahun 968-1001. Beliau menyempurnakan dan mengabdikan sebuah candi Khmer yang indah, Banteay Srei atau yang lebih dikenal dengan sebutan ”Benteng Wanita”.

Dalam abad IX dan X, siwaisme sangat berpengaruh dan menjelang abad XII waisnawisme cukup kuat mengilhami bangunan-bangunan besar. Tetapi Budhisme juga masih punya pengikut karena semua agama ini merupakan agama import dari negeri asing. Jadi mereka mengambil intinya dari ajaran agama itu untuk bertahan dalam toleransi.

Dari 1001 sampai Angkor ditinggalkan tahun 1432

Raja pertama yang memerintah pada abad ini adalah Udayadityawarman I memerintah pada tahun 1001-1002, beliau dijuluki sebagai “seorang raja setan yang terbang melintasi tahta’.

Suryawarman I, memerintah pada tahun 1002-1050, tidak ada bukti sehubungan dengan lenyapnya Udayadityawarman I maupun naik tahtanya Suryawarman I. dalam sebuah prasasti digambarkan Suryawarman mencapai tahta dengan pedangnya yang “membelah lingkaran kepungan musuh-musuh”. Dua bangunan Suryawarman yang sangat terkenal, Phimean Kas (istana candi) dan Ta Keo yang telah dimulai dari zaman Jayawarman V. Ta Keo adalah candi Khmer yang dibangun dengan Batu pasir yang dikelilingi oleh lima menara.

Udayatdityawarman II, pemerintahanya pada tahun 1050-1066, pada masa ini adalah masa yang menanjak dalam peperangan orang-orang Khmer. Perang yang pertama pecah jauh di selatan disebabkan oleh gangguan Cham dari daerah Pandurungan yang di kuasai oleh Raja Jaya Parameswarawarman. Peperangan selanjutnya terjadi di barat laut, dipimpin oleh Jendral Kamvau yang mengancam ibu kota tetapi dikalahkan oleh Sangrama. Ada yang berpendapat bahwa munggkin peperangan itu sebagai hasil daripada permusuhan raja dengen Budhisme.

Harshawarman III, memerintah pada tahun 1066-1080. Adik Udayadityawarman II, mencoba memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat dari perang dari masa sebelumnya. Beliau adalh raja yang cinta damai tetapi akhirnya waktu melawanya. Beliau turun dari tahta oleh suatu pemberontakan yang di pimpin oleh seorang bangsawan bernama Jayawarman, bukan dari keluarga raja tetapi merupakan putera dari seorang raja tuan tanah.

Jayawarman VI yang memerintah pada tahun 1080-1107 mendirikan dinasti baru, pemerintahanyapenuh kesulitan. Anggota-anggota keluarga Harshawarman III bangkit dan melakukan pemberontakan.
Beliau digantikan oleh kakaknya Dharanidrawarman I yang memerintah pada tahun 1107-1113. Beliau merupakan seseorang yang telah berusia lanjut yang telah memasuki asrama tempat orang suci. Sebuah prsasti mencatat beliau memerintah dengan hati-hatitetapi beliau tidak mampu menundukkan pemberontakan yang berlangsung. Tugas ini dijalankan oleh sepupunya dari pihak ibu, seorang pemuda yang penuh ambisi yang menghancurkan istan Harshawarman III dan menurunkan Daranindrawarman  I dengan kelemadannya setelah itu beliau di nobatkan sebagai raja dengan nama Suryawarman II.

Suryawarman II yang memerintah pada tahun 1113-1150 menjadi raja yang sangat berkuasa dalam sejarah Khmer, beliau adalah keponakan Jayawarman VI. Coedes mengomentari, ”kenaikannya bersamaan dengan kematian Jaya Indrawarman II di Champa dan Kyanzittha di Pagan”. Suryawarman II adalah raja Kamboja pertama sejak Suryawarman masuk ke dalam hubungab diplomatik dengan Cina. Dutanya yang pertama diterima di Cina tahun 1116. yang kedua muncul dalam tahun 1120. delapan tahun kemudian ketika yang ketiga tiba, kaisar menganugrahkan gelar tinggi kepada raja Chenla. Antara tahun 1136 dan 1147 terjadi perundingan tentang kesulitan-kesulitan perdagangan yang telah di p[utuskan secara damai. Suryawarman II sebagai pendiri Angkor Wat dan jago perang. Dengan pengecualian Banteay Khmer di kaki pegunungan Dangkrek sekitar seratus mile dari barat laut Angkor, yang dunia.

Kurun waktu sejak kemetiannya sampai naik tahtanya Jayawarman VII sangat tidak jelas. Tidak ada prasasti dewasa ini dan keterangan-keterangan mengenai hal itu. Dalam tahun 1160 beliau digantikan oleh puteranyaYasowaraman II, tetapi bukan pewaris tahta yang sesunguhnya (sah). Putera sulungnya pergi ke Champa sebagai orang buangan dengan sukarela. Beliau penganut buddha, yang memiliki pandangan hidup lebih menarik diri daripada menyebabkan perang saudara.

Yasowarman II, memerintah pada tahun 1160-1165/1166. pemerintahannya berjalan singkat dan mengalami dua kali pemberontakan. Yang pertama pemberontakan Rahu, yaitu pemberontakan para petani menentang kekejaman yang mereka derita akibat keborosan Suryawarman II. Yang kedua dipimpin oleh Tribuanadityawarman yang mengakibatkan Yasowarman harus membayar dengan tahta dan jiwanya. Ketika Jayawarman mendengar timbulnya pemberontakan beliau cepat-cepat kembali untuk menolong saudaranya. Tetapi beliau sudah terlambat. Beliau mendapatkan sudah mati dan si perebut mahkota sudah naik tahta.

Jaya indrawarman IV, memerintah pada tahun 1167-1177. raja dari Chamapa semulai serentetan serangan terhadap kamboja, serangan dibatasi pada diperbatasan. Tetapi tahun 1177, karena gagal mendapatkan sejumlah kuda untuk serangan besar, mereka berbalik menyerang dari laut dengan hasil dikuasainya dan dihancurkannya Angkor. Pemerintahan jatuh dan pemerintahan pusat jatuh dan meluas.

Jayawarman keluar dari tempatnya dan menghadapi situasi itu. Mula-mula beliau berhadapan dengan Cham. Perang laut yang besar yang di ikuti tertulis di tembok Bayon, kuburannya sendiri dan di Banteay Chmar. Dan berikutnya beliau menundukkan negerinya sendiri agar setia.

Jayawarman VII, memerintah pada tahun 1181-1218. Belaiu menegakkan kekuasaannya dengan kokoh. Dan merayakan penobatannya sebagai raja di Angkor. Tetapi segera setelah itu terjadi pemberontakan dari negeri jajahan kerajaan Maliang di bagian selatan tetapi pada akhirnya mereka menyerah. Penaklukan Champa adalah hasil militer terbesar pemerintahan jayawarman VII. Ibukoya baru yang dibangun oleh Jayawarman VII adalah Angkot Thom. Ditengah tengah kota, karena raja adlha pengikut buddha mahayana, dibangun sebuah kuil (candi). Sebuah candi berbentuk piramid sebagian besar engahnya dihiasi dengan menara emas yang menyangga empat wajah manusia besar-besar. Wajah-wajah itu merupakan potret jayawarman dalam bentuk siluman dari Awalokiteswara, seseorang bodhisatwa mahayana (lokeswara). 

Jayawarman VII melanjutkan proses pemujaan buddha raja yang berpusat di bayon. Beliau membangu jalan-jalan besar di ibukota. Disamping jalan ini dibangun 121 tempat peristirahatan dan 102 rumah sakit. Jayawarman VII mungkin raja terbesar diantar raja-raja di khmer, pemerintahannya melukiskan puncak kejayaan tetapi beliau memiskinkan rakyat rakyatnya dengan pejak yang berat, kerja paksa dan menjadi tentara.

Sejarah Khmer selama sisa waktu abad ke-XIII sulit didapat. Tidak ada raja besar amujncul setelah jayawarman VII. Dan banyak karyanya lenyap setelah kematiannya. Salah satu pengganti jayawarman adalah indrawarman II. Yang meninggal pada tahun 1243.

Jayawarman VIII, memerintah pada tahun 1243-1295. mempunyai masa perintahan terpanjang. Jayawarman bertanggung jawab atas patung-patung buddha yang telah didirikan oleh pendahulunya. Dibawah keepemimpinan beliau, dominasi para brahmana ditegakkan lagi. Jayawarman VIII berhasil menguasai T’AI yang dewasa ini bernama kerajaan Siam. Beliau membuat keributan dengan mengacuhkan permintaan mongol untuk membayar dan menawan utusan Khubilai Khan.

Indrawarman III, memerintah pada tahun 1295-1297. beliau adakah seorang serdadu yang mengawini putri jayawarman VIII dan merampas kekuasaan negara dengan menggulingkan mertuanya dan memenjarakan pewaris tahta yang syah. Indrawarman memasukkan dengan sering muncul dijalan-jalan dihadapan rakyat ramai, beliau juga membuat perombakan politik. 

Indrawarman III menyambut utusan mongol dengan jamuan kehormatan dan membayar upeti. Beliau juga mampu menahan serangan T’ai dan mengurangi bahaya.‎
Sedikit diketahui tentang pemerintah dua orang pengganti Indrawarman, yaitu Indrajayawarman yang memerintah pada tahun 1308-1327 dan Jayawarman parameswara yang memerintah pada tahun 1327-? . yang kedua ini adalah raja terakhir yang disebut dalam prasasti-prasasti sebagai eaja Kamboja dan tahun akhir pemerintahannya tidak diketahui.
Kerajaan tetangga dari barat, yaitu kerajaa T’ai yang pertama dari Sukhothai telah ditaklukkan oleh kerajaan T’ai yang lain, yaitu Ayutaya. Antara tahun 1350 terjadi perang yang tak henti-hentinya antara T’ai dan Khmer, Angkor direbut Siam pada tahun 1431. Tahun 1414 Khmer mengadu kepada Cina bahwa Cham menyerang dan menghalangi pengiriman utusan ke Istana Kaisar. Khmer tidak menunjukkan kelemahan pada saat di serang oleh Cham tetapi Khmer (Angkor) jatuh dikarenakan ketidaksetiaan. Seorang bangsawan Sian telah di naikkan tahta sebagai raja boneka sedangkan putera Kamboja yang berhak menyandang mahkota mengatur usaha pembunuhan dan kemudian Ia sendiri di nobatkan sebagai raja di Angkor. Angkor Thom tidak di anggap aman sebagai Ibukota sehingga beliau memindahkan ibukotanya pada tahun 1432, yang pertama ke Basan di propinsi Srei Santhor di sebelah timur Mekong dan tahun 1434 ke Phnom Penh. Pengosongan Angkor akhirnya menghetikan masa kejayaan kebudayaan Khmer.‎

2 komentar:

  1. Kok Funan itu melayu? Ahli sejarah rata-ratanya mengatakan Funan itu dari kau Khmer, bukannya dari suku Melayu.

    BalasHapus