Kamis, 29 Oktober 2015

Gunung Penanggungan Yang Banyak Menyimpan Sejarah

Gunung Penanggungan (dahulu bernama ‎Gunung Pawitra) (1.653 m dpl) adalah‎gunung berapi kerucut (istirahat) yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Posisinya berada di dua kabupaten, yaituKabupaten Mojokerto (sisi barat) danKabupaten Pasuruan (sisi timur), berjarak kurang lebih 55 km dari Surabaya. Gunung Penanggungan merupakan gunung kecil yang berada pada satu kluster denganGunung Arjuno dan Gunung Welirang yang jauh lebih besar. Gunung Penanggungan sering disebut sebagai miniatur dariGunung Semeru, karena hamparan puncaknya yang sama-sama terdapat pasir dan batuan yang luas. Menurut kepercayaan Jawa Kuna, Gunung Penanggungan merupakan salah satu bagian puncak Mahameru yang dipindahkan oleh penguasa alam. Penanggungan merupakan salah satu gunung suci dari sembilan gunung suci di Jawa.

Dilihat dari sisi sejarah, gunung ini memiliki nilai yang penting. Di sekujur lereng gunung ini ditemui berbagai peninggalan purbakala, baik candi, pertapaan, maupun petirtaan dari periode Hindu-Buddha di Jawa Timur. Berdasarkan studi selama dua tahun (2012-2014) ditemukan 116 situs percandian atau objek kepurbakalaan, mulai dari kaki sampai mendekati puncak gunung. Beberapa struktur yang ditemukan adalah Gapura Jedong (926 Masehi), Petirtaan Jalatunda (abad ke-10),Petirtaan Belahan, Candi Kendalisodo, Candi Merak, Candi Yudha, Candi Pandawa, dan Candi Selokelir. Selain bangunan Hindu, ditemukan pula punden berundak dan tempat pertapaan. Candi-candi di Gunung Penanggungan memiliki gaya yang unik, yaitu bangunannya menempel pada dinding gunung/lereng, tidak berdiri sendiri.

Vegetasi yang menutupnya merupakan kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, danHutan Ericaceous atau hutan gunung.

Untuk mencapai puncak Gunung Penanggungan terdapat 4 ( empat ) arah pendakian yaitu via Trawas, Jolotundo, Ngoro dan via Pandaan. Bagi pendaki yang memilih start dari Desa Jolotundo dan Ngoro, di sepanjang jalan akan melewati candi - candi peninggalan purbakala. Yang memilih start dari Desa Trawas dan Pandaan hampir tidak menjumpai peninggalan purbakala. 

Jalur Trawas 

Untuk mencapai Trawas, dari Surabaya atau Dari Malang naik bis menuju Pandaan, naik lagi Minibus menuju ke Trawas. Selama perjalanan jalan yang dilalui sudah beraspal. Dari Desa Trawas,Mojokerto,kita menuju ke desa Rondokuning ( 6 km ) dengan kendaraan roda 4 atau roda 2. Dari desa Rondokuning melewati jalan setapak hutan alam menuju ke puncak Penanggungandengan memakan waktu sekitar 3 jam. Sepanjang jalan, pendaki akan melihat pemandangan dari celah - celah lebatnya pohon kaliandra, puncak Gunung Bekel yang merupakan anak Gunung Penanggungan terlihat angker. Rumah - rumah penduduk, pabrik - pabrik, sawah - sawah terlihat di bawah. 

Jalur Jolotundo 

Untuk mencapai Jolotundo dari Trawas naik lagi minibus sekitar 9 Km. Desa Jolotundo merupakan salah satu desa yang berada dekat dengan puncak Gunung Penanggungan ( 6,5 Km ). Pendakian lewat Jolotundo membutuhkan total waktu 3 jam. Perjalanan tidak melewati pedesaan, tetapi langsung menyusup ke dalam hutan alam. kemiringan medannya 40 derajat, melewati jalan setapak. Di kanan - kiri terdapat pohon - pohon besar. Hati - hati, di sekitar sini banyak jalan setapak yang menyesatkan. 

Setelah perjalanan memakan waktu 1 jam, hutan alam terlewati, berganti memasuki hutan caliandra yang amat lebat dengan jalan menanjak. Berjalan sekitar 30 menit pendaki melewati Batu talang, sebuah batu yang panjangnya 7 km tanpa putus, bersumber dari leher Gunung Penanggungan yang memanjnag seperti talang air menerobos hutan sampai ke Desa Jolotundo dan Desa Balekambang. 

Dari Batu talang, terus menyusup hutan caliandra. Sekitar 300 m, sampailah di Candi Putri, sebuah candi peninggalan Airlangga yang berukuran 7x7x4 m dalam keadaan tidak utuh. Candi Putri ini dikelilingi oleh hutan caliandra yang sangat lebat. Dari Candi Putri, sekitar 200 m sampai di Candi Pure, yaitu sebuah candi yang berukuran 7x6x2 m terbuat dari batu andesit. 

Dari Candi Pure, sekitar 150 m sampai di Candi Gentong. Disini terdapat meja. Candi gentong dan meja sebenarnya bukan candi, tetapi menurut masyarakat setempat dinamakan candi. Candi Gentong merupakan peninggalan kuno yang terbuat dari batu kali. Posisinya bersebelahan. Gentong terletak di sebelah Utara, meja terletak di sebelah selatan tetapi dalam 1 lokasi. Gentong berdiameter 40 cm bagian mulut dan 90 cm bagian perut, tebal 15 cm. Setengan badannya terpendam di dalam tanah. Sedangkan meja panjang 175 cm, lebar 100 cm dan tinggi 125 cm. 

Setelah melewati Candi Gentong, perjalanan dilanjutkan menyusur ke atas. Lebih kurang berjalan 50 m sampai di Candi Shinto. Keadaan candi sangat memprihatinkan, panjang 6 m, lebar 6 m, tinggi 3 m, terletak di hutan wilayah RPH Seloliman. Setelah melewati hutan kurang lebih 300 m akan ditemui candi lagi, yaitu Candi Carik dan sekitar 300m Candi Lurah. Dan sampailah di puncak. 

Jalur Ngoro 

Untuk mencapai Ngoro bisa dari arah Pandaan atau dari Arah Mojokerto. Dari arah Pandaan naik minibus jurusan Ngoro sedangan dari arah Mojokerto naik minibus menuju arah Ngoro. Desa Ngoro lebih mudah dicapai lewat Mojokerto karena terletak di tikungan jalan jurusan antara Japanan, Mojosari, Kabupaten Mojokerto; persisnya di kaki Gunung Penanggungan sebelah Utara. Dari desa Ngoro kita menuju ke desa Jedong ( 6 Km ) dengan kendaraan angkutan pedesaan lalu perjalanan di teruskan menuju dusun Genting sekitar 3 Km. Masyarakat Desa Genting sebagaian besar penduduknya suku Madura. 

Dari dusun Genting, pendaki naik ke atas memasuki hutan lindung, melewati jalan setapak menyusur ke atas, kemudian menurun dan melewati Candi wayang dan sekitar 2 km menuju puncak dengan medan yang sangat miring antara 70 - 80 derajat. Jalur lewat desa Ngoro ini lebih sulit dibandingkan dengan jalur desa Jolotundo.


Penanggungan memiliki banyak sekali sejarah, inilah beberapa sejarah yang muncul sejak beribu-ribu tahun lalu :

1. Tempat Suci

Petirtaan Jolotundo hanyalah satu dari puluhan situs purbakala yang ditemukan di kaki Gunung Penanggungan, Mojokerto, Jawa Timur. Semua ini berkat jasa WF Stutterheim, arkeolog Belanda yang pertama kali menemukan sebuah situs dan melaporkannya kepada pemerintah kolonial Belanda. Sejak saat itu dimulailah penelitian dan penggalian arkeologi di gunung ini. Tak kurang 81 situs candi dan 50 monumen punden berundah telah ditemukan. Semuanya berasal dari sekitar abad 10-16 M.

Banyaknya candi yang ditemukan mengukuhkan kedudukan Penanggungan sebagai gunung suci. Ada legenda yang mengatakan Penanggungan merupakan jelmaan gunung keramat Mahameru di India. Seperti termuat dalam Kitab Tantu Panggelaran, karya sastra jaman Majapahit.

Konon, Jawadwipa -sebutan lain Pulau Jawa- tidaklah stabil, selalu terombang- ambing ombak Samudra Hindia dan Laut Jawa. Para dewa di kahyangan lalu memutuskan untuk memindahkan Gunung Mahameru -yang menjadi pusat alam semesta- dari Jambhudwipa (India) ke Jawadwipa. Mahameru lalu digotong bersama-sama sambil terbang di angkasa. Dalam perjalanan, bagian lereng Mahameru berguguran membentuk rangkaian pegunungan di Pulau Jawa. Bagian yang berat jatuh membentuk Gunung Semeru, sedang puncaknya menjadi Gunung Penanggungan.

Penanggungan dikenal juga sebagai Pawitra yang berarti kabut karena tubuhnya selalu diselimuti kabut. Walau setinggi 1659 m di atas permukaan laut, gunung ini tak mudah dilalui. Cuacanya selalu berubah-ubah, berkabut dan gerimis, tak peduli musim. Namun itu tak menghalangi niat para resi di masa lalu untuk menjadikannya pusat pemujaan.

Hal ini dikuatkan oleh penemuan sebuah prasasti peninggalan Sri Maharaja Rake Hino Pu Sindok pada 929 M. Prasasti itu menyebutkan bahwa Mpu Sindok, Raja Medang Kemulan, membebaskan Desa Cunggrang dari pungutan pajak (sima). Sebagai gantinya, penduduk  harus memelihara Sanghyang Dharmasrame in Pawitra dan Sanghyang Prasada Silungsilung, yang merupakan bangunan suci (parasada) dan asrama bagi para pertapa di Pawitra.

Sementara itu, Raja Airlangga sempat mengungsi ke Pawitra ketika kerajaannya diserang pasukan pemberontak pimpinan Wurawari tahun 1016 M. Dia yakin musuhnya takkan  berani menggempur pasukannya di Pawitra yang suci.

2. Kaya obyek wisata

Panoramanya yang indah, membuat Penanggungan difavoritkan menjadi tempat wisata  sejak dulu. Seperti dikisahkan dalam Kakawin Negarakertagama pupuh 58 ayat 1, tentang perjalanan Raja Hayamwuruk (1350-1389 M) dari Majapahit ke Cunggrang karena terpesona keindahan Pawitra. Cunggrang adalah asrama para pertapa yang terletak di tepi jurang kaki Gunung Penanggungan.

Kini, banyak obyek wisata tersebar di kaki Gunung Penanggungan. Selain petirtaan Jolotundo yang bisa dicapai lewat Desa Tamiajeng, ada juga pemandian air panas di Trawas, atau wisata lingkungan di PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) Seloliman, tepat di bawah Wanawisata Jolotundo. Sementara yang suka dengan sejarah dapat melakukan tour arkeologis dari candi ke candi, menyusuri pebukitan di sekitar gunung.

Penanggungan memiliki puncak yang dikelilingi empat puncak kecil, yaitu: Puncak Gajahmungkur (1084 m), Kemuncup (1238 m), Sarahklopo (1235 m), dan Bekel (1240 m), yang menggambarkan replika sistem mata angin kosmis. Di setiap puncak tersebar bangunan bersejarah seperti candi dan gua pertapaan. Cara termudah merunut candi-candi tersebut dengan mendaki melalui Desa Seloliman yang berjarak 13 km dari Desa Tamiajeng. Di Bukit Bekel misalnya, berturut-turut bisa kita jumpai Candi Putri, Rupa, Gentong, dan Sinta.

Candi-candi ini umumnya dilengkapi dengan punden berundak dan altar sesaji. Untaian bunga kering dan sisa dupa nampak menghiasi beberapa altar, menjadi bukti bahwa tempat ini tak pernah sepi dari peziarah.

Pada malam tententu, Penanggungan selalu penuh oleh para peziarah. Mereka adalah sisa-sisa pemeluk hindu syiwa-wisnu yang masih bertahan di Pulau Jawa. Mereka berasal dari  Mojokerto, Surabaya, Malang, Pasuruan, dan kota sekitarnya. Selain mengunjungi candi-candi, mereka juga menyucikan diri di petirtaan Jolotundo.

Air yang mengalir dari kolam ini berasal dari tubuh Mahameru, dan dipercaya dapat bersifat amerta atau abadi. Dengan minum dan mandi di kolam keabadian ini, maka pikiran yang kusut akan dijernihkan, hati yang resah ditenangkan.  Begitu pula jika berdoa di candi-candi ini. Membuat tubuh lebih sehat dan panjang umur. Seperti para dewa di swargaloka.

3. Rawan penjarahan

Candi-candi Penanggungan kaya akan relief kisah kuno. Cerita Sudhamala (kisah ruwat Dewi Durga), Arjuna Wiwaha (perkawinan Arjuna dengan bidadari), Panji (kisah cinta antara putra mahkota Jenggala dan putri Kediri), Ramayana, serta kisah-kisah hewan mendominasi relief dinding dan bata candi. Relief juga ditemukan pada ribuan pecahan gerabah dan bata yang berserakan di sekitar candi.

Tak jarang relief ini berpindah tangan ke tas dan kantong para pengunjung. Tempatnya yang terbuka serta minimnya pengawasan membuat banyak arca dan gerabah yang raib, menjadi koleksi pribadi pengunjung dan kolektor profesional. Arca wisnu di petirtaan Jolotundo, contohnya. Untuk mengurangi penjarahan liar, pemerintah lalu menetapkan kawasan ini sebagai cagar budaya dan hutan lindung pada 1986. Pengawasan dan pengelolaannya diserahkan kepada perhutani dan dinas purbakala. Sayangnya, hal ini tak mengurangi tingginya penjarahan.

Belakangan, tak hanya benda purbakala yang dijarah, tapi juga kayu-kayu di sekitar hutan Penanggungan. Penebangan liar dan perambahan ladang di dalam hutan ini justru mendapat restu dari petugas kehutanan setempat. Misalnya ladang kubis tepat di depan lokasi Candi Putri. Akibat penjarahan hutan ini sungguh fatal. Puluhan orang tewas akibat bencana air bah dadakan di pemandian air panas Trawas. Kalau hal ini terus berlanjut, swargaloka tanah jawa pun akan musnah. Sehingga bukan kedekatan dengan Sang Pencipta yang didapat, tapi dengan Sang Maut. 

1 komentar:

  1. http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/kulit-cerah-dan-lembut-dengan-masker.html
    http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/6-mitos-seputar-rambuit-yang-harus-anda.html
    http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/penyakit-jantung-intai-orang-dengan.html
    http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/laila-sari-meninggal-usai-pulang-syuting.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - Skype : Vip_Domino
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523

    BalasHapus