Selasa, 27 Oktober 2015

Kisah Shohabat Fairuz Addailami Rodhiyallohu 'Anhu


‎Fayruz al-Daylami memiliki keturunan Arab-Persia, ibunya adalah seorang Arab dan ayahnya adalah seorang Persia yang berasal dari Yaman. Ia berjasa dalam menumpas nabi palsu Aswad al-Ansi.

Nabi Palsu tidak hanya ada pada zaman modern ini saja, saat Rasulullah sakit pun ada coba-coba mengambil kesempatan untuk menyebarkan ajaran sesat, bahkan tidak hanya satu Nabi Palsu……. Melainkan Tiga Nabi Palsu. Beliau me­merintahkan mereka supaya segera bertindak menumpas bencana yang membahayakan iman dan Islam. Beliau memerintahkan su­paya menyingkirkan Aswad Al-Ansy dengan cara yang sebaik-baiknya.

“Fairuz Ad Dailami, disebut juga Ibnu Ad Dailami. Kunyah-nya Abu Abdillah, sebagian pendapat mengatakan kunyah-nya Abu Abdirrahman. Ia juga disebut dengan Abu Adh Dhahhak Al Yamami. Ia adalah seorang sahabat Nabi dan ia juga yang telah membunuh Al Aswad Al ‘Insi Al Kadzab. Ia juga merupakan utusan NabiShallallahu ’alaihi Wasallam.

Ibnu Sa’ad menuturkan, Fairuz Ad Dailami kunyah-nya Abu Abdillah ia disebut juga Al Himyari karena lahir di Himyar. Ia adalah keturunan Persia yang diutus ke Yaman. Disana mereka menyingkirkan orang Habasyah dan akhirnya menguasai Yaman.

Abdul Mun’im bin Idris menuturkan: “Kemudian mereka menasabkan diri pada Bani Dhibbah. Mereka berkata, kami biasa berjualan arak di masa Jahiliah”.

Fairuz adalah orang yang membunuh Al Aswad bin Ka’ab Al ‘Insi yang mengaku Nabi di Yaman. Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam berkata tentang Fairuz:

قتله الرجل الصالح فيروز ابن الديلمي

“Yang membunuh Al Aswad Al ‘Insi adalah seorang lelaki shalih, Fairuz Ad Dailami”

dalam riwayat lain:

قتله رجل مبارك من أهل بيت مباركين

“Yang membunuh Al Aswad Al ‘Insi adalah seorang lelaki yang diberkati yang berasal dari keluarga yang diberkati”

Ia juga merupakan utusan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Beberapa hadits diriwayatkan darinya, salah satunya hadits tentang takdir. Sebagian perawi meriwayatkan darinya dengan mengatakan: “Ad Dailami Al Himyari menuturkan kepadaku…“, sebagian perawi lain menggunakan nama “Ad Dailam”, namun itu semua mengacu pada orang yang sama yaitu Fairuz bin Ad Dailami. Ini berdasarkan hadits-hadits yang diriwayatkan darinya dan disebutkan nama yang berbeda-beda di dalamnya.

Abu Abdillah bin Mandah mengatakan bahwa Fairuz adalah anak dari saudara perempuan Raja An Najasyi.

Fairuz meriwayatkan hadits dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan yang meriwayatkan darinya adalah anak-anaknya yaitu Sa’id bin Fairuz Ad Dailami, Adh Dhahhak bin Fairuz Ad Dailami, Abdullah bin Fairuz Ad Dailami, juga Umar Al Muadzin, Abu Khair Martsad bin Abdillah Al Yazani, dan Abu Khirrasy Ar Ra’ini.

Muhammad bin Sa’ad dan Abu Hatim berkata: “Fairuz wafat pada masa pemerintahan Utsman bin Affan” (Tahdzibul Kamal, no. 4776)

Imam Bukhari dalam kitab Tarikh Kabir (no. 616) membawakan beberapa hadits dari Fairuz Ad Dailami:

قَالَ أَبو عَاصِمٍ: عَنْ عَبد الْحَمِيدِ، عَنْ يَزِيد بْنِ أَبي حَبِيب، عَنْ مَرثَد بْنِ عَبد اللهِ، عَنِ ابْنِ الدَّيلَمِيّ؛ أَنَّهُ سَأَلَ النَّبيَّ صَلى اللَّهُ عَلَيه وسَلم: أَنا مِنكَ بَعِيدٌ، وأَشرَبُ شَرابًا مِن قَمحٍ، فَقال: أَيُسكِرُ؟ قلتُ: نَعَم، قَالَ: لاَ تَشرَبُوا مُسكِرًا، فَأَعادَ ثَلاثًا، قَالَ: كُلُّ مُسكِرٍ حَرامٌ..

“Abu ‘Ashim berkata, dari Abdul Humaid, dari Yazid bin Abi Habib, dari Martsad bin Abdillah, dari Ibnu Ad Dailami, ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: ‘Ketika itu aku jauh darimu, aku meminum minuman yang dibuat dari gandum, (apakah boleh)? Nabi bertanya: ‘Apakah memabukkan?’. Ia berkata: ‘Ya’. Nabi bersabda: ‘Jangan minum yang memabukkan (diulang sampai 3x), setiap yang memabukkan itu haram’‘”

وَقَالَ عليٌّ: حدَّثنا مُحَمد بْنُ الحَسَن الصَّنعانيّ، قَالَ: أَخبرني النُّعمان بْنُ الزُّبَير، عَنْ أَبي صَالِحٍ الأَحمَسِيّ، عَنْ مَرّ المُؤَذِّن، قَالَ: خرجتُ مَعَ فَيرُوز بْنِ الدَّيلَمِيّ فِي أَلْفَيْنِ، فأتيتُ عُمَر، ثُمَّ أَتَاهُ فَيرُوز، فَقَالَ عُمَر: هَذَا فَيرُوز قاتِل الْكَذَّابِ

“Ali berkata, Muhammad bin Al Hasan As Shan’ani menuturkan kepada kami, ia berkata, An Nu’man bin Az Zubair mengabarkan kepada kami, dari Abu Shalih Al Ahmasu, dari Umar Al Muadzin, ia berkata: “Aku pergi bersama Fairuz bin Ad Dailami di Alfayn. Aku menemui Umar bin Khattab, lalu Umar menemui Fairuz. Umar berkata, inilah Fairuz sang pembunuh Al Kadzab“

FAIRUS AD-DAILAMY dan TERBUNUHNYA NABI PALSU

Sekembalinya dari Haji Wada', Rasulullah saw sakit. Berita tersebut pun kontan tersiar ke seluruh Jazirah Arab.Ironisnya, tiga tokoh berpen­garuh yang murtad memanfaatkan situasi genting tersebut. Mereka adalah Aswad Al Ansy di Yaman, Musailamah Al-Kadzdzab di Yamamah, dan Thulaihah AI-Asady di perkampungan Bani Asad. Mereka mendak­wakan diri menjadi nabi bagi kaumnya, seperti halnya Muhammad diutus bagi kaum Quraisy.
Aswad Al-Ansy adalah tukang tenungyang menyebar kejahatan dengan mengelabuimata korbannya, menggunakan musya'widz(semacam alas sulap untuk menyihir mata orang). Dia kuat dan bertubuh kekar. Di samping itu, dia sangat pandai berbicara, memperdayai orang dengan kata-katanya.Karena itu dia bisa mempermainkan penda­pat umum dengan keterangan-keterangannya yang menyesatkan. Keinginannya akan harta,kekuasaan dan pangkat sangat menonjol. Tetapi, secara penampitan kelihatan sangat sederhana, yang tak lain demi menutupi kepribadiannya yang penuh rahasia.
Ketika itu Yaman dipegang golongan "Abna" yang dikepalai Fairus ad-Dailamy,sahabat Rasulullah. Abna adalah nama bagisegolongan masyarakat Yaman. Bapak merekaadalah orang Persia yang merantau jauh darinegeri mereka, sementara ibunya adalah tipikal wanita-wanita Arab. Raja merekaadalah Badzan. Ketika Islam meluaskan dak­wahnya, Badzan telah menjadi Raja di Yaman sebagai Kuasa Kisra, Maharaja Persia.
Setelah syiar Islam, Rasulullah saw menyebar dan diterima Badzan, dia punmelepaskan diri dari kekuasaan Kisra. Ia danrakyatnya memilih masuk Islam. Rasulullahlantas mengukuhkan Badzan menjadi raja sampai dia mangkat, tidak lama sebelum gerakan Aswad Al-Ansy muncul.
Orang yang mula-mula menjadi pengikut gerakan Aswad Al-Ansy ialah kaumnya send­iri, Banu Madzhij. Dengan pengikut-pengi­kutnya itu, Aswad mula-mula menerkam Shan'a. Kepada daerah Shan'a, Syahar putra Badzan, dibunuhnya. Istri Syahar, putri Adzada, dikawininya dengan paksa.
Dari Shan'a, Aswad Al-Ansy melompat menyerang daerah-daerah lain. Sehingga dalam tempo singkat, daerah yang luas pun bertekuk lutut di bawah kekuasaannya, yaitu hampir mencapai seluruh daerah Hadhramut hingga Thaif, dan antara Bahrain hingga Aden.
Modal utama Aswad menangguk keber­hasilan sebenamya hanyalah semata-mata kelicikan dan kelihaian berbicara dan ber­tindak. Kepada pengikut-pengikutnya, dia mengatakan bahwa dia selalu didampingimalaikat yang menyampaikan wahyu, Bertamemberitahukan hal-hal yang ghaib kepa­danya.
Pengakuannya itu diperkuat dengan mengirim mata-mata ke seluruh wilayah sampai ke pelosok-pelosok negeri. Tugas mata-mata itu adalah menyelidiki keadaan masyarakat, sampai kepada yang sekecil­-kecilnya dan sangat rahasia. Mereka berusaha mengetahui kesulitan-kesulitan yang sedang dialami masyarakat setempat, dan keinginan­keinginan yang bergejolak di hati mereka.
Lalu Aswad datang pada mereka mem­bawa oleh-oleh yang menggembirakan. Dia berusaha memenuhi kebutuhan setiap orang yang memerlukan bantuannya, mengatasi setiap orang yang memerlukan bantuannya, dan membantu setiap kesulitan yang mereka hadapi.
Kepada simpatisannya, diperagakannyahal-hal yang ajaib dan aneh hingga merekaterpesona, karena tidak sanggup memahami dan memikirkannya. Dengan begitu, pen­gagum Aswad Al-Ansy bertambah banyak dan menyebabkan dia menjadi kuat. Akh­irnya, dakwahnya pun makin tersebar luas.
Ketika Rasulullah menerima laporangerakan Aswad Al-Ansy, beliau segera men­gutus sepuluh orang sahabat untuk membawa surat kepada para sahabat yang dianggap berpengaruh di kawasan Yaman. Beliau me­merintahkan mereka supaya segera bertindak menumpas bencana yang membahayakan iman dan Islam. Beliau memerintahkan su­paya menyingkirkan Aswad Al-Ansy dengan cara yang sebaik-baiknya.
Perintah tersebut disambut antusias oleh para sahabat, termasuk Fairus Ad-Dailamy dan anak buahnya dari golongan Abna'. Bahkan dialah orang yang pertamakali mer­espons perintah Rasulullah tersebut untuk memberangus para nabi palsu.
Fairus dan pasukannya segera bersiaga di tempat masing-masing dengan segala kemampuan yang ada. Mereka sendiri sebe­narnya begitu kesal dengan kepongahan Aswad Al-Ansy. Termasuk terhadap pan­glimanya sendiri, Qais bin 'Abd Yaghuts.Bahkan menurut kabar beredar, Aswad tegamenamparnya.
Keadaan ini segera dimanfaatkan Fairusuntuk mencari simpati Qais. Bersama anakpamannya, Dadzan, mereka menemui Qais. Di luar dugaan Qais senang bukan main ataskunjungan tersebut, hingga ia tergugah dansepenuh hati menerima tawaran mereka. Tak pelak, mereka bertiga akhirnya segeramenyusun siasat untuk menumpas Aswad.Mereka bertiga rencananya akan menumpas dari dalam, sementara kawan-kawan yang lain akan bertindak dari luar.
Dalam hal ini Dadzan, anak paman Fai­rus, yang dikawini Aswad secara paksa setelah ia bunuh suaminya, Syahar bin Badzan, akan memegang peranan penting bagi terlaksan­anya siasat tersebut.
"Wahai anak pamanku! Kami tahu bagaimana perlakuan orang ini (Aswad) ter­hadap dirimu dan terhadap kami. Dia sung­guh jahat dan kejam. Dia telah membunuhsuamimu dan menodai wanita-wanita golon­ganmu. Dia telah banyak membunuh, danselalu bertindak sewenang-wenang. Ini suratRasulullah tertuju khusus kepada kita dan penduduk Yaman. Beliau memerintahkan kita menghentikan malapetaka ini dengan tuntas. Dapatkah kamu membantu kami?" tanya Fairus saat menemui Dadzan.
"Bantuan apa yang harus aku berikan pada kalian?"
"Mengusirnya..!" tegas Fairus."Jangankan mengusir, membunuhnya pun aku bersedia!"
"Demi Allah! Memang itulah maksudku.Tetapi aku khawatir kalau-kalau engkau tidakmenyetujui maksud kami."
"Demi Allah yang mengutus Muhammaddengan agama yang hak, memberi kabar gem­bira dan kabar takut, aku tidak pernah ragusedikit pun pada agamaku. Karena itu tidak ada makhluk Allah yang paling saga benci selain setan yang satu ini (Aswad). Demi Allah! Setahuku, sejak aku lihat orang-orang ini, pekerjaannya tidak lain hanya menyebarkejahatan, tidak pernah mengindahkan yanghak, apalagi akan mencegah yang mungkar,"kata Dadzan kembali meyakinan.
"Nah! Kalau begitu, bagaimana cara kitamembunuhnya?"
"Dia selalu dikawal ketat. Tidak ada ruan­gan di dalam kediamannya yang tidak berpen­gawal, kecuali kamarnya. Karenakamarnya itu telah dikelilingi dengan parit dan terpisah jauh. Di belakang kamarnya, ada lapangan. Bila malam sudah gelap, lubangi dinding kamar itu. Nanti kalian akan memperoleh senjata dan lampu di dalam. Aku akan menunggu kalian di sana. Sesudah itu, masuklah ke ruangan dalam, lalu bunuhlah dia"
"Tetapi, melubangi dinding tembok kediamannya bukanlah pekerjaan yang mudah. Jika kebetulan ada orang lewat, tentu dia akan berteriak memanggil pengawal.Akibatnya akan buruk sekali..." tanya Fairus keberatan.
"Benar ...! Kalau begitu, besok pagi kirim padaku seseorang yang kamu percayai untuk menjadi pekerja. Aku akan menyuruhnya membuat lobang dari dalam, tetapi tidak sampai tembus. Tinggalkan setipismungkin, supaya kamu dapat menyoblos­ nya dengan mudah malam harinya," jelas­ Dadzan.
"Tepat" sekali." Setelah itu Fairus pun pergi memberitahu kawan-kawan yang lain tentang rencana yang telah disepakati dengan Dadzan. Mereka pun segera menyiapkan segala sesuatunya. Dengan sangat hati-hati mereka bekerja. Mereka pun telah menetapkan kata-kata sandi yang dipergunakan.
Akhirnya, dipilihlah waktu fajar besok untuk memulai aksi mereka. Ketika malam sudah mulai gelap, Fairus dan pasukannya segera pergi ke sasaran. Dinding yang di maksud mereka coblos dengan mudah. Lalu mereka pun bergegas masuk ke dalam gudang, menyalakan lampu dan mengambil senjata. Sesudah itu, mereka menuju kamar Aswad. Sementara Dadzan, telah berdiri di muka pintu. Dia memberi isyarat agar Fairus dan pasukannya segera masuk.
Mendapati Aswad tidur mendengkur,Fairus pun tak menyia-nyiakan kesempatan.Segera diayunkannya pedang ke lehernya. "Trashhh!" Aswad melenguh seperti sapi,kemudian menggelapar-gelepar seperti untadisembelih.
Mendengar suara Aswad melenguh, pengawalnya segera datang. "Apa yang terjadi?' tanya mereka dari balik kamar.
"Tidak apa-apa! Kembalilah kalian!Nabiyallah sedang mendapat wahyu!" sahutDadzan. Mereka pun kembali tanpa curiga.
Begitu terbit fajar, Fairus berlari menujusinggasana Aswad sambil berteriak, "AllahuAkbar, Allahu Akbar, asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Ra­sulullah. Wa asyhadu anna Aswad Al-AnsyKadsdzaab, (Allah Maha Besar, aku bersaksitiada Tuhan selain Allah dan Muhammadutusan Allah, sesungguhnya Aswad Al-Ansy pembohong).
Kalimat terakhir itu sebenarnya kata-kata Sandi yang disepakati dengan kaum muslimin. Mendengar seruan Fairus, kaum Muslimin berlompatan ke istana dari segala arah. Para pengawal terkejut kebingungan.Saling membunuh pun segera terjadi antara kelompok kaum muslimin dengan para pengawal istana. Melihat itu, Fairus cepat-cepat melemparkan kepala Aswad Al-Ansy yang sudah dipotong ke tengah-tengah para pengawal.
Melihat kepala Aswad menggelinding dihadapan mereka, hati mereka kecut, kehil­angan semangat. Sebaliknya, kaum muslimin dengan gemuruh meneriakkan takbir dan menyerang musuh-musuh Allah yang kebin­gungan tanpa ampun. Pertempuran selesaisebelum matahari terbit, dengan kemenangandi pihak kaum muslimin.
Setelah matahari terbit, mereka segeramenulis Surat kepada Rasulullah, menyam­patkan kabar gembira bahwa musuh-musuh Allah telah berhasil ditumpas habis.Namun begitu, ketika utusan sampai di Madinah, mereka mendapati beliau telah berpulang ke rahmatullah. Beliau wafat tidak lama sesudah menerima wahyu yang mengabarkan bahwa Aswad Al-Ansy telah terbunuh, persis pada saat kejadian.
Beliau sempat berkata kepada para saha­bat, "Aswad Al-Ansy telah meninggal dunia tadi malam, dibunuh seorang yang penuh berkat dan berasal dari rumah tangga yang diberkati."
"Siapa orang itu, wahai Rasulullah?" "Fairus... Fairus menang ... !"

Hadits Riwayat Imam Ahmad Dari Fairuz Ad-Dailami RA‎

Hadits Ahmad 17345

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ قَالَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ فَيْرُوزَ الدَّيْلَمِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُمْ أَسْلَمُوا وَكَانَ فِيمَنْ أَسْلَمَ فَبَعَثُوا وَفْدَهُمْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبَيْعَتِهِمْ وَإِسْلَامِهِمْ فَقَبِلَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ نَحْنُ مَنْ قَدْ عَرَفْتَ وَجِئْنَا مِنْ حَيْثُ قَدْ عَلِمْتَ وَأَسْلَمْنَا فَمَنْ وَلِيُّنَا قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ قَالُوا حَسْبُنَا رَضِينَا

Hadits Ahmad No.17345 Secara Lengkap

[[[Telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Abdu Rabbih] ia berkata, Telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Muslim] ia berkata, Telah menceritakan kepada kami [Al Auza'i] dari [Abdullah bin Fairuz Ad Dailami] dari [Bapaknya], bahwa mereka telah masuk Islam, dan Dailam adalah orang yang termasuk salah seorang dari mereka (yang masuk Islam). Mereka kemudian mengirim utusan menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menyampaikan bai'at dan keIslaman mereka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun menerimanya, kemudian mereka berkata, "Wahai Rasulullah, anda telah tahu siapa kami, kami pun datang dari tempat yang telah anda ketahui. Kami telah memeluk Islam, maka siapakah wali kami?" Beliau menjawab: "Allah dan rasul-Nya." Maka mereka berkata, "Cukuplah bagi kami dan kami pun ridla."]]]‎ [HR. Ahmad No.17345].
Hadits Ahmad 17346

حَدَّثَنَا هَيْثَمُ بْنُ خَارِجَةَ حَدَّثَنَا ضَمْرَةُ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنِ ابْنِ فَيْرُوزَ الدَّيْلَمِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ هَيْثَمٌ مَرَّةً عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ فَيْرُوزَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ نَحْنُ مَنْ قَدْ عَلِمْتَ وَجِئْنَا مِنْ حَيْثُ قَدْ عَلِمْتَ فَمَنْ وَلِيُّنَا قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ

Hadits Ahmad No.17346 Secara Lengkap

[[[Telah menceritakan kepada kami [Haitsam bin Kharijah] telah menceritakan kepada kami [Dlamrah] dari [Yahya bin Abu Amru Asy Syaibani] dari [Ibnu Fairuz Ad Dailami] dari [Bapaknya], dan sekali waktu [Haitsam] berkata, dari [Abdullah bin Fairuz] dari [Bapaknya] ia berkata; Saya berkata, "Wahai Rasulullah, semoga Allah bershalawat atasmu. Kami adalah orang yang telah anda kenal, kami juga datang dari tempat yang telah anda ketahui. Lantas, siapakah wali kami?" beliau menjawab, "Allah dan rasul-Nya."]]] [HR. Ahmad No.17346].‎

Hadits Ahmad 17347

حَدَّثَنَا هَيْثَمُ بْنُ خَارِجَةَ أَخْبَرَنَا ضَمْرَةُ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنِ ابْنِ فَيْرُوزَ الدَّيْلَمِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُنْقَضَنَّ الْإِسْلَامُ عُرْوَةً عُرْوَةً كَمَا يُنْقَضُ الْحَبْلُ قُوَّةً قُوَّةً

Hadits Ahmad No.17347 Secara Lengkap

[[[Telah menceritakan kepada kami [Haitsam bin Kharijah] telah mengabarkan kepada kami [Dlamrah] dari [Yahya bin Abu Amru] dari [Ibnu Fairuz Ad Dailami] dari [Bapaknya] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Isalam akan terurai ikatan demi ikatan, sebagaimana terurainya tali satu persatu."]]] [HR. Ahmad No.17347].‎

Hadits Ahmad 17348

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ أَبِي وَهْبٍ الْجَيْشَانِيِّ عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ فَيْرُوزَ أَنَّ أَبَاهُ فَيْرُوزًا أَدْرَكَهُ الْإِسْلَامُ وَتَحْتَهُ أُخْتَانِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلِّقْ أَيَّهُمَا شِئْتَ و قَالَ يَحْيَى مَرَّةً حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ وَهْبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمَعَافِرِيِّ عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ فَيْرُوزَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ أَدْرَكَ الْإِسْلَامَ

Hadits Ahmad No.17348 Secara Lengkap

[[[Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ishaq] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Lahi'ah] dari [Abu Wahab Al Jaisyani] dari [Adl Dlahhak bin Fairuz], bahwa [ayahnya], Fairuz, telah masuk Islam dengan beristerikan dua orang wanita yang saling bersaudara. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ceraikanlah seorang dari mereka yang engkau kehendaki." Dan sekali waktu Yahya menyebutkan, Telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Wahab bin Abdullah Al Ma'afiri dari Adl Dlahak bin Fairuz dari Bapaknya, bahwa ia telah memeluk Islam."]]] [HR. Ahmad No.17348].‎

Hadits Ahmad 17349



حَدَّثَنَا مَوسَى بْنُ دَاوُدَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ أَبِي وَهْبٍ الْجَيْشَانِيِّ عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ فَيْرُوزَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَسْلَمْتُ وَعِنْدِي امْرَأَتَانِ أُخْتَانِ فَأَمَرَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُطَلِّقَ إِحْدَاهُمَا



Hadits Ahmad No.17349 Secara Lengkap

[[[Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Dawud] ia berkata, Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Lahi'ah] dari [Abu Wahb Al Jaisyani] dari [Adl Dlahak bin Fairuz] dari [Bapaknya] ia berkata, "Ketika masuk Islam aku memiliki dua orang isteri yang saling bersaudara, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kepadaku untuk menceraikan salah satu dari keduanya."]]] [HR. Ahmad No.17349].‎

Hadits Ahmad 17350

حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا عَيَّاشُ بْنُ عَيَّاشٍ يَعْنِي إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنِي يَحْيَى يَعْنِي ابْنَ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الدَّيْلَمِيِّ عَنْ أَبِيهِ فَيْرُوزَ قَالَ قَدِمْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا أَصْحَابُ أَعْنَابٍ وَكَرْمٍ وَقَدْ نَزَلَ تَحْرِيمُ الْخَمْرِ فَمَا نَصْنَعُ بِهَا قَالَ تَتَّخِذُونَهُ زَبِيبًا قَالَ فَنَصْنَعُ بِالزَّبِيبِ مَاذَا قَالَ تَنْقَعُونَهُ عَلَى غَدَائِكُمْ وَتَشْرَبُونَهُ عَلَى عَشَائِكُمْ وَتَنْقَعُونَهُ عَلَى عَشَائِكُمْ وَتَشْرَبُونَهُ عَلَى غَدَائِكُمْ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَحْنُ مَنْ قَدْ عَلِمْتَ وَنَحْنُ نُزُولٌ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ مَنْ قَدْ عَلِمْتَ فَمَنْ وَلِيُّنَا قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ قَالَ قُلْتُ حَسْبِي يَا رَسُولَ اللَّهِ

Hadits Ahmad No.17350 Secara Lengkap

[[[Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Mughirah] telah menceritakan kepada kami [Ayyasy bin Ayyasy] -yakni Isma'il- berkata, telah menceritakan kepadaku [Yahya] -yakni Ibnu Abu Amru Asy Syaibani- dari [Abdullah bin Ad Dailami] dari bapaknya [Fairuz] ia berkata, "Saya mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, kami adalah para pemilik anggur, sementara syariat pengharaman khamar telah turun, lantas apa yang mesti kami perbuat dengan anggur itu?" Beliau menjawab: "Olahlah ia menjadi zabib (kismis)." Fairuz bertanya lagi, "Lalu bagaimana kami mengolahnya menjadi zabib?" Beliau menjawab: "Kalian rendam saat siang hari lalu kalian minum pada malam hari. Kemudian kalian rendam di malam hari dan meminumnya pada pagi hari." Fairuz berkata; Saya berkata, "Wahai Rasulullah, kami adalah orang yang telah anda ketahui, dan kami tinggal di tengah-tengah orang yang telah anda ketahui, lantas siapa wali kami?" Beliau menjawab, "Allah dan rasul-Nya." Fuiruz berkata, "Kalau begitu cukuplah bagiku wahai Rasulullah."]]]  [HR. Ahmad No.17350].‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar