Jumat, 09 Oktober 2015

Sejarah Perjuangan Syaikh Rahmatulloh Rh Dalam Menghadapi Kaum.Misionaris Di India

Kondisi keagamaan  India pada abad 19 M sangat buruk.Kemunkaran dan kemaksiatan menyebar luas.Banyak sekali  fatwa-fatwa  dari para ulama yang jauh dari kebenaran, bahkan sampai ada yang berfatwa gugurnya kewajiban ibadah haji.Para pelajar banyak dirancuni oleh pemikiran barat sehingga mereka menganggap para ulama sebagai kaum yang jumud dan ketinggalan jaman.

Gerakan kristenisasi di India sangat gencar.Pada tahun 1792 M untuk pertama kali didirikan Lembaga Misi Kristen Protestan,kemudian pada tahun 1795 didirikan Organisasi Misi Kristen London dan pada Tahun 1799 didirikan Organisasi Misi Kristen  Gereja Inggris.

Sebelum memasuki awal abad ke 19 M, rombongan para misionaris dengan resmi dan teratur di kirimkan ke India  oleh Pemerintah Inggris, bahkan perusahaan-perusahaan dagang Inggris yang di India, disamping mendanai misi itu mereka memberikan hak istimewa kepada para misionaris itu.

Untuk upaya kristenisasi didrikanlah  1000 sekolah dengan jumlah siswa sebanyak  65.000 pelajar, ditambah dengan sekolah-sekolah  dan kuliah-kuliah khusus bagi para misionaris, yang paling menyedihkan adalah sebagian sekolah dan kuliah itu adalah mesjid dan madrasah-madrasahnya milik umat Islam yang dirampas oleh pemerintah Inggris.

Dalam kondisi seperti itu lahirlah Syeikh Rahmatullah pengarang kitab Izhhârul Haq.

Nama dan silsilah keluarga.

Beliau adalah berketurunan dari Sayyidina Utsman Radhiyallâhu ‘anhu .
Nasabnya seperti berikut: 
Syaikh Muhammad Rahmatullah bin Khalilurrahman al-Kiranawi bin Khalilullah [ma’ruf dengan nama Khalilurrahman] bin Hakim Najibullah bin Hakim Habibullah bin Hakim Abdurrahim bin Hakim Quthbuddin bin Shaikh Fudhil bin Hakim Diwan Khan Abdurrahim bin Hakim Abdul Karim  Hakim Beena bin Hakim Hasan bin Abdus Shamad bin bin Abi ‘Ali bin Muhammad Yusuf bin Abdul Qadir bin Syaikh Jalaluddin bin Mahmud bin Ya’kub bin ‘Isa bin Ismail bin Muhammad Taqi bin Abi Bakar bin ‘Ali Naqi bin Utsman bin ‘Abdullah bin Shihabuddin bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdul ‘Aziz as-Sarqasi bin Khalid bin al-Walid bin ‘Abdul Aziz bin ‘Abdurrahman al-Kabir al-Madani bin ‘Abdullah as-Tsani bin ‘Abdul ‘Aziz al-Kabir bin ‘Abdullah al-Kabir bin ‘Umar bin Utsman bin Affan Radhiyallâhu ‘anhu.

Kakeknya yang ke 24 yaitu Abdurrahman Bin Abdul Aziz  adalah orang yang pertama datang ke India dari keluarga Utsman Bin Affân Ra,ia ditunjuk oleh Sultan Mahmud Al-Ghanjawi sebagai qadhi bagi tentara yang dikirimkan untuk menaklukan India.Kemudian Syeikh Abdurrahman  menetap di Bani Bet  dan di daerah inilah keturunan keluarga Utsman berkembang di India.

Kakenya ke 7 adalah Abdul Hakim ia seorang tabib, ketika ia dapat menyebuhkan raja Jalâluddin  Muhammad Akbar, dia memberi hadiah sebidang tanah pertanian  di daerah Kairanah, maka keluarga Utsmaniyyin itu berpindah  kesana.      

Kelahirannya.

Dilahirkan di kampung Darbar kalân, Kairanah propinsi Muzhaffar Nâjar dekat dengan Ibu Kota India New Delhi.Dilahirkan pada awal Jumad Ula 1233 H.

Pendidikannya

Keluarga beliau sangat taat dalam agama. Mendapat pendidikan awal di madrasah di kampungnya. Setelah menghafal al-Quran dan mengetahui dasar-dasar bahasa ‘Arab, beliau kemudiannya melanjutkan pelajaran di pusat ilmu ketika itu iaitu di kota Delhi. Beliau berguru dengan murid dari Syah Abdul Aziz bin Syah Waliyullah ad-Dahlawi. Sebahagian dari guru-gurunya adalah Maulana Muhammad Hayat, Maulana Mufti Sa’adullah, Maulana ahmad ‘Ali, al-Arifbillah Maulana ‘Abdurrahaman Chishti, Molvi Iman Baksh Shahba’i, Hakim Faiz Muhammad dan masih banyak lagi. Setelah tamat pengajian, beliau pulang kekampungnya dan membuka madrasah sendiri.

Murid-muridnya

Beliau mempunyai murid yang banyak ,diantaranya  adalah: 

asy-Syarif Hussin bin ‘Ali al-Hasyimi, 
Qadhi al-Qudhah asy-Syaikh ‘Abdullah Siraj, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Ahmad Abu al-Khair, 
Syaikh Amin Muhammad ‘Ali – pengajar, imam dan khatib di Masjidil Haram, 
al-‘allamah asy-Syaikh As’ad Ahmad ad-Dihan, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Ahmad ‘Ali Hussin an-Najar – Qadhi Thaif, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Ahmad Abul Khair, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Badrul Islam al-Kiranawi, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Hasan ‘Abdul Qadir, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Hasan Kadzim, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Darwish, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Syaraful Haq Shadiqi, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Syihabuddin al-Utsmani al-Kiranawi, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Dhiya-uddin, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Abdurrahman Ahmad Dihan, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Abdurrahman asy-Syibi, 
al-‘Allamah asy-Syaikh as-Sayyid ‘Abdullah Muhammad Sholeh az-Zawawi – Mufti Syafi’iyyah di Mekah, 
al-‘Allamah as-Sayyid ‘Abid Hussin Maliki – Mufti Mazhab Maliki di Mekah, 
al-‘Allamah asy-Syaikh ‘Abdullah Ahmad Abul Khair – Mufti Mazhab Hanafi, 
al-‘Allamah asy-Syaikh ‘Abdul Hamid Baksh al-Falaki, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Muhmmad al-Ghazi, 
al-‘Allamah asy-Syaikh ‘Abdus Sattar ad-Dahlawi al-Kutbi, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Said Ba Bashil, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Hussin al-Khiyath, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Mulla Muhammad Ismail an-Nawab, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad ‘ali Sulaiman – Imam dan khatib di Masjidilharam, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Sholeh al-Maimuni, 
‎al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Hashim Asy’ari al-Indonisi, (Pendiri NU).
al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Sulaiman Hasbullah, 
al-‘Allamah asy-Syaikh Abul Khair al-Faruqi al-Hind.

Upaya menghadapi para misionaris

Gerakan kristenisasi yang begitu gencar, menjadikan dirinya untuk lebih lebih memfokuskan kepada upaya untuk membendung dan melawan gerakan para misionaris itu.Ia memulai dengan  sungguh mempeelajari pokok-pokok ajaran Kristen dari s umber-sumber aslinya, setelah itu ia menyusun beberapa buah buku untuk membantah syubhat-syubhat para misionaris .

Beliau tidak hanya menyusun buku namun ia mendirikan pusat-pusat pelatihan para dai untuk melawan Kristenisasi.Pusat-pusat    itu berhasil mencetak para dai yang gigih melawan kristenasi, sehingga sejarah mencatat ketangguhan dan kehandalan mereka dalam menghadapi  tuduhan-tuduhan  palsu para misionaris Kristen.Pusat-pusat pelatihan itupun menjadi cikal bakal  bagi semua lembaga keislaman yang memperjuangkan Islam pada  priode berikutnya.

Selanjutnya beliaupun  mulai mengajak debat dengan para tokoh besar misionaris yang datang ke India.Pada saat itu para pendeta keristen  sudah mencapai  puncak kesombongannya, secara terbuka menantang para  ulama untuk berdebat, mereka pun menyebarkan isu-isu bahwa para ulama semunya tidak ada yang mampu melawan mereka. Maka syeikh Rahmatullah melihat berdebat  adalah  cara yang tepat untuk menghancurkan kesombongan mereka.

Pada bulan Rabiul Akhir 1270 H/1854 M beliau bersama Dr Muhammad Wazîr berhasil mengalahkan  dua orang pendeta  Kristen, perdebatan itu terjadi di rumah pendeta Frank, sehinnga ia menamakannya Munâzharah Sugra .

Setelah 3 bulan tepatnya  pada bulan Rajab tahun 1854, beliau kembali berdebat dengan Pendeta Dr Fender dan Frank.Debat tersebut berlangsung selama dua hari berturut-turut  tentang teks-teks Bibel dan terjadinya  tahrif (perobahan) dalam teks-teks tersebut.Pada perdebatan itupun syeikh Rahmatullah berhasil mengalah kedua pendeta itu, bahkan kedua pendeta itu mengakui telah terjadinya tahrîf (perubahan ) pada Bibel pada 7/8 tempat, juga terdapat 40.000 perbedaan  ungkapan dalam Bibel itu.

Perdebatan itu dinamakan Munâzharah Kubra, karena perdebatan itu di hadiri/disaksikan oleh 1000 orang. 


Karya Ilmiyah.

Karya ilmiyah beliu dimulai dengan risalah-risalah yang kecil demkian pula dengan terjemahan-terjemahan,  diantara  karya ilmiyah beliau adalah sebagai berikut
1.      Risâlah fi Waqt Shalât al-‘Asr
2.      Risâlah Al-Tanbîhât Fi Itsbât Al-Ihtiyâj ila- Bi’tsah wal Hasyr
3.      Risâlah Fi Rafil Yadain Fi Shalat
Terjemah Kitab Tuhfah Itsna ‘Atsariyah, kitab bantahan kepada kaum rafidhah,
Adapun buku-buku  yang ia susun untuk membantah para misionaris Kristen adalah sebagai berikut:

1.      Izâlah Al-Auhâm
Adalah kitab yang pertama kali ia susun untuk membantah  alasan-alasan yang dikemukakan oleh para misionaris Kristen.

2.      Izâlah Al-Syukûk
Ia menyusunnya dengan bahasa Urdu untuk menjawab 29 pertanyaan yang dilontarkan oleh para misionaris kepada para ulama.Buku itu dinamakan pula Su’alât Karanjî.Buku itu terdiri dua jilid besar dengan jumlah halaman 1116 halaman.Dalam buku itu disebutkan dalil-dalil yang qathi tentang kenabian Muhammad, juga menjelaskan tentang terjadinya tahrîf dalam Bibel.

3.      Al-I’jâz Al-Isâwi
Kitab itu dinamakan juga Al-Ijâz Al-Masîhi dan Mushaqqilah Al-Tahrîf.Dalam kitab ini diungkapkan dalil-dali qathi tentang adanya tahrîf dalam teks Injil.

4.      Ahsan Al-Ahâdits Fi Ibthâl Al-Tatslîts
Dalam kitab ini, beliau mengungkapkan  batalnya akidah trinitas dengan argmentasi akal dan juga naqal (riwayat dari kitab Bibel)

5.      Al-Burûq Al-lâmi’ah
Dalam kitab ini dia menyebutkan ayat-ayat dalam kitab Perjanjian Lama dan Baru tentang kabar gembira datangnya Nabi Muhammad sebagai Nabi Akhir zaman.

6.      Mu’addil Iwijâz Al-Mîzân
Buku itu ditulis dengan bahasa Urdu untuk membatah buku yang ditulis oleh Pendeta Dr Fender yang berjudul Mîzâul Haq

7.      Taqlîb Al-Mathâin
Buku ini ditulis dengan bahasa Arab, untuk membantah buku yang diitulis oleh pendeta Smith yang berjudul Tahqîq Al-Dîn Al-Haq

8.      Mi’yâr al-Haq
Dia menyusun kitab ini untuk membantah  buku Tahqîq Al-Iman karangn pendeta Shafdar Ali.

Hijrah Ke Mekah

Pada tahun 1857 M Syeikh Rahmatullah ikut serta dalam revolusi melawan penjajah Inggris, namun gagal dan Inggris berhasil memadamkan revolusi itu. Syeikh Rahamtullah termasuk orang yang paling dicari, sehingga orang yang dapat menunjukan tempatnya mendapatkan Imbalan 1000 rupee.Penjajah Inggris merampas harta milik Syeikh Rahmatullah dan melelangnya dengan harga 1420 rupee, lalu mereka melarang menjual kitab-kitab hasil karyanya atau mencetaknya.

Hal itu memaksa Syeikh Rahmatullah untuk hijrah meniggalkan India dengan secara sembunyi, dan sampailah ia ke Mekah pada tahun 1278 H/1862 H.

Di Mekah ia mendapat izin mengajar di Mesjid Haram dan namanya tercatat secara resmi sebagai ulama Haram.Pada tahun 1285 H beliau mendirikan madrasah yang pertama sekali ada di Mekah dan Hijâz, yang pada tahun 1291 H dinamakan Madrasah Shulatiyah.Nama itu diambil dari seorang wanita india yang  mendanai pembangunan madrasah itu, ia bernama Saulat Nisa.

Syeikh Rahmatullah menjadi Mudir dan pengajar di madrasah itu sampai ia meniggal dunia  pada tanggal 22 Ramadhan tahun 1308 H bertepatan  dengan 1 mei 1891 M. Beliau dikuburkan di pekuburan Mekah.

MENGENAL KITAB IZHHÂRUL HAQ

Nama Kitab

Syeikh Rahmatullah sendiri dalam kata pengantar  menamai kitabnya dengan Izhârul Haq (Menampakan Kebenaran), pada alenia akhir dalam kata pengantarnya  ia mengatakan,
“Aku memohon kepada Allah Swt  agar memberikan anugrah kepadaku dengan membimbingku  pada kebenaran, dan menjadikan buku ini diterima  oleh segenap manusia, dapat memberikan manfaat bagi orang yang awam atau orang-orang yang khusus dan menjaganya dari syubhatnya  orang-orang yang mau memberikan keragu-raguan.Hanya Dial ah yang dapat melakukan itu semua, Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu.Aku namakan kitab itu dengan Izhârul Haq .Aku susun terdiri dari Muqaddimah kemudian disuusl dengan 6 bab.

Demikian juga dikalangan para ulama kitab tersebut  dikenal dengan nama izhârul Haq sesuai dengan nama yang diberikan oleh pengarangnya.

Tema Kitab

Syeikh Said Hawa mengatakan : “Buku Izhhârul haq ini, mendiskusikan tema persoalan yang dilontarkan oleh  dan digunakan oleh para misionaris Kristen sebagai alat untuk  menyerang Islam.Kelima persoalan itu adalah sebagai berikut;

Dakwaan Al-Quran bahwa di dalam Taurat dan Injil terdapat penyimpangan, dan umat Yahudi dan Nasrani  telah mengubah  perkataan dari tempat-tempatnya adalah satu dakwaan yang batil.

Sebagian ayat-ayat Al-Qquran telah dihapuskan (nasakh).Adanya nasakh itu membuktikanbahwa  Al-Quran tidak turun dari Allah Swt.Karena mustahil  hukum Allah dapat dirubah dan diganti.

Menurut pemeluk Trinitas ,Allah ada tiga: Bapa,Anak,Roh Kudus.Sementara Islam mempercayai Wahdaniyyatullah (Keesaan Allah ).Karena itu, para misionaris berupaya memberikan dalil-dalil bagi kepercayaan Trinitas, selanjutnya mereka menyerang habis-habisan akidah tauhid.

Al-Quran adalah perkataan Muhammad dan bukan firman Allah yang diturunkan kepadanya.Para Misionaris  sengaja menyangsikan metode pengumpulan  Al-Quran  dan kemutawatirnya.

Mengingkari kenabian Muhammad  Saw dan tidak mengakui beliau sebagai penutup para Nabi.

Latar belakang  penulisan  kitab Izharul Haq

Kitab Izhârul Haq adalah hasil dari perdebatan  antara Syeikh Rahmatullah dengan seorang pendeta Nasrani  yang bernama Dr.Karl Gottlieb Pfander, oleh karena  itu sebelum mengupas lebih lanjut kitab Izhhârul Haq perlu diketahui tentang sepintas tentang Pendeta Dr.Pfander dan karya-karyanya, kemudian bagaimana terjadinya perdebatan itu?.

Sekilas Tentang Pendeta Dr.Karl Gottlieb Pfander

Dr.Karl Pfander adalah seorang orentalis Amerika beragama Kristen katolik, lalu berpindah  ke Kristen Protestan karena mengejar  materi duniawi sebagaimana yang diceritakan oleh temannya sendiri , Pedeta Prank  dengan alasan ingin menetap di Inggris  dan agar istrinya yang beragama Protestan  senang.

Ia dikirim  oleh pihak Gereja Inggris  sebagai kepala misionaris di India dan berhasil melakukan gebrakan yang sangat besar disana.Beliau dianggap orang ketiga dari misionaris  yang dianggap sukses menjalankan misinya.

Sebelum beliau adalah Pendeta Jairûm Kazafeeh yang bertugas di Lahore, ia yang membuka perdebatan tentang masalah tauhid, trinitas, ketuhan Isa, kebenaran Alkitab, sehingga tampillah seorang ulama yang menghadapinya  yaoti Ahmad Bin Zainal Abidin, beliau mengarang buku Al-Anwâr Al-Ilahiyyah Fî Dahdhi Khathai Al-Masîhiyyah.

Kemudian setelah itu datanglah misionaris Henry Marteen yang meletakan podasi yang kuat  untuk  kristenisasi dengan menterjamahkan  Injil ke dalam bahasa Persia dan Urdu.

Setelah itu datanglah Dr.Pfander yang menterjemahkan kitabnya  Mîzân Al-Haq  dari bahasa Persia  ke dalam bahasa Urdu.

Karya-Karyanya

Dr Pfander  adalah seorang yang sangat berani menulis dalam menjelek-jelekan Islam. Diantara bukunya adalah  sebagai berikut;
Izhhâr al-Dîn al-Nasrânî
Hal al-Isykâl. Buku itu dicetak pada tahun 1847 M,dan dinamai dengan Hall al-Isykâl Fî Jawâb  al-Istifsâr demikian juga dinamakan  Hall al-Isykâl Fî Jawâb   Kasyf al-Astâr, karena buku ini ia anggap sebagai sebagai bantahan terhadap buku al-Istifsâr karya Syeikh Muhammad Ali Hasan dan Kitab Kasyf al-Astâr karya  Syeikh Hâdî Ali. Namun Syeikh Muhammad Ali Husain kembali membantah buku ini dengansebuah buku setebal 800 halaman dengan nama al-Istibsyâr.
Tharîq al-Hayâh
MIftâh al-Asrâr
Mîzân al-Haq

Sekilas Tentang Kitab Mîzânul Haq

Inilah kitab Pfander yang paling berbahaya diantara kitab-kitab yang ditulis oleh para misionaris.Ia menulis buku itu pada tahun 1248 H/1833 M.Itulah naskah yang olehSyeikh Rahmatullah dinamakan naskah yang lama yang menjadi pegangan para misionaris sampai  sebelum tahun 1843, lalu dicetak ulang pada tahun 1843 M.

Para ulama India menulis bantahan terhadap kitab Mîzân al-Haq naskah yang lama, diantaranya Syeikh Nâshiruddin Abu Al-Manshûr Al-Dahlawî dengan buku Mîzân al-Mîzân, kemudian Syeikh  Muhammad Ali Husain dengan kitabnya al-Istifsâr, demikian juga Syeikh Rahamatullah dengan kitan Izâlatul Auhâm dalam bahasa Persia.

Dr.Fpander dan teamnya menyadari kritikan dan bantahan dari para ulama tersebut, lalu ia merobah bukunya itu dengan membuang, menambah, mengganti  beberapa tempat dari bukunya.Syeikh Rahmatullah menamakan buku ini dengan Mîzân Al-Haq naskah yang baru.

 Syeikh Ramatullah menulis buku bantahan untuk naskah yang baru  itu dengan judul Mu’addil ‘Iwijâj al-Mîzân, dalam buku ini ia menjelaskan perbedaan yang mencolok antara kedua naskah buku itu.Ia menjelaskan jika ada bantahan dari para ulama tidak sesuai dengan yang terdapat  dalam naskah kitab Mîzân al-Haq yang baru bukan kesalahan menukil namun hal itu dikarenakan pengarang Mîzân al-Haq lah yang telah merubah-rubah bukunya.

Untuk ketiga kalinya Dr.Pfander merobah bukunya itu, ia mencetaknya di Turki, demikian juga para pelanjutnyamengikuti jejak Dr Pfander.Diantaranya Dr.Sankalr ia kembali merubah  keempatkalinya kitab Mîzân Al-Haq, dengan mendahulukan dan mengakhirkan beberapa bab, demikian pula ia banyak merubah kandungan kitab tersebut, ia mengaku bahwa tambahan yang  dia lakukan itu berdasarkan wahyu.Orang yang meneliti  semua cetakan kitab Mîzân al-haq  akan medapatkan perbedaan yang mencolok dan sangat prinsif, seolah cetakan yang baru merupakan koreksi total terhadap cetakan lama.

Cetakan –cetakan yang akhir bentuknya lebih kecil dari cetakan sebelumnya, Dr Sankarl mencetaknya dalam bahasa Arb di Mesir.Kemudian Syeikh Ali Abdullah Al-Bahrânî  telah menulis bantahan terhadap cetakan ini dengan judul Lisân  al-Shidq, demikian juga Syeikh al-Jazîrî  dengan judul Adillatul Yaqîn.

Pada tahun 1983 kitab Mîzân al-Haq kembali dicetak Swiss dalam beberapa bahasa, diantaranya dalam bahasa Arab dalam 3 jilid kecil dan cantik, dalam cetakan ini pun mengalami perubahan , ada beberapa bab yang dibuang  dan juga beberapa fasal yang ditambahkan, dalam jilid pertama ditulis dengan tulisan besar Lâ Tahrîfa Fî al-Taurah wa al-Injîl (tidak ada perubahan dalam kitab Taurat dan Injil), kemudian dalam jilid 2 ditulis Kaifa Takhlush Ayyuhal Insân (Bagaimana engkau dapat  selamat wahai manusia?) sedangkan dalam jilid 3 ditulis Kaifa Na’rif al-Dîn al-Haq (Bagaimana kita mengenal agama yang benar?)

Penyebab Terjadinya Dialog Terbuka

Gencarnya serangan kelompok misionaris Kristen di India  selama masa kolonialisme Ingris dalam menyerang akidah umat Islam  adalah penyebab umum terjadinya dialog terbuka namun  Kitab Mîzân al-Haq adalahpenyebab langsung  yang membuat Syeikh Ramhmatullah menantang Dr Pfander untuk mengadakan dialog terbuka , hal itu disebabkan ;

Pengarang buku ini adalah kepala para misionaris Kristen, yang memiliki reputasi sangat tinggi, sehingga menjadikan dirinya begitu sombong dan besar kepala disamping limpahan harta yangditerimanya  dari berbagai organisasi Kristen.

Buku tersebut diterima  dengan baik oleh semua misionaris Kristen, para pendeta, karena isinya yang mencakup semua syubhat yang bisa dijadikan alat untuk menyerang akidah umat Islam, disisi lain buku ini berisi pembelaan  terhadap akidah dan kepercayaan agama Nasrani.

Buku ini dijadikan rujukan pokok bagi setiap penulis yang menyerang dan menjelek-jelakan Islam.Setiap buku yang menyerang islam setelahnya hanyalah penjelasan atau ringkasan terhadap kitab itu. Al-Jazîrî berkata : Aku melihat semua buku yang ditulis oleh para misionaris dulu dan sekarang , aku mendapatkan semua buku itu kembali kepada dua kitan;yang pertama Mîzân al-Haq, barangkali inilah rujukan utama para misionaris dalam menghujat Islam, dan yang kedua;Tadzyîl maqâl Fî al-Islâm, namun buku ini tidak keluar sedikitpun dari Mizân al-Haq, maka buku Mîzân al-Haq lah ryang menjadi rujukan utama.

Kitab tersebut dengan sangat cepat tersebar luas, cetakan pertama sampai ketiga langsung habis di India .Cetakan petama  dalam bahasa Ingris  pada tahun 1833 M dan 1834 M, cetakan kedua dalam bahasa Persia tahun 1849 M dan cetakan ketiga dalam bahsa Urdu tahun 1850 M.Setelah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Turki dan bahasa Arab.

Anggapan Dr Pfander bahwa bukunya itu tidak mungkin dapat dibantah , ia juga menuduh bahwa para ulama Islam tidak mampu membantah hakikat kebenaran yang ada pada kitabnya itu.Ia berdalih bahwa kitabnya itu telah dicetak tiga kali dan tersebar ke seluruh penjuru India, tidak diragukan buku ini sampai kepada tangan para Ulama, namun tidak ada seorangpun yang menulis bantahannya. Oleh karena itu dengan sombongnya ia terus menerus menantang para ulama untuk menulis bantahannya jika mereka mampu.
Sitematika buku itu yang sangat menarik, bab dan fasal dalam buku ini terkesan satu kesatuan yang sangat berkaitan erat.

Pada Bab pertama , menjelaskan tidak adanya distorsi/tahrîf pada kitab Perjanjian lama dan Baru, kemudian Al-Quran pun memperkuat bahwa  kedua kitab itu berisi firman Allah yang tidak mengalami perubahan dan tidak akan dimansukh.

Dalam Bab ke dua : Ajaran-ajaran pokok dalam Taurat dan Injil, bagaimana cara beriman kepada Al-Masih dan selamat dari dosa, kemudian bagaimana agama Kristen bisa tersebar ke dunia.

Dalam Bab ke tiga : Kerasulan Muhammad tidak ada dalam Taurat dan Injil, apa-apa yang dilakukan oleh Muhammad tidak menunjukan kenabiannya, kehebatan Al-Quran  bukanlah sebagai bukti bahwa Al-Quran Firman Allah, kemudian setelah itu ia menyebutkan bahwa agama Islam disebarkan dengan paksaan dan pedang.

Maka menurut ia Al-Quran itu bukan firman Allah dan tidak bisa menghapus kitab Perjanjian Lama dan Baru.

Penamaan kitab itu dengan Mîzân al-haq yang memberi kesan bahwa pengarangnya telah meneliti dan membandingan semua hal, ia membandingkan semua akidah dan kepercayaan dengan penelitian yang ilmiyah, kemudian ia mendapatkan bahwa yang benar  yang ia tuliskan dalam bukunya itu.Tentunya nama buku itu saja sudah menjadi ancaman bagi kaum muslimin yang awam.

Buku ini adalah Serangan dan hujatan yang sangat berat kepada agama  Islam, Al-Quran dan Rasulullah Saw, dengan menggunakan kata-kata yang kasar , penghinaan,caci maki kepada setiap yang tidak sejalan dengan   pemikirannya.
Buku ini sangat berbahaya  bagi semua umat Islam secara umum dan Muslim India secara khusus, lebih berbahaya dari pengajaran Kitab taurat dan Injil di sekolah-sekolah dan di kuliah-kuliah.

M Huryy menganggap keberhasilan Pfander mengguncangkan akidah umat islam dengan menterjemahkan Kitab Mîzân al-Haq lebih besar dari pada diterjemahkannya Injil oleh Pendeta Henry Marteen.

Itulah  penyebab yang membuat Syeikh Rahmatullah berbulat tekad untuk menantang Pendeta Pfander untuk melakukan dialog terbuka.


Dialog Terbuka

Syeikh Rahmatullah mengirimkan 9 surat kepada Dr Pfander untuk mengatur terjadinya dialog terbuka , maka terjadilah kesepakatan bahwa dialog itu akan mengupas 5 masalah yaitu tentang yaitu nasakh, tahrîf, ketuhanan Isa , Trinitas, Kemukjizatan Al-Quran, dan kenabian Muhammad. Mereka sepakat mengatur waktunya  hari pertama senin 12 Rajab 1270 H mengenai masalah naskh, kemudianhari kedua selasa tanggal 13 Rajab 1270 H mengenai masalah tahrîf dan seterusnya.

Dialog itu dilangsungkan di Aula Abdul Masih yang dahulunya adalah madrash milik umat Islam, Pendeta Pfender dibantu oleh Pendeta Prank sedangkan Syeikh Ramatullah di bantu oleh Dr.Muhammad Wazîr Khan.

Dialog semuala direncakan lima hari untuk membahas lima masalah yang disepakati, namun Dr.Pfander  menghentikan dialog itu  pada hari kedua , karena pada dua kali pertemuan itu ia kalah telah, ia  khawatir akan lebih mempertinggi tempat jatuh jika dialog itu dilanjutakan, pada dialog itu kemenangan ada di pihak Syeikh Rahmatullah , beliau berhasil menelanjangi  Dr.Pfander dan semua buku yang ia tulis, syeikh Rahmatullah berhasil menunjuka kepada para hadirin yang pada hari pertama sebanyak 500 orang dan pada hari kedua 1000 orang , bahwa semua yang ditulisnya penuh kebohongan , kesalahan dan kontradiktif  dan itupun diakuinya.

Pada dialog terbuka itupun Syeikh Rahmatullah berhasil membuat Dr Pfander dan Pendeta Prank untuk mengakuti adanya Naskh dan Tahrîf dalam Kitab Perjanjian Lama dan Baru, keduanya mengakui adanya distorsi di 7 tempat  dan 40.000 kontradiksi ungkapan pada Alkitab tersbut.

Dr Pfander Meninggalkan India.

Setelah mengalami kekalahan yang tragis dalam dialog terbuka itu, pemerintah  Inggris mencaci dan memakinya , sehingga membuatnya gerah dan terpaksa meninggalkan India.Ia pergi ke Jerman,Swiss dan Inggris, kemudian dewan gereja di London memilihnya untuk menjadi misionaris di Ibu Kota Khilafah Islam Konstantinopel, ia pun berangkat  kesana pada tahun 1858 M, hubungan Inggris dengan Khilafah Turki saat itu sedang baik.

Dr Fpander mengunjungi  Khalifah Sulthân Abdul Majîd  Khan, iapun menceritakan dialog terbuka itu, namun ia memanipulasinya ia mengatakan bahwa dialah yang memenangkan dialog itu, dan mengajak agar umat Islam mengikuti saudara-saudaranya di India.Ia membual bahwa kaum muslimin di India sudah pindah menjadi Kristen, mesjid-mesjid sudah berubah menjadi gereja.Ia pun berkeliling  keberbagai penjuru Turki menyebarkan kebohongan itu.

Khlaifah sangat sedih dan berduka cita mendengar berita itu, takut berita dari Dr.Pfander itu dapat merusak akidah umat Islam. Namun ia mendengar dari oang-orang Turki yang menunaikan ibadah Haji bahwa Syeikh Rahmatullah ada di Mekah, maka dengan cepat ia mengundangnya  untuk bedialog dengan Dr Pfander  di Turki.

Ketika Syeikh Rahmatullah sampai di Turki menjadi tamu resmi Khlifah Dr.Pfander  berlari meninggalkan Turki  tidak mau berhadapan  dengan Syeikh Rahmatullah.

Melihat hal itu Khalifah mengambil kebijakan untuk mengusir semua misionaris Kristen dari Turki dan melarang  semua aktipitas dan menyita semua buku-bukunya juga melarang peredaraannya.

Ditulisnya  Kitab Izhhârul Haq

Syeikh Rahmatullah di undang ke istana khalifah untuk menceritakan kisah dialog terbuka yang sebenarnya,  paru tamu undangan yaitu para ulama, mentri dan para pembesar negri pun hadir untuk mendegar langsung dari Syeikh.

Ketika Khalifah melihat Syeikh benar-benar sangat ahli  dalam bidang kristologi, maka ia meminta kepadanya agar menulis buku yang  dengan bahasa arab yang memuat 5 masalah yang menjadi tema  pokok dalam dialog terbuka itu.

Maka Syeikh mebulatkan tekadnya untuk menulis buku tersebut agar menjadi benteng yang kokoh untuk melawan para misionaris dan tuduhan-tuduhan palsu terhadap islam, juga agar buku itu menjadi rujukan bagi para penuntut ilmu, para peneliti yang mencari kebenaran  dan juga  bagi mereka yang  secara khusus mendalami perbandingan agama.

Syeikh memulai menulis buku itu di Istambul, pada tanggal 16 Rajab 1280 H bertepatan dengan akhir Desember 1864 M dan selesai pada akhir Dzul Hijjah 1280 H atau bertepatan dengan bulan juni 1864 M, sebagaimana hal itu disebutkan oleh Syeikh pada  halaman akhir buku.

Syeikh memulai kitab itu dengan muqaddimah dan bab-babnya tanpa memberi nama judul buku itu, baru setelah selesai  ia mendapatkan ide untuk memberi nama kitab itu dengan Izhhârul Haq.Kemudian Syeikh menyerahkan naskah  hasil tulisan tangan kepada Pedana Mentri  Khaeruddin Bâsyâ al-Tûnîsî, lalu beliau membaca muqaddimah buku itu ternyata tertulis di sana bahwa buku itu ditulis karena permintaan Syeikh Ahmad Dahlân Imam Mesjid al-Harâm di Mekah, ia pun meminta keterangan dari  Syeikh kenapa hanya dikhususkan bagi Syeikh Ahmad Dahlan, sedangkan dirinya dan khalifah tidak disebut dalam muqaddimah itu, bukan karena suma’ah atau riya  namun itulah kenyataan yang sebenarnya, juga sebagai bentuk penghormatan bagi tempat markaz Khilafah. Syeikh menjawab bahwa buku itu ditulis untuk tujuan  agama yang sangat mulya , maka mesti ikhlas karena Allah bukan untuk tujuan duniawi atau menjilat penguasa, dan juga syeikh Dahlan lah yang pertama kali mengusulkan dan meminta kepadanya .Jawaban dari Syeikh itu diterima dengan baik oleh Perdana Mentri.

Syeikh memulai kitabnya dengan bismillah dan Alhamdulillah, kemudian ia menyebutkan sekitar  tiga lembar bagaimana Inggris berkuasa di India, aktipitas para misionaris dalam berbagai aspek kehidupan, kemudian penyebab dialog terbuka dengan Dr.Pfander, kemudian ia sampai ke Mekah, dan Syeikh  Dahlan memintanya untuk menuliskan tema dialog terbuka  itu, setelah itu ia menyebutkan bahwa buku-buku hasil karyanya  dengan menggunakan bahasa Persia dan Urdu, dan setelah ia menjelaskan bahwa kitab itu terdiri dari muqaddimah dan 6 bab.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi  kitab itu berikut ini akan penulis paparkan sekilas mengenai kandungan kitab itu.

Sekilas Kandungan Kitab Izharul Haq

Muqadimah (hal 15-52)

Muqaddimah ini berisi hal-hal yang mesti diperhatikan sebelum masuk  atau membaca kitab Izhârul Haq, dia menyebutkan 8 hal, diantaranya sebagai berikut;

a)      Banyaknya nukilan dari para pendeta Protestan bukan menyakini  kebenarannya namun hanya sekedar  ilzâm.

b)      Orang-orang Kristen protestan selalu merubah-rubah kitabnya , oleh karena itu terdapat perbedaan yang  mencolok antara cetakan-cetakan terdahulu dan cetakan yang baru.

c)      Tidak apa-apa mengatakan, salah, keliru, dan bohong  terhadap sebagian besar kandungan kitab Perjanjian Lama dan Perjan jian Baru.Hal itu tidak termasuk suul adab terhadap kitab suci, karena menjelaskan kebohongan, penyimpangan adalah kewajiban bagi setiap muslim.

d)      Kebiasaan para pendeta Nasrani selalu mengambil pendapat-pendapat yang lemah dan menyimpang yang terdapat dalam kitab-kitab ulama Islam kemudian merek membatahnya,dengan tujuan member kesan  bahwa buku karya para ulama islam penuh dengan hal-hla yang,lemah , aneh dan ganjil.


Bab I Mengenal  kitab Perjanjian Lama dan Perjan jian Baru.
Terdiri dari 4 fasal

a)      Fasal Pertama : Nama-Nama Kitab Perjajian Lama Dan Baru, dan jumlahnya.
Ia membagi nya kepada nama-nama kitab yang disepakati oleh semua aliran dan yang diperselisihkan.

b)     Fasal kedua : Tidak ada sanad yang bersambung  bagi semua kitab yang terdapat pada Perjanjian Lama dan Perjanjina baru.

Dalam bab ini beliau menjelaskan pentingnya sanad yang bersambung  bagi kitab suci, iapun menjelaskan bahawa kitab-kitab dalam taurat tidak ada yang mutawatir, karena sanadnya terputus, selanjutnya ia menjelaskan bahwa terdapat banyak kesalahan dalam kitab-kitab Taurat itu, juga terjadinya idhtirâb/inkonsisiten yang menyeluruh  pada semua  kitab-kitab taurat terutama dalam kitab para Nabi, beliaupun memberikan contoh-contohnya .Kemudian ia menjelaskan lemahnya sanad injil-injil nashrani, dan perselisihan kaum Nashrani mengenai kebenaran kitab sucinya., itu semua menghilangkan kepercayaan kepada kitab suci tersebut.

c)      Fasal ketiga, Bukti-bukti bahwa kitab-kitab dipenuhi  oleh kesalahan-kesalahan.
Baliau menjadikannya dua bagian
Pertama : Perselishan, ia menyebutkan 125 perselisihan, 45 kesalahan dalam Perjanjian Lama dan sisanya terdapat dalam kitab perjanjian Baru.
Kedua : Kesalahan , ia menyebutkan ada 110 kesalahan, 37 terdapat dalam Perjanjian Lama dan sisanya terdapat dalam perjanjian baru.

d)     Fasal keempat : Tidak ada alasan bagi Yahudi dan Nasrani bahwa kitab mereka ditulis dengan ilham.

Ia membatalkan pengakuan Para pendetan Yhudi dan Nasrani  bahwa kitab mereka ditulis dengan ilaham dengan 17 alasan.Ia menjelaskan  perselishan yang terjadi antara Kristen katolik dan Protestan  tentang  validitas kitab tersebut, kemudian ia mengutip ucapan para pendeta bahwa kitab-kitab injil itu bukan berasal dari ilham, selanjutnya ia pun menjelaskan perbedaan anatara injil Matius dan Markus dari sisi penulisan, dan juga Taurat dan Injil yang asli sudah hilang sebelum dibangkitkannya Nabi Muhammad Saw.

Bab II Bukti Adanya Tahrîf (penyimpangan).

Ia mengungkap adanya tahrîf (perubahan) dalam  Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru  dengan semua bentuk tahrîf

a)      Pertama :Tahrîf Lafzhî (perubahan lafazh) dengan cara diganti (tabdîl).
Beliau menyebutkan 35 bukti adanya penyimpangan tersebut, 31 dalam perjanjian Lama dan sisanya dalam Perjanjian Baru.

b)     Kedua : Tahrîf Lafzhî dengan penambahan (ziyâdah)
Dia menyebutkan bukti sebanyak 45 adanya penyimpangan tersebut.26 terdapat Kitab Perjanjian Lama, dan 19 dalam perjanjian Baru.

c)      Ketiga:Tahrîf Lafzhî  dengan pengurangan (nuqshân)
Ia menyebutkan 20 bukti adanya penyimpangan tersebut, 15 dalam Perjanjian Lama daaan 5 dalam Perjanjina Baru.

Selanjutnya ia  menyebutkan 5 kekliruan orang-orang Nasrani dan para Misionaris  yang berupaya menyerang dan menyalahkan para ulama Islam, yaitu berkaitan dengan nisbat  kitab-kitab Injil kepada para pengarangnya, dengan menyebutkan persaksian Nabi Isa tentang kebenaran Kitab Perjanjian Lama, juga sulitnya terdinya  tahrîf karena Bibel itu sudah tersebar luas ke barat dan ktimur, ditambah terdapatnya teks asli bible sampai zaman Nabi.
Kemudian Syeikh Rahmutullah membantah kekeliruan –kekeliruan itu dengan bantahan dan hujjah yang jelas dan kuat.

Bab  III Dalil-Dalil  Adanya Nasakh

Beliau ,memulai dengan menyebutkan n definisi nasakh baik secara bahasa dan istilah, kemudian ia menjelaskan bolehnya terjadinya nasakh baik secara akal (logika/nalar) atau bukti empiris yang terjadi dalam syareat-syareat terdahulu, ia menyebutkan 21 bukti nasakh mansukh dalam syareat-syareat terdahulu, demikian juga ia menyebutkan 12 bukti  terjadinya nasakh dalam syareat yang sama. Kemudian beliau membatalkan argumentasi/anggapan para ahli  kitab bahwa syareat Nabi Muhammad  tidak menghapus syareat mereka.

Bab IV Bantahan Terhadap Teologi  Trinitas

Beliau memulai dengan mukadimah, dengan menyebutkan 12 masalah yang berkaitan  akidah Trinitas dan ketuhanan Nabi Isa, muqaddimah itu sangat penting sebelum masuk  pada  3 fasal yang pokok.

a)      Fasal Pertama : Bantahan Terhadap Teologi  Trinitas Berdasarkan Argumentasi Akal .

Beliau mengungkapkan 7 argumentasi  akal untuk membatah teologi Trinitas, dengan logika yang kuat sulit terbantahkan.

b)     Fasal Kedua : Bantahan Terhadap Teologi  Trinitas Berdasarkan Bibel Sendiri.

Beliau menyebutkan 12 ucapan Nabi Isa As dalam Bibel yang membantah  akidah Trinitas dan Ketuhanan Al-Masîh Isa As.Juga menjelaskan bahwa ia hanyalah manusia biasa yang menyeru kepada  tauhid  dan hanya beribadah kepada Allah Swt.

c)      Fasal Ketiga : Bantahan Terhadap Argumentasi Kaum Nasrani Tentang Ketuhana Yesus

Beliau membantah semua argumentasi  kaum Nasrani dari Kitab Bibel yang menunjukan ketuhanan Yesus. Beliau menjelaskan tidak ada satupun dari kitab Injil yang dengan tegas menunjukan ketuhan Yesus, argementasi yang mereka kemukakan hanyalah yang bersifat  global atau hanya bersifat kiasan(mazâz).

Bab V Argumentasi  bahwa Al-Quran adalah firman Allah, penuh dengan mukjizat dan bantahan kepada para pendeta.

Pada bab ini ia menjadikannya 4 fasal
a)      Fasal Pertama  :Bukti-bukti Al-Quran sebagai firman Allah Swt.
Beliau menyebutkan 12 argumentasi  bahwa Al-Quran adalah firman Allah Swt.

b)     Fasal Kedua : Bantahan terhadap tuduhan-tuduhan para pendeta kepada Al-Quran
Ia menyebutkan 5 syubhat dari para pendeta tentang Al-Quran kemudian ia menjawabnya dengan jawaban yang memuaskan.

c)      Fasal Ketiga  : Alasan-alasan Validitas  hadits-hadits Nabi yang terdapat dalam kitab-kitab shahih
Beliau hanya mennyebutkan 3 argementasi saja, yaitu:

Satu :Orang yahudi dan Nasrani dulu dan sekarang  mengambil riwayat dari mulut kemulut  dan menjadikannya seperti yang tertulis, padahal penulis taurat dan injil terjadi belakangan  juga dimungkinkannya ada pemalsuan.

Dua : Hadits-hadits Nabi mendapat perhatian yang mengagetkan, dihapal oleh banyak umat islam, bebeda dengan kitab taurat dan injil yang tidak mendapatkan perhatian.

Tiga : Hadits shahih dijadikan pegangan oleh kaum muslimin.

d)     Fasal empat :Bantahan kepada tuduhan-tuduhan para pendeta seputar hadits Nabi.
Ia menyebutkan 5 tuduhan para pendeta Nasrani seputar hadits Nabi, kemudian beliau menjawabnya dengan argumentasi yang memuaskan

Bab VI Kenabian Muhammad dan Tuduhan para Pendeta
Ia menyebutkan 2 fasal

a)      Fasal kesatu : Bukti-bukti Kenabian Muhammad.
Ia menyebutkan 6 bukti
1)      Banyaknya mukjizat
2)      Akhlaq,sifat-yang khusus dimiliki Nabi Muhammad
3)      Kandungan syareat Islam yang Indah
4)      Mengaku Nabi di kalangan kaum yang tidak memiliki kitab suci
5)      Muncul pada waktu yang sangat dibutuhkan
6)      Kabar gembira  dari para Nabi sebelumnya.

Pada poin ini beliau memulai dengan 8 hal kemudian dia menyebutkan 18 Nubuat/ kabar gembira yang berasal dari Bibel  mengenai kenabian Muhammad.

b)     Fasal kedua : Bantahan terhadap tuduhan-tuduhan Para Pendeta
Beliau memulai dengan meyebutkan tuduhan keji  ahli kitab  kepada para Nabi terdahulu.Kemudian ia menyebutkan 4 tuduhan para pendeta terhadap kenabian Muhammad.
1)      Tentang syareat jihad
2)      Tidaknya ada mukjizat
3)      Banyak istri
4)      Muhammad memilki dosa.

Keistimewaan  Kitab Izharul Haq

 Rujukan

Dr Muhammd Al-Malakawi menjelaskan : Jumalah  cetakan kitab Perjanjian Lama dan Baru yang dijadikan rujukan  ada 32 cetakan,  dalam 4 bahasa, 13 dalam bahasa Arab, 8 dalam bahasa Persia, 6 dalam bahasa India dan 5 dalam bahasa Inggris.

Demikian juga ia merujuk  58 rujukan pokok dalam masalah sejarah, tafsir yang ditulis oleh para pendeta Yahudi dan Nasrani.

Dengan melihat rujukan tersebut menunjukan  menunjukan ketelitian, kecermatan keobjektifan beliau dalam menulis buku ini.Dalam kesempatan ini Syeikh Said Hawa memeberikan komentar: Barangkali kitab ini kitab terbesar  yang melakukan study kritis  terhadap teks Perjanjian Lama dan Baru. Para pembaca buku ini akan merasakan  yakin bahwa pengarangnya adalah seorang yang sangat ahli dan menguasai  Kitab Perjanjian Lama dan Baru, seolah-oleh ia telah membacanya puluhan kali.

 Argunentasi yang jelas dan kesimpulan yang  ilmiyah dan pasti

Argumentasi yang dikemukakan oleh syeikh Rahmatullah sangat jelas dan mudah, sehingga  kesimpulan yang di dapatkan seperti hasil peritungan matematikan yang pasti disepakati oleh semua orang.

Terdapat muqaddimah/pengantar untuk setiap pembahasan

Syeikh Ramatullah sebelum ia masuk pada pembahasan  baik itu dalam bab,fasal atau bantahan-bantahan selalu dimulai dengan muqaddimah/pengantar. Muqaddimah itu terkadang pendek dan singkat terkadang panjang sesui dengan kebutuhan. Beliau menamakan muqaddimah denagan fawâid atau tanbîhat. Tentunya muqaddimah-muqaddimah sangat membantu  bagi orang yang akan membaca kitab Izhhârulhaq saat menghadapi  berbagai kesulitan.

Mengutarakan argumentasi yang banyak disertai bukti-buktinya.

Banyak argumentasi akan semakin menambah kekuatan dan meyakinkan, itulah yang ditempuh oleh Syeikh Rahmatullah dalam kitabnya , untuk satu masalah ia melontarkan banyak sekali argumentasi,bahkan saat ia sudah menyebutkan puluhan dalil ia meyebutkan adanya dalil lain  yang sengaja ia tidak sebutkan melainkan hanya ringkasannya saja.

Sebagai contoh, dalam babII bukti adanya tahrîf (distorsi) dalam kitab Perjanjian Lama dan Baru, terlebih dahulu  ia membagi tahrif itu keapda tiga bagian : Merubah,Menambah dan Mengurangi, setelah itu ia mengungkapkan kekeliruan-kekeliruan yang terdapat dalam teks-teks Perjanjian Lama dan Baru, ia merujuk kepada berbagai naskah Perjanjian Lama dan Baru, Naskah Ibrani,Yunani, Samiri, terjemahan Bahasa Inggris, Arab,Persia dan Urdu.Beliau membandingkan antara berbagai teks, terjemahan dan cetakan-cetakan Kitab Perjanjian Lama Dan Baru.Beliaupun membedakan antara pertentangan antara ayat dan kekeliruan , lalu ia memberikan ratusan bukti untuk hal itu dan membaginya kepada  3 bentuk tahrîf itu.

Antara Kitab Izhhârul Haq dan Mîzânul Haq

Sebagaiman dijelaskan sebelumnya buku izhhârul adalah sebagai bantahan kepada buku Dr Pfander  maka dalam buku ini Syeikh Rahmatullah mengungkapkan kebusukan-kebusukan Dr Pfander  dalam semua buku karyanya  dan terutama dalam buku Mîzân al-Haq.Beliau menjelaskan kontradiktif yang terjadi dalam bukunya baik itu dalam naskah yang sama atau atara dua naskah yang berbeda misalnya naskahyang berbahasa Inggris dan Persia, sebagaimana ia menjelaskan banyaknyamasalah yang dibuang pada cetakan yang baru setelah munculnya  bantahan-bantahan dari para ulama.

Beliau juga menjelaskan kelicikan Dr Pfander dalam menukil pendapat  para ulama, terkadang menambah, membuang, atau mengganti sesuai dengan kemaslahatan.

Memuat masalah-masalah yang sangat prinsif

Buku ini memuat masalah-masalah pokok yang diperdebatkan oleh umat Islam dan Ahli Kitab yaitu
Penolakan ahli kitab telah terjadinya tahrîf (distorsi) pada kitab mereka.
Penolakan mereka  adanya  nasakh
Penolakan mereka kepada kenabian Muhammad Saw
Penolakan mereka terhadap kemukjizatan Al-Quran.
Keyakinan mereka kepada Trinitas dan ketuhanan Yesus.
Kaum muslimin mengimani keempat masalah tersbut dan mengingkari masalah yang kelima. 

Menurut kedua kelompok itu mengimani salah satu (dari lima masalah di atas) yang semestinya diinkari,a tau mengingkari satu saja yang semestinya diimani maka oaring itu akan keluar dari agama yang selama ini diyakininya.Cukup untuk menghancurkan pokok ajaran Kristen dengan mengakui  salah satu yang diyakini oleh kaum muslimin atau kebalikan dari yang diyakini oleh kaum Kristen.

 Sitematika Penyusuna Bab yang sangat  Baik

Sistematika penyusunan bab yang dipilih oleh Syeikh Rahmtullah adalah yang ia pilih saat ia melakukan dialog  terbuka dengan Pendeta Dr.Pfander, ia memulai dengan tahrîf, kemudian nasakh,trinitas, kemukjizatan Al-Quran kemudian ditutup oleh Kenabian Muhammad.Tidak diragukan lagi itu adalah susunan yang sangat  ilmiyah tepat dan akurat, ia mendahulukan  tema tahrîf dari naskh, karena kitab yang muharraf (mengalami distorsi) tidak diragukan lagi mesti di nasakh (diganti/dihapus) oleh kitab yang lain.

Apabila tahrif dan nasakh sudah diakui maka sangat tepat membahas  masalah trinitas dan ketuhanan Yesus, kaum Nasranim beranggapan bahwa argumentasi  tentang Trinitas dan Ketuhanan Yesus hanyalah ayat-ayat dari Kitab Perjanjian lama dan Baru.
Sedangkan apabila telah diakui adanya tahrîf dan nasakh pada AlKitab itu maka tidak layak dijadikan landasan dalam masalah sepele apalagi dalam masalah yang sangat penting  yaitu Trinitas dan Ketuhan Yesus.

Apabila Kitab mereka sudah dianggap batal dengan adanya tahrîf dan nasakh demikian pula batalnya akidah Trinitas dan ketuhanan Yesus , maka mereka tidak lagi memiliki alsan yang kuat  ataupun lemah  mengingkari kenabian Muhammad Saw.

Dikarenakan mukjizat adalah bukti dari kenabian maka sangat tepat didahulukan pembahasan kemukjizatan Al-Quran daripada kenabian Muhammad.

Kitab terbaik dari hasil karya-karyanya.

Kitab Izhhârul Haq puncak dari hasil karya Syeikh Rahmtullah, intisari dari keluasan ilmu dan kedalaman pengalamannya, hal itu disebabkan
Itu merupakan kitab yang paling akhir yang ia susun.Ia menulis buku itu setelah banyak bertemu dengan para pendeta nasrani dan misionaris Kristen, dan ia mempelajari semua buku-buku hasil karya mereka, sehingga sangat mengerti seluk beluk tentang akidah dan argumentasi mereka.

Hal itu tampak jelas, ketika semua karya ilmiyahnya disebutkan dalam buku ini, yaitu masalah yang lima yang yang terdapat dalam kitab Izhhârul Haq sebelumnya ia telah membahasnya dalam buku yang khusus ia susun dalam masa-masa yang sangat berat yang dialami oleh umat Islam India dibawah kolonialisme Inggris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar