Senin, 16 Mei 2016

Penjelasan Keutamaan Umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW

Umat Nabi Muhammad SAW adalah umat terakhir di Akhiruz zaman yang telah diberikan keutamaan tersendiri dari umat-umat nabi yang lain yang menjadi sebuah kemuliaan tersendiri bagi kita umat islam di dalam jagat alam semesta ini. 

Umat Nabi Muhammad SAW adalah umat yang terbilang memiliki tinggi badan yang sangat kecil diantara umat nabi terdahulu, bisa kita bayangkan bagaimana Nabi Allah Ibrahim membangun Ka'bah dengan batu-batu yang sangat besar, bayangkanlah betapa besarnya umat-umat terdahulu dibandingkan kita umat saat ini.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ (آل عمران: 110)

Artinya: " Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS. Ali Imran: 110)

Ketika umat ini adalah khaira ummah, maka sudah selayaknya kita sebagai bagian dari umat ini mempunyai perilaku yang mulia dan memiliki sikap yang diridloi Allah subhanahu wa ta'ala. Mujahid mengatakan bahwa kita adalah umat terbaik jika kita memenuhi syarat yang telah Allah sebutkan dalam ayat tersebut yaitu memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar. Pendapat lain mengatakan bahwa disebutnya umat ini sebagai khaira ummah, karena perbuatan amar ma'ruf nahi mungkar yang dilakukan umat ini begitu banyak, hingga menyebar ke seluruh penjuru baik di sana ada umat Islam atau tidak. 

Nashoihul 'Ibaad Hal 37-38

وحكي أن آدم عليه الصلاة و السلام قال: إن الله تعالى أعطى أمة محمد صلى الله عليه و سلم أربع كرامات ما أعطانيها , أحدها: إن قبول توبتي كان بمكة و أمة محمد صلى الله عليه و سلم يتوبون في كل مكان فيتقبل الله توبتهم, و الثاني إني كنت لابسا فلما عصيت جعلني عريانا, و أمة محمد صلى الله عليه و سلم يعصون عراة فيلبسهم الله, و الثالث إني لما عصيت فرق بيني و بين امرأتي , و أمة محمد صلى الله عليه و سلم يعصون و لا يفرق بينهم و بين أزواجهم, و الرابع إني عصيت في الجنة فأخرجني منها و أمة محمد صلى الله عليه و سلم يعصون خارج الجنة فيدخلهم اذا تابوا .

Diriwayatkan bahwa nabi Adam AS berkata : Sesungguhnya Allah ta'ala memberikan empat karomah/kemulyaan kepada umat Nabi Muhammad SAW yang tidak diberikan padaku
Pertama : Sesungguhnya diterimanya taubatku dimekkah, sedangkan umat nabi Muhammad ketika melakukan ma'shiyat bisa bertaubat dimana saja dan Allah menerima taubatnya.
Kedua : Dulu aku mengenakan pakaian,dan tetkala aku ma'shiyat , Allah menghilangkankan pakaianku. Sedangkan Umat nabi Muhammad melakukan ma'shiyat kepada Allah dengan telanjang,namun Allah tetap memberikan pakaian padanya.
Ketiga : Ketika aku berma'shiyat ,maka antara aku dan isteriku dipisahkan , Sedangkan umat Nabi Muhammad ketika melakukan ma'shiyat,Allah tidak memisahkan mereka.
Keempat : Aku melakukan ma'shiyat dalam syurga kemudian Allah mengeluarkanku darinya, Sedangkan umat Nabi Muhammad melakukan ma'shiyat diluar syurga , kemudian Allah memasukkannya ke dalam syurga jika mereka bertaubat.

Dinukil dari kitab Tanbihul Ghofilin karya Abul Laits As Samarqondi 

وَعَنْ كَعْبِ الْأَحْبَارِ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ، قَالَ: قَرَأْتُ فِي بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، يَا مُوسَى رَكْعَتَانِ يُصَلِّيهِمَا أَحْمَدُ وَأُمَّتُهُ، وَهِيَ صَلَاةُ الْغَدَاةِ، مَنْ يُصَلِّيهِمَا غَفَرْتُ لَهُ مَا أَصَابَ مِنَ الذُّنُوبِ مِنَ لَيْلِهِ وَيَوْمِهِ ذَلِكَ، وَيَكُونُ فِي ذِمَّتِي

Dari Ka'bul akhbar -semoga Allah meridhoinya- berkata :
" Aku telah membaca dalam sebagian kitab yg Allah turunkan kepada Nabi Musa alaihis salaam :
Wahai Musa, dua rokaat yg Ahmad dan ummatnya menjalankannya, yaitu sholat subuh, barang siapa yang menjalankan sholat subuh maka Kuampuni dosa dosanya mulai malam hari dan siangnya, dan itu menjadi tanggunganKu.

يَا مُوسَى أَرْبَعُ رَكْعَاتٍ يُصَلِّيهَا أَحْمَدُ وَأُمَّتُهُ، وَهِيَ صَلاةُ الظُّهْرِ أُعْطِيهِمْ بِأَوَّلِ رَكْعَةٍ مِنْهَا الْمَغْفِرَةَ، وَبِالثَّانِيَةِ أُثَقِّلُ مِيزَانَهُمْ، وَبِالثَّالِثَةِ أُوَكِّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ يُسَبِّحُونَ وَيَسْتَغْفِرُونَ لَهُمْ وَبِالرَّابِعَةِ أَفْتَحُ عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيُشْرِقْنَ عَلَيْهِمُ الْحُورُ الْعِينُ

Wahai Musa, empat rokaat yang Ahmad dan ummatnya menjalankannya, yaitu sholat dhuhur maka Kuberi mereka ampunan dengan rokaat yang awwal, Kuperberat timbangan amalannya dengan rokaat kedua, Kuwakilkan malaikat yang membaca tasbih dan istigfar untuk mereka dengan rokaat ketiga dan dengan rokaat ke empat Kubukakan pintu pintu langit dan bidadari bidadari memenuhinya untuk mereka

يَا مُوسَى أَرْبَعُ رَكْعَاتٍ يُصَلِّيهَا أَحْمَدُ وَأُمَّتُهُ، وَهِيَ صَلَاةُ الْعَصْرِ، فَلَا يَبْقَى مَلَكٌ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا اسْتَغْفَرَ لَهُمْ، وَمَنِ اسْتَغْفَرَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ لَمْ أُعَذِّبْهُ،

Wahai musa, empat rokaat yang Ahmad dan ummatnya menjalankannya, yaitu sholat ashar maka tiada tersisa malaikat dilangit dan bumi kecuali membaca istigfar untuknya, dan orang yang malaikat membacakan istigfar untuknya maka Aku tidak akan menyiksanya.

يَا مُوسَى ثَلَاثُ رَكْعَاتٍ يُصَلِّيهَا أَحْمَدُ وَأُمَّتُهُ حِينَ تَغْرُبُ الشَّمْسُ أَفْتَحُ لَهُمْ أَبْوَابَ السَّمَاءِ، لَا يَسْأَلُونَ مِنْ حَاجَةٍ إِلَّا قَضَيْتُهَا لَهُمْ،

Wahai Musa, tiga rokaat yang Ahmad dan umatnya jalankan ketika matahari terbenam maka Kubukakan pintu2 langit untuk mereka, mereka tidak meminta suatu hajat kecuali Kupenuhi bagi mereka.

يَا مُوسَى أَرْبَعُ رَكْعَاتٍ يُصَلِّيهَا أَحْمَدُ وَأُمَّتُهُ حِينَ يَغِيبُ الشَّفَقُ، وَهِيَ خَيْرٌ لَهُمْ
مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيَخْرُجُونَ مِنْ ذُنُوبِهِمْ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُمْ أُمُّهُمْ،

Wahai Musa, empat rokaat yang Ahmad dan ummatnya jalankan ketika hilangnya mega merah, maka itu lebih baik baginya daripada dunia beserta isinya, dan mereka keluar dari dosa dosanya sebagaimana hari dimana ibu melahirkan mereka.

يَا مُوسَى يَتَوَضَّأُ أَحْمَدُ وَأُمَّتُهُ كَمَا أَمَرْتُهُمْ أُعْطِيهِمْ بِكُلِّ قَطْرَةٍ تَقْطُرُ مِنَ الْمَاءِ جَنَّةً عَرْضُهَا، كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.

Wahai Musa, Ahmad dan ummatnya melakukan wudhu sebagaimana yang Kuperintahkan maka kuberikan kepada mereka pada setiap tetesan dari airnya, syurga yang luasnya seperti luasnya langit dan bumi.

يَا مُوسَى يَصُومُ أَحْمَدُ وَأُمَّتُهُ شَهْرًا فِي كُلِّ سَنَةٍ، وَهُوَ شَهْرُ رَمَضَانَ أُعْطِيهِمْ بِصِيَامِ كُلِّ يَوْمٍ مَدِينَةً فِي الْجَنَّةِ، وَأُعْطِيهِمْ بِكُلِّ خَيْرٍ يَعْمَلُونَ فِيهِ مِنَ التَّطَوُّعِ أَجْرَ فَرِيضَةٍ، وَأَجْعَلُ فِيهِ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَنِ اسْتَغْفَرَ مِنْهُمْ فِيهَا مَرَّةً وَاحِدَةً نَادِمًا صَادِقًا مِنْ قَلْبِهِ إِنْ مَاتَ مِنْ لَيْلِهِ أَوْ شَهْرِهِ، أَعْطَيْتُهُ أَجْرَ ثَلَاثِينَ شَهِيدًا،

Wahai Musa, Ahmad dan ummatnya melakukan puasa sebulan dalam setiap tahunnya, yaitu bulan romadhon, maka Kuberikan kepada mereka untuk puasa setiap harinya satu kota di syurga, Kuberikan kepada mereka untuk setiap kebaikan yang dilakukan yaitu ibadah sunnah mendapat pahala ibadah wajib,
Kujadikan malamnya terdapat lailatul qodar barang siapa beristigfar sekali didalamnya, dengan merasa menyesal, jujur dari dalam hatinya, jika meninggal pada malamnya atau siangnya maka Kuberikan pahala 30 orang mati syahid.

يَا مُوسَى إِنَّ فِي أُمَّةِ مُحَمَّدٍ رِجَالًا يَقُومُونَ مِنْ كُلِّ شَرَفٍ، يَشْهَدُونَ بِشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَجَزَاؤُهُمْ بِذَلِكَ جَزَاءُ الْأَنْبِيَاءِ، عَلَيْهِمُ السَّلَامُ وَرَحْمَتِي عَلَيْهِمْ وَاجِبَةٌ، وَغَضَبِي بَعِيدٌ مِنْهُمْ، وَلَا أَحْجُبُ بَابَ التَّوْبَةِ عَنْ وَاحِدٍ مِنْهُمْ مَا دَامُوا يَشْهَدُونَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Wahai Musa, sesungguhnya dalam ummat Muhammad terdapat orang orang yang mendirikan setiap kemuliyaan, mereka bersaksi dengan persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, maka balasan mereka atas hal itu adalah sebagaimana nalasannya para Nabi alaihimus salam, Rahmat-Ku wajib atas mereka, Murka-Ku jauh dari mereka, dan tiada Ku tutup pintu taubat bagi salah seorang dari mereka selama mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. "

KISAH Percakapan Allah Swt dengan Musa AS

Suatu kemuliaan sekaligus kebanggaan, kita diciptakan oleh Allah SWT menjadi umat paling mulia dari semua umat dengan Nabi yang paling mulia dari semua nabi. Betapa besarnya anugerah ini, yang layak kita renungkan untuk disyukuri sehingga membangkitkan semangat gairah kita untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi Allah ini dengan melaksanakan syariatNya dan kesunnahan NabiNya.

Dan sebaliknya, jangan kita menyia-nyiakan anugerah mulia ini, dengan kita menghinakan dan lalai dalam menjalankan syariat Allah, serta menyakiti hati Baginda Rasulullah dengan menelantarkan sunnah-sunnah beliau.

Berikut ini adalah dialog Nabi Musa AS dengan Robbul ‘Izzah, Allah Ta’ala, yang menunjukkan betapa menjadi umat Muhammad SAW merupakan suatu kemuliaan besar, yang disaksikan oleh Nabi Musa sehingga beliaupun mengharapkan untuk menjadi umat Nabi Muhammad SAW seperti kita.

قَالَ وَهْبُ بْنِ مُنبِّه، رَحِمَهُ الله : لَمَّا قَرَأَ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ الأَلْوَاحَ، وَجَدَ فِيْهَا فَضِيْلَةَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Berkata Wahab bin Munabbih : Tatkala Nabi Musa membaca papan-papan yang tertulis wahyu Allah, dia mendapati didalamnya keutamaan umat Nabi Muhammad SAW.

قَالَ: يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الأُمَّةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ الَّتِي أَجِدُهَا فِي اْلأَلْوَاحِ ؟

Berkata Nabi Musa : “Ya Allah, siapa umat Muhammad yang aku temukan pada papan – panan itu ?”

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ، يَرْضَوْنَ مِنِّي بِالْيَسِيْرِ مِنَ الرِّزْقِ أُعْطِيْهِمْ إِيَّاهُ، وَأَرْضَى مِنْهُمْ بِالْيَسِيْرِ مِنَ الْعَمَلِ، أُدْخِلُ أَحَدَهُمُ الْجَنَّةَ بِشَهَادَةِ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ الله.

Allah berfirman : “Mereka adalah umat Nabi Muhammad, mereka itu ridho dengan rizki sedikit yang Aku beri, maka Aku pun ridho biarpun mereka sedikit beramal, Aku akan memasukkan salah satu dari mereka di surga dengan syahadat”.

قَالَ : فَإِنِّيْ أَجِدُ فِيْ الأَلْوَاحِ أُمَّةً يُحْشَرُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وُجُوْهُهُمْ عَلَى صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِي.

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat yang mereka dikumpulkan di hari kiamat sedangkan wajah-wajah mereka seperti bulan purnama, Ya Allah jadikanlah mereka umatku”.

.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ، أَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرّاً مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ وَالسُّجُوْدِ.

Allah berfirman : “Itu adalah umat Nabi Muhammad, Aku mengumpulkan mereka di hari kiamat, wajah dan kaki mereka bersinar cemerlang karena bekas dari wudhu’ dan sujud”.

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّي أَجِدُ فِي اْلأَلْوَاحِ أُمَّةً أَرْدِيَتُهُمْ عَلَى ظُهُوْرِهِمْ، وَسُيُوْفُهُمْ عَلَى عَوَاتِقِهِمْ، أَصْحَابَ تَوَكُّلٍ وَيَقِيْنٍ، يُكَبِّرُوْنَ عَلَى رُؤُوْسِ الصَّوَامِعِ، يَطْلُبُوْنَ الْجِهَادَ بِكُلِّ حَقٍّ، حَتَّى يُقَاتِلُوْنَ الدَّجَّالَ فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِي.

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, sorban – sorban mereka diatas punggung-punggung mereka serta pedang -pedang mereka di atas leher-leher mereka, mereka memiliki tawakal dan keyakinan, mereka bertakbir di atas tempat – tempat ibadah, mereka mencari jihad pada setiap kebenaran, hingga mereka melawan Dajjal. Ya Allah jadikanlah mereka umatku”.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : Itu adalah umat Nabi Muhammad

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِي اْلأَلْوَاحِ أُمَّةً يُصَلُّوْنَ فِي اْليَوْمِ وَاللَّيْلَةِ خَمْسَ صَلَوَاتٍ، فِيْ خَمْسِ سَاعَاتٍ مِنَ النَّهَارِ، وَتُفْتَحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُنْزَلُ عَلَيْهِمُ الرَّحْمَةُ، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِيْ.

Berkata Nabi Musa : “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, mereka sholat sehari semalam 5 kali, dalam 5 waktu sehari, dan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit, serta diturunkan atas mereka rohmat . Ya Allah jadikanlah mereka umatku”.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : Itu adalah umat Nabi Muhammad

قَالَ:يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِي اْلأَلْوَاحِ أُمَّةً، تَكُوْنُ اْلأَرْضُ لَهُمْ مَسْجِداً وَطَهُوْراً، وَتُحَلُّ لَهُمُ اْلغَنَائِمُ، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِي.

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, yang bumi dijadikan bagi mereka itu sebagai masjid dan sesuci, serta halal untuk mereka harta rampasan perang, Ya Allah jadikanlah mereka umatku”.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : Itu adalah umat Nabi Muhammad

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِي اْلأَلْوَاحِ أُمَّةً، يَصُوْمُوْنَ لَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ، فَتُغْفَرُ لَهُمْ مَا كَانَ قَبْلَ ذَلِكَ، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِي.

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, yang mereka berpuasa karena Engkau di bulan Romadhon lantas di ampuni mereka apa yang sebelum hal itu, Ya Allah jadikanlah mereka umatku”.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : “Itu adalah umat Nabi Muhammad”.

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِي الأَلْوَاحِ أُمَّةً يَحُجُّوْنَ لَكَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ، لاَ يَقْضُوْنَ مِنْهُ وَطَراً، يَعِجُّوْنَ بِاْلبُكَاءِ عَجِيْجاً، وَيَضِجُّوْنَ بِالْتَلْبِيَةِ ضَجِيْجاً، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِيْ .

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, yang mereka berhaji karena Engkau ke Baitul Haram, dan mereka tidak menyia-nyiakan dari haji tersebut untuk memenuhi suatu hajat, mereka berteriak menjerit dengan sangat, dan mengucap talbiyah dengan bergemuruh, Ya Allah jadikanlah mereka umatku.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : “Itu adalah umat Nabi Muhammad”.”.

قَالَ : فَمَا تُعْطِيْهِمْ عَلَى ذَلِكَ ؟

Berkata Nabi Mu sa: Balasan apa yang Engkau berikan pada mereka atas hal itu ?

قَالَ : أَزِيْدُ هُمُ الْمَغْفِرَةَ، وأُشَفِّعُهُمْ فِيْمَنْ وَرَاءَهُمْ.

Allah menjawab : Aku akan menambah kepada mereka ampunan, dan Aku akan memberi kewenangan syafa’at untuk diberikan kepada orang-orang di belakang mereka.

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِي اْلأَلْوَاحِ أُمَّةً سُفَهَاءَ، قَلِيْلَةً أَحْلاَمُهِمْ، يَعْلَفُوْنَ الْبَهَائِمَ، وَيَسْتَغْفِرُوْنَ مِنَ الذُّنُوْبِ، يَرْفَعُ أَحُدُ هُمُ اللُّقْمَةَ إِلَى فِيْهِ، فَلاَ تَسْتَقِرُّ فِيْ جَوْفِهِ حَتَّى يُغْفَرَ لَهُ، يَفْتَتِحُهَا بِاسْمِكَ، وَيَخْتِمُهَا بِحَمْدِكَ، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِي.

Berkata Nabi Musa: “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnyasuatu umat yang dungu, sedikit akal, yang mereka memberi makan hewan-hewan ternak, serta mereka minta ampunan dari dosa-dosa yang salah satu orang dari mereka mengangkat makanan ke mulutnya, tidak diam makanan tersebut dilubangnya sehingga diampuni dosanya, dia mengawali dengan nama-Mu dan mengakhirinya dengan memuji-Mu, Ya Allah jadikanlah mereka umatku.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : “Itu adalah umat Nabi Muhammad”.

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِيْ الأَلْوَاحِ أُمَّةً هُمُ السَّابِقُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَهُمُ اْلآخِرُوْنَ فِي الْخَلْقِ، رَبِّ اجْعَلْهُمْ أُمَّتِيْ.

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, yang mereka itu berlomba-lomba di hari kiamat dan mereka orang yang akhir dalam penciptaan, Ya Allah jadikanlah mereka umatku.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ.

Allah menjawab : “Itu adalah umat Nabi Muhammad”.

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِي اْلأَلْوَاحِ أُمَّةً أَنَاجِيْلُهُمْ فِي الصُّدُوْرِ يَقْرَؤُوْنَهَا، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِيْ .

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat yang kitab-kitab injil mereka itu berada di dada-dada mereka yang dibacanya, Ya Allah jadikanlah mereka umatku.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : “Itu adalah umat Nabi Muhammad”.

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِي اْلأَلْوَاحِ أُمَّةً، إِذَا هَمَّ أَحَدُ هُمْ بِحَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا، فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةٌ وَاحِدَةٌ. إِنْ عَمِلَهَا كُتِبَ لَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِيْ.

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, jika seorang dari mereka berniat 1 kebagusan yang hendak dilakukannya lantas dia tidak melakukannya, maka ditulis untuk dia 1 kebagusan, apabila dia mengerjakannya maka ditulis baginya 10 sampai 700 ratus kali lipat kebagusan, Ya Allah jadikanlah mereka umatku.

قَالَ : تِلْكَ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : “Itu adalah umat Nabi Muhammad”.

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِي اْلأَلْوَاحِ أُمَّةً إِذَا هَّمَ أَحَدُ هُمْ بِالسَّيْئَةِ، ثُمَّ لَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْهِ، وَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيْئَةٌ وَاحِدَةٌ، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِيْ .


Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, jika seorang dari mereka berniat kejelekan, lantas dia tidak melakukannya maka tidak ditulis kejelekan atasnya dan apabila dia melakukannya maka ditulis bagi dia satu kejelekan, Ya Allah jadikanlah mereka umatku.

قَالَ : تِلْكَ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : “Itu adalah umat Nabi Muhammad”.

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِي اْلأَلْوَاحِ أُمَّةً هُمْ خَيْرُ النَّاسِ ، يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ ، وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِيْ .

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, mereka adalah sebaik-baiknya manusia, yang mereka memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran, Ya Allah jadikanlah mereka umatku.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : “Itu adalah umat Nabi Muhammad”.

قَالَ : يَا رَبِّ إِنِّيْ أَجِدُ فِيْ الأَلْوَاحِ أُمَّةً، يُحْشَرُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ عَلَى ثَلاَثِ ثُلَّلٍ : ثُلَّةٍ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَثُلَّةٍ يُحَاسَبُوْنَ حِسَاباً يَسِيْراً، وَثُلَّةٍ يُمَحَّصُوْنَ ثُمَّ يُدْخَلُوْنَ الْجَنَّةَ ، فَاجْعَلْهُمْ أُمَّتِيْ .

Berkata Nabi Musa : “ Sesungguhnya aku mendapati pada papan – papan yang tertulis didalamnya suatu umat, yang mereka dikumpulkan di hari kiamat atas tiga kelompok : satu kelompok mereka itu masuk surga tanpa hisab, satu kelompok mereka itu dihisab dengan hisab yang ringan, dan satu kelompok mereka dibersihkan dari dosa kemudian mereka masuk surga, Ya Allah jadikanlah mereka umatku.

قَالَ : هُمْ أُمَّةُ أَحْمَدَ .

Allah menjawab : “Itu adalah umat Nabi Muhammad”.

قَالَ مُوْسَى : يَا رَبِّ بَسَطْتَ هَذَا اْلخَيْرَ ِلأَحْمَدَ وَأُمَّتِهُ، فَاجْعَلْنِي مِنْ أُمَّتِهِ.

Berkata Nabi Musa : “ Ya Tuhanku, Engkau meluaskan kebaikan ini untuk Nabi Muhammad dan ummatnya, maka jadikanlah aku sebagai umatnya ”.

قَالَ اللهُ : يَا مُوْسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلىَ النَّاسِ بِرِسَالاَتِيْ وَبِكَلاَمِيْ فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِيْنَ.

Allah menjawab : “ Wahai Musa, Aku telah memilihmu diantara manusia dengan Risalah dan Kalam-Ku, maka ambillah apa yang aku berikan padaMu dan jadilah orang-orang yang bersyukur ”.

(dari kitab Sabilul Iddikar, Imam Al Haddad)

Hujan Kebaikan dan Kemuliaan dari Allah swt

Beruntungkah kita menjadi umatnya Nabi Muhammad SAW? Menjadi umat Nabi Muhammad SAW bisa dibilang sangat beruntung. Ada beberapa alasan, diantaranya : Umat Nabi Muhammad SAW kalau berbuat salah tidak langsung disiksa oleh Allah SWT, melainkan ditunggu sampai di akhirat nanti, kita masih diberi kesempatan untuk bertaubat. berbeda dengan umat sebelum nabi Muhammad SAW, jika mereka berbuat salah Allah langsung memberikan Adzab secara langusung didunia, tidak ditunggu dulu sampai diakhirat, bisa kita lihat cerita kaum kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dll,

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah ? Telah datang kepada mereka Rasul-Rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS.At-Taubah:70)

Kaum sebelum Nabi Muhammad SAW tidak diberikan lipatan pahala yang luar biasa oleh Allah SWT. Umat Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT diberikan lipatan pahala yang sangat luar biasa sehingga Umat Nabi Muhammad SAW bisa menandingi ibadahnya hamba-hamba Allah yang pilihan sebelum datangnya diutusnya Nabi Muhammad SAW dimuka bumi ini. Lipatan pahala bagi umatnya nabi Muhamad SAW seperti yang tercantum dalam surat Al-Qadr.

Dari Ali bin Urwah, Rasulullah SAW pada suatu hari bercerita tentang 4 orang dari kaum Bani Israel mereka beribadah pada Allah SWT selama 80 tahun tidak maksiat sekejap matapun, Rasulullah menyebutkan orang-orang itu : Ayyub, Zakariyya, hizqiil bin Ajuuz dan yusak bin Nuun. Ali berkata para sahabat heran dengan apa yang diceritakan oleh Rasulullah SAW. Kemudian Jibril datang pada Rasulullah SAW, Jibril berkata “Ya Muhammad, umatmu heran pada ibadahnya orang-orang itu yang selama 80 tahun tidak maksiat sekejap matapun. Sungguh-sungguh Allah SWT telah menurunkan yang lebih baik dari itu”. Kemudian Jibril membacakan untuk Rasulullah “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Ini lebih baik dari apa-apa yang engkau dan umatmu herankan”. Ali berkata Rasulullah SAW dan manusia yang bersamanya disenangkan oleh penjelasan tersebut. (HR. Ibnu Abi Hatim)

Beruntunglah bagi umat Nabi Muhammad SAW diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa menyamai amal ibadah orang-orang terdahulu. bila sampai menjumpai lailatul qodar dalam keadan mempersungguh beribadah pada Allah SWT dengan cara tadarus, tahajud, dzikir ditambah iktikaf, dia malam itu tidak melakukan maksiat sekejap matapun, maka ia telah bisa menyamai para orang-orang Shalih terdahulu. (wallahu a’alam). Untuk mencari Lailatul Qodar sendiri Rasulullah SAW telah memberikan klu untuk memudahkan umatnya mendapatkan malam yang fenomenal itu.

Dari Aisyah RA sesunguhnya Rasulullah SAW bersabda : mencarilah kalian Lailatul Qodar di hari yang ganjil dari sepuluh malam yang akhir dari bulan Ramdhan”. (HR. Bukhari)

Dengan ada klu dari Rasulullah SAW seperti ini memudahkan kita sebagai umatnya untuk mendapatkan Lailatul Qodar. Sekarang tinggal diri kita mempersiapkan untuk meraih malam yang mulia. Sebaiknya dalam mencari Lailatul Qodar disertai dengan Iktikaf (bermalam untuk beribadah di Masjid), karena iktikaf memiliki beberapa keutamaan, diantaranya dari ibnu Abbas sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang iktikaf itu mencegah pada beberapa dosa dan dijalankan baginya kebaikan sebagaimana dia beramal pada semua kebaikan”. (HR. Ibnu Majah)

Kabar Gembira Akan Masuk Surga bagi Umat Ini, Baik yang Terda­hulu Maupun yang Kemudian
Sebuah hadits dari Abu Amamah Al-Bahill menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:

طوبى لمن راني وآمن بي وطوبى – سبع مرات – لمن لم يراني وآمن بي

“Beruntunglah orang yang pernah melihatku dan ia beriman kepadaku, dan Beruntunglah —tujuh kali— bagi orang yang tidak pernah meli­hatku, namun ia beriman kepadaku.”

Hadits tersebut diketengahkan oleh Ahmad dan Bukhari di dalam At-Tarikh, dan juga diketengahkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan lafal:

طوبى لمن رآني وآمن بي  – مرة –  وطوبى لمن لم يراني وآمن بي سبعمرات

“Beruntunglah—satu kali—orang yang pernah melihatku dan ia beriman kepadaku. Beruntunglah orang yang tidak pernah meli­hatku, namun ia beriman kepadaku—tujuh kali—.”

Hadits tersebut dibenarkan oleh Al-Hakim. Kebenaran hadits itu di­buktikan oleh hadits Anas yang diketengahkan oleh Ahmad (bin Han­bal) dan diriwayatkan oleh Ath-Thayalisiy serta Abd bin Humaid, ber­asal dari Ibnu ‘Umar yang menuturkan sebagai berikut.

ارايت من آمن بك ولم يرك وصد قك ولم يرك . فقال : اولائك اخوانياولائك معى طوبى لمن رآنى وآمن بى طوبى لمن آمن بى ولم يرانى – ثلاثمرات –

Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ditanya, “Bagaimanakah menurut Anda, orang yang beriman kepada Anda, meski ia tidak pernah melihat Anda; dan orang yang membenarkan Anda meski ia tidak pernah melihat An­da?” Beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menjawab, “Mereka adalah saudara-saudaraku, mereka bersamaku. Beruntunglah orang yang pernah melihatku dan beriman kepadaku! Beruntunglah orang yang beriman kepada­ku, meski ia tidak pernah melihatku—tiga kali.”

Sebuah hadits yang diketengahkan oleh ThabranI (dari sejumlah perawi yang dapat dipercaya) dan diketengahkan juga oleh Al-Hakim dan berasal dari Abdullah bin Bisr (sebagai hadits marfu°) menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:

طوبى لمن رآني وآمن بي وطوبى لمن رآى من رآني وطوبى لمن رآى منرآنى  طوبى لهم وحسن مآب

“ Beruntunglah orang yang pernah melihatku dan beriman kepadaku, dan beruntunglah orang yang sempat melihat orang yang pernah melihatku, beruntunglah orang yang sempat melihat orang yang pernah melihatku (dua kali). Beruntunglah mereka, dan mereka (akan beroleh) tempat kembali yang baik.”

Dalam sebuah hadits yang diketengahkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban terdapat tambahan, yaitu ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ditanya ten­tang apa arti atau yang dimaksud dengan “beruntunglah” (thuba), be­liau menjawab, “Sebuah pohon di dalam surga.”

Dengan hadits-hadits tersebut di atas, jelaslah bahwa keutamaan iman kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam merupakan keniscayaan bagi yang terdahulu maupun yang belakangan.

Keutamaan Umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, yang Terdahulu dan yang Kemudian adalah Pasti

Mengenai keutamaan kaum Muslimin yang hidup sezaman dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, tidak ada perbedaan pendapat. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah hadits di dalam Shahih Bukhari/’Muslim dan kitab-kitab hadits lainnya, yang menuturkan bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menegas­kan:

خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم

“Manusia-manusia—beriman—yang terbaik adalah generasiku (qarni, yakni yang hidup sezaman denganku), kemudian menyu­sul generasi berikutnya, lalu generasi berikutnya (lagi).”

Menurut para ulama, yang dimaksud ialah zaman hidupnya para sahabat Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, yakni dalam kurun waktu kurang-lebih mulai tahun bi’tsah (awal kenabian) hingga 120 tahun kemudian. Mengenai kurun waktu itu terdapat perbedaan pendapat, khususnya mengenai batasan akhirnya, yaitu wafatnya seorang sahabat-Nabi yang terakhir, bernama AbuAth-Thufall.

Adapun yang disebut oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam “lalu generasi berikut­nya”, yakni generasi setelah generasi para sahabat, ialah generasi kaum tabi’In yang kurun waktunya kira-kira 70 atau 80 tahun sesudah tahun ke-100 bi’tsah. Kemudian yang dimaksud “lalu generasi berikutnya (lagi)” adalah generasi sesudah kaum tabi’In, yang lazim disebut tabi’t-tabi’In. Kurun waktunya kurang-lebih antara 120 dan 150 tahun. Semua yang tersebut di atas, menunjukkan umat Islam yang terdahulu (pertama) adalah lebih utama (afdhal) daripada generasi-generasi berikutnya. Na­mun Abu ‘Uraar bin Abdul-Birr berpendapat, bisa terjadi ada orang yang hidup sesudah generasi sahabat lebih afdhal daripada orang-orang yang termasuk generasi sahabat.

‘Umar bin Al-Khaththab r.a. menuturkan, “pada suatu saat, ketika saya bertemu dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bertanya, “Tahukah kalian hamba Allah (al-Khalq) yang lebih afdhal karena imannya?” Kami menjawab, “Malaikat.” Beliau menyahut, “Itu sudah menjadi hak me­reka. Selain mereka?” Kami menjawab, “Para Nabi.” Beliau menyahut, “Itu sudah menjadi hak mereka. Ada selain mereka.” Kemudian Ra­sulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam melanjutkan, “Manusia paling afdhal keimanannya ada­lah mereka keturunan orang-orang yang beriman kepadaku meskipun tidak pernah melihatku. Mereka itulah yang paling afdhal karena keimanannya.”

Hadits di atas diketengahkan oleh Thabrani dengan isnad baik. Ju­ga diketengahkan oleh Abu Dawiid Ath-Thayalisi dan dinilai baik oleh Ibnu Abdul-Birr.

Hadits yang lain lagi, yang dituturkan oleh Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah r.a. adalah sebagai berikut.

قال :رسول الله ,هل احد خير منا اسلمنا معك وجاهدنا معك ؟ قال : قوميكونون من بعد كم يؤمنون بى ولم يرانى

– رواه احمد , طبراني والحاكم–

Ia—’Ubaidah bin Al-Jarrah—bertanya, “Ya Rasulullah, adakah orang lain yang lebih baik daripada kami? Kami memeluk Islam lang­sung dari tangan Anda dan kami berjihad bersama Anda.” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang akan datang sesudah kalian, beriman kepadaku dan tidak pernah melihatku.” (HR Ahmad, Thabrani, dan Al-Hakim).

Kami tidak bermaksud mengetengahkan perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai masalah kesamaan antara umat yang terdahulu dan yang terakhir dalam hal mana yang lebih afdhal. Namun hal itu tidak menjadi kendala bagi kami untuk membicarakan kesak­sian dan pendapat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengenai itu.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar