Minggu, 20 November 2016

Kyai Margopati Keris Haus Darah Zaman Amangkurat

Bagi pembaca yang menggemari tosanaji tentu tidak asing dengan nama keris yang satu ini. Memang keris yang akan saya bahas ini tidak seterkenal nama-nama keris yang melegenda di kalangan masyarakat Jawa, seperti keris Nogososro, Sengkelat dan Keris Mpu Gandring. Akan tetapi, keris ini mempunyai riwayat yang jauh lebih mengerikan karena jumlah korban yang meninggal akibat dari keris ini lebih banyak. Iya, keris yang akan saya bahas kali ini adalah keris Kyai Kanjeng Margopati.

Keris Margopati diciptakan oleh Mpu Madrim pada jaman Mataram di masa pemerintahan Amangkurat I (1645 – 1677). Pada saat itu di desa Mijen terdapat batu meteor yang jatuh dari langit. Meteor tersebut jatuh menimpa rumah dan memakan nyawa 7 orang penghuni rumah tersebut. Batu meteor itu, meskipun mempunyai kualitas fisik yang bagus untuk membuat keris, namun sifat atau ‘angsar-nya’ buruk karena belum apa-apa sudah meminta nyawa manusia, maka akan tidak bagus pula jadinya jika nantinya akan dipergunakan sebagai bahan baku untuk membuat senjata. Setelah di teliti ternyata batu itu mengandung besi, yang dinamakan besi Kumboyono. Sebuah besi yang mempunyai daya panas guna mencabut nyawa.‎

Sunan Tegal Arum (Amangkurat I) kemudian menghendaki besi itu dibuat menjadi sebilah keris yang dijadikan piyandel keraton. Dipilihnya Mpu Madrim, seorang bekas mpu keraton yang sudah tua dan telah pensiun; untuk menangani pembuatan keris tersebut. Sang mpu sebenarnya telah menyampaikan bahwa bahan “Kiriman dari Langit” tersebut bersifat buruk bila dijadikan sebilah keris. Namun sang raja bersikeras ingin menjadikannya sebilah keris dan mengancam akan membunuh sang mpu apabila tidak bersedia membuatnya dengan bahan tersebut.

Akhirnya dengan berat hati, sang mpu mulai membuat keris dengan besi Kumboyono sebagai bahannya. Jadi lah sebilah keris pusaka yang hitam kelam, sangat pekat, luk 9 dengan pamor blarak ngirit yang sangat sempurna. Tampak menyala bagai api yang tak kunjung padam.

Namun apa yang dikawatirkan oleh sang mpu akhirnya terbukti. Setelah menyandang keris itu, kekejaman Prabu Amangkurat pun makin menjadi-jadi. Adalah putera Tumenggung Pasingsingan sebagai korban pertama Kyai Margopati, karena ketahuan menjalin kasih dengan puteri sang prabu. Ditikamnya, dan dibuang jenasahnya ke sungai hingga kemudian jenasah tumenggung itu ditemukan Ki Gede Solo. Jenasah itu kemudian diangkat dan dikebumikan di tempat yang kemudian hari dinamakan sebagai Bathangan.

Konon, keris ini mengeksekusi mati 50 orang ulama yang diduga membantu pemberontakan Trunojoyo. Juga digunakan untuk membunuh 43 selir sang prabu karena dianggap tidak setia.Tragisnya, seluruh eksekusi itu dilakukan dengan tangan Sunan Amangkurat sendiri. ‎

2 komentar:

  1. persis dari sini gan yaa...
    http://www.akarasa.com/2016/10/kyai-margopati-keris-paling-haus-darah.html

    BalasHapus
  2. Ralat gan...jenasah batangan yang ditemukan Ki Gede Sala itu era kerajaan pajang hadiwijaya. Era amangkurat 1 jauh banget dengan pajang

    BalasHapus