Minggu, 18 Desember 2016

Belajar Dari Kisah Wanita Tua Zaman Nabi Musa As

Inilah kisah seorang wanita tua dari Bani Israil yang mendapatkan peluang emas. Dia memanfaatkannya bukan untuk mendapatkan harta dan benda dunia, tetapi untuk meraih derajat tinggi di Surga yang penuh dengan kenikmatan. Musa meminta kepadanya supaya menunjukkan kubur Yusuf untuk membawa jasadnya pada waktu dia keluar dari Mesir bersama Bani Israil. Nenek ini menolak, kecuali dengan syarat bahwa dia harus menyertai Musa pada hari Kiamat di Surga. Maka Allah memberikan apa yang dimintanya. Seperti inilah ambisi-ambisi tinggi, jiwa yang berhasrat meraih derajat-derajat tinggi. 

Beberapa sahabat berambisi untuk meraih derajat tinggi seperti ini, dan di antara mereka adalah Ukasyah bin Mihshan. Dia memohon kepada Rasulullah agar termasuk dalam tujuh puluh ribu golongan manusia terpilih yang masuk Surga (tanpa hisab). Wajah mereka seperti wajah rembulan di malam purnama. Mereka tidak kencing, tidak buang air besar, tidak meludah. Lalu Rasulullah menyampaikan kepada Ukasyah bahwa dia adalah satu dari mereka. Termasuk juga Abu Bakar yang berambisi dipanggil dari segala pintu Surga. Termasuk pula sahabat yang memohon kepada Rasulullah agar bisa menemaninya di Surga, lalu beliau bersabda kepadanya, "Bantulah aku atas dirimu dengan memperbanyak sujud."‎

Hadits Pertama:

عن أبي موسى الأشعريّ رضي الله عنه قال: أتى النبي صلى الله عليه وسلم أعرابيا فأكرمه فقال له: ائتنا، فأتاه، (وفي رواية: نزل رسول الله صلى الله عليه وسلم بأعرابي فأكرمه، فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم: تعهدنا ائتنا، فأتاه الأعرابي) فقال له سول الله صلى الله عليه وسلم): سل حاجتك، فقال: ناقة برحلها وأعنزا يحلبها أهلي، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أعجزتم أن تكونوا مثل عجوز بني إسرائيل؟ فقال أصحابه: يا رسول الله وما عجوز بني إسرائيل؟ قال: إن موسى لما سار ببني إسرائيل من مصر، ضلوا لطريق فقال: ما هذا؟ فقال علماؤهم: نحن نحدثك، إن يوسف لما حضره الموت أخذ علينا موثقا من الله أن لا يخرج من مصر حتى ننقل عظامه معنا، قال: فمن يعلم موضع قبره؟ قالوا: ما ندري أين قبر يوسف إلا عجوز من بني إسرائيل، فبعث إليها فأتته فقال: دلوني لى قبر يوسف، قالت: لا والله لا أفعل حتى تعطيني حكمي، قال: وما حكمك؟ قالت: أكون معك في الجنة، فكره أن يعطيها ذلك فأوحى الله إليه أن أعطها حكمها، فانطلقت بهم إلى بحيرة موضع مستنقع ماء، فقالت: انضبوا هذا الماء فأنضبوا، قالت: احفروا واستخرجوا عظام يوسف فلما أقلوها إلى الأرض إذا الطريق مثل ضوء النهار
أخرجه أبو يعلى في مسنده (١/٣٤٤)، والحاكم (٢/٤٠٤-٤٠٥ و ٥٧١-٥٧٢) من ثلاث طرق عن يونس بن أبي إسحاق عن أبي بردة عن أبي موسى -وصححه الألباني في سلسلة الصحيحة ٣١٣)

Dari Abu Musa al-Asy’ari –radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
Seorang arab badui mendatangi Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– lalu nabi pun bersikap hormat kepadanya. Beliau bersabda kepada lelaki badui itu, “Mendekatlah kau kemari,” maka lelaki badui itu pun mendekati beliau. (Redaksi dalam riwayat lain: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– turun dari kendaraannya di depan seorang arab badui. Beliau bersikap hormat kepada lelaki badui itu, lalu berkata kepadanya,“Kemarilah, bergabunglah bersama kami,” maka lelaki badui itu pun mendekati beliau. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Sila kaupinta kebutuhanmu!”Lelaki badui itu berkata, “Unta beserta pelananya, juga kambing betina yang bakal diperah oleh keluargaku.” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Apakah kalian tak sanggup (memiliki keinginan) seperti (keinginan) perempuan tua Bani Israil?” Maka para shahabat beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam– pun bertanya, “Wahai Rasulullah, memangnya kenapa dengan perempuan tua Bani Israil?” Beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:
Sesungguhnya tatkala Musa berjalan memimpin Bani Israil (keluar) dari Mesir, mereka tersesat di jalan. Maka Musa pun berkata, “Kenapa begini?” Lalu para ulama Bani Israil berkata, “Akan kami ceritakan kepadamu. Sesungguhnya Nabi Yusuf pada saat menjelang kematiannya telah mengambil perjanjian dari kami dengan persaksian Allah agar tak meninggalkan negeri Mesir kecuali dengan membawa serta ‘izhamun(tulang-tulang) beliau bersama kami.” Nabi Musa lantas bertanya, “Kalau begitu, siapa yang tahu letak kuburan beliau?” Mereka menjawab, “Tidak ada yang mengetahui letak kuburan Nabi Yusuf kecuali seorang perempuan tua Bani Israil.” Maka Nabi Musa mengutus seseorang untuk membawa perempuan tua itu. Perempuan tua itu pun datang menghadap beliau, lalu Nabi Musa berkata, “Tunjukkan kepadaku letak kuburan Yusuf!”Perempuan tua itu menjawab, “Tidak, demi Allah! Aku takkan menunjukkan kuburan Yusuf kepadamu sampai kau menuruti ketentuanku!” Musa pun bertanya, “Apa ketentuanmu?” Perempuan tua itu menjawab, “Jadikan aku bersamamu di surga!” Musa enggan untuk menuruti hal itu, lalu Allah mewahyukan agar beliau menuruti ketentuan perempuan tua itu. Maka perempuan tua itu pun berangkat membawa mereka menujubuhairah (danau), suatu tempat yang dipenuhi dengan air. Perempuan tua itu berkata,“Surutkanlah air danau ini!” Maka mereka pun mengeringkan danau itu. Perempuan tua itu berkata lagi, “Galilah (kuburannya) dan keluarkan ‘izhamun (tulang-tulang) Yusuf!” Tatkala ‘izhamun Yusuf itu diangkat ke permukaan tanah, maka jalan pun menjadi jelas seumpama cahaya siang.

(Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad-nya:1/344, juga al-Hakim: 2/404-405 dan 571-572, dari tiga jalan dari Yunus bin Abi Ishaq, dari Abu Burdah, dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu) 

PENJELASAN HADIS
Yang memicu Rasulullah untuk menyampaikan kisah tentang wanita tua Bani Israil seperti dalam hadis di atas adalah bahwa seorang Badui ditamui oleh Rasulullah, maka dia menghormati dan memuliakannya. Lalu Rasulullah memintanya untuk datang kepadanya agar bisa membalas kebaikan dengan kebaikan. Ketika Badui itu datang, Rasulullah menanyakan hajatnya. Dia pun meminta sedikit harta benda dunia, berupa seekor unta betina dengan pelananya sebagai tunggangan dan domba betina yang bisa diandalkan susunya. Rasulullah merasa permintaan dan hajat si Badui tersebut remeh, maka beliau menyampaikan hadis tentang wanita tua Bani Israil yang mengutarakan satu permintaan besar kepada Musa manakala kesempatan itu terbuka. Dia tidak mau memenuhi permintaan Musa sebelum Musa menyanggupi permintaannya, yaitu menyertainya di Surga. Wanita tua ini tidak menuntut emas dan perak dari Rasulnya, dan tidak meminta unta atau sapi atau kambing. Seandainya si Badui itu meminta kepada Rasulullah seperti permintaan wanita ini manakala Rasulullah membuka peluang meminta untuknya, niscaya dia sangatlah beruntung. Doa Rasulullah mustajab. Sekiranya dia meminta doa kepadanya untuk kebaikan Akhirat, niscaya dia akan meraih banyak kebaikan. Rasulullah memberitakan bahwa sebab persyaratan yang diminta oleh wanita tua ini kepada Musa untuk bisa menemaninya di Surga adalah karena dia mengetahui satu ilmu yang tidak diketahui oleh siapa pun dari Bani Israil. Dia mengetahui tempat kubur Yusuf ‘Alayhi Salam. Dan Yusuf telah mengambil janji kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya dari kalangan Bani Israil agar membawa tulangnya bersama mereka manakala mereka keluar dari bumi Mesir ke tanah suci. 

 Ketika Allah mengizinkan Musa dan kaumnya agar keluar, mereka tersesat. Musa terheran-heran karenanya. Dia meyakini bahwa pasti ada rahasia dalam urusan ini. Dia bertanya kepada orang-orang yang bersamanya tentang apa yang terjadi. Maka ulama Bani Israil menyampaikan janji yang diambil oleh Yusuf kepada bapak mereka. Pada saat itu Musa bertanya tentang kubur Yusuf agar bisa melaksanakan permintaannya, tetapi tidak seorang pun mengetahui kuburnya kecuali seorang wanita tua Bani Israil. Musa meminta kepadanya untuk menunjukkan kubur Yusuf. Wanita tua ini menolak kecuali jika Musa mengabulkan permintaannya, dan ketika Musa menanyakan apa keinginannya, ternyata dia menuntut perkara besar. Dia ingin bersama Musa di Surga. Musa tidak ingin mengabulkan permintaannya. Mungkin karena dia melihat permintaannya berlebih-lebihan, apa yang dilakukannya tidak sepadan dengan derajat yang diminta, atau bisa jadi karena Musa tidak bisa mengabulkan permintaan atas sesuatu yang bukan wewenangnya. Maka Allah mewahyukan kepadanya supaya mengabulkan tuntutannya. Dan barangsiapa meminta kepada Allah atas perkara-perkara yang tinggi, niscaya Allah mengabulkan permintaannya, walaupun dia tidak mencapai derajat orang-orang yang berhak meraih derajat tersebut. 

Orang yang mencari Syahadah dengan benar, niscaya Allah menyampaikannya derajat orangorang yang mati syahid, walaupun dia mati di atas tempat tidurnya. Orang yang meminta derajat ulama atau orang-orang yang dermawan, niscaya Allah menyampaikannya pada derajat mereka, walaupun tidak beramal seperti amal mereka. Rasulullah menyampaikan kepada kita bahwa, setelah wanita tua ini meraih apa yang diinginkannya, dia mengantarkan Musa dan orang-orangnya ke sebuah danau. Dia meminta agar air danau itu dikuras, lalu mereka pun berhasil mengangkat jasad Yusuf dari tempat tersebut. Manakala mereka mengangkat jasad Yusuf dan membawanya berjalan, jalanan pun menjadi terang bagi mereka seterang siang hari.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Dorongan Rasulullah kepada para sahabat dan umatnya agar mencari derajat-derajat yang tinggi, sebagaimana dilakukan oleh wanita tua tersebut ketika dia meminta kepada Musa. Dalam hadis shahih dari Rasulullah, bahwa beliau meminta sahabatnya agar memohon Firdaus kepada Allah yang merupakan tengah-tengah Surga dan puncak Surga dan atapnya adalah Arasy Allah.
2. Pemberitaan Rasulullah tentang sebagian kejadiankejadian secara detail yang terjadi pada ahli kitab dan tidak diketahui oleh mereka. Di antaranya adalah kisah wanita tua ini.
3. Hadis membenarkan sebagian kejadian dan peristiwa yang disebutkan oleh Taurat.
4. Adanya wanita-wanita yang baik, pemilik semangat yang tinggi di kalangan Bani Israil.
5. Berita tentang pengambilan janji oleh Yusuf atas Bani Israil agar memindahkan tulang-tulangnya ke tanah suci, dan berita tentang pemindahan yang dilakukan oleh Bani Israil, akan tetapi kita tidak mengetahui tempat dia dikubur.
6. Para Nabi dan Rasul dibolehkan mengambil janji kepada para pengikutnya dan para kerabatnya agar melakukan apa yang baik bagi mereka.
7. Perjanjian yang telah disepakati atas generasi umat pertama berlaku lazim bagi yang datang sesudah mereka. Perjanjian yang diambil oleh Yusuf atas orang-orang yang bersamanya mengikat orang-orang yang datang sesudah itu. Begitu pula janji-janji Bani Israil yang diambil atas generasi pertama mereka dari Allah atau dari Rasul-Rasul mereka adalah lazim atas mereka. Begitu pun janji-janji yang diambil atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan sahabat-sahabatnya.
8. Para hamba bisa tidak mendapatkan taufik jika mereka tidak menunaikan keinginan dan syariat Allah, sebagaimana Bani Israil yang tersesat manakala mereka meninggalkan tulang-tulang Yusuf pada saat mereka keluar.
9. Hadis ini tidak bertentangan dengan hadis lain yang shahih, di mana Rasulullah memberitakan bahwa Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi. Karena yang dimaksud dengan tulang tulang Yusuf adalah jasadnya, bukan karena jasadnya habis dan yang tertinggal hanyalah tulang-tulangnya.
10. Kurangnya perhatian Bani Israil sejak pertama kali terhadap penghormatan kepada kubur-kubur para Nabi. Buktinya, mereka tidak mengetahui – padahal Musa berada bersama mereka – tempat kubur Nabi Yusuf.

Hadits Kedua:

عن أوس بن أوس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم: إن من أفضل أيامكم يومَ الجمعة؛ فيه خلق آدم، وفيه قبض، وفيه النّفخة، وفيه الصعقة، فأكثروا علي من الصلاة فيه؛ فإن صلاتكم معروضة علي. قال: قالوا: يا رسول الله! وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت؟ -أَيْ يَقُولُونَ قَدْ بَلِيتَ- فقال: إن الله عز وجل حرّم على الأرض أجساد الأنبياء
أخرجه أحمد (٤/٨)، أبو داود (١٠٤٧) النسائي (٣/٢١)، الدارمي (١/٣٦٩) ابن ماجه (١/٣٣٦-٣٣٧ و ٥٠٢)، ابن حبان (٥٥٠)، الحاكم (١/٢٧٨) ، والبيهقي (٣/٢٤٨) وصححه الألباني في صحيح أبي داود (٩٢٥)

Dari Aus bin Aus, dia berkata:
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling utama di antara hari-hari kalian adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan dan pada hari itu pula dia diwafatkan, pada hari itu akan ditiup sangkakala dan pada hari itu pula semesta akan dibinasakan. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jumat karena sesungguhnya shalawat kalian akan diperlihatkan kepadaku.”Para shahabat lantas bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa shalawat kami diperlihatkan kepadamu sementara kau telah rusak (hancur menjadi tanah)?” Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Sesungguhnya Allah –‘azza wa Jalla- mengharamkan bumi untuk memakan (menghancurkan) jasad para nabi.”

(Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad: 4/8, Abu Dawud: 1047, an-Nasa’i: 3/21, ad-Darimi: 1/369, Ibnu Majah: 1/336-337, Ibnu Hiban: 550, al-Hakim: 1/278, al-Baihaqi: 3/248).

Secara zhahir, seakan-akan terdapat pertentangan di antara kedua hadits di atas. Pada hadits pertama dikatakan bahwa Nabi Musa bersama Bani Israil mengangkat ‘izhamun (tulang-tulang) Nabi Yusuf, sementara pada hadits kedua dijelaskan bahwasanya jasad para nabi itu pastilah utuh karena Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi. Padahal sebagaimana kita ketahui, bahwasanya Yusuf –‘alaihis salam– itu adalah seorang nabi. Jadi bagaimana mungkin jasad nabi Yusuf hanya tinggal tulang-tulang belaka jika bumi tidak memakan jasad para nabi? Dan bukankah di dalam suatu permasalahan ilmiyah itu diharuskan adanya tsubut ad-dalil (kukuhnya dalil) dan ‎salamah min al-mu’aridh (selamat dari pertentangan)?

Sebenarnya tidak ada pertentangan di antara kedua hadits di atas. Terlebih terdapat hadits lain yang bisa dijadikan sebagai penjelas tentang tidak adanya pertentangan di antara kedua hadits di atas, yaitu hadits Ibnu ‘Umar berikut ini:

عن ابن عمر رضي الله عنهما أن النبي صلى اللهُ عليه وسلم لَمَّا بدَّن قال له تميم الدّاري ألا أتّخذ لك منبرا يا رسول الله يجمع أو يحمل عظامك قال بلى فاتَّخذ له منبرا مرقاتين
أخرجه أبو داود (١٠٨١) وصححه الألباني في سلسلة الصحيحة (١/٦٢٤)

Dari Ibnu ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma– bahwasanya tatkala Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– telah semakin tua, berkatalah Tamim ad-Dari kepada beliau, “Bolehkan aku membuatkanmu mimbar untuk membawa atau mengangkat ‘izhamun-mu, wahai Rasulullah?” Rasululah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– menjawab, “Boleh.” Maka Tamim ad-Dari pun membuatkan mimbar dua tingkat untuk beliau.
(Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud: 1081).

Ucapan Tamim ad-Dari –radhiyallah ‘anhu– dalam hadits tersebut memberikan gambaran bahwa perkataan ‘izhamun bisa dimaksudkan juga sebagai jasad, tubuh, atau badan. Hal itu dikarenakan mimbar tersebut -pada kenyataannya- diperuntukkan bagi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– untuk menopang tubuh beliau. Dengan demikian, makna ‘izhamun dalam hadits pertama dan hadits ketiga adalah jasad atau tubuh atau badan, bukan tulang-tulang atau kerangka … -dan perkataan tersebut termasuk ke dalam bab ithlaq al-juz’i wa iradah al-kulli (menyebutkan sebagian namun yang dimaksudkan adalah seluruhnya), yakni sebagaimana ucapan kita, “Belum terlihat batang hidungnya,” padahal yang dimaksudkan adalah, “Belum terlihat orangnya.”

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar