Selasa, 27 Desember 2016

Keramat Makam Selaparang

Di dalam kitab Negarakertagama, pupuh 14, disebutkan bahwa “Lombok Mirah” dan “Sasak” menjadi daerah kekuasaan Majapahit. Sekalipun para ahli berbeda pendapat mengenai penafsiran kata Lombok Mirah dan Sasak, sehingga melahirkan beberapa argumen yang berbeda. Namun para ahli ini sepakat bahwa lokasi yang dimaksud adalah pulau Lombok. Bahkan sebelum dapat dipastikan, apakah pada waktu itu sudah ada kerajaan Selaparang.

Selain sumber-sumber lokal, nama Selaparang juga terdapat dalam sumber-sumber Bali, Sumbawa, Makasar, Hikayat Banjar, dan dokumen yang di ambil pada masa kolonial belanda. Dari data masa Belanda, kerajaan Selaparang sangat identik dengan pulau lombok yang ketika itu dikuasai oleh kerajaan-kerajaan beragama Hindu. Fakta tersebut telah diterima karena adanya objek sejarah yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang di ungkapkan dari dokumen yang dimiliki Belanda.

Pada mulanya Selaparang merupakan salah satu dari kerajaan-kerajaan kecil yang ada di pulau Lombok. Masa itu, di Jawa timur salah satu kerajaan terbesar di nusantara mengalami keruntuhan. Kerajaan itu adalah Majapahit. Kemudian untuk mempertahankan kekuasaannya Majapahit melakukan perluasan wilayah dengan ekspedisi menuju daerah timur yaitu Bali sekitar tahun 1343M kemudian diteruskan ke Lombok di bawah pimpinan Empu Nala untuk menaklukkan Selaparang yang mulai gencar memamerkan kekuatan kerajaannya.

Sumber lain menyebutkan bahwa setelah kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspatih melarikan diri ke dalam hutan, sekembalinya dari persembunyian, beliau mendirikan kerajaan baru di Patu Parang yang dinamakan Selaparang.

Tata Letak Kerajaan  Selaparang

Lokasi tempat berdirinya Kerajaan Selaparang sangatlah tandus dan berbatu. Sehingga patutlah kerajaan ini dinamakan Selaparang, sela artinya batu, sedangkan parang artinya karang, jika disatukan menjadi batu karang. Selain memiliki arti simbolis yang berarti kuat dan teguh, nama Selaparang juga menggambarkan daerah kerajaan yang memang banyak terdapat batu-batuan.

Daerah yang sangat berbatu ini juga mempengaruhi desain pagar dan bangunan rumah yang digunakan penduduk yang bermukim di sana hingga saat ini, ditambah pula dengan tempatnya yang terpencil. Kami menafsirkan, daerah yang tandus,biasanya menghasilkan karakter masyarakatnya yang keras dan sukarserta memiliki postur kekar. Akan tetapi masyarakatnya tetap dapat hidup makmur dengan berkebun sebagai mata pencaharian terbesar mereka. Seiring perjalanan dan sepak terjangnya, Selaparang dalam mencitrakan dirinya sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan terbesar di Lombok, mendapat banyak bantuan dan kerjasama dari kerajaan lain sekitar Lombok, termasuk kerajaan Goa.
  
Dengan menilik sejarah yang lalu, kamijuga menemukan alasan mengapa Kerajaan Selaparang memilih Pringgabaya sebagai tempat membangun istana yang baru. Kemungkinan besar hal ini untuk menghindar dari musuh yang mulai memperhitungkan ancaman dari perkembangan kerajaan Selaparang yang pesat. Daerah yang terpencil akan mempermudah Selaparang dalam melindungi dirinya dari serangan musuh.‎

Sekarang ini satu-satunya peninggalan kerajaan selaparang yang masih dapat kita saksikan adalah makam selaparang yang diyakini merupakan makam-makam para rajanya yang pada saat itu telah menganut agama islam salah satunya adalah makam Ki Gading atau Penghulu Gading. Pada batu nisannya bertuliskan huruf arab dan huruf-huruf yang merupakan peralihan huruf jawa kuno ke huruf bali yang terdiri atas lima baris dan terpahat dalam bentuk relief timbul.yang berbunyi :

1.La ilaha ilallah
2.Wa muhammadun rasul
3.Ulla (dan) maesan
4.gagawean
5.parayuga‎

Setiap lokasi wisata religi biasanya punya mitos yang dipercaya oleh pengunjung. Begitu juga yang terjadi di Makam Selaparang. Masyarakat setempat percaya bahwa jika kita yang masih lajang berkunjung ke sini niscaya kita akan cepat mendapatkan jodoh. Tertarik ingin membuktikannya?

Keberadaan Makam Selaparang sangat lekat dengan keberadaan Kerajaan Selaparang di abad 13 dan 16 lalu. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam. Dalam sejarah, Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik armada laut dan daratnya. Laskar lautnya bahkan pernah mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Kerajaan Selaparang pernah dua kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi.

Makam Selaparang berada di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, tepatnya di kecamatan Swela sekitar 65 km dari kota Mataram. Jika Anda menyewa mobil, perjalanan akan memakan waktu sekitar 1 jam. Selama perjalanan, kita akan disuguhi banyak sekali pemandangan indah termasuk pegunungan Rinjani yang memesona. Untuk masuk ke lokasi makam, kita harus membayar tiket seharga Rp. 5 ribu per orang. Kita juga harus mentaati segala peraturan di lokasi ini, yakni dilarang memotret, harus mengenakan baju yang sopan, melepas alas kaki dan bagi yang sedang menstruasi tidak boleh masuk ke area makam. Komples Makam Selaparang ramai dikunjungi peziarah pada waktu-waktu tertentu seperti menjelang musim keberangkatan jamaan haji dan beberapa waktu khusus lainnya. Tradisi ziarah ke Makam Selaparang masih lestari hingga sekarang. Ada tiga makam yang banyak dikunjungi di kompleks Makam Selaparang yakni makam Raja Selaparang, makam orang tua Raja Selaparang dan makam panglima Gajah Mada. Di ketiga makam ini, pengunjung sering menaburkan bunga dan membasuh muka dengan air yang telah seediakan. Dengan membasuh muka ini diyakini bagi yang masih lajang akan cepat mendapat jodoh. Jejak-jejak keislaman di makam ini adalah di nisan salah satu makam bertuliskan huruf Arab dan huruf yang merupakan peralihan huruf Jawa kuno ke huruf Bali yang terdiri atas lima baris dan terpahat dalam bentuk relief timbul yang berbunyi “La ilaha ilallah, wa muhammadun radul, ulla, maesan, gegawean dan parayuga”.

Pada mulanya makam ini dibangun ketika salah satu raja atau wali Selaparang diburu oleh Belanda. Ketika itu raja tersebut menerobos dinding masjid yang berada di samping makam dan menghilang disana. Atas dasar itulah makam ini kemudian dibangun. Di kompleks ini dulunya terdapat perpustakaan, namun oleh Belanda buku-bukunya dimusnahkan. Di perpustakaan inilah terdapat sejarah Kerajaan Selaparang saat itu.

Jika ingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah Kerajaan Selaparang, Anda bisa sekali ke Desa Ketangga yang masih berada di Kecamatan Swela. Desa itu termasuk desa tertua dan menyimpan benda-benda pusaka Kerajaan Selaparang. Desa ini menyimpan misteri dan memiliki cagar budaya yang cukup banyak, seperti masjid pusaka Selaparang, batu dari Irak (Baghdad) dan sabuk yang bertuliskan sejarah manusia sejak lahir hingga masuk alam akhirat. Tidak itu saja, pengunjung juga bisa menemukan Al Quran bertulis tangan, perisai yang terbuat dari kulit, keris dan masih banyak yang lain.

Di dalam kompleks Makam Keramat Selaparang itu juga ada sebuah batu nisan bertuliskan huruf Arab dan huruf-huruf lain yang merupakan peralihan dari huruf Jawa kuno ke huruf Bali. Inskripsi tersebut terdiri dari lima baris yang terpahat di batu nisan makam dalam bentuk relief timbul berbunyi ; La Ilaha Ilallah (baris pertama), Wa Muhammadun Rasul (baris kedua), Ulla Maesan (baris ketiga), Gagawean (baris keempat), dan Para Yuga (baris kelima).‎

Kalau di lihat dari tipologinya, bagian terbesar dari batu nisan di Makam Selaparang itu hampir sama dengan bentuk-bentuk makam yang ada di daerah Aceh, Banten, dan Madura yang berasal dari abad 16 dan 17 Masehi.
Dengan demikian, dari sudut arkeologi peninggalan Islam, makam di Desa Selaparang ini termasuk peninggalan yang sudah tua. Bahkan mungkin sekali dugaan Nieuwenhuizen (sarjana barat) tentang munculnya Kerajaan Selaparang, dan pendapat H.J. de Graaf (sarjana barat) tentang masuknya agama Islam di Lombok yang di bawa oleh Sunan Prapen, bisa jadi ada benarnya.‎

Namun selama bukti-bukti secara ilmiah belum ada, maka pendapat tersebut tetap saja merupakan dugaan belaka. “Itulah misterinya, mengapa Makam Selaparang banyak menarik minat para wisatawan berkunjung, termasuk menantang para peneliti yang merasa penasaran untuk mengungkap kebenarannya,” harap Ari.‎

Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Lombok, keberadaan destinasi wisata sejarah seperti Makam Selaparang ini tentu dapat menjadi alternatif pilihan berwisata. “Kita harus bersyukur, karena Lombok selain dikaruniai berbagai keindahan alam dan aneka seni budaya yang unik, juga kaya dengan peninggalan bersejarah.‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar