Selasa, 06 Desember 2016

Sejarah Rumah Sakit Dan Ilmu Kedokteran Masa Kejayaan Islam

Peradaban Islam dikenal sebagai perdaban yang bukan hanya memiliki kepedulian penuh terhadap kebutuhan ruhani manusia namun juga kebutuhan jasmaninya. Maka, berdirinya rumah sakit merupakan usaha perawatan jasmani yang diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang berkualitas dan memenuhi hak tubuh kita untuk sehat sebagaimana sabda rasululloh SAW : “Tubuh Anda memiliki hak yang harus anda penuhi.”

Islam menolak penyebaran penyakit dan mendesak untuk mencari perawatan medis. Sistem kesehatan dalam peradaban Islam terbangun diatas pondasi yang kuat berdasarkan petunjuk kenabian, sehingga duniapun mengambil manfaat dari peradaban Islam dengan berdirinya rumah sakit dan sekolah medis beserta dokter-dokter lulusannya yang menjadi kebanggaan dunia atas kontribusi mereka terhadap ilmu kedokteran.

Peran institusi kesehatan dalam peradaban Islam terwujud dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi pasien, terutama yang miskin dan yang membutuhkan melalui rumah sakit. Rumah sakit tidak hanya menyediakan layanan pengobatan pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit saja, namun melayani pengobatan pasien yang dirawat  di rumah juga. Rumah sakit juga menyebar ke seluruh dunia Islam dan menjadi sumber kebahagiaan dan keyakinan bagi masyarakat di semua kelas akan terjaminnya kesehatan mereka. Pasien mendapat pengobatan, perawatan penuh, pakaian dan makanan di rumah sakit. Selain itu, banyak rumah sakit yang berfungsi sebagai pusat pendidikan kedokteran di samping fungsi dasarnya merawat pasien dan memastikan kenyamanan mereka. Dan berdirinya rumah sakit pertama di dunia dan kontribusi terbesar peradaban islam dalam bidang kesehatan. Tepatnya Sembilan abad sebelum perdaban lain mengembangkan bidang ini.

Pada era keemasan Islam, ibukota pemerintahan selalu berubah dari dinasti ke dinasti. Di setiap ibukota pemerintahan, pastilah berdiri rumah sakit besar. 

Selain berfungsi sebagai tempat merawat orang-orang yang sakit, rumah sakit juga menjadi tempat bagi para dokter Muslim mengembangkan ilmu medisnya. Konsep yang dikembangkan umat Islam pada era keemasan itu hinga kini juga masih banyak memberikan pengaruh.


RUMAH SAKIT pada era keemasan Islam, setiap ibu kota pemerintahan Islam berdiri rumah sakit besar. Selain berfungsi sebagai tempat merawat orang-orang sakit, ia menjadi tempat bagi para dokter untuk mengajar mahasiswa dan sarana mengembangkan ilmu medisnya.

Disampng itu, rumah sakit juga mempunyai perpustakaan besar yang berisi buku-buku farmakologi, anatomi, fisiologi, dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan bidang kedokteran.

Berikut beberapa rumah sakit peninggalan Islam yang sangat mashur yaitu:

Pertama, Rumah Sakit Al-Nuri

Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang pertama kali dibangun umat Islam. Ia didirikan pada tahun 706 M oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Al-Malik dari Dinasti Umayyah yang memerintah pada tahun 86-96 H/ 705-715 M. Setelah itu, beberapa rumah sakit didirikan di dunia Islam. Rumah sakit tersebut dianggap sebagai basis ilmu pengetahuan dan kedokteran, sementara rumah sakit pertama di Eropa didirikan di Paris lebih dari sembilan abad kemudian.

Saat kepemimpinan Khalifah Nuruddin Zinki pada tahun 1156 M, rumah sakit ini diperluas dan diperbesar. Ia dilengkapi dengan peralatan paling modern dan tenaga dokter serta perawat yang profesional.

Rumah sakit ini yang pertama kali menerapkan rekam medis (medical record).

Tidak cukup itu, khalifah juga membuka sekolah kedokteran di rumah sakit tersebut. Untuk memajukan sekolah, khalifah menghibahkan perpustakaan pribadinya.

Karena rumah sakit dan sekolah berada dalam satu lokasi, para dokter sekaligus berprofesi sebagai pengajar. Biasanya, ketika seorang dokter memeriksa berbagai kasus, ia ditemani beberapa siswa. Sambil mencatat hasil pemeriksaan dan obat-obatan yang diresepkan, siswa diminta mengamati dan belajar. Kemudian dokter tersebut ke aula besar untuk mengajar mahasiswa dengan menjelaskan dan menjawab pertanyaan mereka. Materi dalam sesi pelajaran tersebut menjadi bahan tes di akhir setiap masa pendidikan. Dan hasil dari tes itu seorang atau beberapa siswa direkomendasikan menjadi dokter.

Lulusan dari sekolah tersebut lahir sederet dokter terkemuka. Salah satunya Ibn Al-Nafis yang dikenal sebagai penemu sirkulasi paru-paru.

RS ini melayani masyarakat selama tujuh abad, dan bagiannya hingga kini masih ada.

Kedua Rumah Sakit Bagdad

RS penting lainnya yang dibangun umat Islam berada di Baghdad. Ketika Khalifah Harun Al-Rashid berkuasa, dia memerintahkan cucu Ibn-Bahtishu, yang juga dokter istana bernama Jibril Jibril ibn Bahatisu dan Yuhanna ibn Masawayh. Keduanya berasal dari Jundishapur dan menguasai ilmu kedokteran Yunani. Uniknya mereka berasal dari agama nasrani.

Sama dengan rumah sakit al-Nuri, rumah sakit ini sangat memperhatikan kualitas layanan dan ketaatan yang kuat terhadap penggunaan obat-obat yang teruji secara ilmiah. Dengan kata lain, hanya obat yang telah teruji secara klinis yang diberikan kepada pasien.

Salah satu pemimpinnya adalah Al-Razi, ahli penyakit dalam termasyhur. Al-Razi atau Abu-Bakr Mohammad ibn-Zakaria al-Razi (841-926) adalah dokter istana Pangeran Abu Saleh al-Mansur, penguasa Khorosan. Dokter yang oleh Barat disebut dengan nama Razes, itu kemudian pindah ke Baghdad dan menjadi dokter pribadi khalifah.

Al-Razi menulis banyak buku tentang kedokteran. Salah satunya bertajuk al-Mansuri. Dalam buku ini ia membahas tiga aspek penting dalam kedokteran, yaitu kesehatan masyarakat, pengobatan preventif, dan penanganan penyakit-penyakit khusus. Buku-buku al-Razi banyak menjadi rujukan dan dipelajari di sekolah-sekolah kedokteran, termasuk di negara-negara Barat.

Namun, invasi bangsa Mongol menghancurkan rumah sakit ini, berikut koleksi pustakanya.

Ketiga, Rumah Sakit Ahmad ibn Tulun.

Rumah sakit ini merupakan yang pertama di Kairo yang didirkan pada tahun 872-874 oleh Sultan Ahmad ibn Tulun. Pada jamannya, ia telah memiliki manajemen perawatan yang modern dan spesifik, bahkan lebih maju di masanya.

Untuk melengkapi pelayanan, rumah sakit ini memiliki dua rumah pemandian, masing-masing untuk pria dan wanita.

Pasien yang hendak masuk rumah sakit ini harus melepas pakaian berpergian mereka untuk disimpan di tempat khusus, termasuk barang berharganya, dan dijaga oleh petugas rumah sakit. Mereka diberikan pakaian khusus untuk pasien dan dibawa menuju tempat tidurnya.

Rumah sakit ini juga memiliki akademi kedokteran dan perpustakaan yang kaya literatur medis. Buku yang ada di perpustakaan lebih dari seratus ribu buku.

Selain perpustakaan, juga didiirkan sebuah peternakan besar dekat rumah sakit, di mana tanaman obat dan rempah-rempah ditanam untuk memasok kebutuhan bahan dasar obat-obatan rumah sakit.

Sultan Ahmad ibn Tulun membangun rumah obat di samping masjid Tulun yang kompleks dengan rumah sakit Tulun. Sultan yang juga pendiri dinasti Tuluniyah ini telah merintis sebuah rumah sakit pertama yang didanai dari waqaf. Reputasinya sangat terkenal dan baru bisa disaingi oleh rumah sakit Adudi di Baghdad yang berdiri pada tahun 980. Terobosannya menopang operasional rumah sakit lewat waqaf , dicontoh para pemimpin khalifah Islam lainnya.

Keempat, Rumah Sakit Al-Mansuri

Rumah Sakit ini didirikan oleh Raja Al-Mansur Sayf al-Din Qalawun di Kairo pada 683 H/ 1284 M. Rumah sakit ini memiliki kualitas akurasi, organisasi dan kebersihan. Selain juga mampu menampung lebih dari empat ribu pasien setiap harinya.

Rumah sakit ini juga termasuk modern mirip dengan RS al-Nuri.

Saat masih menjadi putra mahkota, Mansur Qalawun jatuh sakit dalam perjalanan menuju Damaskus, Syria selama Perang Salib. Setiba di Damaskus, ia memperoleh perawatan di RS al-Nuri. Setelah dirawat beberapa waktu ia pun sembuh dan kembali pulang ke Kairo, Mesir. Mansur sangat terkesan atas layanan RS al-Nuri dan takjub atas kemegahan serta kemodernan RS itu. Karena itu, sekembalinya ke Kairo, ia segera membangun RS serupa yang kemudian dikenal dengan nama RS al-Mansuri.

Di dalam kompleks rumah sakit yang luas ini terdapat empat bangunan berdiri di sekitar taman dengan pilar-pilar disejuki pepohonan rindang dan kolam air mancur. Rumah sakit ini memiliki bangsal terpisah untuk ragam penyakit dan pemulihan pasien, terdapat pula laboratorium, dapur diet, pemandian, perpustakaan, ruang pertemuan serta perawatan khusus sakit mental. Perawatan diberikan gratis baik pria maupun wanita. Para pasien yang terjaga dihibur alunan musik lembut, pendongeng, dan bila perlu buku-buku sejarah’.

Jumlah pasien yang dilayani rumah sakit ini mencapai 4.000 orang setiap harinya. Perawatan inap bebas biaya dan jika pasien selesai rawat inap diberikan bekal asupan serta uang kompensasi penghidupan yang hilang selama dirawat inap. Rumah sakit ini tetap menerima pasien dalam kurun waktu 7 abad lamanya.

Saat ini rumah sakit al-Mansur dipakai untuk optamologi dan dinamai rumah sakit Mustashfa Qalawun.

Ibn al-Nafis (1208-1288) pernah menjadi kepala rumah sakit ini. Ia telah menulis sejumlah buku di bidang kedokteran. Salah satunya adalah kitab Mujaz al-Qanun.

Demikian beberapa rumah sakit yag didirikan umat Islam sebagai bukti bahwa peradaban Islam merupakan pelopor di bidang kedokteran modern.

Kontribusi dokter Muslim
Bakteriologi
Ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Dokter Muslim yang banyak memberi perhatian pada bidang ini adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.

Anesthesia
Suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ibnu Sina tokoh yang memulai mengulirkan ide menggunakan anestesi oral. Ia mengakui opium sebagai peredam rasa sakit yang sangat manjur.

Surgery
Bedah atau pembedahan adalah adalah spesialisasi dalam kedokteran yang mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen. Dokter Islam yang berperan dalam bedah adalah Al-Razi dan Abu Al-Qasim Khalaf Ibnu Abbas Al-Zahrawi.

Ophthamology
Cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit dan bedah syaraf mata, otak serta pendengaran. Dokter Muslim yang banyak memberi kontribusi pada ophtamology adalah lbnu Al-Haitham (965-1039 M). Selain itu, Ammar bin Ali dari Mosul juga ikut mencurahkan kontribusinya. Jasa mereka masih terasa hingga abad 19 M.

Psikoterapi
Serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Dokter Muslim yang menerapkan psikoterapi adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.

Para Dokter Muslim dan Penemuan Mereka

Banyak dokter Islam menghasilkan penemuan luar biasa pada segala bidang kedokteran selama Masa Keemasan Islam, dengan berdasar pada pengetahuan dari dokter Yunani, termasuk Galenus, lantas ditambah dengan penemuan mereka sendiri.

Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon. Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes. Ia pernah menjadi dokter istana Pangerang Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke Baghdad dan menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul “Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “Al-Hawi”.
       
Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi menempuh pendidikan di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana pada masa Khalifah Abdel Rahman III. Sebagain besar hidupnya didedikasikan untuk menulis buku-buku kedokteran dan khususnya masalah bedah.
       
Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul, 'Al-Tastif Liman Ajiz'an Al-Ta'lif' - ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan. Buku itu digunakan di Eropa hingga abad ke-17. Al-Zahrawi menerapkan cautery untuk mengendalikan pendarahan. Dia juga menggunakan alkohol dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari tengkorak selama membedah tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku tentang tentang operasi gigi.
       
Dokter Muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang berhasil ditulisnya adalah Al-Qanon fi Al- Tibb atau Canon of Medicine. Kitab itu menjadi semacam ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Hingga abad ke-17, kitab itu masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa.
       
Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya berjudul 'Al- Kulliyat fi Al-Tibb' (Colliyet). Buku itu berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul 'Al-Taisir' mengupas praktik-praktik kedokteran.
       
Nama dokter Muslim lainnya yang termasyhur adalah Ibnu El-Nafis (1208 - 1288 M). Ia terlahir di awal era meredupnya perkembangan kedokteran Islam. Ibnu El-Nafis sempat menjadi kepala RS Al-Mansuri di Kairo. Sejumlah buku kedokteran ditulisnya, salahsatunya yang tekenal adalah 'Mujaz Al-Qanun'. Buku itu berisi kritik dan penambahan atas kitab yang ditulis Ibnu Sina. Beberapa nama dokter Muslim terkemuka yang juga mengembangkan ilmu kedokteran antara lain; Ibnu Wafid Al-Lakhm, seorang dokter yang terkemuka di Spanyol; Ibnu Tufails tabib yang hidup sekitar tahun 1100-1185 M; dan Al-Ghafiqi, seorang tabib yang mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika.
       
Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan. sampai disini, penulis tidak akan menjelaskan nasib Ilmu kedokteran masa kemunduran Islam. Karena sudah jelas Peradaban Islam mengalami kematian. Oleh karena itu, dalam sub-bab selanjutnya penulis akan terus menulusuri warisan-warisan peradaban Islam berkaitan dengan bidang ini. Karena banyak sekali warisan peradaban Islam dalam bidang kedokteran, baik itu berupa teori-teori pengobatan, lembaga-lembaga, beserta sistemnya.
Bapak Kedokteran Islam: Ar-Razi

Muhammad ibn Zakariya Ar-Razi dikenal di Eropa dengan nama Rhazes (850- 923), adalah peneliti Islam terdepan dalam bidang kedokteran. Seorang penulis produktif yang menghasilkan lebih dari 200 buku tentang kedokteran dan filosofi, termasuk sebuah buku kedokteran yang belum selesai, yang mengumpulkan seluruh ilmu kedokteran dalam dunia Islam ke dalam satu buku. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi salah satu tulang punggung sejarah kedokteran Barat.

Ar-Razi juga terkenal akan hasil kerjanya dalam memperbaiki metode ilmiah dan mempromosikan eksperimen dan observasi. Aksi beliau yang paling terkenal adalah penentuan lokasi rumah sakit di Baghdad. Ketika Ar-Razi ditanya dimanakah beliau akan membangun rumah sakit di Baghdad, beliau menggantung sejumlah daging di sekeliling Baghdad, dan memilih tempat dimana dagingnya paling tidak busuk. Beliau menyimpulkan bahwa para pasien akan memiliki lebih sedikit resiko terkena sejumlah penyakit dan pencemaran di tempat tersebut. Beliau menjabat sebagai direktur rumah sakit tersebut hampir sepanjang karirnya dan melakukan sebagian besar penelitiannya yang memajukan dunia kedokteran Islam.

Ar-Razi menulis secara ekstensif pada pentingnya hubugan antara pasien dan dokter, percaya bahwa dokter dan pasien harus membentuk hubungan yang berdasar pada kepercayaan. Jika tugas dokter adalah membantu pasien, maka tugas pasien adalah mengikuti petunjuk dokter. Seperti Galenus, beliau percaya bahwa pendekatan holistik dalam pengobatan adalah hal krusial, dengan mempertimbangkan background pasien dan penyakit yang diderita oleh keluarga dekat sebagai bagian dari pengobatan modern.

Pencapaian beliau lainnya yang luar biasa adalah pengertiannya akan sifat sebuah penyakit, yang sebelumnya hanya melibatkan gejala, namun Ar-Razi membuat sebuah terobosan dengan melihat faktor apa saja yang menyebabkan gejala-gejala tersebut. Pada kasus cacar dan campak  beliau menyalahkan darah, dan karena saat itu mikroba belum ditemukan, maka ini adalah pernyataan yang masuk akal.

Ar-Razi menulis secara ekstensif mengenai fisiologi manusia dan memahami bagaimana otak dan sistem syaraf mengoperasikan otot. Sayangnya, Muslim di masa tersebut dilarang melakukan pembedahan mencegah Rhazes menyempurnakan studinya di area ini

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar