Minggu, 15 Januari 2017

Imam Ibnu Hisyam Al-Anshori

Nama lengkap beliau adalah Jamaludin Abdullah bin Yusuf bin Ahmad bin Abdullah bin Hisyam Al-Anshari Al-Kazraji. Awalnya Beliau penganut Madzhab Syafi'i, tetapi kemudian pindah madzhab Hambali. Ibnu Hisyam lahir di Kairo pada tahun 708  Hijriyah dan wafat pada bulan Dzulqa'dah tahun 761 Hijriyah.

Beliau pernah mendengar Diwan Zuhair bin Abi Sulma dari Abu Hayan. Diantara puisi terkenalnya"

ومن يصطبر بالعلم يظفر بنيله                      ومن يخطب الحسناء يصبرعلى البذل
ومن لم يذلّ النّفس فى طلب العلم                       يسيرا يعش دهراطويلاأخا ذل
     
Siapa yang bersabar dalam mencari ilmu, maka ia akan memperoleh apa yang dicitakan. Siapa yang meminang perempuan cantik, maka bersabarlah atas pemberian.
Siapa yang tidak merendahkan hati sebentar saja dalam mencari kemuliaan, maka ia hidup dalam waktu lama bersama teman kehinaan.

Diantara kitabnya yang terkenal adalah Mughni Al-Labib; Awdhah Al-Masalik 'ala Alfiyah Ibnu Malik; dan Qathr An-Nada'.

Sifat dan Keilmuannya

Ibnu Hisyam menonjol dengan dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan hafalan yang kuat. Beliau sanggup melampaui kawan-kawannya pada banyak ilmu, seperti nahwu, fiqh, adab, tafsir dan lughat, bahkan beliau melampaui para syaikh pada masanya itu. Beliau menghafal Mukhtashar al-Kharaqi dalam tempo kurang dari 4 bulan.

Adapun dalam aspek ilmu bahasa Arab, Ibnu Hisyam adalah seorang sastrawan, hanya saja beliau banyak berbeda dengan Abu Hayyan, salah seorang ahli nahwu pada masanya.

Dalam segi akhlaq, beliau dikenal tawadhu’, berbakti, penyayang, santun dan halus budi bahasanya, menjaga diri, bagus perjalanan hidupnya, istiqamah dan sabar dalam menuntut ilmu.

Para Guru dan Muridnya

Ibnu Hisyam belajar kepada para ulama pada masanya dalam ilmu bahasa Arab, fiqh, hadits, tafsir dan qiraat. Diantara guru-gurunya adalah:
1.    Syaikh Syihabuddin Abdul Lathif bin al-Murahhal, kunyahnya adalah Abu Faraj (Ibnu Hisyam melaziminya dalam ilmu nahwu).
2.    Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Numair, yang dikenal dengan Ibnu as-Siraj (Ibnu Hisyam belajar ilmu qiraah darinya).
3.    Syaikh Tajuddin Ali bin Abdullah at-Tibrizi.
4.    Syaikh Tajuddin Umar bin Ali al-Fakihani. (Ibnu Hisyam mempelajari syarah al-Isyarah darinya, satu kitab yang membahas ilmu nahwu).
5.    Imam Ibnu Jama’ah, salah seorang ahli hadits pada masanya. (Ibnu Hisyam belajar ilmu hadits darinya).
6.    Imam Abu Hayyan an-Nahwi, seorang ahli nahwu yang unggul pada masanya.

Adapun murid-murid Ibnu Hisyam diantaranya adalah:
1.    Muhibbuddin Muhammad, putra Ibnu Hisyam.
2.    Syaikh Jamaluddin Ibrahim bin Muhammad al-Lakhami.
3.    Sirajudin Umar bin Ali.
4.    Ibrahim bin Muhammad an-Nahwi.

Ibnu Hisyam memiliki banyak murid, hanya saja kebanyakan dari mereka tidak dikenal dalam sejarah.

Madzhab Ibnu Hisyam

Ibnu Hisyam adalah seorang yang alim dan wara’. Beliau tidak tercela aqidahnya, agamanya dan suluknya. Dahulu beliau bermadzhab Syafi’i, kemudian beralih ke madzhab Hanbali. Ada yang berpendapat lain, seperti Syaikh Yusuf bin Taghri Bardi: “Ibnu Hisyam pada awalnya seorang Hanafi, kemudian beralih menjadi Hanbali.”‎

Statement Para Ulama Tentang Ibnu Hisyam

Imam as-Subki berkata: “Ibnu Hisyam adalah ahli nahwu zamannya.” Sedangkan Syaikh ad-Damamini berkata kepada putra Ibnu Hisyam: “Andai saja Imam Sibawaih masih hidup, pastilah ia akan berguru kepada ayahmu dan membaca kepadanya.”

Ibnu Khaldun berkata: “Kami di Negeri Maroko, senantiasa mendengar kabar bahwa di Mesir ada seseorang bernama Ibnu Hisyam yang alim dalam ilmu bahasa Arab, yang lebih pakar dalam bidang nahwu melebihi Imam Sibawaih.”

Metodologinya dalam Bidang Nahwu

Para pakar yang meneliti kitab-kitab karya Ibnu Hisyam mendapati bahwa manhaj/metodologinya dalam ilmu nahwu dibangun atas asas-asas berikut:

1.    Menjadikan al-Quran sebagai sumber pertama serta asas dalam membangun kaidah nahwu, dan mentashih uslub-uslub bahasa Arab.

2.    Bersandar pada sebagian qiraat untuk membangun sebagian kaidah nahwu.

3.    Berdalil dengan hadits-hadits Nabi Saw. yang mulia.

4.    Berdalil dengan syair-syair Arab. Catatan: di kalangan spesialis nahwu ada beberapa syair  yang tidak bisa dijadikan hujjah. Adapun Ibnu Hisyam terkadang membawakan beberapa syair semacam ini untuk menjelaskan kekeliruan struktur kebahasaan dalam syair tersebut.
5.    Beliau tidak terikat dengan madzhab nahwu tertentu. Dalam bidang nahwu dikenal madzhab besar; Bashrah dan Kuffah, serta ada beberapa madzhab lainnya. Secara umum beliau banyak bersandar pada madzhab Bashrah, hanya saja beliau juga mengambil madzhab Kuffah, atau bahkan madzhab-madzhab lainnya manakala beliau memandang dalil-dalil mereka lebih kuat dari dalil-dalil ulama-ulama madzhab Bashrah.

Kitab-kitab Ibnu Hisyam 

Beliau menulis sekitar 50-an kitab. Sebagian hanya dikenal namanya karena hilang dalam proses peradaban sehingga tidak sampai ke tangan kita, sebagiannya lagi masih eksis dan sudah diterbitkan. Karya-karya beliau adalah : 

1) Syuzur z-Zahab fi Ma’rifah Kalam al-‘Arab, sebuah risalah lebih panjang tentang ilmu nahwu. 
2) Kitab Syarh tentang risalah tersebut, dicetak di Bulaq tahun 1282 H dan Cairo pada tahun 1253 H dan 1305 H; 
3) Qatr an-Nada wa Ball as-Sada, sebuah risalah pendek tentang ilmu nahwu, diterbitkan beberapa kali; 
4) Kitab Syarh (penjelasan atau penafsiran) atas kitab tersebut di atas, terbit di Tunisia pada 1281 H dan di Cairo pada 1274 H; 
5) Al-I’rab ‘an Qawaid al-I’rab, sebuah risalah singkat, dicetak di Constatinopel (kini Istanbul) tahun 1298 H; 
6) Mugni al-Labib ‘an Kutub al-A’arib, kitab nahwu yang membahas secara terinci makna huruf dan keadaan kalimat, dicetk di Teheran tahun 1274 H dan di Cairo tahun 1305 H, 1307 H, dan 1317 H; 
7) Muqid al-Ahzan wa Muqiz al-Wasnan, kitab tentang beberpa kemusykilan ilmu nahwu; 
8) Al-Alqaz, kitab tentang beberapa masalah ilmu nahwu yang ditulis untuk keperlun Sultan Malik Kamil, dicetak di Cairo tahun 1304 H; 
9) Ar- Raudah al-Adabiyah fi Syawahid Ulum al-‘Arabiyah, buku penjelasan tentang syair-syair krya Ibnu Jinni dalam kitabnya al-Lam’; 
10) Al-Jami’ as-Saghir fi an-Nahw, semacam kamus kecil Ilmu Nahwu; 11) Makalah tentang ‘Irab kata-kata luqatan, fadlan, khilafan, aidan, dan lain-lain dipublikasikan dalam kitab as-Suyuti yang berjudul al-Asybah wa an-Naza’ir fi an-Nahw; 
12) Makalah kecil tentang penggunaan al-munada (kata panggilan, seperti, “Ya, Ahmad”) dalam sembilan ayat Al-Qur’an; 
13) Mas’alah I’tirad asy-Syart ‘ala asy-Syart, juga dimuat dalam kitab as-Suyuti tersebut; 
14) Fauh asy-Syaza fi Mas’alah Kaza, dimuat dalam kitab as-Suyuti tersebut; 
15) Syarh al-Wasidah al-Lugawiyyah fi al-Masa’il an-Nahwiyah, juga dimuat dalam kitab as-Suyuti tersebut; 16) Audah al-Masalik ila Alfiyah ibn Malik, diterbitkan di Cairo dengan judul at-Tawdih tahun 1304 H dan 1316 H, serta di Calcuta tahun 1832; 
17) Syarh Banat Su’ad, penjelasan tentang kasidah (syair-syair) pujian-pujian Ka’ab bin Zuhair kepada Rasulullah SAW, diterbitkan di Cairo pada tahun 1304 H dan 1307 H; 
18) Syawrid al-Milh wa Mawarid al-Manh, sebuah tulian tentang kebahagiaan manusia; 
19) Mukhtasar al-Intisaf min al-Kasysyaf, ringkasan buku al-Intisaf min al-Kasyasyaf karya Ibnu Munir yang merupakan bantahan terhadap pendapat-pendapat *Muktazilah dalam kitab al-kasyaf karya az-*Zamakhsyari; 
20) Beberapa tulisan lain tentang ilmu Nahwu, termuat dalam kitab as-Suyuti tersebut di atas.  

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar