Senin, 23 Januari 2017

Kisah Teladan Imam Abu Muslim Al-Khaulani

Agak tergopoh-gopoh pemuda itu bertolak dari Yaman menuju kota Madinah. Gejolak kalbunya untuk bertemu Rasulullah semakin menguat, semenjak ia mendengar kabar tentang sakit keras yang diderita Rasul SAW. Pemuda itu bernama Abu Muslim al-Khaulani. Ia memang belum pernah melihat Rasulullah, namun keimanan pemuda ini terkenal teguh dan kuat. Masyarakat Yaman mengagumi keshalihan dan keta’atannya yang luar biasa. 

Setelah beberapa hari menempuh perjalanan siang malam, sampailah ia diperbatasan Yatsrib (Madinah), tiba-tiba ia mendengar berita yang sangat membuatnya sedih; Rasulullah SAW telah wafat. Dan kepemimpinan kaum muslimin saat itu telah beralih kepada Abu Bakar Shiddiq ra.

Nama beliau adalah Abu Muslim Abdullah bin tsuwab Al-khaulani, Az-zahid, Al-yamani, As-syami, dipanggil juga dengan Ibnu tsuwab atau Ibnu Atswab.

Guru-guru dan Murid-murid Beliau.

Guru-guru beliau:
Ubadah bin somit, Umar bin Khotob, 'Auf bin Malik Al-Asja'I, Mu'ad bin jabal, Mu'awiyah bin Abi Sowyan, Abu dzar al-Ghifari, Abu Ubaidah bin Al-jarrah, Abu muslim Al-jalila.

Murid-murid beliau

Ibrahim bin Abi 'Ablah, Jabir bin Nafir, Haram bin Hakim Ad-Damasqo, Sarhabil bin Muslim Al-khaulani, Dhomrah bin Habib bin Suhaib, 'Abdullah bin 'urwah bin Zubair, 'Atho' bin Abi Ribah, 'Atho'Al-khurasani, 'Atiah bin Qois, Amru bin Jaza' al-Khaulani ad-Darani, 'Amir bin Hani' al-Unsa, Farat bin Tsa'labah, Kultsum bin Ziad al-Muharabi, Muhammad bin Zi'ad al-Alhani, Makhul As-Syami, Yunus bin Maisarah bin halbis, Abu Idris al-Khaulani, Abu 'Aliah ar-Rayaha, Abu Utsman al-Khalani, Abu Qilabah al-jarami.

Islam, wafat dan kedudukanya Beliau

Disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Tahdzibul Tahdzib juz dua halaman 236 begitu juga Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqot berkata: terjadi perbedaan pendapat mengenai islamnya beliau, tetapi sudah menjadi kesepakatan bahwa beliau masuk islam pada zaman Rasulullah saw. Dan Beliau wafat pada zaman Yazid bin Mu'awiyyah pada tahun 62 H. dan dimakamkan di dariya di damaskus.Dan beliau menempati kedudukan kedua dari para kibarut tabi'in. 

Sekilas cerita dan pelajaran-pelajaran penting yang dapat kita ambil.

Tersebar berita di seluruh penjuru Jazirah Arab bahwa Rosulullah n sakit sepulang beliau dari haji wada'. Setanpun memprovokasikan Al-Aswad Al Ansi agar kembali kepada kekafiran setelah keimanannya. Dan agar dia berkata tentang Allah dengan dusta. Dia mengaku kepada kaumnya sebagai Nabi yang diutus oleh Allah.

Dia adalah manusia yang kuat jasadnya, besar ambisinya, keras jiwanya dan akrab dengan kejahatannya. Dia juga ahli dalam al-ikhwal perdukunan jahiliyah, gemar menggunakan sihir untuk mencelakakan orang. Disamping itu juga dia fasih lisanya, bagus argumentasinya, cerdas otaknya, pandai menyesatkan orang dengan kebathilannya. Dia mencari pendukung dengan cara membagi-bagikan hadiah dan pemberian. Ketika tampil di muka umum dia selalu mengenakan topeng hitam agar terkesan angker dan terasa kuat kehebatanya.
Dengan cepat dakwah al Aswad al-Ansi meyebar di penjuru Yaman bagai api yang membakar ilalang. Dia dibantu oleh kabilah Bani Madhaj, kelompok terbesar di Yaman dari segi jumlah dan kekuasaannya, masih pula didukung oleh kemampuan untuk merekayasa cerita dusta, kepalsuan serta memperalat para pengikutnya yang pandai untuk menguatkan siasatnya.
Dia mengaku bahwa, malaikat turun dari langit untuk membawa kan wahyu dan memberitahukan hal-hal yang ghaib kepadanya, lalu dia membuat berbagai rekayasa agar orang-orang percaya dengan pengakuannya. 
Dia menaruh mata-mata di berbagai tempat untuk mendengarkan, masalah-masalah yang dikeluhkan masyarakat, menguak rahasia-rahasia mereka, serta memancing cita-cita dan harapan yang tersimpan di benak mereka. Pada saat yang sama dia mengusahakan agar orang-orang minta tolong kepadanya.
Ketika orang-orang datang, dia melayani dengan baik memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengatasi segala kesulitan mereka. Dia tunjukkan seolah-olah dia mengetahui segala rahasia yang tersimpan dalam hati mereka. Dipamerkanya hal-hal ajaib dan menakjubkan sehingga mampu menyihir akal dan membingungkan pikiran mereka.
Dalam waktu singkat namanya menjadi besar, kehebatnya kian tersohor, pengikutnya makin banyak. Shan'a kini berada di bawah kendalinya, dari sini terus menyebar ketempat lain sampai meliputi seluruh Yaman, antara Hadramaut, Tha'if, Bahrain serta Aden.
Ketika telah merasa kekuatanya, dan banyak pula negeri maupun kekuasaanya, dia beraksi memburu orang-orang yang menetangnya, orang-orang yang dikaruniai iman kepada Allah secara tulus dan beragama yang lurus.
Terhadap orang-orang tersebut Al-Aswad Al-Ansi berlaku bengis, bahkan tak segan-segan melakukan penyiksaan secara sadis. Diantara para penentang tersebut, terdapat tokoh bernama Abdullah bin Tsuwab yang dikenal dengan julukan Abu Muslim al Khaulani. 
Dia lahir ketika perang Hunain dan masuk islam pada zaman Rasulullah akan tetapi belum pernah melihat Rasulullah saw .
Dia adalah termasuk dari kalangan kibarut At-Tabi`in, dan dikenal dengan orang yang zuhud, ahli ibadah, juga mempunyai karamah dan banyak keutamaanya.
Abu Muslim Al-Kaulani adalah seorang yang kokoh imanya, pantang kompromi dengan kebatilan dan senantiasa menyerukan kebenaran. Dia mengiklaskan hidupnya untuk Allah semata. Dia menjauhi kesenangan dunia perhiasanya, bernadzar bahwa hidupnya akan digunakan untuk mentaati Allah  serta mendakwahkan agamanya. Dijualnya murah-murah kenikmatan sementara di dunia untuk ditukar dengan kenikmatan abadi. Tak heran bila orang-orang menyambut dengan baik, memandangnya sebagai orang yang suci jiwanya dan mustajab doanya disisi rabbnya.
Al-Aswad al-Ansi sudah gatal untuk menangkap Abu muslim lalu menghukumnya sekeras mungkin. Agar orang lain akan menentangnya gentar dan dapat di tundukkan. 
Maka, dia perintahkan parjuritnya mengumpulkan kayu bakar dilapangan Shan`a, lalu disulut dengan api. Orang-orang dipanggil untuk menyaksikan bagaimana seorang Ahli Fikih di Yaman dan ahli ibadahnya (Abu Muslim Al-Kahulani) hendak "bertaubat" kepada Aswad dan mengimani kenabianya.
Sampailah waktu yang telah direncanakan, al-Aswad al-Ansi memasuki lapangan yang dipadati manusia. Dia berjalan dengan kawalan ketat, kemudian duduk diatas kursi kebesaran di depan api yang mneyala-nyala.
Sejurus kemudian, Abu muslim al-Kahulani diseret ketengah arena. Pendusta yang kejam itu memandang Abu Muslim dengan congkak, lalu berpaling ke arah api yang berkobar dan menjilat-jilat seraya bertanya,
Aswad: Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah?
Abu Muslim: benar, aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusanya. Dialah Sayidul Mursalin dan penutub para Nabi.
Dahi Al-Aswad Al Ansi berkerut. Kedua alisnya bertaut pertanda marah. 
Al-Aswad: Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasul Allah?
Abu Muslim: Telingaku tersumbat, tak bisa mendengar kata-katamu. 
Al-Aswad: kalu begitu, aku akan mencampakkanmu ke dalam api itu.
Abu Muslim: bila engkau membakar aku dengan api dari kayu, engkau akan dibalas dengan api yang bahan bakarnya manusai dan batu-batu, di bawah penjagaan malaikat-malikat yang perkasa, yang tidak menetang Allah dan senantiasa mematuhi perintah yang di berikan kepada mereka.
Al-Aswad: Aku tidak tergesa-gesa, aku beri engkau kesempatan untuk menggunakan otakmu. Apakah engkau tetap mengakui bawa muhammad adalah rasul Allah?
Abu Muslim: Benar, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan rosulnya.Alah mengutusnya dengan membawa agama dan pentunjuk yang benar. Allah menutup seluruh risalahnya enggan risalah yang dibawa oleh Muhammad.
Al-Aswad Al-Ansi meninggikan nada dan suaranya. Al-Aswad: kamu bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?
Abu muslim:sudah kukatakan kepadamu, bahwa telingaku tersumbat sehingga tak bisa mendengar kata-katamu itu.
Semakin naik pitamlah Al-Aswad Al-Ansi mendengar ketegarannya. Dia hendak memerintahkan agar Abu Muslim Al-Kahulani di campakkan kedalam api, tapi tangan kanannya berusaha mencegahya seraya berbisik ditelinganya: anda tahu bahwa orang ini berjiwa suci, doanya mustajab, sementara Allah tak pernah membiarkan hambanya yang beriman di saat-saat kritis. Bila anda melempar dia kedalam api lalu teryata Allah menyelamatkanya, maka semua yang kau bina dengan susah payah ini akan hancur dalam sekejab, karena orang-orang akan mengingkari kenabianmu saat itu juga. Bila engkau membakarnya dan dia mati orang-orang akan mengaguminya, bahkan menyanjungnya sebagai syuhada. Oleh karena itu, lebih baik anda melepaskan dia, asingkanlah saja dan hindari negeri ini. Hindarilah dia, engkau akan menjadi lebih tenang dan bisa santai. 
Nabi palsu itu menerima saran tersebut. Dia membebaskan Abu muslim lalu mengusirnya keluar dari yaman.
Berangkatlah Abu Muslim al-Khaulani menuju Madinah dan sangat berharab dapat menjumpai Rasulullah n. beliau sudah beriman sebelum bertemu Nabi n dan rindu untuk mendampingi beliau sebagai sahabat.
Tapi sayang, belum lagi memasuki Madinah, beliau mendengar kabar bahwa Rasulullah n telah wafat dan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Terpilih sebagai khalifah kaum muslimin. Tak terkira betapa kecewa beliau mendengarnya.

Setibanya di madinah, beliau langsung menuju masjid Nabawi. Belaiu menambatkan ontanya di samping masjid, kemudian mamasuki masjid Nabawi setelah mengucapkan shalawat dan salam bagi Nabi.
Beliau mendekati salah satu tiang Masjid lalu shalat di sana. Usai shalat, Umar bin Khathab ra. Menghampirinya seraya bertanya; 
Umar: Dari mana anda? 
Abu Muslim: Saya dari Yaman.
Umar: bagaimana kabar saudara kita yang hendak dibakar hidup-hidup oleh musuh Allah lalu Allah menyelamatkan itu?
Abu Muslim: Alhamdullillah dia dalam keadaan baik. 
Umar: demi Allah bukankah Anda orangnya? Abu muslim: benar.
Maka Umar bin Khathab mencium antara dua mata Abu Muslim.
Umar: tidakkah Anda mendengar kabar berita tentang apa yang dilakukan Allah lkepada musuhnya dan musuh anda itu?
Abu muslim: tidak, sejak meninggalkan Yaman, saya tak lagi mendengar beritanya.
Umar: Allah  telah membunuh al-Ansi melalui tangan orang-orang yang beriman yang ada disana dan mengakhiri kekuasaanya serta mengembalikan para pengikutnya kejalan Allah.
Abu Muslim: segala puji bagi Allah yang belum mematikan saya sampai saya mendengar tewasnya penjahat itu dan kembalinya penduduk Yaman kepangkuan islam.
Umar: segala puji bagi Allah yang memberikan kesempatan kepada saya untuk bertemu dengan umat Muhammad n yang hendak diperlakukan seperti khalilullah (kesayangan Allah ) Ibrahim As.
Setelah itu Umar bin Khathab mengajak Abu Muslim menghadap Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Kemudian beliau berbai`at kepada khalifah muslimin itu.
Setibanya Abu muslim, Abu Bakar mempersilahkan beliau duduk diantara dirinya dan Umar ra. Setelah itu kedua sahabat utama tesebut berbincang-bincang mendengarkan kisah Abu Muslim mengenai Al-Aswad al-Ansi.

Cukup lama Abu muslim tinggal di Madinah . dengan tekun dia ke masjid Nabawi, shalat di Raudhah suci dan belajar kepada para tokoh sahabat seperti Abu Uabidah bin Jarrah, Abu Dzar al-Ghifari, Ubaidah Bin Shamit, Muadz bin Jabal dan Auf bin Malik Al-Asyja`. Sesudah itu beliau menuju ke Syam dan menetap disana. Belaiu memilih tinggal di perbatasan agar bergabung dengan kaum muslimin memerangi Romawi dan meraih pahala mujahid fi sabilillah.

Ketika khilafah dipegang oleh Amirul Mukminin Mu`awiyah bin Abi Sufyan, Abu Muslim sering menghadiri majlisnya. Banyak peristiwa masyhur yang menunjukkan keagungan kedua orang ini serta derajat serta adab yang diterapkan oleh mereka.

Pernah Abu Muslim mendatangi Mu`awiyah yang sedang duduk di tengah pertemuan. Beliau di kelilingi oleh para pejabat, panglima perang dan tokoh-tokoh kaum. Beliau melihat betapa orang-orang menghormati dan menyanjung Mu`awiyah secara berlebihan. Beliau kawatir hal itu akan merusak keimanan Amirul Mukminin, sehingga di dahului memeberi salam: "Assalamu`alikum ya Ajiral (pelayan) Mukminin". Spontan orang-orang menegurnya: katakanlah Amirul mukminin .

Beliau tak memperdulikan tanggapan mereka dan bahkan mengulangi salamnya: "Assalamu`Alikum Ya Ajiral Mukminin." Orang-orang berkata: Amirul mukminin, Wahai Abu muslim. beliau tetap pada pendirianya berkata: "Assalamu`Alaiukum Ya Ajiral Mukminin".

Tatkala orang-orang mulai mengecamnya, beliau berkata: "Anda adalah orang yang diangkat Allah l sebagai pejabat umat, seumpamanya orang yang disewa untuk mengurus ternak-ternaknya. Dia akan beri upah besar, jika mengurus peternakan itu dengan baik dan rajin merawat sehingga yang kecil menjadi besar, yang kurus menjadi gemuk dan yang sakit menjadi sehat. Tetapi jika teledor, tidak mengurusnya dengan baik, sehingga ternak-ternak itu kurus kering lalu mati, susut hasil bulu dan susunya, maka ia tak akan diberi upah, bahkan akan menerima murka dan hukuman. Oleh karena itu Anda wahai Mu`awiyah, boleh memilih mana yang baik dan upah mana yang anda kehendaki.

Khalifah tertunduk mendengar kemudian mengangkat kepala seraya berkata: semoga Allah membalas anda dengan yang lebih baik atas perhatian Anda kepada kami dan juga rakyat. Kami mengenal anda selalu memberikan nasihat karena Allah dan rasulnya dan bagi kebaikan kaum muslimin.

Kasus lain, ketika Abu Muslim al-Khaulani menghadiri shalat jum`at di Damaskus. Amirul mukminin menyampaikan khutbah berisi himbauan agar masyarakat membersihkan dan mengeruk sungai Barada agar airnya bersih.

Ketika beliau tengah berkutbah, dari tengah-tengah jama`ah Abu Muslim akat suara: wahai Mu`awiyah sadarkah anda bahwa hari ini atau esok Anda akan mati dan berumah dilahat? Bila anda membawa bekal, maka itulah yang di perintahkan bagi anda. Bila anda datang dengan tangan kosong maka akan anda dapati tempat anda berupa lahat dan datar saja. Saya mengharapkan wahai Mu`awiyah jangan sampai anda menyangka bahwa kekuasan adalah sekedar seperti perintah menggali sungai dan mengumpulkan harta. Khilafah menutut adanya amalan yang benar dan tindakan adil yang menyeru manusia kepada hal-hal yang diridhai Allah.‎
Wahai Mu`awiyah, tak perlu anda mengkhawatirkan keruhnya sungai bila sumbernya bersih. Sesungguhnya Anda adalah sumber kami, maka berusahalah agar diri anda bersih. Wahai Mu`awiyah, bila anda mendzalimi seseorang, maka kedzaliman itu bisa terhapus denga keadilan anda. Waspadalah terhadaop kedzaliman, sebab ia adalah kegelapan di akhirat.
Ketika Abu Muslim menyelesaikan kata-katanya, Mu`awiyah turun dari mimbar, menghampirinya lalu berkata: semoga Allah merahmati anda dan semoga Allah membalas kebaikan anda.

Contoh lain, ketika Mu`awiyah kembali tampil di mimbar untuk berkhutbah, beliau menunda pembagian harta untuk masyarakat dua bulan kedepan. Abu Muslim menegurnya: Wahai Mu`awiyah harta ini bukan harta anda ataupun harta ayah ibu anda. Mengapa anda menahanya begitu lama dari orang-orang?

Tanda kemarahan nampak tersirat pada wajah Mu`awiyah. Orang-orang menunggu apa yang hendak dilakukanya. Dia membari isyarat agar orang-orang tetap di tempat masing-masing, sementara dia turun dari mimbar, berwudhu kemudian menyiram tubuhnya lalu naik lagi ke mimbar.

Kemudian beliau mengucapkan tahmid dan tasbih dan berkata: tadi Abu Muslim mengingatkan harta ini bukanlah hartaku atau harta ayah bundaku. Sungguh tak ada yang salah pada kata itu. Aku mendengar Rasulullah n bersabda: marah itu berasal dari setan dan setan berasal dari api, maka apabila salah satu dari kalian marah, hendaklah segera mandi. Wahai saudar-saudara pergilah kalian mengambil hak kalian dengan berkah Allah.

Semoga Allah membalas kebaikan abu muslim al-Khaulani yang mampu menjadi teladan yang baik dalam menyampaikan kebenaran. Semoga Allah melimpahkan rahmat serta ridhanya kepada Amirul mukminin Mu`awiyah bin Abi Sufyan karena dia memberi teladan kepada para penguasa tentang bagaimana menerima kebenaran dan tuduk kepada kalimat yang benar.

PELAJARAN YANG BISA DI AMBIL

Hendaknya bersikap tegar dan teguh dalam menghadapi kebatilan dan tetap bersih kuku dalam memegang kebenaran walaupun tantanganya adalah nyawa.
Hendaknya selalu nasihat menasihati kepada siapaun dan kapanpun dan dimanapun berada harus nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Hendaknya menerima nasihat dari siapapun dan memuji orang yang menasihatinya.
Apabila marah hendaknya segera berwudhu dan mandi, karena marah adalah dari setan dan setan adalah dari api.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar