Minggu, 26 Februari 2017

Sholawat Thibil Qulub

Shalawat Thibbul Qulub Syaikh Ahmad al-Dardir al-Khalwatiy
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا . وَقُوْتِ اْلأَرْوَاحِ وَغِذَائِهَا . وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ .
Artinya:”Ya Allah, limpahkanlah rahmat yang disertai ta’zhim kepada Nabi Muhammad sebagai penyembuh semua hati dan menjadi obatnya, keafiatan badan dan kesembuhannya, cahaya segala penglihatan dan menjadi sinarnya, menjadi makanan jiwa santapannya. Dan semoga terlimpahkan pula shalawat dan salam kepada keluarga  dan sahabat beliau.”

Dalam kitab Saadah al-Darain Fi Shalat Ala sayyid al-kaunain, syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhani menisbahkan shalawat ini kepada Syaikh Abu al-Barakat Ahmad al-Dardir.

Ada sedikit perbedaan redaksi dari shalawat Thibb al-Qulub atau yang disebut juga shalawat al-Thibbiyyah ini, dalam redaksi Syaikh Ahmad al-Shawiy tidak ada tambahan (وَقُوْتِ اْلأَرْوَاحِ وَغِذَائِهَا). Tambahan tersebut disebutkan oleh Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhaniy dalam kitab Saadah al-Darain Fi Shalat Ala Sayyid al-Kaunain. Kemudian Sayyid Muhammad Ibn Alawiy al-Maliky mengukuhkan kembali dalam kitab ‎Abwab al-Faraj dan Sawariq al-Anwar Min Ad’iyah al-Sadah al-Akhyar.

Habib Abu Bakar Ibn Abdullah Ibn Alawiy al-Atthas pengarang kitab Risalah al-Kautsar, menamakan shalawat Thibb al-Qulub dengan sebutan shalawat Nur al-Abshar.

Syaikh al-Hasan ad-Daymainiy at-Tijaniy membuat gubahan nazham dari redaksi shalawat Thibbul Qulub sebagai berikut:

^ صلاة طب القلوب ^

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا . وَقُوْتِ اْلأَرْوَاحِ وَغِذَائِهَا . وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ :

اللـهمّ صلينْ وســلمن على * سيدنا محــــمد الذي علا
طب القلوب ودوا عــلتها       * شفاء الابـــدان وعافيتها
ونور الابصار الذي أيضا به * ضــياؤها وآله وصحبه

Biografi Syaikh Ahmad al-Dardir
Imam Abu al-Barakat Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ahmad al-Adawiy al-Malikiy al-Khalwatiy yang dikenal dengan Syaikh al-Dardir, seorang ulama shufi, pakar fiqh, teologi, tafsir, hadis, gramatika dan lain-lain. Pendidikannya dimulai sejak beliau menghafal al-Qur’an pada masa kecilnya. Kemudian melanjutkan ke al-Azhar dengan mengikuti perkuliahan para ulama terkemuka di sana seperti Syaikh Muhammad al-Dafariy dan lain-lain.
            
Dalam studi hadis, Syaikh al-Dardir banyak belajar kepada Imam al-Shabbagh dan Syamsuddin al-Hifniy. Dalam studi fiqh, beliau belajar kepada Imam Ali al-Shaidi yang merupakan ulama terkemuka dalam mazhab Maliki. Lalu beliau menjalani kehidupan shufi di bawah bimbingan Imam al-Hifniy. Setelah Imam Ali al-Shaidi meninggal, Syaikh al-Dardir menggantikan posisinya sebagai mufti dan guru besar dalam mazhab Maliki di Mesir, baik ilmu-ilmu zhahir maupun ilmu bathin (tashawuf).
            
Syaikh al-Dardir dilahirkan  pada tahun 1127 H/1715 M. Beliau wafat pada tahun 1201 H/1786 M. beliau termasuk ulama produktif, meninggalkan sejumlah karangan yang populer hingga kini. Karangannya meliputi bidang studi fiqh, gramatika, tashawuf, teologi, tafsir dan lain-lain. Diantara karangannya dalam bidang fiqh adalah Aqrab al-Masalik Li Mazhab al-Imam Malik, Syarh Mukhtashar Khalil dan lain-lain. Dalam bidang gramatika beliau menulis Tuhfah al-Ikhwan Fi ilm al-bayan. Dalam bidang teologi, karyanya yang popular dan menjadi kajian para pelajar adalah al-Kharidah al-Bahiyyah, sebuah kitab yang menguraikan teologi al-Asy’ariyah dalam bentuk Nazham.

Karamah Syaikh Ahmad al-Dardir
Syaikh Hasan al-Adawiy pernah mengalami ujian berat yang dilakukan oleh penguasa Mesir. Kemudian beliau teringat akan pesan gurunya, Syaikh Muhammad al-Siba’iy yang pernah mengabarkan kepada beliau, bahwa engkau akan mendapatkan Futuh dari Syaikh al-Dardir. Sejak saat itu Syaikh Hasan al-Adawiy melakukan ziarah ke maqam Syaikh al-Dardir dan selalu bertawassul kepadanya. Sehingga pertolongan dan kemenangan, Allah berikan kepada Syaikh Hasan al-Adawiy.

Keutamaan Shalawat Thibb al-Qulub
Syaikh Ahmad Ibn Muhammad al-Shawiy al-Malikiy berkata; “Apabila shalawat Thib al-Qulub dibaca sebanyak 400 kali atau 2000 kali, diniatkan buat orang sakit, maka dengan izin Allah, penyakit apapun akan sembuh.”
            
Dihikayatkan ada orang mendatangi Habib Ahmad Ibn Hasan al-Atthas di kota Huraidhah, ia mengadukan perihal matanya yang telah mengalami gangguan penglihatannya. Kemudian Habib Ahmad mengusap kedua mata orang tersebut dan beliau memerintahkan agar ia memperbanyak membaca shalawat Thibb al-Qulub. Habib Ahmad lalu berkata: “Habib Muhammad Ibn Zain Baabud telah mengabarkan diriku bahwa ia berkata; mataku pernah mengalami ganguan penglihatan sehingga aku minta solusi kepada Habib Shalih Ibn Abdullah al-Atthas kemudian beliau mengusap kedua mataku dan beliau memerintahkan agar aku membaca shalawat Thibb al-Qulub setiap hari sebanyak 300 kali, maka aku amalkan shalawat itu sehingga aku diberikan kesembuhan yang segera.
            
Selain shalawat Thibb al-Qulub, syaikh Ahmad al-Dardir memilki beberapa kumpulan shalawat diantaranya;

Shalawat al-Ridhaiyyah

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً الرِّضَا وَارْضَ عَنْ أَصْحَابِهِ رِضَاءَ الرِّضَا .

Artinya: “Ya Allah, berikan rahmat yang disertai Ta’zhim kepada Nabi Muhammad, sebenar-benar shalawat sempurna yang Engkau ridha dan Engkau berikan keridhaan kepadanya, dan berikanlah keridhaan yang tinggi kepada para sahabatnya.”
            
Para ulama mengatakan; “Keutamaan shalawat al-Ridhaiyyah, apabila dibaca 70 kali, akan mengabulkan segala doa kebaikan.”

Shalawat al-Wishal

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ صَلاَةً تَلِيْقُ بِجَمَالِهِ وَجَلاَلِهِ وَكَمَالِهِ وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَذِقْنَا بِالصَّلاَةِ عَلَيْهِ لَذَّةَ وِصَالِهِ .

Artinya: “Ya Allah, berikan rahmat yang disertai Ta’zhim kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebenar-benar shalawat yang pantas dengan keagungan, kebesaran dan kesempurnaannya. Berikanlah pula shalawat dan salam kepada beliau dan keluarganya. Anugrahkanlah kami kelezatan bertemu dengan beliau dengan keberkahan bershalawat kepadanya.”

Dinamakan shalawat al-Wishal lantaran menurut keterangan para ulama, siapa saja yang lazim membacanya, akan Allah sampaikan dirinya bertemu dengan makhluk yang paling mulia yakni Nabi Muhammad.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar