Jumat, 03 Maret 2017

Pucang Kalak Kayu Yang Bertuah

Dalam banyak dokumentasi foto Bung Karno, tidak sedikit yang menampakkan sosok Putra Sang Fajar itu memegang atau mengempit tongkat komando. Dalam hierarki kemiliteran, posisinya sebagai Panglima Tertinggi, tentu saja merupakan hal yang wajar jika ia sering terlihat memegang tokat komando. Sama seperti yang sering kita lihat, ketika Panglima TNI, Panglima Kodam, Kapolri, memegang tongkat komando.

Berkali-kali Bung Karno berkata bahwa Tongkat Komando-nya tidak memiliki daya sakti, daya linuwih..”itu hanya kayu biasa yang aku gunakan sebagai bagian dari penampilanku sebagai Pemimpin dari sebuah negara besar” kata Bung Karno pada penulis Biografi-nya, Cindy Adams pada suatu saat di Istana Bogor.

Bung Karno sendiri memiliki tiga tongkat komando yang bentuknya sama, satu tongkat yang ia bawa ke luar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya dan satu tongkat waktu ia berpidato. Namun kalau keadaan buru-buru dan harus pergi, yang kerap ia bawa adalah tongkat sewaktu ia berpidato.

Pernah suatu saat Presiden Kuba, Fidel Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda “Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian?” Bung Karno tertawa saja, saat itu Castro meminta peci hitam Bung Karno dan Bung Karno pake pet hijau punya-nya Castro. “Pet ini saya pakai waktu saya serang Havana dan saya jatuhkan Batista” kata Castro mengenai Pet hijaunya itu.

Apakah tongkat Bung Karno itu memiliki kesaktian? seperti Keris Diponegoro ‘Kyai Salak’ atau keris Aryo Penangsang ‘Kyai Setan Kober’ wallahu’alam . Tapi Bung Karno sakti, itu sudah jelas. Peristiwa paling menggemparkan bagi publik Indonesia adalah saat Bung Karno ditembak dari jarak dekat pada sholat Idul Adha. Tembakan itu meleset dan ini yang jadi heboh, bagaimana bisa penembaknya adalah seorang jago perang terlatih, kenapa menembak dari hanya jarak 5 meter tidak kena. Di Radio-radio saat itu saat sidang pengadilan penembak Bung Karno, terungkap saat Bung Karno membelah dirinya menjadi lima. Penembak bingung ‘mana Bung Karno’ ?

Kesaktian Bung Karno sebenarnya adalah ‘kesaktian’ tiban, ‘tiban’ adalah suatu istilah Jawa bahwa kesaktian itu tidak dipelajari. Waktu lahir Sukarno bernama Kusno, ia sakit keras kemudian diganti nama Sukarno. Setelah sehat, datanglah kakek Sukarno, Hardjodikromo datang dari Tulungagung untuk berjumpa dengan Sukarno kecil saat itu, sang Kakek melihat ada sesuatu yang lain di anak ini. Kakek Sukarno sendiri adalah seorang sakti, ia bisa menjilati bara api pada sebuah besi yang menyala.

– Rupanya di lidah Sukarno ada kemampuan lebih yaitu mengobati orang, Sukarno dicoba untuk mengobati bagian yang sakit dengan menjilat-.

Kakek Sukarno, tau bahwa ini kesaktian, tapi harus diubah asal cucunya jangan hanya jadi dukun, tapi jadi seorang yang amat berguna untuk bangsanya. Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari Jawa Tengah yang menolak sistem tanam paksa Cultuurstelsel Van Den Bosch, ia ke Tulungagung dan memulai usaha sebagai saudagar batik. Leluhur Bung Karno dari pihak Bapaknya adalah Perwira Perang Diponegoro untuk wilayah Solo. Nama leluhur Bung Karno itu Raden Mangundiwiryo yang berperang melawan Belanda, Mangundiwiryo ini adalah orang kepercayaan Raden Mas Prawirodigdoyo salah seorang Panglima Diponegoro yang membangun benteng-benteng perlawanan antara Boyolali sampai Merbabu. Setelah selesainya Perang Diponegoro, Raden Mangundiwiryo diburu oleh intel Belanda dan ia menyamar jadi rakyat biasa di sekitar Purwodadi, mungkin akar inilah yang membuat ikatan batin antara Jawa Tengah dan Bung Karno.

– Seperti diketahui Jawa Tengah adalah basis utama Sukarnois terbesar di Indonesia-.

Mangundiwiryo memiliki kesaktian yaitu ‘Ucapannya bisa jadi kenyataan’ istilahnya ‘idu geni’. Rupanya ini menurun pada Bung Karno. Melihat kemampuan ‘idu geni’ Bung Karno itu, Kakeknya Hardjodikromo berpuasa siang malam agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin, pada suatu saat Hardjodikromo bermimpi rumahnya kedatangan seorang yang amat misterius, berpakaian bangsawan Keraton Mataram dan mengatakan dengan amat pelan ‘bahwa cucumu adalah seorang Raja bukan saja di Tanah Jawa, tapi di seluruh Nusantara’. Kelak Hardjodikromo mengira bahwa itu adalah perwujudan dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan Mataram paling cerdas.

Sejak mimpi itu, kemampuan Bung Karno menjilat dan menyembuhkan langsung hilang berganti dengan ‘kemampuan berbicara yang luar biasa hebat’.

Bung Karno sendiri -menurut buku Giebbels, salah seorang Sejarawan Belanda- sudah diramalkan akan terbunuh dengan benda-benda tajam. Untuk itulah ia amat takut dengan jarum suntik, Bung Karno sendiri agak paranoid terhadap benda-benda tajam, ketika penyakit ginjalnya amat parah, ia menolak untuk berobat ke Swiss karena disana ia pasti akan dibedah dengan pisau tajam. Ia memilih obat-obatan herbal dari Cina.

Akan tetapi, tidak begitu dari kacamata spiritual. Kalangan yang percaya hal-hal ghaib. Kalangan yang percaya adanya kekuatan tertentu pada benda-benda keramat. Kalangan yang percaya adanya hal-hal metafisik yang tidak bisa dibahas dengan kalimat lugas, dan tidak bisa dinalar dengan pola pikir normal. Nah, kelompok ini, begitu eksis di Indonesia, sejak dulu sampai sekarang.

Di antara kalangan mereka, percaya betul bahwa tongkat komando Bung Karno bukanlah sembarang tongkat. Tongkat komando Bung Karno adalah tongkat sakti, yang berisi keris pusaka ampuh. Bahkan, kayu yang dibuat sebagai tongkat pun bukan sembarang kayu, melainkan kayu pucang kalak. Pucang adalah jenis kayu, sedangkan Kalak adalah nama tempat di selatan Ponorogo, atau utara Pacitan. Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman keramat. Nah, di atas persemayaman itulah tumbuh pohon pucang.‎

Banyak yang berpendapat bahwa tongkat Bung Karno memiliki kesaktian yang luar biasa, namun hal itu dibantah oleh Bung Karno. Akan tetapi banyak orang yang berpendapat bahwa tongkat Bung Karno adalah tongkat yang sakti. Menurut kesaksian salah satu ajudan Bung Karno ketika di wawancarai dalam reality show “mata Najwa” mengatakan bahwa suatu ketika ada tamu yang bertanya tentang apa isi didalam tongkat Bung Karno, dan Bung Karno hanya membuka tongkat itu lalu seketika semua lampu mati, ketika tongkat itu ditutup kembali semua lampu  menyala. Sungguh kesaksian mistis yang bersejarah bahwasanya tongkat Bung Karno memiliki kesaktian yang luar biasa.

Namun kali ini akan saya sampaikan bahwa kayu untuk membuat tongkat Bung Karno itu bukanlah kayu sembarangan. Jenis kayu yang digunakan untuk membuat tongkat tersebut adalah jenis pohon pucang, pohon pucang memang tumbuh diberbagai daerah namun hanya satu jenis pucang kalak yang tumbuh di bumi pertiwi ini. Pucang kalak menurut sejarah dunia mistis pohon itu hanya tumbuh di daerah utara pacitan jawa timur, lebih tepatnya masuk ke wilayah kabupaten Ponorogo. Dimana kabupaten ini terkenal dengan seni Reog yang mengisahkan awal mula Ponorogo. Dan Reog di daerah ini sangat dianggap saklral hingga membuat para penonton bisa merasakan aura magis bila menyaksikanya dari dekat.

Kembali lagi ke asal muasal pohon pucang kalak, di daerah ponorogo bagian selatan yang paling dekat dengan utara pacitan ada sebuah wilayah kecamatan slahung. Sebuah desa dengan nama slahung, ya hanya di desa slahung inilah dahulu banyak pohon pucang kalak. Namun saat ini pohon itu sudah punah, dan di daerah ini juga terdapat makam seorang Adipati Joyonegoro salah satu keturunan raja Mataram.

Hingga kisah ini diterbitkan, banyak yang sependapat bahwa pucang kalak dahulunya adalah pohon yang tumbuh di desa slahung. Dan hingga sampai ke tangan Bung Karno, sebuah kisahpun terjadi. Pada ketika suatu hari Bung Karno di datangi oleh seorang dengan  membawa sepotong balok kayu yang di tebang dengan tangannya sendiri, lalu Bung Karno menerimanya dengan senang hati setelah itu kemudian hari Bung Karno membawanya ke pengrajin kayu di jawa tengah untuk meminta membuatkan sebuah tongkat komando yang apik.

Tidak hanya itu saja sebuah benda pusaka ditanamkan pada tongkat komando itu, dengan sebutan pusaka “sodo lanang” yakni dalam bahasa Indonesia adalah “lidi Pria”. Sebuah pusaka dengan kemampuan daya tarik yang luar biasa, dan membuat pemiliknya memiliki kewibawaan yang tiada tara, dikisahkan oleh ajudannya yang disuruh memegang tongkat itu ketika Bung Karno ada pertemuan, Nampak kisah dari ajudan yang diminta membawanya ia merasa menjadi orang yang besar penuh wibawa. 

Akan tetapi menurut para pengamat tidak semua orang mampu membawa pusaka itu, karena dalam merumatnya membutuhkan orang yang benar-benar bersih dan mendedikasikan hidupnya hanya untuk kepentingan orang banyak. Oleh sebab itulah, tongkat Bung Karno tidak bisa dimiliki sembarangan orang. Sedikit informasi bahwa pusaka “sodo Lanang” ini adalah asal muasal dari kisah danau Ngebel yang berada di Ponorogo.

Ada berbagai macam jenis kayu pucang, tetapi dipercaya pucang kalak memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu cara untuk menguji keaslian dari kayu pucang kalak, pegang tongkat tadi di atas permukaan air. Jika bayangan di dalam air tersebut muncul menyerupai seekor ular yang sedang berenang, maka berarti kayu pucang kalak itu asli. Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu artinya bukan pucang kalak. Pucang biasa, yang banyak tumbuh di se antero negeri.

Begitulah sudut pandang yang penuh mistis masyarakat spiritual terhadap tongkat komando yang dimiliki oleh Bung Karno. Alhasil, tidak sedikit yang suka menghubungkan dengan besarnya pengaruh Sukarno. Tidak sedikit juga orang yang menghubungkan dengan kemampuannya menyirap kawan maupun lawan. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan “kesaktian” Sukarno, sehingga lolos dari beberapa kali percobaan pembunuhan.

Sebagai tambahan dalam khasanah politik Indonesia, ‘ageman’ atau pegangan itu soal biasa. Misalnya Jenderal Sumitro, tokoh utama dalam rivaalitas dengan Ali Moertopo pada peristiwa Malari 1974, sebelum meletusnya Malari kedatangan seorang anak muda dengan pakaian dekil dan menyerahkan sebilah keris “Untuk menang Pak” kata anak muda itu.

Pak Harto sendiri punya ageman banyak yang bilang pusat kekuatan Pak Harto itu ada di Bu Tien Suharto, banyak yang bilang juga di ‘konde’ bu Tien. Tapi yang jelas Pak Harto adalah seorang pertapa, seorang ahli kebatinan tinggi, ia senang tapa kungkum di tempuran (tempuran = pertemuan dua arus kali) di Jakarta ia sering sekali bertapa di dekat Ancol tengah malam, saat tarik ulur dengan Bung Karno antara tahun 1965-1967.‎
Itulah sedikit asal muasal kisah dari kayu pucang kalak yang tidak banyak orang ketahui dan banyak juga yang salah menafsirkan. Semoga info ini bermanfaat, semua kebenaran hanya milik Tuhan YME, kita manusia hanya segelintir kuasa yang tidak sebanding denga ilmu Tuhan. Hindarilah sombong dan bertawakalah menurut kayakinan masing-masing.‎

2 komentar:

  1. 3 Kayu Langka dari Pulau Karimunjawa

    KAYU DEWADARU, kayu ini dipercaya penduduk setempat dan para pendatang bisa:
    ➖ Mengusir atau membersihkan tempat yang diyakini ditempati jin jahat
    ➖ Menyembuhkan segala macam penyakit dengan cara: kayu dimasukkan kedalam air putih, dan diminum dengan mengucapkan basmalah dan shalawat
    ➖ Menjadi senjata untuk mengalahkan musuh

    KAYU KALIMASADA, kayu ini dipercaya jika dibawa kemana-mana bisa:
    ➖ Membawa kewibawaan dan disegani orang lain
    ➖ Membawa mahabbah (semua orang yang dekat akan menghormati Anda)

    KAYU STIGI, kayu ini menurut orang yang pernah menggunakannya dipercaya bisa berguna untuk mengobati gigitan atau sengatan hewan berbisa
    Dengan cara ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit, insya Allah perlahan-lahan akan berkurang rasa sakitnya, atau hilang sama sekali

    Cara Tes Kayu Stigi Asli
    Kayu Stigi Tenggelam di Air
    Kayu Stigi

    BalasHapus