Jumat, 03 Maret 2017

Gaharu Kayu Termahal Di Dunia

Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman juga mengandung resin khas yang diproduksi oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam pengolahan parfum dan setanggi (wangi-wangian) karena beraroma harum. Gaharu dari awal era modern (dimulai 2000 tahun yang lalu) telah menjadi item perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke Afrika Timur, Persia, Jazirah Arab juga India.

Proses Pembentukan
Gaharu diproduksi oleh tumbuhan sebagai reaksi dari mikroba yang sudah masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka yang diderita tanaman berkayu bisa terjadi secara alami karena terdapatnya cabang dahan yang kulitnya terkelupas atau patah, ataupun terjadi secara sengaja karena penggergajian dan pengeboran yang dilakukan oleh manusia. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman ditetapkan sebagai benda asing yang membuat sel tanaman akan memproduksi suatu senyawa fitoaleksin yang berguna sebagai pertahanan terhadap bakteri jahat dan penyakit. Senyawa fitoaleksin tersebut bisa berupa resin berbau harum serta berwarna coklat, dan menumpuk pada pembuluh floem dan xilem sebagai pencegah melebarnya luka ke jaringan lain. Namun, bila mikroba yang menginfeksi tanaman bisa mematikan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tumbuhan yang terluka akan membusuk. Ciri-ciri bagian tumbuhan yang telah memproduksi gaharu yaitu kulit batang menjadi lembek, tajuk tumbuhan menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelengkungan, atau bertambah tebalnya pada batang dan cabang tumbuhan. Senyawa gaharu bisa menghasilkan wangi yang harum karena terdapat senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan bisnis, manusia mengebor batang tumbuhan yang memproduksi kayu gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap jenis pohon penghasil gaharu memiliki mikroba khusus untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam volume yang besar.‎

GAHARU merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi, sehingga sangat tepat apabila dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia. Hampir semua bagian pohon gaharu ini dapat dimanfaatkan untuk bahan baku produk, praktis tidak ada bagian yang terbuang. Kayu gaharu yang terinfeksi atau disebut gubal mempunyai nilai jual yang sangat tinggi, sementara gubal gaharu kualitas rendah dapat disuling untuk produksi minyak dengan harga yang sangat menjanjikan. Daun gaharu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan teh gaharu. Turunan produk gaharu pun semakin hari semakin meningkat variasinya, menempatkan pohon gaharu sebagai pohon industri.

Manfaat gaharu diantaranya adalah pewangi rungan, bahan baku industri parfum ekslusif, bahan baku industri kosmetika, bahan baku untuk bahan obat (kanker, asmatik, perangsang, dll), bahan HIO (untuk ritual agama hindu, budha dan Kong Hu Chu), bahan Kohdoh (jepang), serta daunnya dimanfaatkan untuk teh hijau (agarwood tea). Harga gubal gaharu bervariasi tergantung grade(kualitas), harga gubal gaharu grade super di pasar lokal mencapai Rp 25 jt/kg, sedangkan harga terendah Rp 50 ribu/kg untuk kayu gaharu yang tidak mengandung resin sama sekali.

Negara potensial pemakai gaharu (pengimpor) adalah Saudi Arabia, Kuwait Yaman, United Emirat, Turki, Singapura, Jepang, dan Amerika. Kebutuhan gaharu dari tahun ke tahun terus meningkat berbanding lurus dengan harganya. Sementara stok gaharu alam semakin menurun akibat ditebang terus-menerus tanpa diimbangi penanaman. Kebutuhan gaharu dunia terus meningkat sehubungan dengan semakin meningkatnya pemanfaatan gaharu terutama untuk obat-obatan di China. Kebutuhan obat merupakan kebutuhan pokok umat manusia, yang keberadaanya sangat dibutuhkan manusia.

Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil gaharu terbesar di dunia, namun saat ini potensinya menurun, bahkan gaharu sudah menjadi jenis yang langka ditemukan. Beberapa jenis pohon penghasil gaharu sebagian besar termasuk dalam famili Themeleaceae, terutama dari genus Aquilaria dan Gyrinops, yang dapat menghasilkan gubal gaharu dengan kualitas terbaik (harga tinggi). Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penanaman gaharu diperlukan pengetahuan yang memadai dalam bidang silvikultur (teknik budidaya) dan teknologi untuk mempercepat mendapatkan gubal gaharu (inokulasi). Tanpa mengetahui kedua masalah tersebut diatas, rasanya sulit untuk mendapatkan hasil gaharu yang memuaskan. Perlu diketahui bahwa tidak semua pohon gaharu menghasilkan gubal gaharu, hanya pohon yang terinfeksi cendawan tertentu saja yang dapat menghasilkan gubal gaharu. Sehingga secara alami pohon gaharu yang dapat menghasilkan gubal, prosentasenya sangat kecil, Oleh karena itu diperlukan teknologi inokulasi untuk mempercepat terbentuknya gubal gaharu. Ayo lestarikan hutan Indonesia demi generasi mendatang.

Apa itu agarwood (gaharu)?
Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, memiliki kandungan damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi secara alami atau buatan pada pohon Aguilaria sp (Thymelaeaceae).

Harga 1 Batang Pohon Agarwood bisa mencapai beberapa ribu dollar USD per kilogram, makanya Pohon Ini disebut sebagai “POHON YANG SANGAT MAHAL DI DUNIA – ”MOST EXPENSIVE TREES IN THE WORLD”

Setelah Penyulingan Harga Minyak Gaharu Bisa Mencapai Sekitar USD 5,000 ~ USD 10,000/kg dan Setelah Dibuat Menjadi Cairan Extract Harganya Mampu Mencapai Lebih Dari USD 30,000 atau Rp. 300.000.000,- / Liter.
‎JENIS - JENIS GUBAL GAHARU

Tidak semua gubal dihargai sama, ada kuwalitas yang membedakannya. Cara membedakan mana kuwalitas gubal dari kayu gaharu yang bisa dibilang "super", "biasa" dan "buruk" adalah sebagai berikut :
"GUBAL KAYU GAHARU SUPER" Warna hitam merata, wangi dan aroma yang ditimbulkan kuat.
"GUBAL KAYU GAHARU SUPER AB" warna hitam kecokelatan, cukup wangi, aroma yang ditimbulkan kuat.
"GUBAL KAYU GAHARU SABAH SUPER" warna hitam kecokelatan, wangi sedang dengan aroma yang ditimbulkan agak kuat.
"GUBAL KAYU GAHARU KELAS C" warna hitam dengan banyak garis putih dengan kepingan tipis dan cenderung rapuh.
Selain gubal dari kayu gaharu, kemedangannya juga memiliki nilai jual yang tinggi. Berikut merupakan daftar jenis serta harga dari kuwalitas kemedangan yang ada di pasaran :
"TANGGUNG A" warna cokelat kehitaman, wangi dengan aroma yang kuat
"SABAH I" warna cokelat bergaris putih tipis, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
"TANGGUNG AB" warna cokelat bergaris putih agak tebal, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
"TANGGUNG C" warna kecokelatan bergaris putih agak tebal, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
"KEMEDANGAN I" warna kecokelatan bergaris putih agak lebih tebal, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
'KEMEDANGAN II" warna keabu - abuan bergaris hitam yang tipis, wanginya kurang, dengan aroma yang kurang kuat juga.
"KEMEDANGAN III" warna putih keabu - abuan, wanginya kurang harum, dan aroma kurang kuat juga.
"ABU DAN SISA" merupakan potongan atau hasil terakhir pengolahan dari kayu gaharu ini.
Harga gaharu semakin hari semakin meningkat, namun kita sebagai manusia haruslah tetap bijak. Jangan hanya memanen kayu gaharu dari hutan alam, tapi kita sebaiknya membudidayakannya sendiri mulai sekarang.

Manfaat Agarwood

- Aktivitas Kebudayaan - Islam, Budha, Hindu
- Perayaan Keagamaan - Kebanyakan di Negara Islam dan Arab
- Wangi Parfum - Wanginya Tahan Lama Banyak Diminati di Negara Eropa Seperti Daerah Yves Saint Laurent, Zeenat dan Amourage
- Aroma Terapi - Menyegarkan Tubuh, Perayaan dan Undangan
- Kecantikan - Sabun, Shampo Yang Harum Semerbak
- Obat & Kesehatan - Biasa Digunakan di Pengobatan Tradisional Khususnya Dinegara China dan Jepang
- Koleksi Pribadi - Untuk Ruangan Besar Khusus Eksklusif

Kebutuhan Agarwood Dunia

Kebutuhan dunia akan agarwood atau gaharu terus meningkat. Menurut statistik, Indonesia yang pada tahun 1995 menjadi pengexport gaharu yang cukup besar, kini nilai exportnya semakin menurun.

Mengingat permintaan dunia akan agarwood yang terus meningkat, maka proyek Pengembangan Agarwood sangat menguntungkan "Investment for Highest Profit"

Penanganan Bibit Gaharu Cabutan/Stump

Berikut ini kami sampaikan beberapa catatan untuk mendukung keberhasilan pemeliharaan bibit gaharu (Aquilaria malaccensi) yang berasal dari cabutan/stump (pengiriman dari tempat lain) :

Pemeliharaan bibit yang berasal dari cabutan/stump harus terlebih dahulu dikondisikan dengan penyungkupan. Pemeliharaan bibit tanpa penyungkupan beresiko kegagalan walaupun bedeng pemeliharaan telah diletakkan di bawah naungan sekalipun. Ikuti petunjuk teknis pembuatan sungkup sebagaimana yang kami lampirkan. Sungkup terbuat dari plastic dan plastic sungkup tersebut dapat diperoleh dari toko peralatan pertanian atau toko plastic.

Media tanam sebaiknya merupakan campuran: tanah : kompos : pasir (2:1:1)
Penyiraman pertama harus betul-betul jenuh air dan penyiraman berikutnya hanya dilakukan jika media tanam terlihat kering. Dalam penyiraman tersebut dihindari membuka sungkup ukuran besar, cukup hanya dimasuki selang/lobang kecil.

Peletakan sungkup/bedeng pemeliharaan harus di bawah naungan tegakan (sebaiknya rindang) sehingga tidak ada sinar matahari langsung dengan intensitas tinggi dan lama. Paranet/shading net 75% diperlukan jika naungan tegakan kurang dan sebaiknya diatas sungkup diberikan lagi jerami/ pelepah daun kelapa/sawit. Periksa jika terjadi kebocoran pada sungkup.

Hindari membuka-tutup sungkup cukup sering. Dengan pembuatan sungkup yang tepat, kondisi di dalam sungkup akan terlihat mengembun dan tidak kering. Jika terlalu sering membuka dan menutup sungkup bibit beresiko kematian.

Setelah 3-4 minggu, sungkup dibuka secara bertahap, dilarang membuka sungkup sekaligus. Contoh : hari pertama dibuka 0,5 meter, hari kedua 1 meter dan seterusnya. Jika dibuka sekaligus bibit beresiko kematian.

Setelah dikeluarkan dalam sungkup, bibit dipeliharan dibawah naungan paranet dan sebaiknya juga di bawah tegakan agar tercipta iklim yang baik bagi pertumbuhan bibit.

MEMPERCEPAT PRODUKSI GAHARU DENGAN TEKNOLOGI INOKULASI

Gaharu merupakan komoditi elit hasil hutan bukan kayu yang saat ini banyak diminati oleh konsumen baik dalam maupun luar negeri. Pemanfaatan gaharu sangat bervariasi dari bahan baku pembuatan dupa, parfum, aroma terapi, sabun, body lotion, hingga bahan obat-obatan sebagai anti asmatik, anti mikrobia, stimulan kerja syaraf, dan pencernaan. Akibat dari pola pemanenan dan perdagangan yang masih mengandalkan alam, beberapa jenis tertentu pohon penghasil gaharu mulai langka dan telah masuk dalam appendix II CITES.

Mengantisipasi kemungkinan pubahnya pohon penghasil gaharu jenis-jenis langka sekaligus pemanfaatannya secara lestari. Badan Litbang Kehutanan melakukan upaya konservasi dan budidaya serta rekayasa untuk mempercepat produksi gaharu dengan teknologi induksi atau inokulasi.

Serangkaian penelitian yang dilakukan Badan Litbang Kehutanan saat ini telah menghasilkan teknik budidaya pohon penghasil gaharu dengan baik, mulai dari perbenihan, persemaian, penanaman, hingga pemeliharaannya. Sejumlah isolat jamur pembentuk gaharu hasil eksplorasi dari berbagai daerah di Indonesia telah teridentifikasi berdasar ciri morfologis. Penelitian yang dilakukan juga telah menghasilkan empat isolat jamur pembentuk gaharu yang telah teruji dan mampu membentuk infeksi gaharu dengan cepat. Inokulasi menggunakan isolat jamur tersebut telah menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hanya dalam waktu satu bulan. Ujicoba telah dilakukan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Barat (Sukabumi dan Darmaga), dan Banten (Carita).

Secara teknis, garis besar tahapan rekayasa produksi gaharu dimulai dengan isolasi jamur pembentuk yang diambil dari pohon penghasil gaharu sesuai jenis dan ekologi sebaran tumbuh pohon yang dibudidayakan. Isolat tersebut kemudian diidentifikasi berdasar taksonomi dan morfologi lalu dilakukan proses skrining untuk memastikan bahwa jamur yang memberikan respon pembentukan gaharu sesuai dengan jenis pohon penghasil gaharu agar memberikan hasil optimal. Tahap selanjutnya adalah perbanyakan jamur pembentuk gaharu tadi, kemudian induksi, dan terakhir pemanenan. Untuk saat ini, produksi gaharu buatan yang dipanen pada umur 1 tahun berada pada kelas kemedangan dengan harga jual US$ 100 per kilogram.

Di pasaran dalam negeri, kualitas gaharu dikelompokkan menjadi 6 kelas mutu, yaitu Super (Super King, Super, Super AB), Tanggung, Kacangan (Kacangan A, B, dan C), Teri (Teri A, B, C, Teri Kulit A, B), Kemedangan (A, B, C) dan Suloan. Klasifikasi mutu tersebut berbeda dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang membagi mutu gaharu menjadi 3 yaitu Klas Gubal, Kemedangan, dan Klas Abu. Perbedaan klasifikasi tersebut sering merugikan pencari gaharu karena tidak didasari dengan kriteria yang jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar