Jumat, 26 Februari 2021

Filosofi Pamor Tejo Kinurung

 Pamor Tejo Kinurung adalah perpaduan dari pamor Sodo Sakler dan pamor Wengkon. Seluruh tepi bilah Keris dilingkari pamor berbentuk garis menyerupai bingkai dan ditengah bilah terdapat pamor yang menyerupai garis lurus dari pangkal sampai ujung bilah.


Pamor Tejo Kinurung dipercaya memiliki tuah yang berkaitan dengan kepemimpinan, derajat dan juga untuk perlindungan fisik maupun non fisik. Pamor ini tergolong pemilih, artinya tidak semua orang bisa cocok memilikinya.


Bentuknya memang tampak sederhana, tapi dari segi garap pamor Tejo Kinurung memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena untuk mempertahankan garis bingkai dengan spasi dan jarak yang sama pada sisi tepi bilah Keris tanpa terputus yang dipadukan dengan garis tengah yang tegak lurus tidak terputus tidaklah mudah, dan hanya Empu berpengalaman saja yang bisa membuatnya karena pamor Tejo Kinurung termasuk jenis pamor rekan yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dalam pembuatannya.


Pamor yang berbentuk garis lurus ditengah bilah Keris melambangkan pertumbuhan karier, pangkat, jabatan dan agar pemiliknya bisa meraih cita-citanya. Pamor adeg juga memiliki makna agar pemiliknya dapat menempuh jalan yang lurus serta memiliki keteguhan hati dalam menempuh kehidupan.


Sedangkan pamor berbentuk bingkai pada tepi bilah Keris melambangkan perlindungan. Jadi diharapkan pemilik Keris berpamor Tejo Kinurung senantiasa mendapatkan perlindungan dari Yang Maha Kuasa.


Keris dengan pamor Tejo Kinurung juga dipercaya memiliki tuah untuk melanggengkan jabatan atau kekuasaan. Garis adeg ditengah bilah melambangkan jabatan atau pangkat yang semakin tinggi, sedangkan pamor wengkon ditepi bilah melambangkan perlindungan. Jadi, jabatan atau pangkat pemilik Keris pamor Tejo Kinurung akan semakin meningkat dan terlindungi.


Pamor Tejo Kinurung juga dipercaya dapat melindungi pemiliknya dari marabahaya, baik yang bersifat fisik/nyata maupun yang bersifat non fisik/ghaib.


Keris dan Isoteri (tuah) ibarat dua sisi mata uang. Keris dan pamor adalah dua hal yang nyaris tak berjarak. Guratan pamor pada bilah keris adalah lambang-lambang yang penuh makna, pun demikian dengan garis Adeg Tiga (Tejo Kinurung) mempunyai kedalaman makna yang luar biasa. Garis pertama (kanan) menggambarkan Laki-laki yang bertangung jawab kepada dirinya sendiri, istrinya dan anak-anaknya berkewajiban menafkahi dan membimbing jalan hidup dengan benar. Garis kedua (kiri) adalah melambangkan tanggung jawab yang lebih besar lagi karena ia harus mengayomi orang-orang sekitarnya, saudara-saudara mereka dan orang-orang terdekat sedangkan Garis ketiga (tengah) adalah bagi mereka yang ditakdirkan menjadi “orang besar”, harus bisa mengayomi lebih banyak orang , masyarakat dan negara, yang kadang akan menjadi dilema ditengah antara keluarga atau tugasnya, karena dia bukan lagi hanya menjadi milik keluarga tapi sudah menjadi milik masyarakat, bangsa dan negara. Demikian dengan penamaan pamor Teja Kinurung (artinya Cahaya Yang Terkurung), tentu saja ada harapan dan doa. Di dalam diri kita ada yang namanya nurani, yaitu hati yang mengandung nur/teja, mengandung cahaya. Cahaya berfilsafat dengan keberadaannnya yang terang-benderang. Menjadi lambang kesadaran, cahaya berjalan lurus menyibakkan kegelapan. Dalam limpahan cahaya, kita bisa memilih kebaikan, ketaatan, kesetiaan, kebenaran, keadilan, kejujuran, ketulusan hati. Cahaya yang terkurung berarti tak akan pernah padam menyinari kegelapan dan menjadi terang (manfaat) bagi banyak orang. Bukankah semulia-mulianya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain?


"Tejo" artinya cahaya dan "Kinurung" artinya dikurung/terkurung. Jadi arti dari "Tejo Kinurung" adalah cahaya yang terkurung atau terlindungi.


Tapi jika dikaji lebih dalam, Pamor Tejo Kinurung sebetulnya memiliki makna filosofi yang sangat dalam sebagai tuntunan hidup.


Pada dasarnya setiap Manusia memiliki "Nurani" yaitu Tejo/Nur/Cahaya hati yang bisa menuntunnya menuju jalan kebenaran atau jalan hidup yang lurus. Nurani atau cahaya hati harus senantiasa dijaga atau dilindungi agar tidak padam, agar Manusia tidak tersesat dalam kegelapan.


Dalam bahasa semiotika, garis tengah melambangkan pertumbuhan padi (filosofi padi) semakin tinggi semakin merunduk. Simbol kepemimpinan yang demokratis dan dapat diterima semua kalangan. Juga mewakili harapan sang Empu agar sang pemilik menempuh jalan hidup yang lebih lurus serta memiliki keteguhan hati. Sedangkan garis yang membingkai (tepen/wengkon) sebagai simbol cyrcle of protection, perlindungan secara kasat mata maupun yang tak kasat mata (gaib). Sebagian pecinta keris berpendapat bahwa pamor Teja Kinurung ini memiliki tuah yang baik, terutama bagi mereka yang bekerja untuk negara. Itulah sebabnya banyak pejabat, polisi, tentara, hingga wakil rakyat diam-diam memburu dan mengkoleksi keris dengan pamor Tejo Kinurung sebagai piandel. Bahkan banyak dipercaya bisa menjadi keris tindih (memberikan tuah untuk meredam gangguan dan pengaruh negatif dari benda-benda gaib lain). Tapi banyak pitutur dari orang sepuh, keris dengan pamor ini tidak bisa dimiliki oleh sembarang oang, seperti halnya keris-keris yang berwibawa jika tidak kuat maka si pemilik akan selalu terbawa bermusuhan dengan orang lain (panasan)… 


Demikian sedikit informasi tentang filosofi dan tuah pamor Keris Tejo Kinurung yang dapat kami sampaikan pada kali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar