Telah menjadi pandangan dan keyakinan yang merata di kalangan orang-orang Islam bahwa Al Qur’an itu adalah Rahmat dari Allah. Tapi sudahkah kita cermati bahwa Rahmat dari Al Qur’an itu adalah bagi orang-orang Mukmin, sedangkan bagi orang-orang yang zalim itu malah sebaliknya, justru mereka mendapatkan kerugian.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ۬ وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارً۬ا
“Dan Kami menurunkan dari Al Qur’an itu sesuatu yang berupa Rahmat bagi orang-orang mukmin, Namun Al Qur’an itu tidak memberi nilai tambah bagi orang-orang yang dzalim kecuali kerugian”. (Al Isro : 82)
Tidak ada yang lebih mulia dan agung sebagai imamnya orang islam selain kitab suci (Alqur’an). Posisi Alquran menjadi rujukan pertama dan utama dalam setiap pergulatan hukum dan tindakan sosial.
Alquran akan menjadi syafaat tersendiri bagi pembacanya manakala pembaca tersebut mampu mengimplementasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai dan ajaran yang terkandung di dalamnya dan memiliki niat yang baik. Namun, bukan sesuatu yang tidak mungkin Alquran akan mendatangkan laknat kepada pembacanya manakala Alquran bahan komuditas.
Seperti yang dikatakan oleh Anas bin Malik yang ditulis oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Al-Mursyidul Amin, Hal 65:
رب تال للقران والقرأن يلعنه
“Kadangkala ada Orang yang membaca Alqur’an sedangkan Alqur’an itu sendiri melaknatnya”
Syaikh Al-Islam Abu Yahya Zakariya Al-Anshari, dalam kitabnya Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah, halaman 20, ketika memberikan interpretasi terhadap ucapan di atas, beliau mengatakan :
وَاْلقَارِئُ بِتَرْكِهِ ذٰلِكَ (التَّجْوِيْدَ) مِنَ الدَّاخِلِيْنَ فِى ذٰلِكَ الْخَبَرِ
Seorang qari' (pembaca Al-Qur'an) yang tidak mengindahkan ilmu tajwid ketika membacanya termasuk ke dalam ancaman ucapan tersebut.
Dalam kitab مع القران الكريم karangan Syaikh DR. Sya’ban Muhammad Isma’il, beliau mengemukakan :
قَالَ الله تَعَالٰى: وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًا ( اَلْمُزَّمِّلْ :4 ) فَإِنَّ الْمُرَادَ بِالتَّرْتِيْلِ تَجْوِيْدُ الْحَرْفِ وَاِتْقَانُ النُّطْقِ بِالْكَلِمَاتِ فَقَدْ سُئِلَ عَلِيُّ بْنُ اَبِى طَالِبِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ التَّرْتِيْلِ فِى هٰذِهِ اْلآ يَةِ فَقَالَ: اَلتَّرْتِيْلُ تَجْوِيْدُ الْحُرُوْفِ وَمَعْرِفَةُ الْوُقُوْفِ، وَقَوْلُهُ تَعَالٰى: وَرَتِّلْ، اَمْرٌ وَهُوَ هُنَا لِلْوُجُوْبِ
“Allah Ta’ala telah berfirman : وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًا (dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil, surat Al-Muzammil ayat 4), yang dimaksud dengan tartil itu ialah mentajwidkan huruf dan membunyikan kalimat-kalimat Al-Qur’an itu dengan mantap. Saidina Ali ra, sungguh telah ditanya tentang arti tartil dalam ayat ini, beliau menjawab : Tartil ini maksudnya mentajwidkan huruf dan mengetahui waqof. Dan firman Allah Ta’ala : Warottil adalah fi’il amar dan dia itu di sini untuk menunjukkan perintah wajib. (Kitab Ma’al Qur’anil karim)
Alquran melaknat pembacanya karena kebanyakan kita kurang hati-hati dalam membaca terkait kedudukan ilmu tajwidnya, banyak pula yang membaca alquran, tapi tidak mengamalkan isi kandungnya, seperti telah berdusta dan berlaku dzalim terhadap diri sendiri dan orang lain itu juga mendapat laknat dari quran...
Dan masih banyak lagi penjabaran tentang itu baik diquran maupun hadist.
Dan hadist yg begtu terkenal yaitu saat nabi memberitahukan bahwa kelak diakhir zaman, ada orang yg begitu bagus bacaan alqurannya tapi alquranya tidak sampai dihati, Alquran hanya sebatas di kerongkongannya saja dan mereka bersifat sombong, merasa lebih baik daripada yg lain, ya mereka juga bagian yg dilaknat alquran nnti diakherat, kelak di akherat alquran bisa jadi dua hal bisa jadi rahmat bisa jadi laknat.... saget nyafaati ugi saget malati. Maka orang yg gemar membaca Alquran sekiranya hati hati dalam membaca dipenuhi semua makhraj huruf hukum tajwid, berusaha mengamalkan isi alquran, dan juga mempelajari banyak ilmu tentang quran maupun tafsir-tafsirnya.
Ini menjadi peringatan serius bagi kita sebagai ummat Islam, bahwasanya Alquran bisa menjadi pelita dan syafaat bagi pembacanya dan juga bisa menjadi petaka bagi pembacanya. Dan semua ini tergantung orientasi dan niat kita dalam membaca Alquran.
Rasulullah Saw bersabda yang dikutip dari kitab Al-Mursyidu al-Amin, h. 65,
ما من شفيع أفضل منزلة عند الله يوم القيامة من القرأن، لا نبي ولا ملك ولاغيرهما
“Tidak ada syafaat (yang bisa menolong) yang lebih utama kedudukannya di sisi Allah SWT daripada Alquran, bukan Nabi, bukan para malaikat, dan bukan selain keduanya”
Hal ini menunjukkan betapa mulianya Alquran di sisi Allah. Sehingga perlu kiranya untuk selalu berbenah diri untuk memperbaiki niat dan orientasi kita ketika membaca Alquran. Sehingga dengan niat yang baik akan jauh dari laknat Alqur’an.
Jebakan-jebakan seperti ini membuat kita lupa bahwasanya Alquran pada sejatinya bukan instrumen untuk meraup keuntungan dan harta, bahkan popularitas. Namun, Alquran harus terus ditadabburi sehingga berimplikasi pada akhlak dan perilaku kita sesuai dengan Alquran.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar