“Andaikan mereka tahu bahwa ada wali “tanpa nama tanpa gelar” yang memiliki kemampuan seperti wali Qutub, niscaya mereka akan datang berbondong-bondong mencium tangan wali tanpa nama tanpa gelar tersebut minta dido’akan hajatnya. Jika wali tanpa nama tanpa gelar itu telah wafat niscaya mereka akan berlama-lama dipekuburannya berdzikir, berdo’a dan bermuhasabah diri meminta ampun kepada Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa mereka selama ini. Andaikan mereka tahu jika mereka sami’na wa atho’na kepada wali tanpa nama tanpa gelar niscaya Allah SWT akan angkat derajatnya, Namun sayang sekali karena wali tersebut tanpa nama dan tanpa gelar kewalian, maka ia seringkali dilupakan dan diabaikan setiap orang”
Wali tanpa nama dan tanpa gelar itu adalah orangtuamu sendiri.
“Apakah kau tidak tahu tentang Uwaisy al Qarni, salah satu sahabat yang tidak pernah bertemu Nabi secara fisik dan juga seorang wali? Apa yang menyebabkan dia memiliki derajat yang begitu agung hingga namanya terkenal di langit walau di bumi tak ada seorang pun mengenalnya? Kau tahu!! Sahabat Uwaisy al Qarni berkata bahwa ibunya pernah berkata dan mendo’akannya ‘anakku Uwaisy aku tahu hatimu begitu sangat mencintai dan menginginkan dapat bertemu Nabi Muhammad SAW, namun kini kau datang padaku dengan wajah dirundung sedih karena tak berhasil menemui Rasulullah SAW dan kau memilih segera pulang karena memikirkan dan mengkhawatirkan aku. ibumu ini, Nak, dan aku ridho padamu, Ya Allah, Kau Maha Tahu, saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah ridha pada anakku, maka terimalah ridhoku ya Allah dan ridhoilah anakku Uwaisy‘,
Dan apa kau tidak kau tahu bahwa Sulthanul Aulya Syeikh Abdul Qadir Jailani di masa kecilnya ketika dirampok malah berkata jujur tentang kantung emas yang ia bawa, perampok itu heran mengapa ia malah jujur mengatakan kantung emas yang dibawanya padahal setiap orang yang mereka rampok selalu berbohong tentang bawaannya dan berusaha menyembunyikannya dari mereka, lalu kau tahu apa kata Syeikh Abdul Qadir Jailani? beliau berkata ‘ketika aku hendak bepergian menuntut ilmu, ibuku berpesan: anakku, bila engkau bertemu dengan siapa pun, maka jujurlah jangan berbohong, sungguh ibu lebih ridho bila engkau jujur sekalipun engkau harus kehilangan harta dan perbekalanmu daripada kau harus kehilangan kejujuranmu”.
“Lihatlah ibumu, berapa lama dia menanggung dirimu dalam perutnya? Apakah kau sanggup menahan perih dan pedih seperti dirinya hanya untuk menginginkan kau lahir di dunia hingga bertaruh nyawa agar kau terlahir sehat dan selamat? Bahkan ketika dalam kondisi darurat ia lebih rela menerima kematian agar kau tetap hidup, apakah kau pernah memikirkan hal ini? Kekuatan apa yang membuat ibumu sekuat dan setabah itu sebagaimana kekuatan awliya yang sanggup menerima dan menanggung beban yang berat? Itu kekuatan Allah SWT yang dianugerahkan kepada ibumu melalui Rahman dan Rahim-nya. Ini adalah sumber kekuatan para auliya”.
“lihat dirimu, kelak kau akan jadi seorang bapak, apakah kau tahu karomah bapakmu selama ini? Lihat tangannya, lihat punggungnya lihat kulitnya, setiap hari ia membanting tulang agar kau tetap bisa makan, tetap bisa tertawa, tetap tersenyum, bekerja siang dan malam hanya untuk mengabulkan segala macam pinta dan rengekmu. Ketika kau kecil, dirimu melakukan kesalahan, dialah orang yang paling depan membelamu. Ketika kau dalam bahaya, dia rela menghadapi bahaya itu untuk menyelamatkanmu, dia tanggung bebanmu dan ibumu di pundaknya, walau kian rapuh, dia tetap berusaha menopang. Tidakkah kau sadari bahwa bapakmu itu seorang Mujahid fi Sabilillah? Yang setiap hari berjuang menafkahi kehidupanmu bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun. Dia, bapakmu adalah mujahidin kebanggaanmu”.
“kau bangga dan takjub dengan karomah para wali tapi pernahkah kau banggakan dan takjub dengan karomah ibumu yang Allah SWT anugerahkan kepadamu? Pernahkah kau bangga dan takjub dengan karomah ibumu yang mengajarkan berkata-kata ketika masih bayi? Tidurnya sedikit karena kau selalu nangis dan rewel sebagaimana para auliya yang tidurnya sedikit karena memikirkan umat Nabi Muhammad SAW yang banyak berkeluh kesah dan merengek, air susunya seakan-akan tak pernah habis setiap kali kau merengek ingin netek, apakah kau tak tahu kalau itu adalah bukti karomah ibumu? Tidakkah kau pernah mendengar kalimat ini:
ridho orangtua adalah ridho nya ALlah. Para auliya, mereka menjadi wali Qutub dikarenakan ridho dari orangtua mereka. Tidakkah kau sadar bahwa doa dan harapan kedua orangtuamu hampir setara dengan wali Qutub?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar