Translate

Minggu, 31 Maret 2019

Kekuatan TNI Kita Salahsatu Yang Terkuat Didunia

Isu kekuatan militer Indonesia menjadi sorotan dalam Debat Calon Presiden Republik Indonesia putaran 4 yang berlangsung tadi malam, Sabtu 30 Maret 2019. Dalam ajang itu, para kandidat dihadapkan pada empat permasalahan yakni ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional.

Dalam sesi debat capres yang membahas bidang pertahanan, capres nomor urut 1 Joko Widodo, memiliki misi "pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia, terutama dalam penguasaan teknologi persenjataan dan siber," hal itu karena menurutnya, perang yang mungkin terjadi di masa mendatang berbasis teknologi tinggi.

Sementara itu, kandidat presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto berfokus pada peningkatan anggaran untuk pertahanan dan keamanan. Pada sesi debat capres selanjutnya, Prabowo menilai militer Indonesia masih lemah, sehingga penting untuk meningkatkan anggaran agar tidak tertinggal dari negara tetangga.

Indonesia dalam Daftar Peringkat Kekuatan Militer Asia Tenggara dan Dunia

Sebuah situs Global Fire Power (GFP) menyediakan peringkat dan analisis kapasitas militer yang dimiliki oleh 137 negara di dunia. Situs itu mengklaim bahwa analisis didasarkan pada data tahun 2006-2019.

Nilai diberikan dengan menggunakan indeks kekuatan (Power Index). Indeks sempurna adalah 0,0000 yang berarti kapasitas militer sempurna atau tidak terkalahkan.

Peringkat tersebut didasarkan pada potensi kemampuan menciptakan perang baik di darat, laut dan udara yang diperjuangkan dengan senjata konvensional. Tidak hanya itu, dalam mendapatkan data akhir, GFP memasukkan pula faktor pendukung lain misalnya keuangan, geografis, dan sekitar 55 faktor lainnya.

Kabar bahwa Indonesia memiliki kapasitas militer terkuat di Asia Tenggara ternyata bukan tanpa bukti. Global Fire Power menyebut bahwa RI menduduki peringkat 15 dari 137 negara di dunia.

Dengan populasi yang besar yakni 262.787.403, Indonesia disebut cukup kuat jika harus menghadapi situasi darurat. Mengingat, 108.620.545 di antaranya termasuk dalam kategori yang dianggap mampu mengangkat senjata dalam perang, meskipun jumlah personel aktif hanya 400.000 orang (total keseluruhan dengan personel tidak aktif adalah 800.000).

Indonesia memiliki tank sebanyak 315 unit, kendaraan perang darat sejumlah 1.300, 36 proyektor roket, dan 497 artileri.

Sementara itu, dalam angkatan udara Indonesia menduduki peringkat 30 dunia, kekuatan serangan berperingkat 11, dengan pelatihnya berada pada posisi 29 dari 137 negara.

Mengingat Indonesia adalah negeri maritim, tak heran jika memiliki banyak kapal patroli perbatasan, yakni 139 unit. Adapun kapal perang besar sejumlah 8 unity, 24 kapal corvettes, dan 11 perangkat peledak mine warfare.

Namun, jika berbicara tentang kapasitas militer Indonesia dalam kancah global, negeri kita masih berada pada peringkat 15 dunia dari 137 negara yang dianalisis oleh GFP.

Keseluruhan dari 137 negara tersebut telah dirinci berdasarkan nilai individu dan kolektif.

Lima negara dengan kapasitas pertahanan terbaik adalah Amerika Serikat, Rusia, China, India, dan Prancis. Adapun dua negara Asia Timur sekutu AS yakni Jepang dan Korea Selatan berada pada peringkat enam dan tujuh dunia.

Dikutip dari JPNN, status bergengsi militer Indonesia di mata dunia juga terbukti melalui kepercayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap TNI. Sejak tanggal 8 Januari 1957, TNI terlibat secara aktif dalam pasukan penjaga perdamaian PBB. TNI sudah puluhan kali mengirim Kontingen Garuda (Konga) ke berbagai negara. Saat itu, Konga I di bawah pimpinan Letkol Infanteri Hartoyo dikerahkan membantu PBB menjaga keamanan di Mesir.

Prabowo juga melontarkan argumen yang meragukan bahwa kemampuan Indonesia berperang hanya dapat bertahan selama tiga hari. Jajaran kepemimpinan TNI kemudian memberikan bukti nyata untuk membantah pernyataan itu.

Baru-baru ini, tepatnya tanggal 14 Januari 2019, dua pesawat tempur F16 milik TNI Angkatan Udara dari  Skadron Udara 16 Lanud  Roesmin Nurjadin Pekanbaru dengan callsignRydder Flight berhasil memaksa turun (force down) pesawat asing B-777 ET-AVN milik Ethiopian Airlines di Bandara Hang Nadim.

Pasca aksi tersebut, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meminta agar seluruh pihak yang ingin masuk wilayah udara Republik Indonesia memerhatikan perizinan. Hal itu ia sampaikan terkait penurunan paksa terhadap pesawat Ethiopian Airlines call sign ETH3728 di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, yang dipaksa turun karena tidak mengantongi Flight Clearance (FC).

“Saya tidak berkeinginan negara-negara yang masuk wilayah kita dengan bebasnya tanpa dilengkapi dokumen resmi,” ujar Hadi saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, tanggal 16 Januari 2019.

Selain itu, ia juga tidak ingin negara lain beranggapan Indonesia tidak memiliki radar untuk mendeteksi pesawat yang melanggar wilayah maupun peralatan untuk menurunkan paksa pesawat yang melanggar wilayah. Tak hanya itu, Hadi tidak ingin negara lain memandang sebelah mata terhadap Indonesia. Menurutnya, penurunan paksa terhadap pesawat Ethiopian Airlines di Batam itu merupakan peringatan bagi negara lain agar tidak melakukan kesalahan serupa. “Saya perintahkan force down supaya memberikan efek jera bahwa masuk wilayah Indonesia tanpa izin, tidak ada toleransi,” tegasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengklarifikasi pernyataannya yang dikutip secara sembrono oleh Prabowo, terkait Indonesia yang diprediksi hanya dapat bertahan selama tiga hari jika terjadi krisis keamanan, misalnya menghadapi perang.

Ryamizard menjelaskan bahwa pernyataan yang disampaikannya sekitar 10-12 tahun silam tersebut terkait kelangkaan minyak. Kelangkaan bahan bakar waktu itu menyebabkan Indonesia tidak dapat bertahan lama dalam perang.

“Itu waktu diskusi saya mungkin 10 tahun yang lalu. Pada waktu itu memang kondisi negara kelangkaan minyak, itu masalah minyak kok. Kalau kita perang besar terus-menerus waktu itu, minyak akan habis,” ujar Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, tanggal 16 Januari 2019.

Ryamizard mengatakan bahwa Indonesia sanggup untuk menjalankan perang bahkan hingga 1.000 tahun. Ryamizard meminta publik melihat secara keseluruhan pernyataannya dan tidak dipotong-potong. “Kita bisa perang berlarut, bisa 1.000 tahun kita perang, bisa. Paham ya, ini jangan dipotong-potong, 1.000 tahun kita bisa perang berlarut,” katanya, dinukil dari Tribun News.

Dalam sesi debat capres ke-4 hari Sabtu (30/3), Prabowo mengatakan bahwa jika terpilih, ia akan mendongkrak anggaran pengeluaran militer agar bisa mempersiapkan pasukan bersenjata Indonesia melawan ancaman dari luar. Sebaliknya, Jokowi memilih untuk meningkatkan kemampuan teknis militer maupun kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM). Jokowi mengatakan bahwa perang di masa depan akan menggunakan kekuatan teknologi.

Berbeda dengan argumen Prabowo yang lebih mementingkan peningkatan anggaran, Jokowi lebih memilih untuk meningkatkan kualitas TNI di sektor teknologi. “Ke depan perang adalah teknologi. Oleh sebab itu pembangunan alutsista (alat utama sistem senjata) dalam negeri. Jika tak mampu, perlu join produksi dengan negara lain,” tutur Jokowi.

Sementara itu, pemerintah Indonesia menyatakan bahwa peningkatan anggaran Tentara Nasional Indonesia atau TNI akan disesuaikan dengan pertumbuhan pendapatan negara. Dilaporkan oleh Kabar24, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan proyeksi peningkatan anggaran TNI dalam acara Apel Danrem-Dandim Terpusat 2018 di Pusat Kesenjataan Infantri (Pussenif) Bandung, 26 November 2018. Menurutnya, ke depan, alokasi akan ditingkatkan seiring dengan peningkatan penerimaan pajak dan keadaan ekonomi Indonesia yang terus bertumbuh.

Luhut baru-baru ini juga mengatakan bahwa pemerintah tak bisa begitu saja langsung meningkatkan anggaran pertahanan. Menurutnya, keseimbangan APBN bisa goyah jika anggaran dinaikkan tanpa perhitungan.

“Itu kan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi enggak bisa dong main naikin aja, nanti goyang dong keseimbangan APBN kita,” ujar Luhut, dalam laporan Sketsa News, usai menghadiri debat pilpres hari Sabtu (30/3) malam. Lebih lanjut, Luhut menjelaskan kalau pemerintah telah meningkatkan anggaran pertahanan sekitar 1,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Sabtu, 30 Maret 2019

Manfaat Garam Bagi Kesehatan Tubuh

Islam memberikan perhatian khusus terhadap masalah makanan. Al-Quran dan hadis menyebutkan sejumlah nama makanan yang bernilai tinggi. Salah satunya adalah madu yang memiliki khasiat pengobatan. Selain itu al-Quran juga menyinggung sejumlah nama buah di antaranya buah tin dan kurma serta buah lainnya yang mengandung begitu banyak nutrisi yang dibutuhkan manusia. Sebaliknya, Islam melarang manusia mengkonsumsi minuman keras serta makanan haram dan menjelaskan dampak buruknya bagi kesehatan fisik dan mental.

Saking pentingnya masalah kesehatan, ajaran Islam menjelaskan ketentuan mengenai kebersihan bahan makanan. Membersihkan buah dan sayuran sebelum dikonsumsi, demikian juga mencuci daging sebelum dimasak sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Anjuran itu banyak bisa ditemukan dalam berbagai hadis Rasulullah Saw dan Ahlul
baitnya. Islam juga menekankan untuk bersikap seimbang dalam konsumsi dan melarang berlebihan dalam makan karena lambung yang terlalu penuh diisi makanan dan minuman menjadi sumber bersarangnya berbagai macam penyakit.

Selain berbagai ketentuan mengenai makan dan minum, Islam juga mengajarkan etika makan dan minum. Ajaran Islam begitu memperhatikan etika makan dan minum. Memperhatikan etika makan,
selain berperan besar bagi kesehatan manusia, juga mengandung pelajaran-pelajaran moral dan pendidikan yang sangat bernilai.

Islam mengkategorikan pembahasan etika makan dan minum menjadi tiga bagian yaitu etika sebelum makan dan minum, pada saat makan dan minum dan setelahnya. Salah satu yang sangat ditekankan dalam Islam adalah mencuci tangan sebelum makan dan membuka sepatu.

Garam itu sudah hal yang lumrah dipakai untuk memasak, tidak lengkap rasanya jika memasak tanpa diberikan campuran garam, masakan akan terasa hambar dan tidak enak. Bahkan garam sudah menjadi bahan utama dalam memasak, hampir semua masakan memerlukan keberadaan garam.

Untuk soal cicip garam memang telah warid di beberapa riwayat,,namun biasanya sumber pengambilannya tidak dijelaskan rinci, namun sekedar membagi apa yang saya ketahui terhadap fadhilah mencicip garam ini,,saya akan berikan sumber pengambilannya sbb :

Dalam syu’bul iman pada nomor 1150

أخبرنا أبو طاهر الفقيه أنا أبو بكر القطان ثنا أحمد بن يوسف ثنا محمد بن يوسف قال : ذكر سفيان عن عمرو بن ميمون عن طاوس قال يكفي الصدق من الدعاء كما يكفي الطعام من الملح

Telah mengkhabarkan Abu Thahir Al-Faqhih mengkhabarkan Abu Bakr Al-Qatthan mengkhabarkan Ahmad bin Yusuf mengkhabarkan Muhammad bin Yusuf berkata ia : mengucapkan akan Sufyan daripada Amru bin Maimun daripada Thawus berkata ia : "adalah kebaikan dalam berdoa begitu juga adalah kebaikan dalam makan (makanan) terletak pada garam"
Hadit ini juga dikeluarkan oleh .... Ibn Abi Syaibah dalam Musnadnya pada 7/40 daripada Shabat Abu Dzar dan juga dalam Syu'bul Iman 2/53-54 daripada Sahabat Muhammad bin Wasi'

Dan juga seperti apa yang termaktub dalam Sunan Ibn Majah, hadit Marfu' pada bab khusus Garam nomor 3315

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ أَبِي عِيسَى ، عَنْ رَجُلٍ ، أُرَاهُ مُوسَى ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : سَيِّدُ إِدَامِكُمُ الْمِلْحُ.

Telah mengkhabarkan Hisyam bin Ammar telah mengkhabarkan Marwan bin Mu'awiyyah telah mengkhabarkan 'Isa bin abi 'isa daripada seorang lelaki (Musa) daripada Anas bin Malik berkata ia telah berkata Rasulullah SWA : "Penghulu dari segala kuah adalah Garam"

Hadits ini juga termaktub dalam Musnad Abi Ya'la 3714, Mu'jam Ibnl 'Arabi 2254, Mu'jam Al-Awsath lil Baihaqy 8854, Musnad Syihab 1327 dan lain lagi,,

Untuk derajat nya ialah Dhaif, namun Dhaif yang maqbul, dalam artian boleh ianya diamalkan sebagai FaDhailul A'mal

Sedangkan amalan Sahabat 'Ali Radiallahu 'anhu terhadap cicip garam ini, termaktub dalam kitab Syu'bul Imam lil Imam Baihaqiy pada nomor  5952 sbb :

أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا الحسن بن علي بن عفان ثنا زيد بن الحباب ثنا عيسى بن الأشعث عن جويبر عن الضحاك عن النزال بن سبرة عن علي أنه قال من ابتدأ غداءه بالملح أذهب عنه سبعين نوعا من البلاء

Telah mengkhabarkan Abu Abdillah al-Hafidz telah menceritakan Abul Abbas Muhammad bin Ya'qub telah menceritakan Hasan bin Ali bin Affan telah mengkhabarkan Zaid bin Habab telah mengkhabarkan Isa bin As'at daripada Zuibar daripada Dhahhak dari An-nuzul bin Syirah dari Imam Ali sesungguhnya ia menyatakan :
"Barangsiapa makan dimulai dengan garam, Allah akan menghilangkan tujuh puluh jenis penyakit dari dirinya"

Derajat hadit juga Dha'if, namun ianya juga maqbul bisa diamalkan untuk penggerak dalam beramal,,

أخبرنا هبت الله بن أحمد الحريرى أنبأنا ابراهيم بن عمر البرمكي حدثنا أبو بكر بن نخيب حدثنا القاسم  عبدالله بن أحمد بن عامر حدثني أبي حدثني علي بن موسى الرضا حجثني أبي موسى حدثني أبي جعفر حدثني أبي محمد بن علي حدثني أبي علي بن الحيين حدثني أبي الحسين بن علي حدثني أبي علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ياعلي عليك بالملح فإنه شفاء من سبعين داء الجذام واالبرص والجنون. 

Telah mengabarkan pada kami hibatullah  bin ahmad al hariry memberitakan pada  kami ibrahim bin umar al barmaky  menceritakan pada kami abu bakar bin  najiib menceritakan pada kami al qasim
abdullah bin ahmad bin Aamr menceritakan padaku ayahku mencritakn padaku ali bin musa ar ridha mencritakan padaku ayahku muusa menceritakn pdku ayahku ja'far mencritakan pdku ayahku muhamad bin ali mencritakan padaku ayahku ali bin al husain menceritakan  pdku ayahku al husain bin ali mencritakn padaku
ayahku ali bin abi thalib radhiallhuanhu bersabda rasulullah shallallahu alaihi wasallam: wahai ali makanlah engkau dengan garam karna sungguh didalam garam itu terdapat obat dari 70 penyakit diantaranya kusta  lepradan penyakit (sejenis) gila.

Hadis ini disebutkan oleh al-Harits bin Abi Usamah dalam al-Musnad, dari Abdurrahim bin Waqid, dari Hammad bin Amr, dari As-Suri bin Khalid bin Syadad. Hadisnya cukup panjang, yang disebutkan di atas adalah salah satu cuplikannya.

Tapi, hadits ini tidak autentik dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Imam Al Bushiri mengatakan: “Isnad hadits ini rantaiannya adalah oarang-orang dha’if, seperti As Surri, Hammad, dan Abdurrahman.” (Al Ittihaf, 3/413)

Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini berkata:

وهذا إسنادٌ ساقطٌ، مسلسلٌ بالمجروحين، فشيخ الحارث بن أبي أسامة، قال الخطيب في «تاريخه» (11/85): «في حديثه مناكير، لأنها عن ضعفاء ومجاهيل»،

“Isnad hadits ini gugur, rantaiannya berisi orang-orang yang dijarh (dinilai cacat). Seperti guru dari Harits bin Abi Usamah, dalam Tarikh-nya Al Khathib (11/85) berkata: “Pada haditsnya banyak kemungkaran, karena dia mengambil dari orang-orang dha’if dan majhul (tdk dikenal).”

Lalu Beliau melanjutkan:

وحماد بن عمرو النصيبي كذبه الجوزجاني، وقال ابن حبان: «كان يضع الحديث وضعًا». ووهاه أبو زرعة. وتركه النسائي. وقال البخاريُّ: «منكرُ الحديث». والسُّري بنُ خالد قال الأزدي: «لا يحتج به». وقال الذهبي في «الميزان» (2/117): «لا يعرفُ»، وترجمه ابنُ أبي حاتم (2/1/284) ولم يذكر فيه جرحًا ولا تعديلاً

Hamad bin Amru An Nashibiy sebut sebagai pendusta oleh Al Jauzajaaniy. Ibnu Hibban mengatakan: dia pemalsu hadits. Abu Zur’ah menyenut lemah. An Nasa’i meninggalkan haditsnya. Al Bukhari berkata: haditsnya munkar. Al Azdiy berkata tentang As Surri, “tidak bisa dijadikan hujjah.”

Adz Dzahabi berkata dalam Al Mizaan (2/117): “Tidak dikenal.”
Ibnu Abi Hatim tidak mengkritik dan tidak memujinya.

Lalu Beliau juga mengatakan:

وقد أورد ابن الجوزي في «الموضوعات» (2/289) من وجهٍ آخر بعض هذا الحديث ثم قال: «هذا حديث لا يصح عن رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم، والمتهمُ به عبد الله بن أحمد بن عامر أو أبوه، فإنهما يرويان نسخةً عن أهل البيت كلُّها موضوعة»

Ibnul Jauzi menyebutkan hadits ini dari jalan lain dan berkata (Al Maudhu’at, 2/289): “Hadits ini tidak shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Abdullah bin Ahmad bin Amir dan ayahnya dituduh sebagai pemalsu, mereka berdua meriwayatkan manuskrip dari Ahli Bait yang semuanya adalah palsu.” (Al Fatawa Al Haditsiyah, 1/496)

Kemudian, as-Suyuthi (w. 911 H) juga membawakan hadis di atas, dari jalur lain, yaitu dari jalur Abdullah bin Ahmad, dari ayahnya Ahmad bin Amir, dari Ali bin Musa ar-Ridha. Selanjutnya, as-Suyuthi menegaskan,

لا يصح والمتهم به عبد الله بن أحمد بن عامر أو أبوه فإنهما يرويان نسخة عن أهل البيت كلها باطلة

”Tidak shahih. Yang tertuduh di sini adalah Abdullah bin Ahmad bin Amir dan ayahnya. Kedua orang ini mengumpulkan tulisan hadis dari ahlul bait, namun semuanya dusta (atas nama ahlul bait).” (al-Lali’ al-Mashnu’ah, 2/179).

Namun, walau hadits ini dha’if, tentang manfaat garam memang diakui dunia kesehatan, selama tidak berlebihan, seperyi garam beryodium misalnya.

Manfaat air garam untuk kesehatan

Membersihkan kuman dan juga bakteri di seluruh tubuh

Secara umum, air garam memiliki manfaat yang sangat penting untuk kesehatan tubuh. salah satu manfaat penting dari air garam bagi kesehatan tubuh adalah mampu untuk membersihkan bakteri dan juga kuman di seluruh tubuh. seperti kita ketaui, bakter dan juga kuman adalah salah satu biota alam yang mampu menumbangkan tubuh kita dengan infeksi berbagai macam penyait, mulai dari penyakit ringan hingga penyekit kronis dan juga berat sekalipun.

Dengan menggunakan air garam, maka anda bisa lebih efektif dalam membersihkan seluruh tubuh anda dari kuman dan juga bakter yang dapat mengganggu dan menyebabkan kesehatan anda menjadi menurun melalui infeksinya. Caranya sangatlah mudah. Cukup tambahkan satu sndok makan garam ke dalam bak mandi anda, lalu mandilah dengan menggunakan air garam tersebut secara rutin dan teratur.

Mengobati tenggorokan gatal atau sakit tenggorokan

Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa air garam ternyata juga efektif dalam mengoati dan juga menghilangkan gejala sakit tenggorokan dan juga gatal pada tenggorokan. Cara kerja dari air garam sama seperti pada umumnya, dimana air garam akan membantu membersihkan bagian tenggorokan yang mengalami sakit an juga luka, sehingga bakteri dan juga kuman tidak dapat memperparah gejala sakit tenggorokan dan juga tenggorokan gatal yang anda alami.

Caranya, cukup dengan meminum segelas larutan air garam, ketika anda mengalami gejala sakit tenggorokan. Minum paling tidak dua hingga 3 kali sehari sebanyak kurang lebih 100 hingga 200 ml air garam.

Sebagai obat kumur

Masih dari kehebatan air garam dalam membunuh kuman dan jug abakteri, anda juga dapat memanfaatkan air garam untuk menjaga kesehatan rongga mulut anda. gunakanlah air garam sebagai obat kumur, terutama setelah anda makan, menyikat gigi, baik sebelum tidur malam, maupun ketika bangun pagi.

Air garam akan menggantikan mouthwash, dan akan membantu anda dalam membunuh kuman dan juga bakteri di dalam ongga mulut, yang dapat menyebabkan bau mulut, kerusakan gigi, dan berbagai macam gangguan kesehatan mulut lainna. Caranya adalah dengan cara mencampurkan 1 hingga 2 sendok garam ke dalam segelas air (kurang lebih 200 ml(. aduk rata, lalu kemudian berkumur dengan menggunakan larutan air garam tersebut, selama kurang lebih 30 detik hingga 1 menit.

Dapat mencegah terjadinya dehidrasi, dan mampu mengembalkan cairan tubuh yang hilang

Dehidrasi adlaah sebuah kondisi dimana tubuh manusia mengalami kekurangan cairan, yang disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan seharian. Tubuh kita yang terdiri dari banyak kandungan air, membutuhkan banyak asupan cairan untuk mendukung aktivitas sehari – hari. Dehidrasi atau kekurangan cairan dapant menyebabkan banyak sekali masalah, seperti tubuh menjadi lemas dan tidak bertenaga, hilangnya konsentrasi dan juga focus, serta pekerjaan yang kita lakukan akan menjadi sia – sia, karena tidak bertenaga.

Salah satu cara untuk menggantikan cairan di dalam tubuh dengan cepat adalah dengan memanfaatkan larutan air garam. Air garam mampu menggantikan cairan tubuh yang hilang setelah aktivitas seharian. Minumlah segelas air (kurang lebih 200 ml) yang dicampur dengan satu sendok teh garam untuk membantu rehidrasi dan mengembalikan cairan tubuh anda yang hilang setelah seharian beraktivitas.

Membersihkan saluran pencernaan

Manfaat lainnya dari air garam bagi kesehatan tubuh kita adalah mampu membersihkan saluran pencernaan. Ya, terkadang saluran pencernaan juga membutuhkan pembersihan. Saluran pencernaan yang kurang bersih dapat menyebabkan muculnya berbagai macam gangguan pencernaan, seperti sembelit, susah buang air besar, wasir, dan berbagai gangguan pencernaan lainnya.

Dengan menggunakan air garam, maka saluran pencenaan anda akan menjadi bersih dan efeknya, sistem pencernaan anda akan bekerja dengan baik, dan berbagai gangguan serta masalah pencernaan akan hilang dari tubuh anda.

Detoksifikasi pada organ – organ tubuh

Detoksifikasi alias pembuangan racun – racun dan juga bakteri di dalam organ tubuh pun juga bisa dilakukan secara efektif dengna menggunakan air garam ini. dengan menggunakan air garam, maka berbagai macam racun dan juga bakteri berbahaya di dalam organ tubuh anda bisa terdetoksifikasi secara lebih efektif. Hal ini akan membantu organ tubuh anda bekerja lebih optimal, dan juga lebih baik, sehingga hal ini akan berefek pada kesehatan tubuh anda yang tentu saja akan menjadi lebih baik lagi.

Memurnikan darah di dalam tubuh

Ternyata, meskipun garam disinyalir merupakan salah satu mineral yang dapat menyebabkan darah tinggi, namun garam dapat jug amemurnikan kandungan darah di dalam tubuh. air garam memiliki manfaat kesehatan yang sangat baik untuk membantu membersihkan darah di dalam tubuh. hal ini berhubungan juga dengan kemampuan dari air garam dalam membunbuh bakteri dan jug amelakukan detoksifikasi terhadap racun – racun berbahaya yang ada di dalam organ – organ tubuh. karena itu, air garam juga bisa anda minum secara rutin untuk membantu memurnikan kondisi darah di dalam tubuh anda, yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kesehatan anda sendiriMenjaga tekanan darah

Garam = darah tinggi. memang hal ini ada benarnya juga. Namun demikian, penggunaan garam dalam skala yang tidak berlebihan, malah akan membuat tekanan darah anda menjadi terjaga, apalagi bagi anda yang memiliki bakat tekanan darah rendah. Air garam dapat membantu meningkatkan tekanan darah anda ke dalam level normal dan stabil, sehingga anda tidak mengalami gejala – gejala lemas akibat tekanan darah rendah.

Namun, memang perlu diperhatikan bagi anda yang memiliki bakat tekanan darah tinggi, karena menggunakan atau mengkonsumsi garam secara berlebihan akan menyebabkan tekanan darah anda menjadi sangat tinggi. namun demikian, asalkan air garam dapat dikonsumsi dalam jumlah dan juga takaran yang seimbang, maka hal ini akan membantu menjaga kesehatan tekanan darah anda.

Memperbaiki sistem saraf

Apakah anda sudah pernah mencoba merendam diri anda dengan air hangat yang bercampur garam? Kalau belum, maka anda harus mencobanya. Merendam kaki anda dengan menggunakan air garam akan memberikan efek yang mirip seperti pijat refleksi atau akupuntur. Seprti kita ketahui, banyak sekali titk – titik syaraf yang terhubung dengan telapak kaki. Air garam mampu untuk memperbaik sistem syaraf, hanya dengan merendam kaki anda dengan menggunakan air garam saja.

Caranya sangatlah mudah. Anda dapat merendam kaki anda dengan seember air, kemudian campurkan dengan beberapa sendok makan garam. Hal ini, selain dapat membersihkan kuman dan juga bakteri di bagian kaki anda, juga dapat memperbaiki sistem syaraf yang melemah, sehingga dapat membantu anda pula agar bisa tidur nyenyak dan mencegah insomnia.

Memberikan relaksasi

Hal ini berhubungan erat dengan manfaat air garam sebelumnya, yaitu untuk memperbaiki sistem syarah tubuh. Selain dapat membantu memperbaiki sistem syaraf tubuh, merendam kaki dengan menggunakan air garam juga akan membuat tubuh anda menjadi terasa rileks dan juga tenang. Hal ini membuat segala pikiran dan juga perasaan anda menjadi lebih tenang, damai dan juga rileks, yang tentu saja memiliki banyak sekali dampak positif bagi kesehatan anda, baik kesehatan secara fisik maupun kesehatan secara psikologis anda.

Dapat meminimalisir dan menghilankgan rasa pegal dan juga nyeri di dalam tubuh

Pegal dan juga lelah setelah beraktivitas seharian? Atau anda merasa sakit dan juga nyeri setelah mengangkat beban berat? tidak perlu ke dokter ataupun membeli salep anti nyeri badan kok. Anda bisa meminimalisir dan jug amenghilangkan rasa pegal dan juga nyeri pada tubuh anda tersebut dengan mudah, yaitu berendam dengan air garam.

Caranya juga sangat mudah untuk dilakukan. Pertama – tama anda hanya perlu menyiapkan bak mandi dengan air hangat. Kemudian taburkan garam, paling tidak 1 hingga 3 sendok makan ke dalam bak mandi anda. kemudian, berendamlah pada bak mandi tersebut. Anda pun akan merasa sangat rileks dan juga tenang, serta rasa pegal dan juga nyeri yang menyelimuti anda akibat aktivitas seharian yang anda lakukan akan hilang dan bergantu dengan rasa segar dan nyaman pada tubuh anda.
Dan masih banyak lagi yang lainnya

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Senin, 18 Maret 2019

Banyak Banyak Membaca Istighfar Agar Dibuka Pintu Rejeki

Seorang muslim yang cerdas, tentunya akan memilah dan memilih apa yang ia baca, melihat dan mendengar, serta memfilter hal-hal yang tidak memiliki landasan syar’i dari yang mempunyainya. Dia sadar betul bahwa hidupnya di dunia hanyalah sekali, sehingga tidak akan sembarangan tatkala menempuh suatu langkah atau mengambil suatu keputusan. Apalagi jika hal itu berkaitan dengan nasibnya di akhirat kelak.

Dorongan mencari rizki kerap menyebabkan banyak orang terpental dari jalan yang lurus. Padahal Islam, sebagai agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi kehidupan seorang hamba, telah memberikan solusi yang begitu jelas dalam usaha memperlancar rizki.

Di antara tuntunan yang ditawarkan untuk menggapai tujuan tersebut: memperbanyak istighfar. Dalil tuntunan tersebut firman Allah ta’ala,

“فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً”

Artinya: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh: 10-12)

Ayat di atas menjelaskan dengan gamblang bahwa di antara buah istighfar: turunnya hujan, lancarnya rizki, banyaknya keturunan, suburnya kebun serta mengalirnya sungai.

Adapun dalil dari Sunnah Rasul shallallahu ’alaihiwasallam yang menunjukkan bahwa memperbanyak istighfar merupakan salah satu kunci rizki, suatu hadits yang berbunyi:

“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”

“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”  (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).

Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri rahimahullah yang menunjukkan bagaimana faedah istighfar yang luar biasa.

أَنَّ رَجُلًا شَكَى إِلَيْهِ الْجَدْب فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر الْفَقْر فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر جَفَاف بُسْتَانه فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر عَدَم الْوَلَد فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، ثُمَّ تَلَا عَلَيْهِمْ هَذِهِ الْآيَة

“Sesungguhnya seseorang pernah mengadukan kepada Al-Hasan tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan pada lahan (kebunnya). Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena sampai waktu itu belum memiliki anak. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian setelah itu Al-Hasan Al-Bashri membacakan surat Nuh di atas. (Riwayat ini disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar di Fath Al-Bari, 11: 98)

Maka silahkan perbanyaklah istighfar, serta tunggulah buahnya… Jika buahnya belum terlihat juga, perbanyaklah terus istighfar dan jangan pernah berputus asa! Di dalam setiap kesempatan, kapan dan di manapun memungkinkan; di waktu-waktu kosong saat berada di kantor, ketika menunggu dagangan di toko, saat menunggu burung di sawah dan lain sebagainya..

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Minggu, 17 Maret 2019

Jangan Debat Berkepanjangan Dan Hindarilah Debat Kusir

Suatu ketika ada beberapa sahabat yang sedang berdebat tentang takdir, ketika Rasulullah sholallahu alaihi wa salam melewati mereka, Beliau pun sangat marah. Imam Ibnu Majah dalam Sunannya (no. 85) meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu anhu dengan sanad yang dikatakan hasan shahih oleh Imam Al Albani, bahwa beliau rodhiyallahu anhu berkata :

خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَصْحَابِهِ، وَهُمْ يَخْتَصِمُونَ فِي الْقَدَرِ، فَكَأَنَّمَا يُفْقَأُ فِي وَجْهِهِ، حَبُّ الرُّمَّانِ مِنَ الْغَضَبِ، فَقَالَ: «بِهَذَا أُمِرْتُمْ، أَوْ لِهَذَا خُلِقْتُمْ، تَضْرِبُونَ الْقُرْآنَ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، بِهَذَا هَلَكَتِ الْأُمَمُ قَبْلَكُمْ»

Rasulullah sholallahu alaihi wa salam melewati para sahabatnya, mereka sedang “ngotot-ngototan” tentang permasalahan takdir. Maka Nabi sholallahu alaihi wa salam pun seolah-olah di wajahnya pecah biji delima (memerah wajahnya –pen.) karena saking marahnya, lalu bersabda : “dengan inikah kalian diperintahkan, atau karena inilah kalian diciptakan, kalian membenturkan satu ayat Al Qur’an dengan lainnya. Dengan sebab inilah binasa umat-umat sebelum kalian”.

Hadits yang senada diriwayatkan juga oleh Abu Huroiroh rodhiyallahu anhu dalam riwayat Imam Tirmidzi.

Asy-Syaikh Ubaidillah bin Muhammad al-Mubarokfuriy dalam kitabnyaMuroo’atul Mafaatiih Syarah Misykatul Mashoobiih (1/201) berkata :

فالمقصود من الحديث الزجر والمنع من التكلم في القدر والخوض فيه لعدم الفائدة فيه سوى السؤال والمناقشة يوم القيامة

Maksud dari hadits adalah larangan dari membincangkan masalah qodar dan mendalam-ndalam padanya, karena tidak ada faedahnya, selain pertanyaan dan perdebatan pada hari kiamat-selesai-.

Oleh karena itu sebaiknya kita tinggalkan perdebatan dalam masalah agama yang tidak ada faedah didalamnya. Bahkan sekalipun kita di pihak yang benar, tetap meninggalkan perdebatan adalah jalan yang terbaik. Nabi sholallahu alaihi wa salam sampai memberikan garansi kepada umatnya yang mampu meninggalkan perdebatan, sekalipun ia benar dengan rumah di surga. Beliau sholallahu alaihi wa salam bersabda :

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Saya menjamin rumah di surga bawah, bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar; dan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan berdusta, sekalipun untuk bercanda; serta rumah di surga atas bagi orang yang bagus akhlaknya (HR. Abu Dawud).

Umar Bin Khattab berkata :

لا يجد عبد حقيقة الإيمان حتى يدع المراء وهو محق ويدع الكذب في المزاح وهو يرى أنه لو شاء لغلب

“Seseorang tidak akan merasakan hakikat iman sampai ia mampu meninggalkan perdebatan yang berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran, dan meninggalkan berbohong meskipun hanya bercanda padahal ia tahu seandainya ia mau ia pasti menang dalam percebatan itu”
(Kanzul Ummal juz 3 hal 1165)

Imam Ishaq bin Isa berkata :

المِراء والجِدال في العلم يَذهبُ بنور العلم من قلب الرجل

“Imam Malik bin Anas mengatakan : “Debat kusir dan pertengkaran dalam masalah ilmu akan menghapuskan cahaya ilmu  dari hati seseorang”

Imam Ibnu Wahab berkata : “Aku mendengar Imam Malik bin Anas mengatakan :

المراء في العلم يُقسِّي القلوب ، ويورِّث الضغن

“Perdebatan dalam ilmu akan mengeraskan hati dan menyebabkan kedengkian”
(Jaami’ al Uluum wak Hikam 11/16)

Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah (Dar Al-Hawi, 1994, halaman 147) menjelaskan larangan debat berkepanjangan sebagai berikut:

وعليك بالحذر من المراء والجدال فإنهما يوغران الصدور ويوحشان القلوب ويولِّدان العداوة والبغضاء فإن ماراك أوجادلك محِقٌّ فعليك بالقبول منه, لأن الحق أحق أن يتبع, أو مبطل فعليك بالإعراض عنه, لإنه جاهل والله تعالى يقول: "واعرض عن الجاهلين

Artinya: “Jangan sekali-kali melibatkan dirimu dalam perdebatan berkepanjangan, sebab hal itu akan mengobarkan kemarahan, merusak hati, menimbulkan permusuhan, dan membangkitkan kebencian. Apabila seseorang mendebatmu dengan suatu kebenaran, terimalah, sebab kebenaran selalu lebih patut diikuti. Apabila ia terus mendebatmu dengan suatu kebatilan, berpalinglah dan tinggalkan orang itu, sebab ia adalah seorang jahil, sedangkan Allah SWT telah berfirman, “Berpalingklah dari orang-orang jahil.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan larangan debat berkepanjangan disebabkan berpotensi menimbulkan hal-hal negatif seperti berikut:

Pertama, mengobarkan kemarahan di salah satu atau kedua belah pihak. Hal ini bisa terjadi jika salah satu pihak mulai tidak fokus pada topik pembicaraan tetapi sudah menyerang secara verbal pada pribadi pihak lainnya. Sikap marah dari salah satu pihak biasa dibalas dengan sikap yang sama oleh pihak lainnya.  

Kedua, merusak hati kedua belah pihak karena masing-masing terbakar emosinya. Emosi yang tak terkendali pada akhirnya akan menghilangkan akal masing-masing. Keadaan makin parah ketika masing-masing pihak mulai menggunakan okol (otot) dari pada akal sehingga yang terjadi kemudian adalah adu kekuatan fisik dan bukannya adu mulut.

Ketiga, menimbulkan permusuhan di antara kedua belah pihak karena pihak yang awalnya merasa menang secara retoris bisa jadi pada akhirnya mengalami kekalahan secara fisik. Hal ini terjadi ketika pihak yang kalah secara retoris ternyata memiliki kekuatan fisik yang lebih kuat. Permusuhan bisa makin melebar jika pihak-pihak yang berdebat merupakan representasi dari suatu kelompok tertentu sehingga menyulut solidaritas kelompok.

Keempat, menumbuhkan kebencian di antara kedua belah pihak yang sewaktu-waktu dapat membakar emosi mereka. Kebencian yang tak bisa dipadamkan pada akhirnya akan menjadi bara dendam kesumat dan berpotensi melanggengkan permusuhan baik di antara individu yang berdebat maupun anggota kelompoknya.

Untuk menghindari hal-hal negatif diatas, Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad sangat menekankan agar kita memiliki sportivitas dalam berdebat, yakni bersikap jujur terhadap suatu kebenaran dari pihak lain. Artinya jika pihak lain itu ternyata pendapatnya memang benar, maka secara jujur kita harus bersedia mengakui dan menerimanya. Sikap semacam ini sangat terpuji karena kebenaran dari manapun asalnya harus diterima dan diikuti tanpa memandang siapa yang menyatakannya.

Sebaliknya, apabila kita menyakini bahwa pendapat kita benar dan pihak lawan bicara pendapatnya salah karena kejahilannya, maka sebaiknya kita segera meninggalkan orang itu karena tidak sepatutnya kebenaran dikaburkan oleh kejahilan dan apalagi dikalahkan oleh kebatilan. Dengan cara seperti ini, maka debat berkepanjangan dapat dihindari sehingga tidak menimbulkan hal-hal negatif sebagaimana disebutkan di atas. Anjuran meninggalkan pihak yang jahil ini sejalan dengan perintah Allah SWT di dalam Al-Qur’an, surah Al-A’raf, ayat 199, “Waa’ridh ‘anil jahilin(Berpalinglah dari orang-orang jahil)."

Jika sudah tidak nyaman dalam perdebatan seperti ini, sebaiknya segera tinggalkan saja karena bukan manfaat yang akan kita dapat, melainkan justru madhorot. Bukan ukhuwwah yang kita raih, melainkan kebencian dan kedengkian yang kita peroleh.

لاَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلاَ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ

“Janganlah kalian mencari ilmu untuk menandingi para ulama atau untuk mendebat orang-orang bodoh atau agar bisa menguasai pertemuan dan majlis-majlis.  Barangsiapa yang berbuat seperti itu, maka neraka baginya, neraka baginya.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Al Hakim, beliau menyatakan bahwa hadits ini Shahih dengan para periwayat yang terpercaya sesuai dengan syarat-syarat Imam Muslim)

Akhiron

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya Allah aku berlindung  kepada-Mu dari lemahnya hati dan kemalasan, sifat pengecut, kikir, kepikunan dan dari azab kubur.”

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا

“Ya Allah limpahkan pada hatiku ketaqwaan kepada-Mu dan sucikanlah ia sesungguhnya Engkau lah sebaik-baik Yang Mensucikan hati. Engkau lah pelindung hatiku dan Yang Paling dicintainya.”

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat,  hati yang tidak pernah tenang, nafsu yang tidak pernah merasa puas dan dari do’a yang tidak pernah dikabulkan.”
(HR Bukhari & Muslim)

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Jumat, 15 Maret 2019

Tokoh Ulama Yang Dibuang Belanda Di Tondano


Abab 18 adalah pucak perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda di Nusantara. Perlawanan terhadap Belanda ini umumnya bersifat kedaerahan dengan berbagai macam sebab seperti kekecewaan satu pihak karena keberpihakan Belanda pada pihak yang lain, eksploitasi masyarakat, pemaksaan hukum-hukum Belanda yang merecoki budaya dan syariat islam dan lain-lain.

Akibatnya beberapa tokoh agama islam yang dipandang dapat membahayakan kepentingan Belanda di daerah ditangkapi dan diasingkan, beberapa diantaranya di “buang” ke Minahasa pada periode 1845 – 1900. Mereka berasal dari daerah yang sekarang ini disebut Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan dan Sumtera Utara (Aceh). Meskipun total jumlah mereka tidak sebanyak kelompok Kyai Modjo, hanya sekitar 15 orang, namun keberadaan mereka di Kampung jawa Tondano dan sekitarnya dengan membawa kebudayaan mereka telah turut mempengaruhi budaya termasuk penganan masyarakat kampung Jawa Tondano dikemudian hari.

Konon menurut cerita (oral history) dari ”orang-orang tua” yang pernah penulis dengar, untuk menentukan tempat menetap terakhir Kyai Modjo menyembelih seekor sapi/lembu dan sebagian potongan-potongan daging lembu tersebut diletakan dibeberapa tempat di sekitar Tonsea Lama. Tempat dimana daging paling lama membusuk akan dipilih menjadi tempat menetap permanen, dan tempat itu sekarang dikenal sebagai Kampung Jawa Tondano, hanya berjarak kurang dari 5 km dari Tonsea Lama. Tanah tersebut semula adalah milik Kepala Distrik (Kepala Walak/Tona’as) Tondano.

Pada masa itu kondisi alam Minahasa khususnya Tondano masih bersih dan alamiah, tidak ada polusi sehingga dapat dikatakan kecuali bakteri pembusuk, lingkungan alam sangat menentukan suatu tempat lebih sehat dari yang lain.

Istri Kyai Modjo (mbah Wedok) menyusul tiba di Tondano bergabung dengan Kyai Modjo diperkirakan setahun kemudian, pada medio tahun 1831, kemungkinan beliau di”kirim” dari Jawa satu rombongan dengan Pangeran Diponegoro.

Dengan demikian Kyai Modjo dan pengikutnya (semuanya laki-laki) dapat dikatakan sebagai ”Founding Fathers” kampung Jawa Tondano. Dewasa ini orang-orang yang menetap dan/atau ber(mu)asal dari kampung itu populer dengan sebutan orang JATON.

Secara formal administratif tidak diketahui sejak kapan sebutan Kampung Jawa Tondanomulai digunakan namun diperkirakan pada awal abab 19. Dalam tulisan ini dianggap keberadaan Kampung Jawa Tondano dimulai ketika Kyai Modjo dan pengikutnya menginjakkan kaki mereka di sana.

Saat ini secara administaratif, Kampung Jawa Tondano terletak di Kabupaten Minahasa Selatan, Kecamatan Tondano Utara.

Residen Menado mengunjungi Kampung Jawa Tondano pada bulan Oktober 1831 setelah lebih setahun Kyai Modjo dan pengikutnya berada di sana. Di kampung Jawa Tondano Residen Menado menemui dan berbicara dengan Kyai Modjo. Pada kesempatan itu Residen memberitahukan bahwa tanah yang ditempati Kyai Modjo dan pengikutnya dan tanah yang mereka gunakan untuk bercocok tanam akan diberikan kepada mereka sebagai pemberian negara. Pemerintah Hindia akan membeli tanah tersebut dari pemiliknya (Kepala Distik Tondano) namun Kepala Distrik Tondano tidak mau dibayar sebagai ganti rugi tanahnya yang diambil oleh negara untuk penempatan tahanan negara. Kepala Distrik Tondano rela memberikan tanahnya kepada Kyai Modjo dan pengikutnya tanpa ganti rugi. Di tempat itu kemudian dibangun mesjid yang pengerjaannya dilakukan oleh Kyia Modjo dan pengikutnya.

Apa yang telah dilakukan Kepala Distrik tersebut mencerminkan adanya persabatan dan sangat menerima kedatangan Kyai Modjo dan pengikutnya di Tondano. Keberadaan Kyai Modjo dan pengikutnya di Tondano dalam waktu sangat singkat (baru1 tahun).telah ”mencuri” hati penduduk asli sekitarnya sehingga penduduk asli disitu menghormati dan mencintai Kyai Modjo.

Memang keberadaan Kyai Modjo dan pengikutnya di Tondano telah memberi dampak sangat positif pada penduduk asli disekitarnya, penduduk arafuru bekerja lebih baik karaena ”orang-orang Jawa” mengajari mereka cara yang baik bercocok tanam.

Peristiwa bersejarah di atas terekam dalamSurat Residen Menado ditujukan kepada Letnan Gubernur Jendral di Batavia tertanggal 18 Oktober 1831 No.235 dan Surat Direktur Lands Producten en Civile Magazijne ditujukan kepada Letnan Gubernur Jendral di Batavia tertanggal 14 Juni 1839 No.2520.

Kelompok yang datang kemudian ke Kampung Jawa Tondano tersebut adalah:

Tahun 1846 : Kyai Hasan Maulani (Asal Lengkong Cirebon)

Pada seperempat abad 18 tarekat syattariyah adalah tarekat yang paling tersebar luas di daerah Banyumas. Diperkirakan, tarekat ini bersumber dari murid-murid Syekh Abdul Mukhyi, Garut, seorang mursyid tarekat Syattariyah yang mendapatkan ijazah irsyad-nya dari Syekh Abdurrauf Singkel, Aceh. Di Banyumas, Syattariyah menciptakan varian baru yang menggabungkan beberapa ajaran tarekat lain, seperti Rifaiyah dan Naqsabandi-Qodiriyah. Tarekat ini dikenal dengan nama tarekat Akmaliyah/Kamaliyah. Kyai Hasan Maulani adalah guru sekaligus pendiri tarekat Akmaliyah di Cirebon.

Mendasarkan pada studi Drewes, Bruinessen dan Steenbrink menyatakan bahwa Akmaliyah merupakan tarekat yang kental dengan ajaran wahdatul wujud dan sinkretisme Jawa.

Banyaknya pengikut tarekat Akmaliyah menakutkan penguasa saat itu. Hal ini mendorong Belanda membuang Kyai Hasan Maulani ke Tondano pada tahun 1846.

Tahun 1848 : Pangeran Ronggo Danupoyo (Asal Surakarta Jawa tengah)

Pangeran Ronggo Danupoyo adalah anak dari Pangeran aryo Danupoyo atau cucu dari Sunan Pakubuwono IV di Surakarta Jawa Tengah. Beliau menentang kebijakan Belanda, dank arena itu ia dibuang ke Tondano. Di kampung Jawa Tondano Ronggo Danupoyo menikah dengan putri dari Suratinoyo dan memperoleh 6 orang anak, satu anaknya kembali ke Jawa sedangkan 5 anaknya yang lain (2 laki dan 3 perempuan) tetap tinggal di kampong Jawa Tondano. Dari 2 orang anak laki-lakina (Raden Glemboh dan Raden Intu) menurunkan keluarga (fam) Danupoyo sekarang ini.

Tahun 1850-an : Imam Bonjol (Asal Sumatra Barat)

Peto Syarif yang kemudian lebih dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol dilahirkan pada tahun 1772 di Kampung Tanjung Bunga, Kabupaten Pasaman Sumatra Barat. Ia dilahirkan dalam lingkungan agama. Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian daribeberapa orang ulama lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam Bonjol adalah pendiri negeri Bonjol. Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan Padri di Sumatra, yang pada mulanya menentang perjudian, adu ayam, penggunaan opium, minuman keras, tembakau, dll., tetapi kemudian mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda, yang mengakibatkan perang Padri (1821-1838).

Pada tahun 1837, desa Imam Bonjol berhasil diambil alih oleh Belanda, dan Imam Bonjol akhirnya menyerah. Dia kemudian diasingkan di beberapa tempat, dan pada akhirnya dibawa ke Minahasa. Di sana Tuanku Imam Bonjol wafat tanggal 6 Nopember 1864 dalam usia 92 tahun, dikebumikan di Desa Lotak Pineleng berjarak 25 km dari Tondano ke arah Manado.

Bebrapa pengikut Imam Bonjol kemudian menikah dengan wanita kampung Jawa Tondano adalah; Malim Muda (menikah dengan cucu Kyai Demak), Haji Abdul Halim (menikah dengan Wonggo-Masloman), Si Gorak Panjang (menikah dengan putri Nurhamidin), dan Malim Musa. Dari (diantara) mereka menurunkan keluarga (fam) Baginda di Minahasa dewasa ini.

Tahun 1861 : K.H. Ahmad Rifa'i (Asal Kendal, Jawa Tengah)

Kiai Haji Ahmad Rifai dilahirkan pada 9 Muharam 1200 H atau1786 di desa Tempuran Kabupaten Batang. Beliau sorang ulama keturunan Arab, memimpin suatu pesantren di Kendal Jawa Tengah. Setelah beberapa kali keluar masuk penjara Kendal dan Semarang karena dakwahnya tegas, dalam usia 30 tahun.

Tahun 1272 H ( 1856 ) adalah merupakan tahun permulaan krisis bagi gerakan Kiai Haji Ahmad Rifai . Hal ini disebabkan hampir seluruh kitab karangan ( dan Hasil tulisan tangan beliau ) disita oleh pemerintah Belanda , disamping itu para murid dan Ahmad Rifai sendiri terus - menerus mendapat tekanan Belanda . Sebelum Haji Ahmad Rifai diasingkan dari kaliwungu Kendal Semarang , tuduhan yang dikenakan hanyalah persoalan menghasut pemerintah Belanda dan membawa Haji Ahmad Rifai dipenjara beberapa hari di Kendal , Semarang dan terakhir di Wonosobo .

Tahun1859 Ahmad Rifa’i diasingkan Belanda ke Ambon, kemudian diasingkan lagi ke Tondano pada tahun 1861 bergabung dengan group Kyai Modjo. Di Kampung Jawa Tondano K.H Ahmad Rifa’i menciptakan kesenian terbang (rebana) disertai dengan lagu-lagu, syair-syair, nadzam-nadzam yang diambil dari kitab karangannya.

K.H Ahmad Rifa’i wafat di Kampung Jawa Tondano pada Kamis 25 Robiul Akhir 1286 H atau tahun 1872 (usia 86 tahun) dan dimakamkan dikomplek makam Kyai Modjo.

Tahun 1880: Sayid Abdullah Assagaf (Asal Palembang, Sumatra selatan).

Sayed Abdullah Assagaf adalah orang Arab yang lahir di Palembang, Sumatra Selatan. Belanda mengasingkannya ke Tondano pada tahun 1880 kerana menganggapnya menghasut masyarakat untuk melawan Belanda. Di Palembang Assagaf konon ia menikah dengan wanita Belanda (Nelly Meijer) putri Residen Bengkulu. Dari perkawinannya dengan wanita Belanda ini ia memperoleh satu orang anak laki-laki (Raden Nguren/Nuren). Sebelum nenikah dengan Assagaf, Nelly Meijer adalah janda beranak satu dari perkawinannya dengan adik Sultan Palembang (Mahmud Badaruddin II). Nelly Meijer dan kedua anaknya kemudian menyusul ke Kampung Jawa Tondano dan Raden Nuren kemudian menikah dengan wanita Minahasa asal Remboken. Anak Nelly Meijer yang satunya lagi (hasil perkawinan dengan adik sultan Palembang) menikah di Kampung Jawa Tondano dan menurunkan keluarga (fam)Catradiningrat.

Di Kampung Jawa Tondano Sayed Abdullah Assagaf menikah (lagi) dengan Ramlah Suratinoyo dan memiliki 7 orang anak, dan dari mereka menurunkan keluarga (fam) Assagaf di Kampung Jawa Tondano.

Keberadaan Abdullah Assagaf di Kampung Jawa Tondano telah men”distorsi” budaya kampung Jawa Tondano yang semula sangat kental dengan budaya jawa. Abdullah Assagaf berhasil mentransfer dan mengawinkan budaya Arab-Sumatra dengan budaya jawa dan melahirkan budaya jaton generasi ketiga.

Tahun 1884:Gusti (Pangeran) Perbatasari (Banjarmasin, Kalimantan).

Pangeran Perbatasari melakukan pemberontakan terhadap Belanda namun kemudian ia tertangkap di daerah Kutai ketika dalam perjalanan membeli persenjataan dan tahun 1884 diasingkan ke kampung Jawa tondano.

Di Kampung jawa Tondano Pangeran Perbatasari menikah dengan dengan wanita JATON. Satu orang saudara laki-lakinya (Gusti Amir) kemudian menyul ke Kampung Jawa Tondano dan menikah dengan wanita JATON (fam.Sataruno).

Tahun 1895: Tengku Muhammad / Umar (Asal Aceh).

Tengku Muhammad atau Tengku Umar (bukan Tengku Umar pahlawan Aceh) diketahui tidak mempunyai keturunan di jaton.

Tahun 1889 : Banten Group.

Pada tanggal 9 Juli 1888 di Cilegon (Banten – Jawa Barat) meletus perlawanan rakyat (disebut Geger Cilegon) terhapap pemerintah colonial Belanda. Geger Cilegon dipimpin oleh pemuka islam Cilegon antara lain Haji Abdul karim pemimpin tarekat di Lempuyang), Haji Tubagus Ismail, Haji Marjuki, dan Haji Wasid(pemimpin pesantren di Beji-Bojonegara, beliau murid Syekh Nawawi Al Bantani). Pada saat itu Banten sedang dihadapi bencana besar. Setelah meletusnya Gunung Karakatau pada tahun 1883 yang merenggut 20.000 juta jiwa lebih, disusul dengan berjangkitnya wabah penyakit hewan (1885) pada saat itu masyarakat banyak yang percaya pada tahayul dan perdukunan. Di desa Lebak Kelapa terdapat satu pohon besar yang sangat dipercaya oleh masyarakat memiliki keramat. Berkali-kali H. Wasid memperingati masyarakat. Namun bagi masyarakat yang tidak mengerti agama, fatwanya itu tidak diindahkan. H. Wasid tidak dapat membiarkan kemusrikan berada didepan matanya. Bersama beberapa muridnya, beliau menebang pohon besar tersebut. Kejadian inilah yang menyebabkan beliau dibawa ke pengadilan (18 Nopember 1887), belaiu didenda 7,50 gulden. Hukuman tersebut menyinggung rasa keagamaan dan harga diri murid-murid dan para pendukungnya. Selain itu, penyebab terjadinya persitiwa berdarah, Geger Cilegon adalah dihancurkannya menara langgardi desa Jombang Wetan atas perintah Asisten Residen Goebel. Goebel menganggap menara tersebut mengganggu ketenangan masyarakat, karena kerasnya suara. Selain itu Goebel juga melarangang Shalawat, Tarhim dan Adzandilakukan dengan suara yang keras. Kelakuan kompeni yang keterlaluan membuat rakyat melakukan pemberontakan. Pada hari Senin tanggal 9 Juli 1888 diadakan serangan umum. Dengan memekikan Takbir para ulama dan murid-muridnya menyerbu beberapa tempat yang ada di Cilegon. Pada peristiwa tersebutHenri Francois Dumas - juru tulis Kantor Asisten residen - dibunuh oleh Haji Tubagus Ismail. Demikian pula Raden Purwadiningrat, Johan Hendrik Hubert Gubbels, Mas Kramadireja dan Ulrich Bachet, mereka adalah orang-orang yang tidak disenangi oleh masyarakat.Cilegon dapat dikuasio oleh para pejuang "Geger Cilegon". Tak lama kemudian datang 40 orang serdadu kompeni yang dipimpin oleh Bartlemy. Terjadi pertempuran habet antara para pejuang dengan serdadu kompeni. hingga akhirnya pemberontakan tersebut dapat dipatahkan. Haji Wasid dihukum gantung. Sedangkan yang lainnya dihukum buang. Diantaranya adalah Haji Abdurrahman dan Haji Akib dibuang ke Banda. Haji Haris ke Bukittinggi Haji Arsyad thawil ke Gorontalo, Haji Arsyad Qashir ke Buton, Haji Ismail ke flores, selainnya dibuang ke Tondano, Ternate, Kupang, Manado, Ambon dan lain-lain. Semua pemimpin yang dibuang berjumlah 94 orang. Dari jumlah tersebut ada 4 orang yang dibuang ke kampung Jawa Tondano dan kemudian menikah dengan wanita Jaton.adalah Haji Abdul Karim (menikah dengan fam Haji Ali), Haji Muhammad Asnawi (menikah dengan fam Haji Ali) , Haji Jafar (menikah dengan fam Maspekeh) dan Haji Mardjaya. Keturunan mereka menggunakan fam Tubagus.

Tahun 1900: Haji Saparua (Asal Maluku).

Haji saparua menikah di Tondano (Babcock, 1989) namun tidak ada catatan mengenai keturunannya.

Kiat-kiat Menemukan Jatidiri

Masa muda adalah masa mencari jati diri, masa membuktikan eksistensi, masa mencari perhatian dan masa penuh semangat dan bergairah, akan tetapi dibalik semangat ini perlu kontrol dan perlu pembinaan agar tidak berlebihan dan keluar dari bimbingan syariat. Dengan keunggulan dan kelebihan pada usia muda seperti semangat masih membara, tenaga masih kuat, pikiran masih fresh dan tekad yang kuat, masa muda akan diminta pertanggung jawabannya secara khusus. Perhatikan hadits berikut,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ

“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).”

Usia akan ditanya dan diminta pertanggung jawaban untuk apa dihabiskan. Masa muda termasuk dalam usia, akan tetapi selanjutnya, masa muda kembali ditanyakan dan diminta pertanggung jawaban secara khusus. Oleh karena itu masa muda ini perlu benar-benar diperhatikan, terlebih pemuda adalah generasi penerus.

Kalimat mencari jati diri akan terkesan rancu bila dicermati dan kali ini saya dan teman saya sepakat mengiyakannya. Bagaimana tidak rancu, bukankah jati diri itu ada dalam diri? Kenapa musti dicari? Malah saya sempat berpikir bahwa sebenarnya jati diri tak pernah hilang. Bila orang berkata hilang, saya pikir tidak. Karena, biar bagaimanapun dalam diri seseorang pasti ada sesuatu yang berbeda dari orang lain dan itu pun tidak akan pernah bisa tercuri atau hilang. Biar lebih mudah kita bisa ambil contoh air, mau dicampur atau diberi pewarna apapun sifat zat cairnya akan tetap ada. Berubah seperti apa air akan tetap dikatakan air, walau dalam wujud comberan sekalipun.

Begitu pula dengan diri kita. Janganlah merasa pesimis tentang kelabilan yang dikira masih dalam pencarian jati diri. Diri ada bukan untuk dicari. Sebetulnya ia telah tertanam dalam diri, tinggal membongkarnya saja. Andaikata memang kesulitan, seseorang tersebut belum menyadari, ditambah dengan kesibukan melihat sekitar atau orang lain malah terlupalah sejatinya diri. Menganggap orang lain lebih hebat dan lebih cocok menjadi panutan lambat laun dengan  ketertarikan tersebut akan menimbun ke’aku’ annya. Terkuburlah sosok dia yang sebenarnya dan terganti oleh sosok baru atau cermin lain. Maka tak heran ada beberapa orang yang begitu asing dengan dirinya sendiri dan muncullah kalimat ‘siapa aku?’ atau who am i? yang dikiranya dia sedang kehilangan jati diri, padahal tidak. Jati dirinya ada, cuma masih tertimbun oleh tumpukan obsesi dan tekanan ketidakpercayaan diri. Semisal, sering kita melihat seseorang berpenampilan layaknya idola yang mereka gemari. Mulai dari gaya rambut, pakaian yang dia kenakan, sampai gaya bicara pun persis. Dengan begitu, kita menjadi kesulitan melihat sosok dia yang sebenarnya. Tidak bisa dikatakan dia sedang kehilangan jati diri, terkontaminasi barangkali iya.

Untuk menonjolkan jati diri sejatinya membutuhkan proses. Kembali lagi ke pengertian yakni adanya identitas, inti, jiwa, semangat, dan daya gerak ternyata ada bukan berjalan dengan sendirinya. Terbentuknya jati diri yang kuat pastilah terlebih dahulu ditempa oleh berbagai pilihan serta problematika dalam perjalanan hidupnya. Pilihan untuk mengikuti aliran atau tetap mempertahankan kenyamanannya. Bila dia mengikuti aliran bisa jadi dia akan terbawa arus dan lupa pada tujuan serta dirinya sendiri. Kemudian muncullah golongan orang-orang alay, lebay, epigon, dan lain sebagainya. Atau dia akan tetap mempertahankan ke’aku’annya. Walaupun ini baik, bila perlakuannya berlebihan maka akan negatif juga karena bisa memunculkan orang-orang yang bersifat egois atau diktator. Idealnya, kita tetap pada kedirian dan prinsip, namun jangan melupakan keterbukaan. Jangan melupakan bahwa kita adalah makhluk sosial yang berteman dengan segala macam perbedaan.

Sebaiknya, jangan sampai kita menyiksa diri sendiri untuk mengikuti orang lain. Apa salahnya menjadi berbeda, toh itu nantinya tidak akan mengurangi kualitas diri. Banyak orang beranggapan bahwa penampilan fisik adalah segala-galanya dan merupakan bagian dari jati diri. Saya pikir tidak, justru, apa yang terbungkus dalam fisik itulah diri kita sebenarnya. Jadi, jangan lama-lama kita mau dikecoh persepsi bahwa jati diri bisa nampak jelas oleh mata melalui bungkus luar. Jangan terlalu lama pula kita bersolek hanya membenahi cover saja, sampai melupakan ketahanan spiritual yang memprihatinkan. Diri ada di dalam, kekuatan ada di jiwa, selamat berproses untuk mempertahankan dan menguatkannya…

Banyak orang yang tidak mengenal jati diri sendiri, sehingga membuat mereka sulit untuk menentukan hal-hal apa saja yang patut dan tidak patut untuk dilakukan oleh mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Alasan inilah yang membuat kita perlu mengetahui bagaimana cara menemukan jati diri sendiri, sehingga kita tidak mudah untuk terpengaruh dengan orang lain disekitar kita.

Pengertian Jati Diri

Sebagian orang berpendapat bahwa arti jati diri adalah suatu manifestasi ideologi hidup seseorang. Jati diri sendiri merupakan bagian dari sifat seseorang yang muncul dengan sendirinya mulai dari kecil, kemudian sifat bawaan kadang juga terpengaruh dengan faktor lingkungan tempat seseorang hidup dan dibesarkan.

Kita tentu sudah tidak asing mendengar istilah seorang anak yang sedang mencari jati diri, hal ini sering terungkap karena dalam proses pembentukan karakter yang sebenarnya pada diri seseorang adalah pada masa pancaroba, yaitu masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.

Cara Menemukan Jati Diri

Dari pengertian jati diri yang sudah dipaparkan diatas, bahwasanya jati diri itu sendiri merupakan suatu manifestasi ideologi hidup seseorang, sehingga bagaiaman cara menemukan jati diri sendiri itu juga merupakan hak mutlak bagi seorang individu untuk menentukan jati dirinya sendiri.

Ketika seseorang yang telah dapat memahami akan kemampuan dan kekuatan pada dirinya yang didasari dengan iman dan taqwa pada Tuhan, maka saat itulah seseorang sudah dapat dikatakan menemukan jati dirinya sendiri.

Seseorang, disaat mengalami suatu masalah sering merasa kebingungan bagaimana cara menyelesaikannya. Dan dari sini kemudian akan berkembang menjadi masalah lain yang menimbulkan seseorang menderita, susah, dan lain-lain. Hal ini bisa terjadi, dikarenakan tidak pernah menyadari, bahwa setiap manusia hidup didunia, mau tidak mau, suka maupun tidak,  tidak akan pernah lepas dari permasalahan. Walaupun didalam setiap doa yang disampaikan pada Tuhan, selalu meminta agar dilepaskan dari permasalahan. Padahal, sebagaimana yang pernah saya tuliskan jauh sebelumnya, bahwa manusia hidup didunia ini adalah sementara. Disamping itu, alam dunia ini bukan merupakan alam manusia yang sebenarnya, jadi kita harus selalu siap untuk mendapatkan masalah yang beraneka ragam. Jika kita tidak pernah memperhatikan, maka kita sebagai manusia akan selalu mengalami penderitaan disaat masalah telah menerpa kita.

Untuk itu, sebagai langkah awal, lewat tulisan ini saya mencoba untuk mengurai terhadap permasalahan hidup manusia yang tidak akan lepas dari munculnya suatu warna perasaan disaat permasalahan itu timbul.

Dan, agar tidak terlambat didalam antisipasi, diperlukan suatu pemikiran dan perenungan pada setiap masalah yang timbul didalam kehidupan kita sehari-harinya. Apa yang harus dipikirkan, dan direnungkan?  Yaitu, segala sesuatu yang terjadi pada hari ini, dan kemudian dicocokkan dengan apa yang telah terjadi pada hari-hari sebelumnya, khususnya terhadap segala perasaan yang timbul akibat adanya permasalahan yang kita alami. Contoh ; disaat kita  selesai marah, pikirkan dan renungkan kenapa tadi kita marah, bisakah untuk selanjutnya tidak marah lagi bila ada permasalahan yang sejenis?

Begitu pula, disaat kita selesai mengalami kesedihan, penderitaan dan lain-lain. Bisakah kita untuk tidak mengalami hal yang sama disaat perasaan itu akan timbul kembali? Adapun caranya tidak ada lain, kecuali hanya dengan berpikir, apakah jika perasaan itu muncul, adakah keuntungan yang kita dapatkan? Bila ternyata tidak ada, lantas untuk apa kita marah dan kita bersedih? Hal ini bisa menjadi bahan perenungan, disaat masalahnya telah berlalu. Sebab pada saat kita marah, kita bersedih, tentu hati kita akan jadi gelap, sehingga kita tidak akan bisa mendapatkan jalan keluar yang terbaik. Makanya saat kita bersedih, menderita, marah dan lain-lain, jangan sekali-kali mengambil suatu keputusan apapun. Lebih baik lanjutkan dahulu perasaan yang muncul pada kita. Bahkan, dalam keadaan bahagia yang melampaui batas, juga tidak diperkenankan mengambil suatu keputusan apapun. Khususnya, yang menyangkut segala sesuatu yang belum terjadi. Sebab, keputusan yang ada, akan mempengaruhi pada tindakan yang akan diambil, yang biasanya akan membuat kerugian pada diri sendiri.

Jadi, dengan adanya permasalahan-permasalahan pada diri kita, bisa mendapatkan pengalaman didalam perkembangan jiwa. Tetapi, yang sering terjadi, jika permasalahan itu timbul, khususnya perasaan marah masih sering membekas, bahkan bisa pula berakibat dendam pada seseorang.

Selanjutnya, sebagai langkah yang kedua,  disaat berdoa, kurangilah segala hal yang secara tidak kita sadari menyuruh Tuhan untuk bekerja. Walaupun kelihatannya memohon secara halus, akan tetapi hal itu menunjukkan, bahwa kita yang menjadi Tuhan, dan memerintah Tuhan agar bekerja untuk kita. Contoh : Ya Allah mudahkan rejeki bagi kami, limpahkan rejeki, berilah kenikmatan pada kami, lapangkan dada kami masukkan kami kedalam surga. Bimbinglah kami, dan lain-lain. Menurut hemat saya, mestinya disaat berdoa harus yang mengandung arti bahwa kita yang bekerja, bukan Tuhan. Contoh doa yang benar adalah” Ya Allah, petunjuk apa yang harus aku laksanakan agar rejeki ku lancar”. Ya Allah Apa yang harus aku lakukan agar aku bisa masuk surga, seperti mereka-mereka yang masuk surga? Ya Allah, apa yang harus aku lakukan supaya aku semakin dekat denganMu dan jauh dari kesesatan?  dan sebagainya, tergantung konteks doa apa yang kita kehendaki.  Ini hanya sekedar contoh, bagi mereka yang belum mengenal jati diri. Adapun bagi mereka yang telah mengenal jati diri, saya yakin bahwa mereka disaat berdoa, tidak akan pernah menggunakan kata-kata, melainkan cukup dengan suatu perbuatan untuk mencapai sesuatu. Namun, bila hal ini tidak saya tulis, lantas sampai kapan kita akan berhenti menyuruh Tuhan terus menerus? Sampai kapan kita akan dewasa dan mandiri?  Dan sampai kapan kita bisa benar-benar berbakti kepada Tuhan?

Kesimpulannya, dengan langkah doa yang saya sebutkan diatas, kita akan tertuntun untuk selalu bekerja sesuai dengan petunjuk Tuhan, bukan malah sebaliknya kita yang memerintah Tuhan untuk bekerja. Walaupun cara doa seperti yang lazim kita pergunakan itu adalah sah-sah saja. Akan tetapi, apabila doa seperti itu berkelanjutan terus menerus akan membuat kita malas untuk berusaha dan bekerja, serta akan pula kecanduan untuk menyuruh orang lain mengerjakan apa yang menjadi kesulitan kita. Sementara kita, hanya tinggal ongkang-ongkang kaki saja, dan tinggal memakainya. Bukankah saat ini kita sering hanya sebagai pendengar, penonton, dan juga pemakai belaka? Dan jarang sekali yang sebagai pelaku sejarah, kendatipun itu hanya sejarahnya sendiri. Amat ironis sekali. Namun diantara kita masih belum menyadari, sehingga doa seperti yang menurut kita lazim, dan memang ada pedomannya, tetap saja dilakukan. Dengan adanya cara, dan redaksi doa yang masih seperti itu, akan membuat kita kebiasaan menyuruh orang lain. Atau setidak-tidaknya kita akan berlomba-lomba untuk menggunakan segala cara, bagaimana bisa selalu menyuruh orang lain terhadap kepentingan kita. Dengan demikian yang perlu saya pertanyakan dimanakah unsur kebaktian kita kepada Tuhan? Dan apakah kebaktian dan ibadah itu memang harus menyuruh Tuhan? Sehingga, semakin sering kita menyuruh Tuhan lantas kita dikatakan beriman kepada Tuhan?

Sebagai langkah yang ketiga atau terakhir,janganlah sekali-kali kita makan, minum atau lain-lain, yang sekiranya kita tidak benar-benar membutuhkan. Juga, jangan seringkali memikirkan segala sesuatu yang telah berlalu, walaupun itu pahit atau senang. Tetapi selalu melangkahlah kedepan agar kita tidak selalu terganjal oleh masa lalu. Dan sering-seringlah berlatih untuk bertanya pada dirinya sendiri apa yang harus dilakukan, sembari membaca, memperhatikan, berpikir, dan merenung, bahwa segala sesuatu yang terjadi, akan terjadi, adalah merupakan variabel yang memang harus dilalui serta diketahui oleh Tuhan yang telah menciptakan kita beserta alam seisinya ini. Bahkan segala sesuatu yang tidak mungkin terjadi, bisa saja terjadi. Sehingga dengan begitu, apabila kita selalu berlatih untuk mengajak diskusi dengan diri sendiri, diharapkan “jati diri “kita akan muncul dengan sendirinya. Bahkan, kalau sudah terbiasa, kita akan sering mendengar suara kita sendiri, atau melihat diri kita sendiri. Karena sesungguhnya itulah yang benar. Dan, dia itulah yang selama ini melihat dan mendengar, kendati tanpa mata dan telinga.

Hendaknya para pemuda mengisi waktu mereka dengan kegiatan positif atau mencari-cari kegiatan positif. Misalnya menghadiri majelis ilmu, menghapalkan Al-Quran dan sunnah, membuat kegiatan sosial dan lain-lainya. Tidak lupa juga segera mencari teman yang baik, teman bergaul yang baik dalam melaksanakan kegiatan tesebut agar bisa saling menopang dan saling menasehati. Pemuda masih sangat labil serta mudah terpengaruh dan terhasut oleh lingkungan dan pertemanan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المرء على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل

“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang darimu melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya”

Mencari Jatidiri Manusia Sebagai Langkah Penghambaan

Ada seorang remaja yang bertanya mengenai arti dari jati diri dan bagaimana cara mencari jati diri?Mungkinkah Anda telah menemukan jati diri Anda sendiri? Atau hinga saat ini masih mencarinya? Memang tak sedikit orang yang masih bingung tentang konsep jadi diri dalam Islam. Maka dari itu ada yang disebut istilah mencari jati diri.

Terlepas apakah Anda telah menemukannya ataupun belum, maka perlu untuk di pertimbangkan lagi,apakah konsep jati diri kita ini sudah benar atau belum? Jika salah, sangat berbahaya! Sebab semua tindakan kita nantinya akan berlandaskan pada konsep jati diri kita sendiri. Jika salah, tentu tindakan dan juga perilaku kita akan salah. Kita sendiri bisa celaka, baik di dunia ataupun di akhirat.

Semua manusia yang ada didunia ini tentu mengetahui siapa namanya, dimana ia tinggal dan dari kota mana ia berasal, dimana ia dilahirkan dan lain sebagainya, tetapi tidak banyak yang memikirkan siapa dirinya yang sesungguhnya dan apa tujuannya hidup didunia dan apa yang dilakukan setelah nanti ia tiada.

Kebanyakan manusia saat ini tidaklah begitu mengenal jati dirinya yang sebenarnya, padahal Rasul sendiri mengingatkan bahwa mengenal diri sendiri adalah langkah pertama dalam mengenal Allah SWT sebagai Tuhan seluruh alam.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَ جَسَدَهُ

 “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.

Dari Hadits tersebut kita bisa mengetahui bahwa mengenal diri sendiri sangatlah penting bagi manusia karena dengan mengenal dirinya sendiri sebagai manusia ciptaan Allah SWT, ia dapat mengenal Tuhannya atau penciptanya tersebut yakni Allah SWT.

Apa Itu Jati Diri?

Ada yang menyebutkan bahwa jati diri itu adalah karakter dasar, Ada yang mengatakan itu adalah kamu sesungguhnya, ada juga yang yang bilang bahwa seseorang akan menemukan jati diri itu seiring semakin dewasanya kita. Mungkin ucapan seperti ini ada benarnya juga, karena Jati diri sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sifat seseorang yang muncul dengan sendirinya sejak saat dari kecil, kemudian sifat bawaan dari kecil itu kadang juga terpengaruh dengan berbagai faktor seperti faktor lingkungan tempat dia dibesarkan. Jati Diri adalah identitas seseorang yang jelas sehingga siapa pun tahu tentang orang tersebut. Sering kali orang memberikan definisi dari jati diri berdasarkan jawaban dari 3 buah pertanyaan ini:

Siapa aku?
Dari mana aku?
Dan aku mau kemana?

Ya, ketiga pertanyaan ini memerlukan pemikiran yang mendalam untuk dapat mengetahui jawaban yang benar. Tidak sedikit juga orang yang masih saja kebingungan dan akhirnya dia melupakan untuk menjawab 3 pertanyaan ini. Mereka berfikir yang penting jalani saja hidup ini.

Apakah Kita Boleh Mengabaikan Penemuan Jati Diri?

Apakah kita perlu ‘meributkan’ tentang jati diri ini? Ya, tentu saja kita perlu memahami siapa diri kita ini. Jika tidak, untuk apa kita hidup di dunia? Hidup kita nantinya akan tanpa arah, tidak bermakna, tanpa memiliki arti. Sebab, bagaimana kita bisa mempunyai hidup yang bermakna sementara kita sendiri tidak mengetahui siapa diri kita dan mau kemana kita nantinya.

Jadi jelas jawabannya bahwa kita tidak boleh mengabaikan penemuan jati diri ini, kecuali Anda ingin menjalani hidup hampa yang berlalu tanpa makna sama sekali.

Apakah Jati Diri Membahas Tentang Minat dan Bakat Kita?

Tentu saja kita dapat memahami bahwa kita sebenarnya mempunyai keunikan masing-masing. Tidak pernah berhenti mencari kelebihan dan potensi unik kita tentu merupakan hal penting dalam kehidupan kita sendiri. Namun, yang kita butuhkan sebenarnya tidak sebatas hanya menemukan sebuah bakat spesial kita saja. Kita juga tidak bisa sepenuhnya mengatakan bahwa orang yang sudah sukses itu berarti sudah menemukan jati dirinya.

Bagaimana Cara Mencari Jati Diri?

Tidak ada seorangpun yang lebih mengetahui diri kita ini selain Dzat yang telah menciptakan kita, yaitu Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Mengetahui. Jika hanya Allah yang paling mengetahui tentang diri kita, mengapa kita harus mencari dan menemukan makna jati diri dari selain Dia? Mengapa hidup kita harus dikendalikan oleh berbagai konsep jati diri yang bukan bersumber dari Allah? Ini memang termasuk hal yang sangat penting, sebab hanya dari Allah saja kita akan menemukan segala jawaban yang paling tepat, dijamin kita tidak akan salah sehingga hidup kita ini akan lebih bermakna.

Tentu saja, kita tetap boleh (bahkan harus) untuk selalu terus menggali bakat serta potensi kita. Yang ditekankan disini, bahwa jati diri bukan hanya sebatas itu saja. Itu merupakan keunikan Anda, bukan jati diri Anda.

Jati Diri Manusia Sesungguhnya

Siapa Aku? Manusia adalah makhluk Allah yang terbuat dari tanah dan kemudian diberikan ruh oleh Allah. Kemudian manusia juga dilengkapi dengan sebuah potensi hati, akal dan juga jasad. Hati dan akal merupakan 2 potensi yang menyebabkan manusia mempunyai kedudukan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya.

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ (7) ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ (8) ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ (9)

Yang menjadikan segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan juga Yang memulai penciptaan manusia dari saripati tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunan manusia dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan juga meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan untuk kamu pendengaran, penglihatan dan juga hati; (tetapi) sedikit sekali dari kalian bersyukur. (QS As Sajdah:7-9)

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ

Dan (ingatlah), saat Tuhanmu berfirman pada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat yang kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang dibentuk. Demikian dalam QS. Al Hijr ayat 28.

Untuk Apa Aku Ada?

Ada 2 tujuan dalam penciptaan manusia yang saling berkaitan yaitu dijadikan khalifah dimuka bumi ini dan untuk beribadah kepada Allah swt. Tidak ada tujuan lain selain kedua hal tadi. Semua aktivitas dan segala tindakan yang kita lakukan semuanya harus bertujuan dalam rangka kedua peran kita ini. Sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah.

Untuk itu, Allah telah memberi kita semua dengan berbagai potensi yaitu hati, akal, dan juga jasa yang cukup untuk memikul kedua tugas ini. Selama kita dapat memanfaatkan semua potensi yang kita punyai, kedua tugas ini pasti akan terlaksana dengan baik.

Dalam Al-Quran surat Ad-dzariyat ayat 56 Allah berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Tidaklah Aku menciptakan jin dan juga manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.

Sesungguhnya Aku menciptakan mereka agar Aku memerintahkan mereka untuk menyembah-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.: melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa.

Demikianlah menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut Ibnu Juraij, makna yang dimaksud ialah melainkan supaya mereka mengenal-Ku.

Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni kecuali untuk beribadah.

As-Saddi mengatakan bahwa sebagian dari pengertian ibadah ada yang bermanfaat dan sebagian lainnya ada yang tidak bermanfaat.

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka akan menjawab, "Allah.” (Az-Zumar: 38; Luqman: 25)

Ini jawaban dari mereka termasuk ibadah. Akan tetapi, hal ini tidak memberi manfaat bagi mereka karena kemusyrikan mereka. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini (Adz-Dzariyat: 56) adalah orang-orang mukmin.

Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 30:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah saat Tuhanmu berfirman pada para Malaikat: Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka bertanya: Mengapa Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi  orang yang akan berbuat kerusakan padanya dan akan menumpahkan darah, padahal kami selalu bertasbih dengan memuji Engkau dan juga mensucikan Engkau? Allah berfirman: Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang kalian tidak ketahui.

Dengan kata lain, seakan-akan Allah bermaksud bahwa sesungguhnya Aku mengetahui hal-hal yang tidak kalian ketahui menyangkut kemaslahatan yang jauh lebih kuat dalam penciptaan jenis makhluk ini daripada kerusakan-kerusakan yang kalian sebut itu. Karena sesungguhnya Aku akan menjadikan dari kalangan mereka nabi-nabi dan rasul-rasul; di antara mereka ada para siddiqin, para syuhada, orang-orang saleh, ahli ibadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang bertakwa, para muqarrabin, para ulama yang mengamalkan ilmunya, orang-orang yang khusyuk, dan orang-orang yang cinta kepada Allah Swt. lagi mengikuti jejak rasul-rasul-Nya.

Ditetapkan di dalam hadis sahih bahwa para malaikat itu apabila naik (ke langit) menghadap kepada Tuhan mereka seraya membawa amal-amal hamba-hamba-Nya, maka Allah Swt. bertanya kepada mereka (sekalipun Dia lebih mengetahui), "Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?" Mereka (para malaikat) menjawab, "Kami datangi mereka dalam keadaan sedang salat, dan kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang salat."

Demikian itu karena mereka datang kepada kita secara silih berganti, dan mereka berkumpul dalam salat Subuh dan salat Asar. Malaikat yang datang tinggal bersama kita, sedangkan malaikat yang telah menunaikan tugasnya naik meninggalkan kita seraya membawa amal-amal kita, sebagaimana yang disebutkan oleh sabda Nabi Saw.:

"يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ اللَّيْلِ"

Dilaporkan kepada-Nya amal perbuatan malam hari sebelum siang hari, dan amal siang hari sebelum malam hari.

Ucapan para malaikat yang mengatakan, "Kami datangi mereka sedang dalam keadaan salat, dan kami tinggalkan mereka sedang dalam keadaan salat," merupakan tafsir dari firman-Nya kepada mereka (para malaikat): Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. (Al-Baqarah: 30)

Menurut pendapat lain, firman-Nya ini merupakan jawaban kepada mereka, yang artinya, "Sesungguhnya Aku mempunyai hikmah terinci mengenai penciptaan makhluk ini, sedangkan keadaan yang kalian sebut itu sebenarnya kalian tidak mengetahuinya."

Menurut pendapat lainnya, firman Allah Swt ini merupakan jawaban ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya: padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau. (Al-Baqarah: 30) Lalu Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. (Al-Baqarah: 30) Maksudnya, keberadaan iblis di antara kalian dan keadaan penciptaan ini tidaklah sebagaimana yang kalian gambarkan itu.

Menurut pendapat yang lain, bahkan ucapan para malaikat tersebut disitir oleh firman-Nya:Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau. (Al-Baqarah: 30) Ayat ini mengandung makna permintaan mereka kepada Allah untuk menghuni bumi sebagai ganti dari Bani Adam, lalu Allah Swt. berfirman kepada mereka: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. (Al-Baqarah: 30) Artinya, keberadaan kalian pada tempatnya lebih maslahat dan lebih layak bagi kalian. Demikian yang disebut oleh Ar-Razi dalam salah satu jawabannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadanya Al-Qasim ibnul Hasan, telah menceritakan kepadaku Al-Hajjaj, dari Jarir ibnu Hazim dan Mubarak, dari Al-Hasan dan Abu Bakar, dari Al-Hasan dan Qatadah. Semua menceritakan bahwa Allah berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi." Firman Allah yang menyatakan bahwa 'Dia akan melakukan hal tersebut' artinya 'Dia memberitahukan hal tersebut kepada mereka'.
As-Saddi mengatakan, Allah bermusyawarah dengan para malaikat tentang penciptaan Adam. Demikian diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. As-Saddi mengatakan bahwa hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Qatadah. Ungkapan ini mengandung sikap gegabah jika tidak dikembalikan kepada pengertian pemberitahuan. Ungkapan Al-Hasan serta Qatadah dalam riwayat Ibnu Jarir merupakan ungkapan yang lebih baik.
Sehubungan dengan makna firman-Nya, "Fil ardi," Ibnu Abu Hatim meriwayatkan:

حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "دُحِيت الْأَرْضُ مِنْ مَكَّةَ، وَأَوَّلُ مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ الْمَلَائِكَةُ، فَقَالَ اللَّهُ: إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً، يَعْنِي مَكَّةَ"

telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Ata ibnus Sa'ib, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Bumi dihamparkan mulai dari Mekah, dan yang mula-mula melakukan tawaf di Baitullah adalah para malaikai, lalu Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi," yakni Mekah.

Hadis ini berpredikat mursal, sedangkan di dalam sanadnya terdapat kelemahan, dan di dalam hadis ini terdapat madraj (kalimat yang dari luar hadis), yaitu makna yang dimaksud dengan bumi adalah Mekah. Karena sesungguhnya menurut pengertian lahiriah, yang dimaksud dengan bumi lebih umum daripada hal itu (Mekah).

Akan Kemana Aku?

Kita bukan hanya berproses dari bayi menuju anak-anak. Bukan hanya anak-anak menuju remaja. Bukan hanya remaja menuju dewasa. Bukan pula hanya dewasa menuju tua. Seungguhnya, tujuan yang pasti bagi setiap manusia itu adalah desa akhirat. Dan hanya ada dua pilihan saat kita pulang ke kampung akhirat, yaitu surga (Al Jannah) atau neraka (An-Naar).

Kita akan memilih yang mana? Tentu saja, setiap orang yang beriman pasti berharap mendapatkan balasan surga dari Allah. Syaratnya ialah hidup kita harus sesuai dengan tujuan akan keberadaan kita, yaitu sebagai khalifah dan juga beribadah pada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS As Sajdah:19-20:

أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَى نُزُلًا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (19) وَأَمَّا الَّذِينَ فَسَقُوا فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ (20)

Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, maka bagi mereka surga sebagai tempat tinggalnya, sebagai pahala bagi apa yang telah mereka kerjakan. Dan adapun bagi orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka ialah neraka jahannam. Setiap kali mereka ingin keluar dari neraka, mereka dikembalikan lagi ke dalamnya dan dikatakan pada mereka Rasakanlah siksa api neraka yang dulu kamu mendustakannya.

Mudah-mudahan, setelah kita bisa memahami siapa kita sebenarnya, mengapa kita adadi dunia ini dan mau kemana kita nantinya, pikiran kita tidak akan galau lagi karena bingung dengan arti dan cara menemukan jati diri dalam Islam. Kini sudah jelas, apa yang harus kita jalani dan bagaimana konsekuensinya ke depan. Kita mesti selalu ingat bagaimana kita diciptakan, kita diciptakan dari sesuatu yang hina dan keluar dari tempat ‘yang kita sendiri malu untuk menyebutkannya’, tidak lain agar kita tidak sombong dan melupakan siapa kita. Karena sombong adalah sifat Iblis yang menyebabkannya terusir dari surga dan terlaknat selamanya.

Selain itu, kita juga harus selalu mengingat tujuan kita agar sekecil apapun perbuatan kita selalu mempunyai niat untuk tujuan ibadah, agar kita bisa mencegah diri sendiri dari berbagai perbuatan yang tidak bernilai apalagi perbuatan maksiat, dan tentu saja kita akan selalu berbuat baik. Firman Allah dalam surat Al-hasyr ayat 18:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Duhai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian pada Allah dan hendaklah setiap diri itu memperhatikan apa yang sudah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah pada Allah, sesungguh Allah Maha Mengetahui apa saja yang kamu kerjakan.

Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT seorang manusia dapat mengenali dirinya dengan baik dan mengenal Allah SWT. Seseorang yang mensyukuri nikmat Allah tentunya akan senantiasa menyadari bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa dan segala yang ia miliki adalah milik Allah SWT. Perintah untuk mensyukuri nikmat Allah tersebut dijelaskan dalam ayat Alqur’an berikut

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim : 7)

Allah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan ke dalam dirinya disebabkan karena di dalam diri manusia itu Allah telah menciptakan sebuah mahligai yang mana di dalamnya Allah telah menanamkan rahasia-Nya sebagaimana sabda Nabi di dalam Hadis Qudsi :

بَنَيْتُ فِى جَوْفِ اِبْنِ آدَمَ قَصْرًا وَفِى الْقَصْرِ صَدْرً وَفِى الصَّدْرِ قَلْبًا وَفِى الْقَلْبِ فُؤَادً وَفِى الْفُؤَادِ شَغْافًا وَفِى الشَّغَافِ لَبًّا وَفِى لَبِّ سِرًّا وَفِى السِّرِّ أَنَا (الحديث القدسى)

“Aku jadikan dalam rongga anak Adam itu mahligai dan dalam mahligai itu ada dada dan dalam dada itu ada hati (qalbu) namanya dan dalam hati (qalbu) ada mata hati (fuad) dan dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan dibalik penutup mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia (sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”. (Hadis Qudsi)

Bagaimanakah maksud hadis ini? Tanyalah kepada ahlinya, yaitu ahli zikir, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 43 :

فَاسَئَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ

“Tanyalah kepada ahli zikrullah (Ahlus Shufi) kalau kamu benar-benar tidak tahu.”

Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk perkara yang dilarang untuk menyampaikannya dan haram pula dipaparkan kepada yang bukan ahlinya (orang awam), seabagimana dikatakan para sufi:

وَلِلَّهِ مَحَارِمٌ فَلاَ تَهْتَكُوْهَا

“Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang diharamkan membukakannya kepada yang bukan ahlinya”.

Nabi juga ada bersabda :

وَعَائِيْنِ مِنَ الْعِلْمِ اَمَّا اَحَدُ هُمَا فَبَشَتْتُهُ لَكُمْ وَاَمَّااْلأَخِرُ فَلَوْبَثَتْتُ شَيْئًا مِنْهُ قَطَعَ هَذَالْعُلُوْمَ يَشِيْرُ اِلَى حَلْقِهِ

“Telah memberikan kepadaku oleh Rasulullah SAW dua cangkir yang berisikan ilmu pengetahuan, satu daripadanya akan saya tebarkan kepada kamu. Akan tetapi yang lainnya bila saya tebarkan akan terputuslah sekalian ilmu pengetahuan dengan memberikan isyarat kepada lehernya.

اَفَاتُ الْعِلْمِ النِّسْيَانُ وَاِضَاعَتُهُ اَنْ تَحَدَّثْ بِهِ غَيْرِ اَهْلِهِ

“Kerusakan dari ilmu pengetahuan ialah dengan lupa, dan menyebabkan hilangnya ilmu krn diajarkan kpd orang yang bukan ahlinya

Demikianlah arti dan cara mencari jati diri dalam Islam. Semoga membantu Anda, khususnya para remaja dan pemuda yang masih bertanya & mencari jati dirinya agar tidak salah langkah dan terbawa arus zaman yang kadang menyimpang dari hakikat penciptaan manusia.

Kamis, 14 Maret 2019

Khilafiyah Masalah Qunut Shubuh

Dalil yang paling kuat yang dipakai oleh para ulama yang menganggap qunut subuh itu sunnah adalah hadits berikut ini :

مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

“Terus-menerus Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa sallam qunut pada sholat Shubuh sampai beliau meninggalkan dunia”.

Dikeluarkan oleh ‘Abdurrozzaq dalam Al Mushonnaf 3/110 no.4964, Ahmad 3/162, Ath-Thoh awy dalam Syarah Ma’ani Al Atsar 1/244, Ibnu Syahin dalam Nasikhul Hadits Wamansukhih no.220, Al-Ha kim dalam kitab Al-Arba’in sebagaimana dalam Nashbur Royah 2/132, Al-Baihaqy 2/201 dan dalam Ash-Shugro 1/273, Al-Baghawy dalam Syarhus Sunnah 3/123-124 no.639, Ad-Daruquthny dalam Sunannya 2/39, Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtaroh 6/129-130 no.2127, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no.689-690 dan dalam Al-’Ilal Al-Mutanahiyah no.753 dan Al-Khatib Al-Baghdady dalam Mudhih Auwan Al Jama’ wat Tafr iq 2/255 dan dalam kitab Al-Qunut sebagaimana dalam At-Tahqiq 1/463.

Semuanya dari jalan Abu Ja’far Ar-Rozy dari Ar-Robi’ bin Anas dari Anas bin Malik.

Hadits ini dishohihkan oleh Muhammad bin ‘Ali Al-Balkhy dan Al-Hakim sebagaimana dalam Khulashotul Badrul Munir 1/127 dan disetujui pula oleh Imam Al-Baihaqy. Namun Imam Ibnu Turkumany dalam Al-Jauhar An-Naqy berkata : “Bagaimana bisa sanadnya menjadi shohih sedang rowi yang meriwayatkannya dari Ar-Rob i’ bin Anas adalah Abu Ja’far ‘Isa bin Mahan Ar-Rozy mutakallamun fihi (dikritik)”. Berkata Ibnu Hambal dan An-Nasa`i : “Laysa bil qowy (bukan orang yang kuat)”. Berkata Abu Zur’ah : ” Yahimu katsiran (Banyak salahnya)”. Berkata Al-Fallas : “Sayyi`ul hifzh (Jelek hafalannya)”. Dan berkata Ibnu Hibban : “Dia bercerita dari rowi-rowi yang masyhur hal-hal yang mungkar”.”

حدثنا عمرو بن علي الباهلي ، قال : حدثنا خالد بن يزيد ، قال : حدثنا أبو جعفر الرازي ، عن الربيع ، قال : سئل أنس عن قنوت  النبي صلى الله عليه وسلم : « أنه قنت شهرا » ، فقال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يقنت حتى مات قالوا : فالقنوت في صلاة الصبح لم يزل من عمل النبي صلى الله عليه وسلم حتى فارق الدنيا ، قالوا : والذي روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قنت شهرا ثم تركه ، إنما كان قنوته على من روي عنه أنه دعا عليه من قتلة أصحاب بئر معونة ، من رعل وذكوان وعصية وأشباههم ، فإنه قنت يدعو عليهم في كل صلاة ، ثم ترك القنوت عليهم ، فأما في الفجر ، فإنه لم يتركه حتى فارق الدنيا ، كما روى أنس بن مالك عنه صلى الله عليه وسلم في ذلك وقال آخرون : لا قنوت في شيء من الصلوات المكتوبات ، وإنما القنوت في الوتر

Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin Yazid, dikatakan Jakfar Arraziy, dari Arrabi’ berkata : Anas ra ditanya tentang Qunut Nabi saw bahwa apakah betul beliau saw berqunut sebulan, maka berkata Anas ra : beliau saw selalu terus berqunut hingga wafat, lalu mereka mengatakan maka Qunut Nabi saw pada shalat subuh selalu berkesinambungan hingga beliau saw wafat, dan mereka yg meriwayatkan bahwa Qunut Nabi saw hanya sebulan kemudian berhenti maka yg dimaksud adalah Qunut setiap shalat untuk mendoakan kehancuran atas musuh musuh, lalu (setelah sebulan) beliau saw berhenti, namun Qunut di shalat subuh terus berjalan hingga beliau saw wafat. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 2 hal 211 Bab Raf’ul yadayn filqunut, Sunan Imam Baihaqi ALkubra Juz 3 hal 41, Fathul Baari Imam Ibn Rajab Kitabusshalat Juz 7 hal 178 dan hal 201, Syarh Nawawi Ala shahih Muslim Bab Dzikr Nida Juz 3 hal 324, dan banyak lagi).

Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu tidak hanya qunut di waktu shalat Shubuh, akan tetapi juga shalat Maghrib dan bahkan disemua waktu shalat :

وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أنبأ أَبُو عَمْرِو بْنُ مَطَرٍ، ثنا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ، ثنا أَبِي، ثنا شُعْبَةُ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ الْحَسَنِ، سَمِعَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ مَعْقِلٍ، يَقُولُ: " شَهِدْتُ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْنُتُ فِي صَلاةِ الْعَتَمَةِ، أَوْ قَالَ: الْمَغْرِبِ بَعْدَ الرُّكُوعِ، وَيَدْعُو فِي قُنُوتِهِ عَلَى خَمْسَةٍ وَسَمَّاهُمْ "

Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh : Telah memberitakan Abu ‘Amru bin Mathar : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Muhammad : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Mu’aadz : Telah menceritakan kepadaku dari ayahku : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari ‘Ubaid bin Al-Hasan, ia mendengar ‘Abdurrahmaan bin Ma’qil berkata : “Aku menyaksikan ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhumelakukan qunut dalam shalat ‘Atamah – atau ia berkata : Maghrib – setelah rukuk, dengan berdoa dalam qunutnya atas lima orang dan ia menyebutkannya” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 2/245 (2/347) no. 3325; sanadnya shahih. Diriwayatkan juga oleh Asy-Syaafi’iy dalam Al-Umm 7/182 dari jalan Salamah bin Kuhail dari Ibnu Ma’qil].

حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الْكِنْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بَشِيرٍ، عَنِ ابْنِ شُبْرُمَةَ، قَالَ: " سَأَلْتُ الشَّعْبِيَّ عَنِ الْقُنُوتِ فِي الْفَجْرِ، فَقَالَ: كُلُّ صَلاةٍ يَقْنُتُ فِيهَا "، قُلْتُ: " قَدْ عَرَفْتُ مَا أَرَدْتَ، كَانَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْنُتُ يَدْعُو عَلَى عَدُوِّهِ "، فَقَالَ: مَا قَنَتَ حَتَّى دَعَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ

Telah menceritakan kepadaku ‘Aliy bin Sa’iid Al-Kindiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Basyiir, dari Ibnu Syubrumah, ia berkata : “Aku pernah bertanya kepada Asy-Sya’biy tentang qunut dalam shalat Shubuh, lalu ia berkata : ‘Qunut dilakukan di semua shalat (tidak hanya shalat Shubuh saja)’. Aku berkata : ‘Sungguh aku mengetahui apa yang engkau maksudkan. Dulu ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu melakukan qunut mendoakan kekalahan bagi musuhnya’. Ia (Asy-Sya’biy) berkata : ‘Ia tidak melakukan qunut hingga sebagian mereka mendoakan kejelekan/kekalahan terhadap sebagian lainnya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 694; sanadnya hasan].

Artinya, qunut yang dilakukan ‘Aliy adalah qunut nazilah.

Qunut Dalam Pandangan Empat Mazhab

Para ulama mazhab berbeda pendapat ketika memahami persoalan qunut dalam shalat Subuh.

Menurut Malikiyah (Mazhab Maliki) dan Asy Syafi’iyah (Mazhab Asy Syafi’i) doa qunut pada shalat subuh adalah masyru’ (disyariatkan). Malikiyah mengatakan: Disunnahkan berqunut secara sirr (pelan) pada shalat subuh saja, bukan pada shalat lainnya. Dilakukan sebelum ruku setelah membaca surat tanpa takbir terdahulu. Sementara kalangan syafi’iah berpendapat disunnahkan qunut ketika i’tidal kedua shalat subuh, yakni setelah mengangkat kepala pada rakaat kedua, mereka tidak hanya mengkhususkan qunut nazilah saja.

Di antara dalil yang menjadi dasar pegangan mazhab ini adalah sebuah riwayat dari Anas bin Malik dimana beliau berkata:

  أَنَّ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى قَاتِلِي أَصْحَابِهِ بِبِئْرِ مَعُونَةَ ثُمَّ تَرَكَ فَأَمَّا الصُّبْحُ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasalam melakukan qunut selama satu bulan, berdoa (untuk keburukan) kepada para pembunuh para sahabat beliau di Bi’r Ma’unah, lalu beliau meninggalkannya, akan tetapi qunut waktu shubuh, maka beliau masih melakukan hingga wafat,” (HR. Al-Hakim, Ad-Daruqutni, Ahmad dalam Musnad, 3/162 dan Al-Baihaqi dalam Sunan Kubra, 2/201)

Hadis ini dinilai shahih oleh sejumlah ulama hadis yang bermazhab Syafii dan Maliki. Al Hafidz Imam Nawawi mengatakan, “Hadits ini diriwayatkan oleh jama’ah huffadz dan mereka menshahihkannya.” Lalu menyebutkan para ulama yang disebutkan Ibnu Shalah dan mengatakan, “Dan diriwayatkan Daraquthni melalui beberapa jalan dengan sanad shahih,” (Al-Khulashah, 1/450-451)

Sedangkan menurut kalangan Hanafiyah (Mazhab Hanafi) dan Hanabilah (Mazhab Imam Ahmad) qunut dalam shalat subuh tidak disyariatkan kecuali bila ada qunut nazilah. Hal ini karena telah diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhuma:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ ثُمَّ تَرَكَهُ

“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berqunut selama satu bulan, mendoakan qabilah di antara qabilah Arab, kemudian beliau meninggalkan doa tersebut.” (HR. Muslim dan An-Nasa’i)

Dalam riwayat lain dari Abu HurairahRadhiallahu ‘anhu, ia berkata:

أَنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَقْنُتُ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ إِلاَّ أَنْ يَدْعُو لِقَوْمٍ أَوْ عَلَى قَوْمٍ

“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak berqunut pada shalat subuh, kecuali karena mendoakan atas sebuah kaum atau untuk sebuah kaum.” (HR. Ibnu Hibban).

Maknanya, menurut mazhab ini, syariat berdoa qunut pada shalat subuh telah mansukh (dihapus), dan yang ada hanya qunut nazilah.” (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 27/321-322)

Perlu diperhatikan, kedua pendapat di atas masing-masing memiliki cara penilaian tersendiri ketika memahami hadis-hadis tentang qunut. Bagi kalangan Hanabilah, cara menyimpulkan pendapat di sini lebih kepada penolakan terhadap status keshahihan hadis yang dijadikan pegangan oleh kalangan syafi’iah. Meskipun dipandang lemah oleh kalangan Hanabilah, hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa melaksanan qunut subuh hingga beliau wafat dinilai shahih oleh mereka sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Nawawi di atas. Berikutnya, menjawab hadis yang dijadikan hujjah oleh kalangan Hanabilah, Imam An-Nawawi berkata:

أما الجواب عن حديث أنس وأبي هريرة رضي الله عنهما، في قوله :(ثم تركه)، فالمراد ترك الدعاء على أولئك الكفار، ولعنتهم فقط، لا ترك جميع القنوت، أو ترك القنوت في غير الصبح.. وهذا التأويل متعين، لأن حديث أنس، في قوله :(لم يزل يقنت في الصبح حتى فارق الدنيا)، صحيح صريح، يجب الجمع بينهما…

“Adapun jawaban terhadap hadits Anas dan Abu Hurairah radhiyallahu anhuma mengenai lafadz ‘kemudian beliau meninggalkannya’ maksudnya adalah meninggalkan doa laknat atas mereka saja. Bukan meninggalkan semua qunut atau juga maksudnya adalah meninggalkan qunut tapi qunut yang ada pada selain shubuh. Karena ini sesuai dengan hadits Anas pada lafadz ‘Rasululloh sallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa berqunut shubuh sampai beliau meninggal dunia’ Hadits ini shahih dan sangat jelas sekali. Maka wajib untuk menggabungkan antara dua dalil tersebut.” (Al-Majmu’, 4/671)

Maknanya, kedua pendapat di atas sama-sama memiliki ijtihad yang berpijak kepada hadis Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. Karena itu, kembali kepada kaidah para ulama yang diungkapkan di atas bahwa “Suatu ijtihad tidak bisa dimentahkan oleh Ijtihad lainnya,” maka sudah sepantasnya kita berlapang dada dan saling toleran terhadap saudara kita yang berbeda pendapat dalam mengkaji persoalan ini.

Kalam Syekh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Zaad al-Ma’ad, : 1/ 266, perihal ini (qunut shubuh khususnya) :

فأهل الحديث متوسطون بين هؤلاء وبين من استحبه عند النوازل وغيرها، وهم أسعد بالحديث من الطائفتين، فإنهم يقنتون حيث قنت رسول الله صلى الله عليه وسلم، ويتركونه حيث تركه، فيقتدون به في فعله وتركه.

“AHLI HADITS adalah kaum pertengahan antara mereka (pent: yang mengatakan Qunut itu bid’ah) dan mereka yang menganggap sunnah Qunut ketika ada nawazil dan lainnya (pent: termasuk Qunut Shubuh). Mereka lebih beruntung terhadap hadits Nabi, mereka qunut ketika Rasulullah Qunut dan meninggalkannya ketika Rasul juga meninggalkannya. Mereka mengikuti Nabi dalam menjalankan ataupun meninggalkannya. “

 Kemudian Ibnul Qayyim melanjutkan ucapannya :

 ويقولون: فعله سنة وتركه سنة، ومع هذا فلا ينكرون على من داوم عليه، ولا يكرهون فعله، ولا يرونه بدعة، ولا فاعله مخالفا للسنة، كما لا ينكرون على من أنكره عند النوازل، ولا يرون تركه بدعة، ولا تاركه مخالفا للسنة، بل من قنت فقد أحسن، ومن تركه فقد أحسن.

“ Mereka (AHLI HADITS) mengatakan bahwa melakukannya adalah perbuatan SUNNAH dan meninggalkannya juga perbuatan SUNNAH. Maka, mereka tidak mengingkari orang yang membiasakan qunut, tidak benci untuk melakukannya ,  tidak menganggapnya bid’ah, dan juga tidak  menganggap orang yang melakukannya termasuk menyelisihi sunnah begitu juga sebaliknya. Bahkan orang yang qunut itu BAGUS, yang meninggalkannya juga BAGUS.”

 لا ينكر المختلف فيه, وإنما ينكر المجمع عليه

“ Tidak boleh mengingkari perkara yang masih diikhtilafkan, sesungguhnya pengingkaran hanya boleh dalam perkara yang sudah ijma’ “

Mengutip pendapat Imam Sufyan ats Tsauri, sebagaimana dikutip oleh Imam at Tirmidzi dalam Sunan at Tirmidzi terkait qunut:

إِنْ قَنَتَ فِي الفَجْرِ فَحَسَنٌ، وَإِنْ لَمْ يَقْنُتْ فَحَسَنٌ

“Jika seseorang ingin melakukan qunut di waktu Subuh, maka itu ‘hasan’ (baik, dan termasuk sunnah). Dan jika tidak berqunut, itu juga ‘hasan’.”

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda